Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
.
Abortus tuba. Frekuensi abortus tuba sebagian bergantung pada tempat
implantasi. Konsekuensi langsung dari perdarahan adalah gangguan lebih lanjut
dari hubungan antara plasenta dan selaput dinding tuba. ?ika pemisahan plasenta
selesai, semua hasil konsepsi dapat diekstrusi melalui ujung )imbria ke dalam
rongga peritoneal. Pada titik ini, perdarahan dapat berhenti dan gejala akhirnya
menghilang. 4eberapa perdarahan biasanya berlangsung selama hasil konsepsi
tetap berada di ovidu!t. *arah menetes perlahan dari )imbria tuba ke dalam
rongga peritoneum dan biasanya terakumulasi di re!touterine !ul&de&sa!. ?ika
)imbria tersumbat, akan terjadi akumulasi darah pada tuba )alopii yang
membentuk hematosalpinC
4
.
Ruptur tuba. $ebelum ada metode untuk mengukur kadar hormon (horioni(
gonadotropin, banyak kasus kehamilan tuba berakhir pe(ah selama trimester
pertama. $etiap kali ada ruptur tuba dalam beberapa minggu pertama, kehamilan
biasanya terletak dibagian isthmus. Ketika ovum dibuahi berimplantasi dengan
baik dalam bagian interstitial, ruptur biasanya terjadi kemudian. &uptur biasanya
spontan, tetapi mungkin disebabkan oleh trauma terkait dengan koitus atau
pemeriksaan bimanual
4
.
Ketika terjadi ruptur intraperitoneal, hasil konsepsi dapat dikeluarkan dari
tuba, atau jika berukuran ke(il, perdarahan masi) dapat terjadi tanpa ekstrusi.
*alam hal ini, !anita biasanya menunjukkan tanda,tanda hipovolemia. ?ika
konsepsi a!al dikeluarkan ke dalam rongga peritoneal, dapat terjadi reimplantasi
hampir di mana saja, dengan sirkulasi yang memadai, hasil konsepsi dapat
bertahan hidup, dan tumbuh, !alaupun hal ini jarang terjadi
4
.
@
Gambar #. Aortus tua dan ruptur tua
0
E. Kehamilan Ektopik Abdominal
1. !e$inisi
Kehamilan abdominal merupakan bentuk dari kehamilan ektopik yang
berlokasi di kavum peritoneal, namun tidak termasuk kehamilan ovarium
dan kehamilan intraligamenter. Kantung kehamilan pada kehamilan
abdominal biasanya berimplantasi pada panggul atau di daerah yang kaya
vaskular seperti hati, limpa, dan mesenterium. Plasenta biasanya melekat
pada usus, omentum, resesus uterovesikal atau dinding pelvis. 5okasi yang
jarang misalnya mesenterium, dinding kendung kemih, appendiks, dan
hepar
1,12
.
Kehamilan abdomen primer dimana implantasi terjadi pada permukaan
peritoneal. Perkembangan hasil konsepsi berasal dari aliran darah traktus
gastrointestinal. Kehamilan abdomen sekunder terjadi dengan implantasi
a!al di ostia tuba, kemudian terjadi implantasi kembali pada permukaan
peritoneal
@,1
.
10
Gambar %. 'ehamilan intra adominal
((
2. Epidemiologi
Frekuensi kehamilan ektopik dilaporkan 1 diantara 00 kehamilan.
Kehamilan abdominal sekunder adalah yang paling umum dari kehamilan
ektopik abdomen dan merupakan hasil dari aborsi atau ruptur tuba, lebih
jarang, implantasi terjadi dalam abdomen setelah ruptur uterus. 2ngka
kejadian kehamilan abdominal adalah 19 10.000 hingga 19 0.000 kelahiran
hidup dengan insiden anomali kongenital 20% ,40%
@.11
.
2ngka kejadian kehamilan ektopik lanjut di &umah $akit Dipto
mangunkusumo, ?akarta dari tahun 1@/0,1@02 yaitu 1 diantara 1.0/-
persalinan. 4erbagai penulis mengemukakan angka antara 192.000
persalinan sampai 193.-00 persalinan
.
. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik tidak diketahui se(ara pasti. 'mplantasi
ovum yang dibuahi hanya dapat berlangsung apabila <ona pelu(ida sudah
hilang sebagian atau komplit. =al ini terjadi jika perjalanan ovum yang
dibuahi di sepanjang tuba Fallopi terganggu karena terjadi kerusakan tuba.
$etelah sel telur dibuahi di bagian ampulla tuba, maka setiap hambatan
perjalanan sel telur ke dalam rongga rahim memungkinkan kehamilan tuba
1
.
4erdasar etiologinya kehamilan abdominal terbagi dua, yaitu
1,,0
9
11
17 Kehamilan abdominal primer8 terjadi apabila ovum di)ertilisasi dan
berimplantasi langsung dikavum abdomen.
27 Kehamilan abdominal sekunder8 terjadi bila )etus keluar dari tempat
implantasi primernya melalui suatu robekan ataupun melalui ujung
)imbria dan berimplantasi di kavum abdomen. $ebagian besar
kehamilan abdominal merupakan jenis ini.
". Faktor risiko
:erdapat sejumlah )aktor predisposisi yang dapat menyebabkan
kerusakan tuba dan dis)ungsi tuba. Faktor risiko kehamilan ektopik
1,11
9
Faktor risiko &isiko 6%7
&isiko tinggi
&ekonstruksi tuba
$terilisasi tuba
&i!ayat kehamilan ektopik sebelumnya
Paparan dietilstilbestrol 6*E$7 intrauterin
2lat kontrasepsi dalam rahim 62K*&7
Patologi tuba
&isiko sedang
'n)ertil
&i!ayat in)eksi genital
$ering berganti pasangan
&isiko ringan
&i!ayat operasi pelvis atau abdominal sebelumnya
%erokok
)ou!hing vagina
Koitus sebelum usia 13 tahun
21,0
@,
3,
-,/
4,2, 4-
,3, 21
2,-, 21
2,-, ,0
2,1
0,@, 3
2,, ,-
1,1, ,1
1,/
#. Pato$isiologi
Prinsip pato)isiologi kehamilan ektopik yakni terdapat gangguan
mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju
kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat
terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba tersebut
1
.
Fimbria pada tuba tidak tertutup pada peritoneum vis(eral dari
ligamentum latum sehingga berhubungan dengan rongga abdomen.
=ubungan anatomis ini menimbulkan potensi masuknya benda asing yang
berasal dari vagina 6misalnya bakteri, sperma dan <at kimia7 ke dalam
12
rongga abdomen. Fimbria ini berperan dalam aktivitas menyerupai gerakan
menyapu se(ara terus,menerus dan telah diketahui bertujuan men(apai
dalam !ul&de&sa! pada pelvis !anita untuk menangkap telur matang yang
jatuh dibelakang uterus
14
.
Kehamilan abdominal dapat terjadi akibat implantasi langsung hasil
konsepsi di dalam kavum abdomen yang disebut sebagai kehamilan
abdomen primer, atau a!alnya dari kehamilan tuba yang ruptur dan hasil
konsepsi yang terlepas dalam keadaan masih diselubungi oleh kantung
ketuban dengan plasenta masih utuh, selanjutnya melakukan implantasi di
kavum abdomen yang disebut sebagai kehamilan abdomen sekunder
1
.
Kehamilan abdomen primer terjadi apabila ovum dan spermato<oon
bertemu dan bersatu di dalam satu tempat pada peritoneum dalam rongga
perut, dan kemudian juga berimplantasi di tempat tersebut
1
.
&uptur ruba terjadi pada -% kasus kehamilan ekstra,uterin, dan lebih
umum terjadi apabila tempat implantasinya di isthmus. &uptur ampulla
biasanya terjadi antara minggu ke / dan 10, sedangkan ruptur isthmus
terjadi lebih a!al, seringkali terjadi pada saat terlambat menstruasi pertama.
:ro)oblas dan villus khorialis menembus lapisan muskularis dan peritoneum
dan akhirnya menimbulkan erosi dinding serosa tuba, sehingga berakhir
dengan kebo(oran se(ara mendadak atau bertahap yang dapat menyebabkan
perdarahan langsung ke rongga peritoneum. 4iasanya ovum menonjol
keluar melalui robekan dan perdarahannya berlanjut
0
.
1
Gambar '. *atofisiologi ruptur tua
1-
$angat jarang ovum yang keluar tersebut dapat terus tumbuh, namun
karena tro)oblas mempertahankan hubungannya dengan epithelium tuba,
dan kemudian tro)oblas membungkus kantong ovum dan melekat pada
organ abdomen, sehinga dapat terjadi kehamilan abdominal sekunder.
4eberapa dari kehamilan ini berlanjut hingga aterm, dan sangat sedikit janin
mati se(ara dini dan berubah menjadi lithopedion
0
.
E)ek kehamilan tuba yang ruptur terhadap kelangsungan kehamilan
bervariasi, tergantung pada luasnya kerusakan plasenta. ?anin akan mati bila
plasentanya rusak (ukup luas. 2kan tetapi, jika sebagian besar plasenta
tertahan di tempat perlekatannya di tuba, perkembangan lanjut bisa terjadi.
$elain itu, plasenta dapat pula terlepas dari tuba dan mengadakan implantasi
pada struktur panggul, termasuk uterus, usus, ataupun dinding panggul
1
.
:erjadinya abortus tuba bergantung pada lokasi implantasi, umumnya
terjadi bila implantasi di ampulla. 2danya perdarahan menyebabkan
plasenta dan membran terlepas dari dinding tuba. ?ika plasenta terlepas
14
seluruhnya, semua produk konsepsi dapat keluar melalui )imbria ke rongga
abdomen. $aat itu perdarahan dapat berhenti dan gejala umumnya
menghilang. Perdarahan akan tetap terjadi selama produk konsepsi tetap
berada di tuba. *arah akan menetes sedikit,sedikit melalui tuba dan
berkumpul di kavum *ouglasi. ?ika )imbria mengalami oklusi, darah akan
terkumpul di tuba membentuk hidrosal)ing
1
.
Produk konsepsi yang melakukan invasi dapat menyebabkan tuba pe(ah
pada beberapa tempat. ?ika ruptur tuba pada minggu,minggu pertama
kehamilan, biasanya implantasi terjadi di isthmus, jika implantasi terjadi di
pars interstisial, ruptur terjadi agak lebih lambat. &uptur umumnya terjadi
spontan, tetapi dapat pula disebabkan oleh trauma, akibat koitus dan
pemeriksaan bimanual
1
.
$aat ruptur, semua hasil konsepsi keluar dari tuba, atau jika robekan
tuba ke(il, perdarahan hebat dapat terjadi tanpa disertai keluarnya hasil
konsepsi dari tuba. ?ika hasil konsepsi keluar dari kavum abdomen pada
a!al kehamilan, implantasi dapat terjadi di daerah mana saja di rongga
abdomen, asal terdapat sirkulasi darah yang (ukup, sehingga dapat bertahan
dan berkembang. +amun, hal tersebut jarang terjadi. $ebagian besar hasil
konsepsi yang berukuran ke(il umumnya akan diresorbsi. Kadang,kadang
jika ukurannya besar, dapat tertahan di kavum douglasi membentuk massa
yang berbentuk kapsul atau mengalami kalsi)ikasi membentuk lithopedon
1,3
.
Gambar (. %ithopedion
(6
%. )ani$estasi klinis
a. Anamnesis
1-
Keluhan yang sering ditemukan adalah nyeri abdomen, nausea,
muntah, malaise, nyeri saat janin bergerak dan perdarahan pervaginam,
!alaupun jarang. Faktor in)ertilitas mempunyai peranan yang penting
oleh sebab itu perlu ditanyakan dalam anamnesis. 2da ri!ayat
perdarahan dan nyeri perut bagian ba!ah pada kehamilan muda. "ejala
gastrointestinal seperti mual, muntah, perut kembung, sembelit, diare,
dan nyeri perut. Pada usia kehamilan lanjut, gerakan janin dapat
menyebabkan rasa nyeri
1,,4
.
b. Pemeriksaan $isis
"ambaran klinik yang paling sering ditemukan adalah nyeri tekan
abdomen, presentasi janin abnormal, dan lokasi serviks uteri yang
berubah. :idak dapat ditimbulkan kontraksi 4raCton =i(ks seperti
kehamilan pada uterus
1,4
.
Posisi janin abnormal sering dapat diraba, tetapi kemudahan meraba
bagian janin bukan merupakan tanda yang dapat diandalkan. 4agian
janin kadang,kadang merasa sangat dekat dengan jari pemeriksa namun
dapat pula ditemukan pada kehamilan normal, terutama pada !anita
multipara. 4agian,bagian ke(il atau kepala janin kadang,kadang dapat
diraba melalui )orniks vagina dan diidenti)ikasi dengan jelas di luar
rahim
4
.
Pada pemeriksaan dalam vagina sering kali didapatkan
9
a. $erviks ke(il, panjang, kenyal, dan terletak tinggi 6terdorong dari
tempat semestinya7
b. :eraba tumor kurang lebih sebesar tinju yang berhubungan
dengan serviks 6tumor ini ialah uterus7 dan disampingnya teraba
tumor berisi janin yang sering salah dikenali dan dianggap
sebagai uterus karena ukurannya sering lebih besar daripada
uterus yang sebenarnya.
:es oksitosin 6pemberian oksitosin dalam dosis ke(il dengan jalan
in)us intravena7 membuktikan adanya kehamilan ektopik lanjut, apabila
pada pemeriksaan bimanual di luar kantong janin diraba suatu tumor
sebesar tinju yang berkontraksi
1,/
.
1/
'. Pemeriksaan penun*ang
a. Pemeriksaan laboratorium
2nemia transient dapat terjadipada a!al kehamilan baik pada
ruptur tuba atau abortus tuba. Peningkatan nilai serum alpha,
)etoprotein kadang,kadang ditemukan
4,10
.
b. +onogra$i
:emuan ultrasonogra)i pada kehamilan abdominal tidak
memungkinkan menegakkan diagnosis pasti. ;ligohidramnion
adalah (iri yang umum tetapi tidak spesi)ik. *alam beberapa kasus
yang di(urigai, temuan ultrasonogra)i mungkin bernilai diagnostik,
misalnya, jika kepala janin terlihat berbaring berdekatan dengan
kandung kemih ibu tanpa jaringan rahimdi antaranya. "ambaran
yang tampak pada kehamilan ektopik lanjut menurut 2llibone
antara lain
,4,10
9
17 ?anin di dalam suatu kantung kehamilan yang terletak di luar
uterus.
27 *iantara kandung kemih dan kantung yang berisi janin tidak
dapat diidenti)ikasi dinding uterus.
7 ?anin atau plasenta tampak seperti menempel pada dinding
perut.
47 *alam pemeriksaan ulang, janin tetap letak abnormal.
-7 Plasenta jelas tampak di luar uterus dan tampak menempel
pada dada atau kepala janin tanpa dipisahkan oleh air ketuban.
,. )agneti, resonan,e imaging -)&I.
:eknik ini dapat digunakan untuk mengkon)irmasi kehamilan
abdominal setelah pemeriksaan #$" yang men(urigakan. 'ni telah
digambarkan sebagai pemeriksaan yang sangat akurat dan
spesi)ik
4,12,13
.
d. /isterosal$ingogra$i
Pemeriksaan ini memberikan gambaran yang bagus dari kavum
uteri yang kosong dan lebih besar dari biasa, dengan janin di luar
uterus
1
.
e. Computed tomograph0 -CT1+,an.
10
D:,$(an lebih unggul daripada pen(itraan resonansi magnetik,
tetapi penggunaannya terbatas karena kekha!atiran radiasi pada
janin. *alam kasus kematian janin, D:,$(an bernilai diagnostik
dan harus dipertimbangkan
4
.
(. !iagnosis
Karena ruptur dini atau abortus pada kehamilan tuba merupakan
peristi!a a!al yang biasa terjadi sebelum kehamilan abdominal, dalam
pemeriksaan retrospekti) biasanya dapat ditemukan ri!ayat yang sugesti) ke
arah peristi!a tersebut. 2bnormalitas yang mungkin masih teringat oleh
pasien adalah perdarahan tak teratur dan nyeri abdomen yang biasanya
paling menonjol pada satu atau kedua kuadran ba!ah. 2nemia sepintas yang
tidak dapat dijelaskan sebabnya dalam a!al kehamilan dapat menyertai
peristi!a ruptur atau abortus tersebut
4
.
*iagnosis dini kehamilan abdominal sangat sulit dilakukan. $ebagian
besar temuan kehamilan abdominal adalah kebetulan pada saat #$" atau
saat laparatomi untuk kelainan yang lain
!
. Kriteria diagnosis kehamilan
abdomen primer F Studdiford+s ,riteria
10,11
9
1. Kedua tuba dan ovum normal.
2. :idak ada )istula uteroplasenta.
. =asil konsepsi benar,benar murni melengket di permukaaan
peritoneal.
2. Penatalaksanaan
Kehamilan abdomen dapat mengan(am nya!a, dan manajemen klinis
tergantung pada usia kehamilan saat diagnosis. 4eberapa praktisi menunggu
kelangsungan hidup janin dengan manajemen hamil di rumah sakit jika
kehamilan didiagnosis setelah 24 minggu. Pengelolaan seperti ini
menghindari risiko jika terjadi perdarahan intra,abdominal yang tiba,tiba
dan mengan(am ji!a. Karena risiko ini, keputusan umumnya ditunjukkan
ketika diagnosis kehamilan abdominal dibuat. *alam kasus dimana volume
(airan amnion minimal atau tidak ada, dan dalam kasus,kasus kurang dari
13
24 minggu, pengobatan konservati) jarang dibenarkan karena kelangsungan
hidup janin sangat berisiko
4
.
$ejarah umum dikatakan bah!a, jika janin meninggal setelah men(apai
ukuran yang terlalu besar untuk diabsorbsi, maka akan terjadi pernanahan,
mumi)ikasi, atau kalsi)ikasi. ?ika bakteri memperoleh akses pada hasil
konsepsi tersebut, terutama terhadap usus akan mengakibatkan timbulnya
abses. 2khirnya, abses akan pe(ah, dan dapat terjadi peritonitis dan
septikemia, bagian janin akhirnya akan diekstrusi melalui dinding perut atau
lebih sering ke usus atau kandung kemih. *alam beberapa kasus,
mumi)ikasi dan lithopedion akan terbentuk, dan produk kalsi)ikasi konsepsi
akan bertahan selama bertahun,tahun
4
.
Pembedahan. Kehamilan abdominal dapat memi(u perdarahan masi)
karena kurangnya vasokonstriksi pembuluh darah yang hipertro)i setelah
pemisahan plasenta. ?ika kondisi memungkinkan, manajemen pada dugaan
kehamilan abdominal paling baik dilakukan di )asilitas dengan kemampuan
)asilitas yang memadai. $angat penting untuk adanya ketersediaan darah
segera
4
.
Gambar (. 'ehamilan adomen
(-
:eknik untuk memantau ke(ukupan sirkulasi harus dilakukan. $ebelum
operasi, terpasang dua jalur in)us intravena, masing,masing mampu
memberikan volume besar (airan dengan ke(epatan tinggi dan harus
1@
ber)ungsi dengan baik. #ntuk eksposur yang optimal, laparotomi umumnya
dilakukan melalui sayatan vertikal garis tengah. $e(ara umum, kantung
janin dibuka dengan hati,hati, kemudian bayi harus dilahirkan di daerah
yang sedikit pembuluh darahnya, serta hindari penarikan tali pusar yang
berlebihan. :ali pusat dipotong di dekat insersinya 6plasenta7
,4
.
Pengelolaan plasenta. Penilaian plasenta pada saat operasi sangat
penting untuk memperoleh kesan tentang kemungkinan terjadinya
perdarahan. Pemisahan plasenta parsial dapat berkembang perdarahan
se(ara spontan atau, lebih mungkin, dalam perjalanan dari operasi ketika
men(oba untuk menemukan situs yang tepat dari lampiran plasenta
,4,10
.
;leh karena itu, yang terbaik adalah menghindari eksplorasi yang tidak
perlu dari organ sekitarnya. Plasenta hendaknya ditinggalkan apabila
melekat pada alat,alat vital. ?ika jelas bah!a plasenta bisa dilepaskan se(ara
aman, atau jika perdarahan dari tempat implantasi diperkirakan dapat
ditangani, maka pelepasan plasenta dapat segera dilakukan. 4ila mungkin,
pembuluh darah yang menyuplai plasenta harus diikat terlebih dahulu
,4
.
$eringkali, meninggalkan plasenta di tempat perlekatannya memiliki
keuntungan. =al ini mengurangi kemungkinan langsung perdarahan yang
mengan(am ji!a, tetapi dengan mengorbankan gejala sisa jangka panjang.
$ayangnya, ketika dibiarkan dalam rongga perut, plasenta umumnya
menyebabkan in)eksi abses, perlengketan, obstruksi usus, dan demam
4,12
.
;bstruksi uretra parsial dengan hidrone)rosis reversibel telah
dilaporkan. *alam laporan lain, dijelaskan preeklampsia persisten selama @@
hari setelah plasenta dilepaskan. *alam kasus ini, mungkin perlu dilakukan
laparatomi ulang. ?ika plasenta yang tersisa, involusi yang dapat dimonitor
menggunakan #$" dan tingkat serum ,hD". Kami telah menggunakan
*oppler ultrasound untuk mengikuti perubahan dalam aliran darah ke
plasenta. *alam beberapa kasus, dan biasanya tergantung pada ukuran,
)ungsi plasenta menurun dengan (epat, dan plasenta diserap. *alam satu
kasus dijelaskan, resorpsi plasenta mengambil lebih dari - tahun
,4
.
20
Penggunaan metotreksat kontroversial. :elah direkomendasikan untuk
memper(epat involusi tetapi dapat menyebabkan per(epatan kerusaka
plasenta dengan akumulasi jaringan nekrotik dan in)eksi dengan
pembentukan abses
4,10,10
.
Arteri Kateterisasi dan Embolisasi. Kateterisasi perkutan arteri )emoral
dan angiogra)i pelvis, diikuti oleh embolisasi situs perdarahan spesi)ik. =al
ini dikatakan mengurangi mortalitas dalam beberapa kasus perdarahan
panggul besar. Ketika diagnosis dibuat sebelum operasi, Kerr dan rekan
61@@7 menganjurkan transkateter embolisasi pembuluh penyuplai utama
segera sebelum intervensi bedah
1,4,10
.
Drain. Pemasangan drain pada kasus dengan plasenta yang
ditinggalkan tidak dilakukan, karena sering timbul komplikasi gangguan
saluran (erna, ikterus, abses dan sepsis yang biasanya )atal
.
13. Prognosis
a. 4anin
Pada penyelamatan janin pada kehamilan abdominal, dengan risiko
keadaan janin mungkin abnormal. +amun, dalam tinjauan yang luas
kehamilan abdominal, $tevens 61@@7 menemukan bah!a
kelangsungan hidup bayi yang lahir setelah 0 minggu adalah /%.
$elain itu, mal)ormasi janin dan de)ormasi hanya 20%.*e)ormasi
yang paling umum adalah )asial atau kranial asimetri, atau keduanya,
dan berbagai kelainan sendi. Kelainan yang paling umum adalah
kekurangan anggota tubuh dan anomali sistem sara) pusat
4,12
.
b. Ibu
Kematian ibu meningkat se(ara substansial dibandingkan dengan
kehamilan normal. *engan peren(anaan pra,operasi yang tepat,
mortalitas ibu berkurang dari sekitar 20% menjadi kurang dari -%
dalam 20 tahun terakhir
4,11
.
,. Fertilitas
.anita dengan ri!ayat kehamilan ektopik /0% akan hamil setelah
itu, dengan peningkatan risiko ektopik dari ektopik lain 0,1 kali
21
lipat. #ntuk kehamilan berikutnya -0% ,30 % dapat terjadi dalam
intrauterin dan 10,1- % akan menjadi ektopik
4
.
!AFTA& P5+TAKA
1. .iknjosastro, =ani)a. 200@. Ilmu 'eidanan. ?akarta 9 Aayasan 4ina
Pustaka $ar!ono Pra!irohardjo.
2. $pero)), 5 dan Frit<, %2. 200-. ,lini!al .yne!ologi! /ndo!rinology and
Infertility" $eventh Edition. Ebooks. Dopyright. 5ippin(ott .illiams G
.ilkins.
. .iknjosastro, =ani)a. 2010. Ilmu 0edah 'eidanan" ?akarta 9 Aayasan 4ina
Pustaka $ar!ono Pra!irohardjo.
4. Dunningham F", %a(*onald PD, "ant +F. Ostetri 1illiams $1illiams
Ostetri!s2. Edisi ke,13. 2lih 4ahasa9 $uyono ?, =artono 2. ?akarta9
Penerbit 4uku Kedokteran E"D.
-. http9HH!!!.britanni(a.(omHE4(he(kedHmediaH133-@
/. .iknjosastro, =ani)a. 2003. Ilmu 'andungan. ?akarta 9 Aayasan 4ina
Pustaka $ar!ono Pra!irohardjo.
0. ?ones, *erek 55. 2001. )asar&dasar Ostetri dan .ine#ologi" Edisi /.
?akarta9 Penerbit =ipokrates.
3. http9HHdjjars.(omH2012H04H)ertilisasi,implantasi,dan,tes.html
@. +or!it<, E& dan $(horge, ?;. 2001. Ostetri!s and .yne!ology at a
.lan!e" Ebooks. #$29 4la(k!ell $(ien(e 5td.
10. :homas 2 %olinaro, %.*., Kurt : 4arnhart,%.*.,%.$.D.E. 2000. /!topi!
*regnan!ies in Unusual %o!ations"$emin &eprod %ed. 200082-627912,
10. http9HH!!!.meds(ape.(omHvie!arti(leH--0032I-
22
11. Fadhel, "hasaJ Aassen. /!topi! pregnan!y" http344555"medi!ine"uodiyala"
edu"i64uploads4gyna!ology4siminar4e!topi!789pregnan!y"pdf
12. "allu<o, &+. Paynesha, %. 2nderson., Erin K. ;p)er., ?eanne %. 4us(h.,
Everett F. %agann. 200@. Dase &eport9 An /arly Adominal 1all /!topi!
*regnan!y Su!!essfully :reated 5ith Ultrasound .uided Intralesional
Methotrexate3 A ,ase ;eport. http9HH!!!.hinda!i.(omHjournalsHogiH200@ H
2404-2H
1. P 4a))oe, D Fo)ie, and 4 + "andau. 2011. :erm Adominal *regnan!y 5ith
<ealthy =e5orn3 A ,ase ;eport" "hana %ed ?. ?un 20118 4-6279 31F3.
http9HH!!!.n(bi.nlm.nih.govHpm(Harti(lesHP%D1-3-1H
14. =e))ner, 5?8 $(hust, *?. 200/. At a .lan!e Sistem ;eprodu#si" Edisi Kedua.
?akarta9 Penerbit Erlangga.
1-. http9HHpusmaika.)iles.!ordpress.(omH2010H0/Hetro2.jpg
1/. http9HH!!!.boydom.(omH2012H11H0@Htop,10,indian,medi(al,anomaliesH
10. Kun KA, .ong PA, =o %., :ai D%, +g :K. 2000. ?ournal9 Adominal
pregnan!y presenting as a missed aortion at (6 5ee#s>
gestation"*epartment o) ;bstetri(s and "ynae(ology, Pamela Aoude
+ethersole Eastern =ospital, 5ok %an &oad, Dhai .an, =ong Kong.
http9HH!!!.hkmj.orgHarti(leI pd)sHhkm0012p42-.pd)
13. http9HH!!!.thene!jerseye(topi(pregnan(y(enter.(omHimagesHpIabdominalI
01.jpg
1@. 2leCandra, $tanislavsky dan &ads!iki et al. Adominal e!topi! pregnan!y"
http9HHradiopaedia.orgHarti(lesHabdominal,e(topi(,pregnan(y
2