Você está na página 1de 8

1

Analisis Manajemen Strategis Pengembangan kinerja Pemerintah


daerah Kab. Dhamasraya

A. Latar belakang
Proses perubahan besar yang sedang terjadi secara universal, membangkitkan tantangan
pada seluruh sistem penyelenggaraan organisasi pelayanan masyarakat. Dalam menghadapi
tantangan global tersebut, birokrasi diharuskan dapat mentransformasikan semangat
kewirausahaan (entreprenuership spirit) ke dalam sektor publik. Semangat ini menghendaki
agar sistem birokrasi pemerintah mampu membuat sumber-sumber ekonomi yang
berproduksi rendah menjadi sumber yang berproduksi tinggi, sehingga birokrasi publik akan
bertambah kuat (empowering public sector). Mewirausahakan birokrasi sebenarnya juga
merupakan perubahan cara berpikir dan bertindak dari pemerintah untuk tidak melulu
menyandarkan anggaran pendapatan negara yang bersumber kepada pajak, akan tetapi
dengan jiwa wirausaha berusaha untuk mewujudkan ke dalam kebijakan yang pada
gilirannya memperkuat sektor publik. Dengan demikian diperlukan penataan kembali peran
birokrasi agar dapat merangsang pertumbuhan sektor swasta dan masyarakat luas.
Salah satu formula yang telah lama diajukan oleh para pakar administrasi publik guna
merespon permasalahan di atas adalah melakukan desentralisasi. Bank Dunia juga
mendorong negara-negara penerima donor untuk melaksanakan desentralisasi.
Perundang-undangan yang ada di Indonesia jelas menyatakan bahwa Indonesia juga
menganut paham desentralisasi dengan membentuk daerah-daerah otonom yang berhak dan
berkewajiban untuk melaksanakan urusan rumah tangganya sendiri. . Pelaksanaan Otonomi
di Daerah diharapkan akan meringankan beban tugas vertikal, karena banyak urusan yang
menjadi beban tugas regional atau lokal diserahkan kepada daerah dengan parameter efisiensi
dan efektivitas penanganan fungsi Pusat oleh Daerah.
Kabupaten Dhamasraya salah satu contoh dari pelaksanaan otonomi daerah yang
melepaskan diri dari Kabupaten Sawahlunto sijunjung. Melalui suatu penelitian yang
menggunakan tolok ukur antara lain: faktor keuangan, faktor kemampuan aparatur, faktor
partisipasi masyarakat, faktor ekonomi, faktor demografi, dan faktor organisasi dan
administrasi.

2

Disamping itu, kondisi fisik, sosial budaya dan sumber pendapatan daerah Kabupaten
Dhamasraya sangat potensial bagi upaya pengembangan otonomi daerah. Potensi yang ada
tersebut harus pula diimbangi dengan penguasaan teori manajemen strategis oleh pemerintah
daerah dan menerapkannya secara tepat dalam melaksanakan otonomi daerah. Oleh karena
itu, pemahaman terhadap manajemen strategis secara utuh tidak dapat dilepaskan kaitannya
dengan fungsi dan peran yang diemban pemerintah daerah sebagai strategic managers.
Esensi utama yang melekat pada strategic managers adalah kemampuannya mengalokasikan
sumberdaya yang dimiliki dalam situasi lingkungan yang berubah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah dari penelitian ini yaitu :
1. Isu-isu strategis apakah yang dapat dirumuskan dalam pelaksanakan uji coba otonomi
daerah di Kabupaten Dhamasraya?
2. Strategi-strategi alternatif apakah yang dapat ditempuh untuk memecahkan berbagai
isu strategis tersebut sebagai upaya pengembangan kinerja Pemerintah Kabupaten
Dhamasraya?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini bagi penulis adalah agar penulis dan pemerintah mengetahui
perencanaan strategis seperti apa yang dikembangkan oleh Kabupaten Dhamasraya
untuk memajukan masyarakat dan daerahnya/rumah tangganya sendiri.

D. Luaran yang diharapkan
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Dengan adanya perencanaan strategis yang bagus di Kabupaten Dhamasraya,
daerah yang sedang berkembang bisa mengambil contoh yang baik dari
perencanaan strategis tersebut. Karna dapat dikatakan Kabupaten Dhamasraya
termasuk kabupaten yang maju setelah melakukan otonomi daerah pada tahun
2004 lalu.
E. Kegunaan
Adapun kegunaan dari hasil penelitian ini adalah sebagai bahan perbandingan bagi
pemerintah daerah yang sedang mengembangkan wilayahnya agar tercapainya
otonomi daerah yang mensejahterakan mastarakat.

3

F. Tinjauan Pusataka
Manajemen strategis berkaitan dengan perumusan arah pengembangan organisasi ke
masa depan, yang akan memberikan kerangka untuk manajemen operasional untuk
mencapai sasaran-sasaran jangka panjang dan jangka pendek. Sementara itu Sondang
P. Siagian mendefinisikan manajemen strategis sebagai serangkaian keputusan dan
tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh
seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut.

Visi, Misi, dan tujuan kebijakan Kabupaten Dhamasraya
Visi pemerintah Kabupaten Dhamasraya adalah mewujudkan masyarakat Dhamasraya
yang beriman, sehat, cerdas, aman, berbudaya, adil, dan sejahtera.
Misi pemrintah Kabupaten Dhamasraya antara lain adalah sebagai berikut :
1. Menata, Mengembangkan dan menyelenggarakan manajemen pemerintah daerah
yang responsive, akuntabilitas, transparansi, partisipatif, dan profesional dengan
menempatkan aparatur yang berakhlak sesuai dengan kapasitas dan kemampuan
yang dimiliki serta sesuai dengan pertauran jenjang karier kepegawaian yang
berlaku demi mengutamakan pelayanan kepada masyarakat secara prima.
2. Membangun Sumber Daya Manusia yang handal dan mampu menguasai IPTEK
melalui peningkatan mutu pelayanan pendidikan.
3. Meningkatkan kualitas hidup mesyarakat dari aspek sosial, ekonomi dan budaya
yang berbasis kerakyatan dalam rangka penanggulangan kemiskinan dengan
menigkatkan mutu pelayanan kesehatan dan kesejahteraan sosial.
4. Mewujudkan pemerataan pembangunan dengan memperkecil ketimpangan
pembangunan antar wilayah dan antar lapisan/kelompok masyarakat.
5. Menigkatkan pembangunan infrastruktur guna pengembagan potensi dan
sumberdaya daerah.
6. Mengembangkan dan menggerakkan sumber investasi untuk pengelolaan potensi
sumberdaya daerah.
7. Mengembangkan dan memberdayakan koperasi dan UMKM sebagai basis
ekonomi daerah.
8. Mengembangkan ekonomi daerah yang berbasis pertanian (pertanian tanaman
pangan dan holtikultura, peternakan, perikanan perkebunan, dan kehutanan)
menuju agribisnis dan agroindustri.
9. Membangun masyarakat yang berbudaya, sejahtera dan agamis.

4

10. Memperkuat kapasitas kelembagaan sosial, ekonomi, politik, budaya dan
keagamaan di masyarakat.
11. Meningkatkan keamanan, kenyamanan, dan ketertiban umum melalui penegakan
hukum yang konsisten dan berkeadilan.
12. Mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam yang
berwawasan lingkungan.
13. Mengembangkan pembangunan pedesaan sebagai basis pembangunan daerah.
Penetapan kebijakan pemerintah Kabupaten Dhamasrya bertujuan untuk
menumbuhkan sikap dan tekad kemadirian individu dan masyarakat daerah dalam
rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk mewujudkan kesejahteraan
lahir dan bathin yang lebih selaras, adil dan merata serta meletakkan landasan
pembangunan yang mantap untuk tahap pembangunan selanjutnya.
Kekuatan (strength) yang dimiliki oleh Pemerintah Kab. Dhamasraya adalah
adanya komitmen dan motivasi kerja aparat yang tinggi; besarnya pendapatan daerah
sektor pajak dan retribusi; sudah ada pembagian tugas dan pendelegasian wewenang;
serta sudah adanya koordinasi dan pengawasan antar bagian atau dinas.
Kelemahan (weaknesses) yang masih ada adalah keterbatasan kualitas aparatur;
minimnya hasil Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan penerimaan Dinas-dinas;
serta keterbatasan sarana prasarana.
Peluang (oppurtunities) yang bisa dimanfaatkan adalah penetapan Badung sebagai
Daerah Percontohan Otonomi Daerah; pertumbuhan ekonomi Daerah yang makin
baik, keterlibatan sektor swasta dalam penanaman modal, besarnya partisipasi
masyarakat desa adat dalam pembangunan, serta penduduk jumlah angkatan kerja
yang cukup besar.
Sedangkan tantangan (threats) yang masih harus dihadapi adalah persebaran
penduduk yang tidak merata; penyediaan lapangan kerja; serta keseimbangan
pembangunan pada masing-masing wilayah kecamatan.
.

5

Dari analisis SWOT, selanjutnya dapat ditetapkan enam isu strategis yang segera harus
ditangani oleh Pemerintah Kabupaten Dhamasraya dalam pelaksanaan otonomi Daerah,
yaitu:
1. Sumber daya manusia,
2. Kepemimpinan administrasi dan kemampuan manajerial,
3. Perubahan dan pengembangan organisasi,
4. Sistem informasi manajemen daerah (SIMDA),
5. Sistem dan prosedur kerja,
6. Kerjasama antar daerah dan swasta.
Isu-isu strategis tersebut dipilih didasari oleh pertimbangan-pertimbangan atau kriteria yang
digunakan untuk menentukan strategis tidaknya isu-isu tersebut. Bagaimana kontribusi suatu
isu terhadap pencapaian tujuan dan misi organisasi (efisiensi dan efektivitas) nya.
G. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan studi kasus dalam organisasi. Pilihan terhadap
studi kasus didasari oleh pertimbangan karena studi ini biasanya dipergunakan dalam
studi perilaku organisasi, khususnya dalam mengkaji kekuatan internal dan
lingkungan eksternal organisasi. Kekuatan studi semacam ini menurut Cassel dan
Symon, (1994: 209) terletak pada kapasitasnya menyelidiki proses sosial dalam
organisasi.
Untuk mengumpulkan data penelitian diterapkan teknik-teknik observasi,
wawancara dan dokumentasi. Teknik dokumentasi digunakan untuk menghimpun
data sekunder dan informasi dari dokumen-dokumen. Dengan menggunakan teknik
ini, diharapkan akan dapat melengkapi data yang diperoleh dari teknik observasi dan
wawancara.

6

Tahap-tahap analisis dan interpretasi datanya adalah dengan reduksi data, penyajian
data, dan akhirnya mengambil kesimpulan dan verifikasi melalui analisis SWOT.
H. Anggaran Biaya
1. Material penelitian
No Nama bahan Satuan biaya (Rp) Jumlah biaya (Rp)
1. Kertas HVS/Print 10.000 100.000
2. Akses internet 10.000 100.000
3. Fotocopy Kuisioner /
pedoman wawancara
1000 100.000
Jumlah: 300.000
2. Perjalanan/transportasi
No Nama bahan Satuan biaya
(Rp)
Keberangkatan Jumlah
biaya (Rp)
1 Transportasi travel 60.000 10 kali 600.000
Jumlah: 600.000
3. Laporan dan publikasi
No Nama bahan Volume Satuan biaya
(Rp)
Jumlah biaya
(Rp)
1. Fotocopy Data
Sekunder
100exp 10.000 100.000
2. Biaya Konsumsi 3 orang 100.000 300.000
3. Perbanyak laporan 100exp 15.000 1.500.000
Jumlah: 1.900.000


7



4. Rekapitulasi Anggaran
No Komponen biaya Biaya
1. Material penelitian 300.000
2. Perjalanan/transportasi 600.000
3. Laporan dan publikasi 1.900.000
Jumlah : Rp. 2.800.000,-

















8

DAFTAR PUSTAKA

Atmosudirdjo, Prajudi, 1997. Membangun Visi dan Reorientasi Kinerja Aparatur
Daerah, Menjawab Tantangan Masyarakat Indonesia Baru, dalam Manajemen
Pembangunan No. 19 Tahun V April.
Hasibuan, Albert (ed). 1995. Otonomi Daerah, Peluang dan Tantangan, Sinar
Harapan, Jakarta.
Siagian, Sondang P. 1995. Manajemen Stratejik, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta
The Liang Gie. 1995. Pertumbuhan Pemerintahan Daerah di Negara Republik
Indonesia, Jilid III, Liberty, Yogyakarta
Osborne, David dan Gaebler, Ted. 1995. Mewirausahakan Birokrasi, Pustaka
Binaman Pressindo, Jakarta
.

Você também pode gostar