Você está na página 1de 142

PENGARUH PENERAPAN ETIKA PROFESI, KOMITMEN

ORGANISASI DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP


PENINGKATAN PROFESIONALISME AKUNTAN PUBLIK
DI JAKARTA

Skripsi












oleh :
Akhmad Bustanul Arifin
NIM : 105082002696




JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M



SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : Akhmad Bustanul Arifin
NIM : 105082002696
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
Pengaruh Penerapan Etika Profesi, Komitmen Organisasi dan Kecerdasan
Emosional Terhadap Peningkatan Profesionalisme Akuntan Publik di
Jakarta.
Merupakan hasil pekerjaan saya sendiri. Apabila skripsi tersebut bukan hasil
pekerjaan sendiri, saya bersedia menerima segala sangsi yang telah ditetapkan.
Demikian skripsi ini dibuat sebagaimana mestinya dan benar adanya.
J akarta, Maret 2011
Peneliti,


Akhmad Bustanul Arifin







DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Akhmad Bustanul Arifin
2. Tempat & Tanggal Lahir : Tegal, 27 J uli 1984
3. Alamat : Balamoa Rt.04, Rw.03 Pangkah, Tegal
J awa Tengah
4. Telepon : 021-95054897
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SDN Balamoa 1 1991-1997
2. SLTP N 1 Pangkah 1997-2000
3. SLTA N 1 Pangkah 2000-2003
4. Strata 1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah J akarta
Fakultas Ekonomi dan Bisnis J urusan Akuntansi 2005-2011
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT) Ciputat
2. KMPLHK RANITA UIN Syarif Hidayatullah J akarta
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Daimudin
2. Ibu : Khonipah
3. Alamat : Balamoa Rt.04, Rw.03 Pangkah, Tegal
J awa Tengah
4. Anak ke dari : 2 dari 2 bersaudara


ABSTRACT
Public accountant is an accountant whose practiced in the Public
Accounting Firm (KAP), which provides the services stipulated in the Public
Accountants Professional Standards (auditing, attestation, reviews and other
accounting services). One of the responsibilities of public accountants to maintain
a professional quality. The purpose of this study was to determine the extent to
which the influence of partial or simultaneous application of professional ethics,
organizational commitment, and emotional intelligence to increase the
professionalism of public accountants.
The variables used in this research is the application of professional ethics,
organizational commitment and emotional intelligence as the independent
variable, while professionalism as the dependent variable. The population in this
research is a public accountant who worked on the firm in Jakarta. The sample is
70 public accountants located at 17of Public Accounting Firm in South Jakarta.
Sampling using convenience sampling methods, and analysis of research data
using multiple regression analysis.
The results of this study indicated that the application of professional ethics
and emotional intelligence is partially affect the increased professionalism,
whereas organizational commitment does not affect the increased professionalism
of public accountants. And according to research results obtained in Test F
(simultaneous), the application of professional ethics, organizational commitment
and emotional intelligence affects simultaneously towards increased
professionalism of public accountants

.
Keywords: Public Accountants, Professional Ethics, Organizational Commitment,
Emotional Intelligence,

professionalism





ABSTRAK
Akuntan publik adalah akuntan yang berpraktik dalam Kantor Akuntan
Publik (KAP) yang menyediakan jasa yang diatur dalam Standar Profesi Akuntan
Publik (auditing, atestasi, review dan jasa akuntan lainya). Salah satu tanggung
jawab akuntan publik adalah menjaga mutu profesionalnya. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh secara parsial maupun simultan
penerapan etika profesi, komitmen organisasi, dan kecerdasan emosional terhadap
peningkatan profesionalisme akuntan publik.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penerapan etika
profesi, komitmen organisasi dan kecerdasan emosional sebagai variabel
independen, sedangkan profesionalisme sebagai variabel dependen. Populasi
dalam penelitian ini adalah akuntan publik yang bekerja pada KAP di J akarta.
Sampel penelitian ini yaitu 70 akuntan publik yang terdapat pada 17 KAP di
J akarta Selatan. Pengambilan sampel menggunakan metode convenience
sampling, dan analisis data penelitian menggunakan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan etika profesi dan
kecerdasan emosional secara parsial berpengaruh terhadap peningkatan
profesionalisme, sedangkan komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap
peningkatan profesionalisme akuntan publik. Dan menurut hasil penelitian yang
diperoleh dalam Uji F (simultan), penerapan etika profesi, komitmen organisasi
dan kecerdasan emosional berpengaruh secara simultan terhadap peningkatan
profesionalisme akuntan publik.

Kata Kunci: Akuntan Publik, Etika Profesi, Komitmen Organisasi, Kecerdasan
Emosional, profesionalisme






KATA PENGANTAR



Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah mengkaruniakan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
Pengaruh Penerapan Etika Profesi, Komitmen Organisasi, dan Kecerdasan
Emosional Terhadap Peningkatan Profesionalisme Akuntan Publik di J akarta.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagai syarat-syarat
guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah J akarta.
Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan rasa syukur atas rahmat dan
karunia Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini serta tak
pula peneliti menghaturkan terimakasih kepada:
1. Keluargaku, Ayah dan Ibu atas setiap helaian kasih sayangnya, semua perhatian
dan dukunganya, kakakku dan keponakanku Eka dan Manda, kalian penghibur
sekaligus penyemangatku.
2. Bpk Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah J akarta.
3. Bpk Dr. Amilin, S.E., M.Si, Ak selaku pembimbing I yang telah bersedia
meluangkan waktunya memberikan arahan dan bimbingan.
4. Ibu Rini, S.E., M.Si, Ak selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan
waktunya memberikan arahan dan bimbingan.
5. Ibu Rahmawati, S.E., MM selaku Ketua J urusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah J akarta.
6. Ibu Yessi Fitri, S.E., M.Si, Ak selaku Sekretaris J urusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah J akarta.
7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
mencurahkan dan mengamalkan ilmunya, serta Karyawan Universitas Islam
Negeri yang telah memberikan bantuanya kepada peneliti.
8. Seluruh teman-teman akuntansi C 2005 dan teman-teman Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, teman-teman Ikatan Mahasiswa Tegal, dan teman-teman KMPLHK
RANITA UIN J akarta dan teman-teman MAPALA se-Indonesia, serta teman2
seperjuangan yang tak bisa disebut satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan. Dengan segala kerendahan hati peneliti memohon maaf dan
mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan peneliti dan
bermanfaat bagi semua.
Wassalamuallaikum. Wr. Wb

J akarta,


105082002696
Akhmad Bustanul Arifin












DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi
Lembar Pengesahan Uji Komprehensip
Lembar Pengesahan Uji Skripsi
Lembar Pernyataan
Daftar Riwayat Hidup ....
Abstract ..........................................
Abstrak ...........................................
Kata Pengantar ...........................................
Daftar Isi.....
Daftar Tabel .......
Daftar Gambar .......
Daftar Lampiran .




i
ii
iii
iv
vi
viii
ix
x
BAB I. PENDAHULUAN ....
A. Latar Belakang Penelitian ......
B. Perumusan Masalah .......
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..........
1
1
8
9
BAB II. TINJ AUAN PUSTAKA ..........
A. Akuntan Publik ..................
1. Pengertian Akuntan Publik .. ...
2. Akuntan Publik sebagai Suatu Profesi ....
B. Etika Profesi .......
1. Pengertian Etik Profesi .....
2. Prinsip-Prinsip Etika Profesi ........
3. Kode Etik Profesi Akuntan Publik ...
4. Tujuan Kode Etik .
C. Komitmen Organisasi ............................................................
D. Kecerdasan Emosional ......
E. Profesionalisme ..................................................................
11
11
11
12
15
15
17
23
24
25
28
35
F. Penelitian Terdahulu ..............................................................
G. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ...........
H. Model Pemikiran ....................................................................
38
42
47
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ......
A. Ruang Lingkup Penelitian ......
B. Metode Penentuan Sampel .....
C. Metode Pengumpulan Data ...
D. Metode Analisis Data .....
1. Statistik Deskriptif ...
2. Uji Kualitas Data .....
3. Uji Asumsi Klasik
4. Uji Hipotesis .....
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ......
48
48
48
49
50
50
50
51
53
55
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .....
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ...
1. Tempat dan Waktu Penelitian ..
2. Karakteristik Profil Responden
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ...
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
2. Hasil Uji Kualitas Data ........
3. Hasil Uji Asumsi Klasik ..
4. Hasil Uji Hipotesis ...
C. Pembahasan
62
62
62
64
67
67
68
73
76
81
BAB V. Kesimpulan dan Implikasi ..
A. Kesimpulan .
B. Implikasi .
C. Keterbatasan dan Saran ...
1. Keterbatasan .
2. Saran .
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
87
87
88
89
89
89
91
95
DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman
1.1 Kasus, Temuan dan Dampak .. 3
2.1 Penelitian Terdahulu ... 39
3.1 Operasional Variabel Penelitian ..... 58
4.1 Data Sampel Penelitian ... 62
4.2 Data Distribusi Sampel Penelitian .. 63
4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan J enis Kelamin .. 64
4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia .. 65
4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan
Terakhir ...

65
4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir . 66
4.7 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman
Kerja

67
4.8 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 68
4.9-1 Hasil Uji Validitas Variabel Etika Profesi ...... 69
4.9-2 Hasil Uji Validitas Variabel Komitmen Organisasi 70
4.9-3 Hasil Uji Validitas Variabel Kecerdasan Emosional .. 70
4.9-4 Hasil Uji Validitas Variabel Profesionalisme . 71
4.10 Hasil Uji Reliabilitas ... 73
4.11 Hasil Uji Multikolonieritas . 74
4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi . 77
4.13 Hasil Uji Statistik t .. 78
4.14 Hasil Uji Statistik F . 80




DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman
2.1 Model Peneltian ..... 47
4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ... 75
4.2 Grafik Scatterplot .. 76




















DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman
1 Kuesioner Penelitian ... 95
2 Data Kuesioner Penelitian .. 104
3 Hasil Uji Validitas .. 111
4 Hasil Uji Reliabilitas .. 123
5 Hasil Uji Regresi 125
6 Surat Izin Penelitian ... 127
7 Surat Keterangan Penelitian ... 128
















1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Profesi akuntan di Indonesia sekarang ini menghadapi tantangan yang
semakin berat. Tantangan tersebut adalah berikut ini. Pertama, WTO, GATT,
dan GATS tidak hanya merundingkan masalah perdagangan komoditi riil,
namun juga sektor jasa. Kedua, diberlakukanya perdagangan bebas diantara
Negara-negara di kawasan Asia-Pasifik dalam rangka kerjasama ekonomi
APEC tahun 2010 bagi Negara maju dan pada tahun 2020 bagi Negara
berkembang, termasuk Indonesia. Ketiga, diberlakukanya perdagangan bebas
diantara Negara-negara di kawasan ASEAN, yaitu AFTA (Ekayani dan Adi
Putra, 2003:2).
Disamping itu, kemajuan ekonomi mendorong munculnya pelaku
bisnis baru sehingga menimbulkan persaingan bisnis yang cukup tajam.
Semua usaha bisnis tersebut berusaha untuk memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya. Namun terkadang untuk mencapai tujuan itu, segala upaya
dan tindakan dilakukan walaupun pelaku bisnis harus melakukan tindakan-
tindakan yang mengabaikan berbagai dimensi moral dan etika bisnis itu
sendiri, termasuk profesi akuntansi. Untuk mengantisipasi hal itu, maka
profesionalisme suatu profesi harus dimiliki oleh setiap anggota profesi, yaitu
berkeahlian, berpengetahuan, dan berkarakter. Karakter menunjukkan
personalitas seorang profesionalisme yang diwujudkan dalam sikap
2

profesional dan tindakan etisnya (Machfoedz dalam Winarna dan Retnowati,
2004).
Akhir-akhir ini muncul issue yang sangat menarik yaitu pelanggaran
etika oleh akuntan baik tingkat nasional maupun internasional. Di Indonesia
issue ini berkembang seiring dengan adanya pelanggaran etika, baik yang
dilakukan oleh akuntan publik, akuntan intern, maupun akuntan pemerintah.
Etika profesi akuntan publik berfungsi sebagai panduan bagi para akuntan
publik dalam menjalani kewajiban mereka memberikan dan mempertahankan
jasa kepada masyarakat yang berstandar tinggi. Oleh karena itu, etika profesi
ini menjadi sangat urgent karena etika profesi ini merupakan sarana
pengaturan diri (self-regulation), yang sangat menentukan bagi pelaksanaan
profesi sebagaimana diharapkan oleh masyarakat. Kepercayaan masyarakat
terhadap profesi akuntansi ditentukan oleh kepatuhan para akuntan terhadap
standar etika yang telah disepakati. Sebaliknya, apabila etika profesi ini
dilanggar maka akuntan publik akan menghasilkan jasa yang berstandar
rendah, sehingga kredibilitas akuntan publik diragukan dan kepercayaan
masyarakat hilang (Yuliani, 2005). Oleh karena itu, pada tabel 1.1 berikut ini
disajikan kasus-kasus dan masalah-masalah yang dilakukan oleh akuntan
publik yang dapat menyebabkan kredibilitas mereka diragukan.








3

Tabel 1.1
Kasus, Temuan dan Dampak
Tahun Kasus Temuan Dampak
2002

(VIVAnews.
com)
PT. Kimia farma Auditor tidak mampu
mendeteksi adanya
kesalah sajian dalam
lapotan keuangan PT
kimia Farma
Menurunya
kredibilitas sebagai
akuntan publik atau
auditor yang
profesional
2005

(ICW)
Dana Abadi
Umat (DAU)
Tim jaksa penyidik
memiliki bukti kalau
Khairiansyah (auditor
BPK) kecipratan (suap)
Dana Abadi Umat
(DAU)
Menurunya
kredibilitas sebagai
akuntan publik atau
auditor yang
profesional dan
menjadi preseden
sangat buruk bagi
institusi negara
seperti BPK.
2009

(Koran-
J akarta.com)
Kementerian
Tenaga Kerja
dan
Transmigrasi
Bagindo Quirino
(Auditor BPK) terbukti
melakukan tindak
pidana suap sebesar 650
juta rupiah dalam kasus
korupsi Anggaran
Belanja Tambahan
tahun 2004 di
Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi.
Menurunya
kredibilitas sebagai
akuntan publik atau
auditor yang
profesional dan
menjadi preseden
sangat buruk bagi
institusi negara
seperti BPK.
Merugikan negara
Rp 13,6 Miliar
2010

(
Kasus korupsi
dan kredit macet
untuk
pengembangan
usaha di bidang
otomotif Raden
Motor (Biasa
Sitepu sebagai
Auditor)
VIVAnews.
com)
Kesalahan dalam
laporan keuangan
perusahaan Raden
Motor dalam
mengajukan pinjaman
ke BRI. data yang
diduga tidak dibuat
semestinya dan tidak
lengkap oleh akuntan
publik.
Lemahnya sifat
independensi pada
auditor
2010

(Koran-
jakarta.com)
Suap dari
Pemerintah Kota
Bekasi
Enang Hermawan dan S
(auditor BPK) diduga
menerima suap dari
pejabat Pemerintah
Kota Bekasi untuk
mendapatkan opini
Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP)
Menurunya
kredibilitas sebagai
akuntan publik atau
auditor yang
profesional dan
menjadi preseden
sangat buruk bagi
institusi negara
seperti BPK.
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
4

Profesionalisme telah menjadi issue yang kritis untuk profesi akuntan
karena dapat menggambarkan kinerja akuntan tersebut. Gambaran terhadap
profesionalisme dalam profesi akuntan publik seperti yang dikemukakan oleh
Hastuti et al. (2003) dalam Arleen Herawati (2008), dicerminkan melalui lima
dimensi, yaitu pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian,
keyakinan terhadap profesi dan hubungan dengan rekan seprofesi. Selain
menjadi seorang profesional yang memiliki sikap profesionalisme, akuntan
publik juga harus memiliki pengetahuan yang memadai dalam profesinya
untuk mendukung pekerjaannya dalam melakukan setiap pemeriksaan. Setiap
akuntan publik juga diharapkan memegang teguh etika profesi yang sudah
ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).
Kode etik menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang
harus diterapkan oleh setiap individu dalam kantor akuntan publik (KAP)
atau jaringan KAP, baik yang merupakan anggota IAPI maupun yang bukan
merupakan anggota IAPI, yang memberikan jasa profesional yang meliputi
jasa assurance dan jasa selain assurance seperti yang tercantum dalam
standar profesi dan kode etik profesi (Kode Etik Profesi Akuntan Publik
IAPI, 2008).
Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan para auditor akan selalu
berhubungan dengan individu-individu maupun kelompok-kelompok didalam
sebuah instansi atau perusahaan yang diperiksa serta dihadapkan dengan
berbagai masalah yang cukup rumit, baik yang bersifat teknis maupun bersifat
non teknis, apalagi menyangkut ketidakpuasan kinerja akuntan dapat
5

menyebabkan kurangnya profesionalisme akuntan dalam melaksanakan tugas,
sehingga akan berdampak pada pandangan negatif terhadap citra akuntan
publik dan profesi akuntan publik dimasyarakat (Monika, 2007).
Keberhasilan dan kinerja seseorang dalam suatu bidang pekerjaan
sangat ditentukan oleh profesionalisme terhadap bidang yang ditekuninya.
Profesionalisme sendiri harus ditunjang dengan komitmen serta independensi
untuk mencapai tingkatan yang tertinggi. Komitmen merupakan suatu
konsistensi dari wujud keterikatan seseorang terhadap suatu hal, seperti karir,
keluarga, lingkungan pergaulan sosial dan sebagainya. Adanya suatu
komitmen dapat menjadi suatu dorongan bagi seseorang untuk bekerja lebih
baik atau malah sebaliknya menyebabkan seseorang justru meninggalkan
pekerjaannya, akibat suatu tuntutan komitmen lainnya. Komitmen yang tepat
akan memberikan motivasi yang tinggi dan memberikan dampak yang positif
terhadap kinerja suatu pekerjaan (Trisnaningsih, 2007).
Komitmen anggota organisasi menjadi hal penting bagi sebuah
organisasi dalam menciptakan kalangsungan hidup sebuah organisasi apapun
bentuk organisasinya. Komitmen menunjukan hasrat karyawan sebuah
perusahaan untuk tetap tinggal dan bekerja serta mengabdikan diri bagi
perusahaan (Amilin dan Rosita Dewi, 2008). Komitmen organisasional
dibangun atas dasar kepercayaan pekerja atas nilai-nilai organisasi, kerelaan
pekerja membantu mewujudkan tujuan organisasi dan loyalitas untuk tetap
menjadi anggota organisasi. Oleh karena itu, komitmen organisasi akan
menimbulkan rasa ikut memiliki (sense of belonging) bagi pekerja terhadap
6

organisasi. J ika pekerja merasa jiwanya terikat dengan nilai-nilai
organisasional yang ada maka dia akan merasa senang dalam bekerja,
sehingga kinerjanya dapat meningkat (Trisnaningsih, 2007).
Setiap manusia ingin berprestasi dalam segala hal, tidak terkecuali
berprestasi dalam pekerjaan. Saat ini keberhasilan kerja seseorang tidak
ditunjang oleh kemampuan intelektual semata, namun juga didukung oleh
kemampuan penyesuaian emosi dalam berhubungan dengan seseorang.
Sebagian masyarakat beranggapan bahwa Intelektual Quotient (IQ)
menentukan keberhasilan seseorang. Masyarakat beranggapan bahwa
semakin tinggi IQ seseorang semakin berhasil orang tersebut dalam
pekerjaannya. Namun kenyataannya tidak demikian, IQ hanya memberikan
kontribusi 20% dalam menentukan keberhasilaan hidup seseorang dan 80%
lainnya ditentukan oleh faktor lain. Faktor inilah yang disebut kecerdasan
emosional (EQ) (Alwani, 2007).
Aturan bekerja sekarang ini tengah berubah, seseorang dinilai tidak
hanya berdasarkan tingkat kepribadian atau berdasarkan tingkat penilaian dan
pengalaman tetapi juga berdasarkan seberapa baik seseorang mengelola diri
sendiri dan orang lain. Sebagai seorang auditor, pendidikan dan pengalaman
dapat meningkatkan kompetensinya, namun dalam berhubungan dengan
pihak lain (auditee) seorang auditor selain harus memiliki kemampuan
intelektual juga harus memiliki kemampuan organisasional, interpersonal dan
sikap dalam berkarir dilingkungan yang selalu berubah. Dalam meningkatkan
profesionalisme seorang auditor harus terlebih dahulu memahami dirinya
7

sendiri dan tugas yang akan dilaksanakan serta selalu meningkatkan dan
mengendalikan dirinya dalam berhubungan dengan auditee (Tantina 2003:2).
Saat ini profesionalisme akuntan publik memang banyak
dipertanyakan oleh berbagai pihak, apalagi dengan terbongkarnya makelar
kasus yang terjadi di Institusi Pemerintahan Indonesia, sebagai akuntan
publik perlu menunjukkan bahwa dirinya adalah akuntan publik yang
profesional. Melihat kondisi seperti ini, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul Pengaruh Penerapan Etika Profesi, Komitmen
Organisasi dan Kecerdasan Emosional Terhadap Peningkatan
Profesionalisme Akuntan Publik di Jakarta.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya, yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Yuliani (2005). Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Ada penambahan dua variabel independen, yaitu variabel komitmen
organisasi dan kecerdasan emosional. Komitmen organisasi diperoleh dari
penelitian Trisnaningsih (2007), Amilin dan Rosita Dewi (2008).
Kecerdasan emosional diperoleh dari penelitian Maslahah (2007), dan
Alwani (2007). Penelitian sebelumnya hanya menguji pengaruh faktor
situasional yang mengindikasikan bahwa dalam setiap penugasannya
Kantor Akuntan Publik melaksanakan etika profesi yang tertuang dalam
PMK no.17 tahun 2008 dan PSPM no. 04 yang ditetapkan oleh IAPI,
sedangkan penelitian ini menguji pengaruh faktor situasional dan faktor
8

karakteristik personal akuntan publik dalam penugasanya sehingga
diharapkan dapat meningkatkan sikap profesionalisme akuntan publik.
2. Metode pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis regresi berganda (multiple regression analysis) untuk menguji
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, sedangkan
penelitian sebelumnya menggunakan metode analisis regresi linier.
3. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja
pada Kantor Akuntan Publik di wilayah J akarta, sedangkan penelitian
sebelumnya menggunakan sampel auditor yang bekerja pada Kantor
Akuntan Publik di Bandung J awa Barat.
B. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah penerapan etika profesi berpengaruh secara signifikan terhadap
peningkatan profesionalisme akuntan publik?
2. Apakah komitmen organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap
peningkatan profesionalisme akuntan publik?
3. Apakah kecerdasan emosional berpengaruh secara signifikan terhadap
peningkatan profesionalisme akuntan publik?
4. Apakah penerapan etika profesi, komitmen organisasi, dan kecerdasan
emosional berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap
peningkatan profesionalisme akuntan publik?
9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
a. Menguji pengaruh penerapan etika profesi terhadap peningkatan
profesionalisme akuntan publik.
b. Menguji pengaruh komitmen organisasi terhadap peningkatan
profesionalisme akuntan publik.
c. Menguji pengaruh kecerdasan emosional terhadap peningkatan
profesionalisme akuntan publik.
d. Menguji pengaruh penerapan etika profesi, komitmen organisasi, dan
kecerdasan emosional terhadap peningkatan profesionalisme akuntan
publik
2. Manfaat Penelitian
Penelitian atas penerapan etika profesi, komitmen organisasi, dan
kecerdasan emosional untuk meningkatkan profesionalisme akuntan publik
di J akarta diharapkan dapat berguna bagi semua pihak yang
berkepentingan dan di samping itu, penelitian dapat memberi manfaat:
a. Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP)
diharapkan dapat memberikan suatu masukan yang bermanfaat untuk
mengetahui kekurangan, kelemahan, dan kendala yang dihadapi dalam
meningkatkan profesionalisme akuntan publik.

10

b. Bagi Pihak Lain
Sebagai informasi dan gambaran yang lebih jelas yang dapat digunakan
untuk bahan penelitian bagi peneliti lain yang berminat dalam bidang
serupa.
c. Bagi Peneliti
Memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai etika profesi,
komitmen organisasi dan kecerdasan emosional terhadap peningkatan
perofesionalisme akuntan publik baik secara teori maupun praktek, Dan
sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian akhir sarjana (program
SI) program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah J akarta.













11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Akuntan Publik
1. Pengertian Akuntan Publik
Akuntan publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari
menteri untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan ini (Pasal 1 Angka (2) PMK Nomor 17/PMK.01/2008
tentang J asa Akuntan Publik). Akuntan publik merupakan profesi yang
mempunyai posisi unik. Pada satu sisi mendapat honor dari klien, tetapi
jika ia melaksanakan praktik publik (public practice) harus bersikap
independen (tidak memihak kepada salah satu pihak baik klien maupun
dari pihak lain).
Kode Etik Akuntan Indonesia pada pembukaanya memberikan
definisi akuntan publik sebagai berikut:
Akuntan adalah profesi yang terdiri atas landasan kepercayaan
masyarakat. Dengan demikian, dalam melaksanakan tugasnya akuntan
harus mengutamakan kepentingan masyarakat, pemerintah, dan dunia
usaha.
Menurut Arens et-al (2010:18), memberikan definisi akuntan
publik sebagai berikut:
A person who has met state regulatory requirements, including passing
the Uniform CPA Examination, and has thus been certified; a CPA may
have as his or her primary responsibility the performance of the audit
function on published historical financial statements of commercial and
noncommercial financial entities.

12

Sedangkan Charmichael et-al (1996:39), dalam Yuliani (2005),
memberikan definisi akuntan publik sebagai berikut:
The CPA is a member of time honored profession, and the status of the
profession and the responsibilities that accompany their status effect the
audit function and the structure of the profession. The independent auditor
is subject to regulations imposed by profession and by society.
Mulyadi dan Puradiredja (2002:52), memberikan perbedaan
definisi antara pengertian akuntan publik dengan pengertian auditor
independen sebagi berikut:
Akuntan publik adalah akuntan yang berpraktik dalam Kantor Akuntan
Publik (KAP) yang menyediakan jasa yang diatur dalam Standar Profesi
Akuntan Publik (auditing, atestasi, review dan jasa akuntan lainya).
Sedangkan Auditor Independen adalah akuntan publik yang melaksanakan
penyusunan audit atas laporan keuangan historis yang menyediakan jasa
audit atas dasar standar auditing yang tercantum dalam Standar Profesi
Akuntan Publik.
Berdasarkan definisi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa
akuntan publik adalah suatu profesi yang telah memperoleh izin dari
menteri keuangan yang berpraktik dalam Kantor Akuntan Publik (KAP)
untuk memberikan jasa profesionalnya atas landasan kepercayaan
masyarakat yang dibayar oleh klien, bekerja secara profesional,
bertanggung jawab dan harus mengutamakan kepentingan masyarakat,
pemerintah, dan dunia usaha.
2. Akuntan Publik Sebagai Suatu Profesi
Akuntan sebagai suatu profesi telah ada dan berkembang sejalan
dengan perkembangan kebutuhan akan informasi keuangan dalam dunia
bisnis. Profesi adalah karya bidang keahlian yang terorganisasi guna
13

memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap keahlianya tersebut. Karya
sebagai suatu profesi berarti bidang keahlianya tersebut menjadi sumber
nafkah hidupnya. Disiplin ilmu yang mendasari suatu profesi biasanya
merupakan ilmu terapan. Karena ilmu tersebut digunakan dalam praktik
sehari-hari guna menjawab persoalan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
J adi, suatu profesi terbentuk berdasarkan dua hal yaitu adanya suatu
disiplin ilmu yang menjadi induknya dan adanya kebutuhan masyarakat.
Menurut Mulyadi (2002: 4), profesi akuntan publik adalah:
Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat, dari
profesi inilah masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas tidak
memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan
dalam laporan keuangan.
Penelitian Suryaningtias (2007), menyebutkan bahwa suatu
dikatakan menjadi suatu profesi yang sudah mapan bila memiliki enam
cirri, yaitu:
a. Memberikan jasa yang bermanfaat bagi masyarakat.
b. Terikat oleh prinsi-prinsip etika dengan tekanan kepada kebijakan
berupa pelayanan, kejujuran, integritas serta pengabdian kepada
kesejahteraan yang dilayani.
c. Mempunyai persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat menjadi
anggota yang diatur dengan undang-undang.
d. Mempunyai prosedur dalam menegakkan disiplin anggota yang
melanggar kode etik.
e. Mempunyai pengetahuan minimal dalam bidang keahlian yang
diperoleh melalui pendidikan formal.
14

f. Mempunyai bahasa sendiri, dan mengenai hal-hal yang sangat teknik
hanya dimengerti oleh mereka yang menjadi anggota.
Bagi seseorang yang merencanakan untuk menjadi Akuntan Publik
Bersertifikat (BPA), adalah penting untuk mengetahui persyaratan di
negara di mana ia berencana untuk mendapatkan dan mempertahankan
penunjukan BPA. BPA diatur oleh hukum negara melalui departemen
lisensi dari masing-masing negara. dalam setiap negara, peraturan yang
konstan yang berbeda untuk menjadi BPA dan mempertahankan izin
praktek setelah penunjukan awalnya telah dicapai (Aren et-al, 2010:17).
Menurut Arens et-al (2010:17), ada tiga syarat untuk menjadi
seorang Akuntan Publik Bersertifikat, yaitu: Educational Requirement,
Uniform CPA Examination Requirement, Experience Requirement.
a. Educational Requirement
normaly, an undergraduate or graduate degree with a major in
accounting, including a minimum number of accounting credits. Most
states now require 150 semester credits hours (225 quarter credits)
for licensure as a CPA. Some states require fewer credits before
taking the examination but require 150 semester credits before
receiving the CPA certificate.
b. Uniform CPA Examination Requirement
computer-based examination offered at various testing centers.
Examination section are follows: Auditing and Attestation 4.5 hours,
Financial Accounting and Reporting 4 hours, Regulation 3 hours,
Business Environment and Concepts 2.5 hours. Same states also
require a separate ethics examination.
c. Experience Requirement
varies widely from no experience to 2 years, including. Some states
including experience working for governmental units or in internal
auditing.
15

J adi akuntan publik dikatakan sebagai suatu profesi karena
memiliki spesialisasi pengetahuan dan pendidikan khusus, mamiliki
persyaratan tertentu untuk profesi tersebut dan diatur oleh hukum negara
melalui departemen lisensi di masing-masing Negara, memiliki kode etik,
mengutamakan kepentingan masyarakat, serta memiliki organisasi profesi.
Seperti halnya profesi-profesi yang lain, profesi akuntan publik terikat
dengan aturan-aturan (regulasi) yang mengatur setiap anggota profesi
dalam menjalankan pekerjaanya.
B. Etika Profesi
1. Pengertian Etika profesi
Menurut Harahap (2002:41), apakah etika, dan apakah etika profesi
itu? Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang
berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika
akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun
kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah
dikerjakanya itu salah atau benar, baik atau buruk. Rahayu dan Ely
Suhayati (2010:49), mendefinisikan etika sebagai nilai-nilai tingkah laku
atau aturan-aturan tingkah laku yang diterima dan digunakan oleh individu
atau segolongan tertentu. Sedangkan Aren et-al (2010:104),
mendefinisikan etika adalah a set of moral principles or value.
Menurut Keraf (2001: 33-35), dalam Utami dan Indriawati (2006),
etika dibagi dalam etika umum dan etika khusus. Etika khusus dibagi lagi
menjadi tiga kelompok, yaitu: etika individual, etika lingkungan hidup dan
16

etika sosial. Etika sosial berbicara mengenai kewajiban dan hak, sikap dan
pola perilaku manusia sebagi mahluk sosial dalam interaksinya dengan
sesama. Karena etika sosial menyangkut hubungan antara manusia dengan
manusia. Ia menyangkut hubungan individual antara orang yang satu
dengan orang yang lain, serta menyangkut interaksi sosial secara bersama.
Etika sosial mencakup etika profesi dan didalamnya terdapat etika bisnis.
Etika profesi lebih menekankan kepada tuntutan terhadap profesi
seseorang, dimana tuntutan itu menyangkut tidak saja dalam hal keahlian,
melainkan juga adanya komitmen moral: tanggung jawab, keseriusan,
disiplin, dan integritas moral.
Sedangkan menurut Rumanti (2004:297), etika profesi adalah:
Norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah, ukuran-ukuran yang diterima
dan ditaati para pegawai atau karyawan, berupa peraturan-peraturan,
tatanan yang ditaati semua karyawan dari organisasi tertentu, yang telah
diketahuinya untuk dilaksanakan, karena hal tersebut melekat pada status
atau jabatanya, bisa juga kebiasan yang baik atau peraturan yang diterima
dan ditaati para karyawan dan telah mengendap menjadi bersifat
normatif.
Etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang
membedakan suatu profesi dengan profesi lain, yang berfungsi untuk
mengatur tingkah laku para anggotanya. Dalam hal etika, sebuah profesi
harus memiliki komitmen moral yang tinggi yang dituangkan dalam
bentuk aturan khusus. Aturan ini merupakan aturan main dalam
menjalankan atau mengemban profesi tersebut, yang biasa disebut sebagai
kode etik. Kode etik harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi yang
17

memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat dan merupakan alat
kepercayaan bagi masyarakat luas (Herawati dan Yulius Susanto, 2008).
Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan
Indonesia. Kode etik ini mengikat para anggota IAI dan dapat
dipergunakan oleh akuntan lainya yang bukan atau belum menjadi anggota
IAI. Di Indonesia penegakan kode etik dilaksanakan oleh sekurang-
kurangnya oleh enam unit organisasi, Badan Pengawas Profesi
Kompartemen Akuntan Publik-IAI, Dewan Pertimbangan Profesi IAI,
Departemen Keuangan RI dan BPKP. Selain enam unit organisasi diatas,
pengawasan terhadap kode etik juga dilakukan oleh para anggota dan
pimpinan KAP.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa etika profesi
adalah bidang etika khusus atau terapan yang merupakan produk dari etika
sosial yang mengatur nilai-nilai tingkah laku atau aturan-aturan tingkah
laku yang menekankan kepada tuntutan terhadap suatu profesi yang
dituangkan dalam bentuk aturan khusus berupa kode etik.
2. Prinsip-Prinsip Etika Profesi
Menurut Harahap (2002:41), prinsip-prinsip etika profesi ada
empat bagian, yaitu: Tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan itu
dan terhadap hasilnya, terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan
orang lain atau masyarakat pada umumnya, keadilan (prinsip ini menuntut
kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya),
18

otonom (prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan
diberi kebebasan dalam menjalankan profesinya).
Menurut Arens et-al (2010:111), prinsip etika ada enam, yaitu:
Responsibilities, the public interst, integrity, objective and independent,
due care, scope and nature of service. Sedangkah di dalam Kode Etik
Profesi Akuntan Publik IAPI (2008), prinsip-prinsip etika profesi terdapat
dibagian A dari Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar etika profesi dan
memberikan kerangka konseptual untuk penerapan prinsip tersebut, yaitu:
Prinsip integritas, prinsip objektivitas, prinsip kompetensi serta sikap
kecermatan dan kehati-hatian profesional, prinsip kerahasiaan, prinsip
perilaku professional.
Berikut prinsip-prinsip dasar etika profesi menurut Kode Etik
Profesi Akuntan Publik IAPI (2008), yaitu: Prinsip integritas, prinsip
objektivitas, prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian
profesional, prinsip kerahasiaan, prinsip perilaku professional.
a. Prinsip integritas
Setiap praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan
profesional dan hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaanya.
Praktisi tidak boleh terkait dengan laporan, komunikasi, atau informasi
lainya yang diyakininya terdapat: Kesalahan yang material atau
pernyataan yang menyesatkan, pernyataan atau informasi yang
diberikan secara tidak hati-hati, penghilangan atau penyembunyian
yang dapat menyesatkan atas informasi yang seharusnya diungkapkan.
19

b. Prinsip objektivitas
Setiap praktisi tidak boleh membiarkan subjektivitas, benturan
kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak (undue influence) dari
pihak-pihak lain memengaruhi pertimbangan profesional atau
pertimbangan bisnisnya.
Praktisi mungkin dihadapkan pada situasi yang dapat mengurangi
objektivitasnya. Karena beragamnya situasi tersebut, tidak mungkin
untuk mendefinisikan setiap situasi tersebut. Setiap praktisi harus
menghindari setiap hubungan yang bersifat subjektif atau yang dapat
mengakibatkan pengaruh yang tidak layak terhadap pertimbangan
profesionalnya.
c. Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian
profesional (professional competence and due care)
Setiap praktisi wajib memelihara pengetahuan dan keahlian
profesionalnya pada suatu tingkatan yang dipersyaratkan secara
berkesinambungan, sehingga klien atau pemberi kerja dapat menerima
jasa profesional yang diberikan secara kompeten berdasarkan
perkembangan terkini dalam praktik, perundang-undangan, dan metode
pelaksanaan pekerjaan. Setiap praktisi harus bertindak secara
professional dan sesuai dengan standar profesi dan kode etik profesi
yang berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya.
Pemberian jasa profesional yang kompeten membutuhkan pertimbangan
yang cermat dalam menerapkan pengetahuan dan keahlian profesional.
20

Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi dua tahap yang terpisah
yaitu: pencapaian kompetensi profesional dan pemeliharaan kompetensi
profesional.
Pemeliharaan kompetensi profesional membutuhkan kesadaran dan
pemahaman yang berkelanjutan terhadap perkembangan teknis profesi
dan perkembangan bisnis yang relevan. Pengembangan dan pendidikan
profesional yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk meningkatkan
dan memelihara kemampuan praktisi agar dapat melaksanakan
pekerjaannya secara kompeten dalam lingkungan profesional. Sikap
kecermatan dan kehati-hatian profesional mengharuskan setiap praktisi
untuk bersikap dan bertindak secara hati-hati, menyeluruh, dan tepat
waktu, sesuai dengan persyaratan penugasan.
d. Prinsip kerahasiaan
Prinsip kerahasian mewajibkan setiap praktisi untuk tidak melakukan
tindakan-tindakan, seperti mengungkapkan informasi yang bersifat
rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan hubungan bisnis
kepada pihak diluar KAP atau jaringan KAP tempatnya bekerja tanpa
adanya wewenang khusus, kecuali jika terdapat kewajiban untuk
mengungkapkanya sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan
lainya yang berlaku, dan mengungkapkan informasi yang bersifat
rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan hubungan bisnis
untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.
21

Setiap praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan, termasuk dalam
lingkungan sosialnya. Setiap praktisi harus waspada terhadap
kemungkinan pengungkapan yang tidak disengaja, terutama dalam
situasi yang melibatkan hubungan jangka panjang dengan rekan bisnis
maupun anggota keluarga langsung atau anggota keluarga dekatnya.
Setiap praktisi harus menjaga kerahasiaan informasi yang diungkapkan
oleh calon klien atau pemberi kerja. Setiap praktisi harus
mempertimbangkan pentingnya kerahasiaan informasi terjaga dalam
KAP atau jaringan KAP tempatnya bekerja. Kebutuhan untuk
mematuhi prinsip kerahasiaan terus berlanjut, bahkan setelah
berakhirnya hubungan antara Praktisi dengan klien atau pemberi kerja.
e. Prinsip perilaku profesional
Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap praktisi untuk mematuhi
setiap ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku, serta menghindari
setiap tindakan yang dapat mendiskriditkan profesi. Hal ini mencakup
setiap tindakan yang dapat mengakibatkan terciptanya kesimpulan yang
negatif oleh pihak ketiga yang rasional dan memiliki pengetahuan
mengenai semua informasi yang relevan, yang dapat menurunkan
reputasi profesi.
Dalam memasarkan dan mempromosikan diri dan pekerjaannya, setiap
praktisi tidak boleh merendahkan martabat profesi. Setiap praktisi harus
bersikap jujur dan tidak boleh bersikap atau melakukan tindakan
sebagai berikut: membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa
22

profesional yang dapat diberikan, kualifikasi yang dimiliki, atau
pengalaman yang telah diperoleh, membuat pernyataan yang
merendahkan atau melakukan perbandingan yang tidak didukung bukti
terhadap hasil pekerjaan Praktisi lain.
Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika yang
mengatur pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip
Etika disahkan oleh Kongres dan berlaku bagi seluruh anggota. Prinsip
Etika mengharuskan akuntan publik untuk tegas dan jujur dalam menjalin
hubungan professional dan hubungan bisnis dalam melaksanakan
pekerjaanya, memelihara pengetahuan dan keahlian profesionalnya,
bersikap cermat dan bertindak secara hati-hati, menghindari setiap
hubungan yang bersifat subjektif atau yang dapat mengakibatkan pengaruh
yang tidak layak terhadap pertimbangan profesionalnya dan tidak
melakukan tindakan-tindakan, seperti mengungkapkan informasi yang
bersifat rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan hubungan
bisnis kepada pihak diluar KAP, mematuhi setiap ketentuan hukum dan
peraturan yang berlaku, serta menghindari setiap tindakan yang dapat
mendiskriditkan profesi. Interprestasi Aturan Etika merupakan
interprestasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan
setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak
berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika
Profesi, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.

23

3. Kode Etik Profesi Akuntan publik
Harahap (2002:29) kode yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang
berupa kata-kata tulisan atau benda yang disepakati untuk maksud-maksud
tertentu, misalnya untuk menjamin suatu berita, keputusan atau suatu
kesepakatan suatu organisasi. Menurut Rumanti (2004:295), kode etik
merupakan aturan-aturan susila yang ditetapkan bersama dan ditaati
bersama oleh seluruh anggota yang bergabung dalam suatu profesi.
Kode Etik akuntan merupakan seperangkat prinsip moral dan
pelaksanaan aturan-aturan yang memberikan pedoman kepada akuntan
publik dalam berhubungan dengan klien, masyarakat dan akuntan lain
(Nasyah HP dan Payamta, 2002). Sehingga yang menjadi dasar
diperlukannya Kode Etik pada setiap profesi adalah kebutuhan akan
kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan. Menurut Arens
et-al (2010:110), yang diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia, bahwa
kode etik profesional menyediakan baik standar umum perilaku yang ideal
dan aturan berlaku spesifik perilaku. Ada empat bagian untuk kode etik:
prinsip-prinsip, aturan perilaku, interpretasi aturan pelaksanaan, dan
keputusan etis.
Kode etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi
yang harus diterapkan oleh setiap individu dalam kantor akuntan publik
(KAP) atau jaringan KAP, baik yang merupakan anggota IAPI maupun
yang bukan merupakan anggota IAPI, yang memberikan jasa profesional
yang meliputi jasa assurance dan jasa selain assurance seperti yang
24

tercantum dalam standar profesi dan kode etik profesi (Kode Etik Profesi
Akuntan Publik IAPI, 2008). Kode etik yang berlaku efektif sejak tanggal
1 januari 2010, yang disusun oleh SPAP adalah Kode Etik International
Federation of Accountans (IFAC) yang diterjemahkan (dengan
modifikasi), jadi kode etik ini bukan merupakan hal yang baru kemudian
disesuaikan dengan IFAC, tetapi memang mengadopsi dari IFAC. J adi
tidak ada perbedaan yang signifikan antara kode etik SPAP dengan IFAC.
Setiap akuntan (praktisi) wajib mematuhi dan menerapkan seluruh
prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur dalam kode etik, kecuali
bila prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur oleh perundang-
undangan, ketentuan hukum, atau peraturan lainya yang berlaku ternyata
lebih ketat dari kode etik. J adi kode etik adalah tanda-tanda atau simbol-
simbol yang berupa seperangkat prinsip moral dan pelaksanaan aturan-
aturan yang memberikan pedoman kepada akuntan publik sebagai prinsip
dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan oleh setiap individu
dalam kantor akuntan publik serta dalam berhubungan dengan klien,
masyarakat dan akuntan lain.
4. Tujuan Kode Etik Profesi
Menurut Harahap (2002:228), tujuan Kode Etik adalah membantu
membangun sikap kehati-hatian akuntan dengan menarik perhatianya pada
isu etika dalam praktik profesional sehingga dia dapat memisahkan mana
perilaku yang etis dan non etis, dan untuk meyakinkan keakuratan dan
keyakinan pada informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
25

sehingga akan memperluas kredibilitas dan mempromosikan keyakinan
terhadap jasa profesi akuntan.
Sedangkan menurut Nadirsyah (1993:49) dalam Yuliani (2006),
tujuan kode etik adalah menuntun praktik bagaimana memelihara suatu
sikap professional yang mana pengalaman menunjukkan akan
membantunya sukses, memberi klien dan klien potensial suatu dasar untuk
menyakini bahwa akuntan publik benar-benar melayani mereka dengan
baik dan menempatkan pelayanan diatas imbalan.
J adi tujuan dari kode etik adalah membantu akuntan publik untuk
bersikap hati-hati dalam pelaksanaan profesinya sehingga dapat
memisahkan mana perilaku etis dan non etis sehingga dapat memelihara
suatu sikap profesional yang mana pengalaman menunjukkan akan
membantunya sukses, memperluas kredibilitas dan mempromosikan
keyakinan terhadap jasa profesi akuntan, dan sebagai dasar untuk
menyakini bahwa akuntan publik benar-benar melayani mereka dengan
baik dan menempatkan pelayanan diatas imbalan.
C. Komitmen Organisasi
Konsep komitmen organisasional didasarkan pada premis bahwa
individual membentuk suatu keterikatan (attachment) terhadap organisasi.
Secara historis, komitmen organisasional merupakan perspektif yang bersifat
keperilakuan dimana komitmen diartikan sebagai perilaku yang konsisten
dengan aktivitas (consistent lines of activity) (Setiawan dan Iman Ghozali,
2006: 193).
26

Komitmen organisasi cenderung didefinisikan sebagai suatu perpaduan
antara sikap dan perilaku (Trisnaningsih, 2007). Sedangkan menurut
Hatmoko (2006) dalam Amilin dan Rosita Dewi (2008), Komitmen
organisasional adalah loyalitas karyawan terhadap organisasi melalui
penerimaan saran-saran, nilai-nilai organisasi, kesediaan atau kemauan untuk
berusaha menjadi bagian dari organisasi, serta keinginan untuk bertahan di
dalam organisasi.
Aliran attudinal (Setiawan dan Iman Ghozali, 2006:193), terutama
dikembangkan dan dipopulerkan oleh porter serta koleganya, yang
mendefinisikan komitmen sebagai kekuatan relatif identifikasi individual
terhadap suatu organisasi tertentu, yang dicirikan oleh tiga faktor psikologis,
yaitu: Keinginan yang kuat untuk tetap mejadi anggota organisasi tertentu,
keinginan untuk berusaha sekuat tenaga demi organisasi, kepercayaan yang
pasti dan penerimaan nilai-nilai dan tujuan-tujuan organisasi.
Dalam perkembanganya perspektif attitudinal memandang bahwa
komitmen organisasional bersifat multi dimensi dan tersusun atas affective
commitment, continuance commitment, normative commitment.
1. Affective Commitment
merupakan keterikatan emosional terhadap organisasi dimana pegawai
mengidentifikasikan diri dengan organisasi dan menikmati keanggotaan
dalam organisasi. Karyawan yang memiliki komitmen organisasi affective
yang kuat akan cenderung terlibat dan menikmati keberadaanya dalam
organisasi serta akan tetap bertahan pada perusahaan karena mereka
27

menginginkan hal itu (Anastasia, Vennylia dan Lina, 2009). Hasil
penelitian dari Kalbers dan Fogarty (1995) dalam Trisnaningsih (2007),
mengungkapkan bahwa komitmen organisasi affective berhubungan
dengan satu pandangan profesionalisme yaitu pengabdian pada profesi.
2. Continuance Commitment
Merupakan biaya yang dirasakan yaitu berkaitan dengan biaya-biaya yang
terjadi jika meninggalkan organisasi. Kecenderungan karyawan untuk
tidak meninggalkan perusahaan karena ada sejumlah investasi yang harus
dikorbankan bila meninggalkan perusahaan. Investasi yang dimiliki
karyawan dapat berupa waktu, usaha dalam mengerjakan pekerjaan,
hubungan dengan sesama rekan kerja, keterampilan, kompensasi yang
dapat mengurangi keterikatan karyawan terhadap kesempatan eksternal
lainya (Anastasia, Vennylia dan Lina, 2009). Hasil penelitian dari Kalbers
dan Fogarty (1995) dalam Trisnaningsih (2007), mengungkapkan bahwa
komitmen organisasi continuance berhubungan secara positif dengan
pengalaman dan secara negatif dengan pandangan profesionalisme
kewajiban sosial.
3. Normative Commitment
merupakan suatu tanggung jawab untuk tetap berada dalam organisasi.
Menurut Anastasia, Vennylia dan Lina (2009), Komitmen terhadap
organisasi berkaitan erat dengan niat atau intensi untuk tetap bertahan, atau
dengan kata lain bersikap loyal terhadap organisasi dan akan menimbulkan
rasa ikut memiliki (sense of belonging) bagi karyawan terhadap organisasi.
28

Komitmen organisasional dibangun atas dasar kepercayaan pekerja atas nilai-
nilai organisasi, kerelaan pekerja membantu mewujudkan tujuan organisasi
dan loyalitas untuk tetap menjadi anggota organisasi (Trisnaningsih, 2007).
Komitmen merupakan sebuah sikap dan perilaku yang saling
mendorong antara satu dengan yang lain. Akuntan yang komit terhadap
organisasi akan menunjukkan sikap dan perilaku yang positif terhadap
lembaganya (KAP), akuntan publik akan memiliki jiwa untuk tetap membela
organisasinya, berusaha meningkatkan prestasi, dan memiliki keyakinan yang
pasti untuk membantu mewujudkan tujuan organisasi. Komitmen akuntan
publik terhadap organisasinya adalah kesetiaan akuntan publik terhadap
organisasinya (KAP), disamping juga akan menumbuhkan loyalitas serta
mendorong keterlibatan diri dalam mengambil berbagai keputusan. Oleh
karenanya komitmen akan menimbulkan rasa ikut memiliki (sense of
belonging) bagi karyawan terhadap organisasi.
D. Kecerdasan Emosional
Pada tahun 1985 seorang mahasiswa kedokteran di sebuah Universitas
AS menulis disertasi dengan tema emotional intelligence. Tahun 1990
psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan J ohn Mayer dari
University of New Hampshire mengembangkan cara pengukuran kemampuan
manusia dalam bidang emosi. Istilah Kecerdasan Emosional pertama kali
dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dan J hon Meyer
tersebut, untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya
penting bagi keberhasilan (Alwani, 2007). Kualitas-kualitas itu antara lain:
29

empati (kepedulian), mengungkapkan dan memahami perasaan,
mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri,
disukai, kemampuan memecahkan masalah antar pribadi ketekunan
kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat.
Definisi yang diberikan oleh Meyer dan Peter Salvoes tentang
kecerdasan emosi adalah kemampuan menerima dan mengekspresikan emosi
yang dirasakan, memahami emosi secara kognitif, mengerti dan mengetahui
penyebab emosinya serta mampu mengatur atau mencocokkan emosinya
dengan situasi yang tidak menyenangkan (Nindyati, 2009).
Menurut Alwani (2007), kecerdasan emosional adalah seperangkat
kemampuan untuk mengenal, memahami perasaan diri sendiri dan orang lain
serta mampu menggunakan perasaan itu untuk memandu pikiran dalam
bertindak. Sedangkan menurut Maslahah (2007), dapat dikatakan bahwa
kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai
perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat,
menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan
sehari-hari.
Individu yang memiliki kecerdasan emosi tinggi mempunyai kesadaran
diri untuk lebih mengenali emosi dan pikiran yang sedang terjadi pada
dirinya, tidak larut dalam situasi yang tidak menyenangkan. Individu tersebut
mempunyai kejernihan dalam berfikir, mampu lebih mengendalikan diri dan
melindungi dirinya dari pengaruh stress yang datang, sehingga mengetahui
tindakan apa yang akan diambil untuk mengatasi permasalahanya (Mayer
30

dalam Goleman, 1999; Taylor, 2001; Salvoes dan Pizarro, 2003), dalam
Nindyati (2009).
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan emosional
adalah kemampuan Akuntan Publik untuk mengenali emosi diri, mengelola
emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan
keterampilan sosial. Berikut penjelasan kecerdasan emosional yang terbagi
dalam lima dimensi, sebagai berikut:
1. Kesadaran diri
Kesadaran diri merupakan dasar dari kecerdasan emosional yaitu
merupakan kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu.
Menurut Goleman (2001:513), kesadaran diri adalah mengetahui apa yang
dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu
pengambilan keputusan diri sendiri. Selain itu kesadaran diri juga berarti
menetapkan tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan
kepercayaan diri yang kuat. Kesadaran diri merupakan ketrampilan dasar
yang vital untuk ketiga kecakapan emosi, yaitu: kesadaran emosi, yaitu
mengetahui pengaruh emosi terhadap kinerja, dan mampu menggunakan
nilai-nilai untuk memandu membuat keputusan; penilaian diri secara
akurat, yaitu mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri; percaya
diri, yaitu keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri.
Hautman dalam Suryanti dan Ika (2004:264) menyatakan bahwa saat kita
semakin mengenal diri kita, kita akan lebih memahami apa yang kita
rasakan dan lakukan. Pemahaman itu akan memberi kita kesempatan atau
31

kebebasan untuk mengubah hal-hal yang ingin kita ubah mengenai diri kita
dan menciptakan kehidupan yang kita inginkan. Kesadaran diri
memungkinkan kita untuk berhubungan dengan emosi, pikiran, dan
tindakan (Suryanti dan Ika, 2004:264).
2. Motivasi
Motivasi berarti menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk
menggerakkan dan menuntun seseorang menuju sasaran, membantu kita
mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk bertahan
menghadapi kegagalan dan frustasi (Goleman 2001:514). Motivasi yang
paling ampuh adalah motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang
(Condry dan Chambers dalam Suryani dan Ika, 2004, :266).
Pencapaian keberhasilan menuntut dorongan untuk berprestasi. Studi-studi
yang membandingkan para bintang kinerja ditingkat eksekutif dengan
rekan-rekannya yang berprestasi bisa menemukan bahwa bintang tersebut
menunjukkan ciri-ciri kecakapan peraihan prestasi sebagai berikut: mereka
berbicara mengenai resiko dan lebih berani menanggung resiko yang telah
diperhitungkan. Mereka mendesakkan dan mendukung inovasi-inovasi
baru dan menetapkan sasaran-sasaran yang menantang bagi para bawahan
mereka. Kebutuhan berprestasi adalah kecakapan yang paling kuat satu-
satunya yang membedakan eksekutif bintang dari para eksekutif biasa
(Alwani, 2007). Kecakapan emosi yang terdapat dalam motivasi adalah:
dorongan prestasi, yaitu dorongan untuk menjadi lebih baik atau memeuhi
standar keberhasilan; inisiatif, yaitu kesiapan untuk memanfaatkan
32

kesempatan; optimis, yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran
kendati ada halangan dan kegagalan (Yuniani, 2007).
3. Empati
Kemampuan berempati adalah kemampuan untuk mengetahui bagaimana
perasaan orang lain, mampu memahami persepektif mereka,
menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan
bermacam-macam orang (Goleman, 2001:514). Meltzoff dalam Suryani
dan Ika, (2004:267), menyatakan bahwa empati telah ada saat kita berusia
tiga tahun. Ini dapat dihubungkan dengan gerakan meniru yang dilakukan
bayi pada usia dini.
Sebenarnya, empati membuat seseorang lebih tegas dan sadar diri, karena
empati memberi informasi yang kaya tentang orang lain dan hubungannya
dengan mereka. Mengetahui persaan orang lain membantu seseorang
menghargai individualitasnya. Empati juga memotivasi dan mengilhami
tindakan, menjadikannya sumber daya yang memberdayakan bagi
kehidupan pribadi dan sosial (Segal, 2000) dalam Maslahah (2007).
Empati adalah menghayati masalah-masalah atau kebutuhan-kebutuhan
yang tersirat dibalik perasaan seseorang. Empati merupakan ketrampilan
dasar untuk semua kecakapan sosial yang penting untuk bekerja.
Kecakapan-kecakapan ini meliputi: memahami orang lain, yaitu
mengindra perasaan dan perspektif orang lain, dan menunjukkan minat
aktif terhadap kepentingan mereka; orientasi pelayanan; yaitu
mengantisipasi, mengenali, dan berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan;
33

kesadaran politis, yaitu mampu membaca arus-arus emosi sebuah
kelompok dan hubungannya dengan kekuasaan (Yuniani, 2007).
4. Pengendalian diri
Menurut Goleman (2001:514) mendefinisikan pengendalian diri dengan
menangani emosi kita sedemikian sehingga berdampak positif kepada
pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda
kenikmatan sebelum tercapainya sesuatu sasaran dan mampu pulih
kembali dari tekanan emosi. Kecakapan emosi utama dalam pengaturan
diri adalah sebagai berikut: dapat dipercaya, yaitu memelihara norma
kejujuran dan integritas; kehati-hatian, yaitu dapat diandalkan dan
bertanggungjawab dalam memenuhi kewajiban; adaptabilitas, yaitu
keluwesan dalam menangani perubahan dan tantangan.
Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci
menuju kesejahteraan emosi. Emosi yang berlebihan dapat mengoyak
kesetabilan seseorang. Aristoteles dalam Nicomachean Ethnic menulis
siapapun bisa marah, marah itu mudah. Tetapi, marah pada orang yang
tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang
benar, dan dengan cara yang baik, bukanlah hal yang mudah
(Alwani,2007).
5. Keterampilan sosial
Menurut Goleman (2001:514) keterampilan sosial berarti menangani
emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan
cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar,
34

menggunakan keteraampilan-keterampilan ini untuk mempengaruhi dan
memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan dan untuk
bekerja sama dan bekerja dalam tim. Keterampilan sosial merupakan aspek
penting dalam Emotional Intellegence, keterampilan sosial bisa diperoleh
dengan banyak berlatih.
Hatch dan Gardner dalam Suryanti dan Ika (2004:268) mengungkapkan
bahwa orang-orang yang terampil dalam kecerdasan sosial dapat menjalin
hubungan dengan orang lain dengan cukup lancar, peka terhadap reaksi
dan perasaan mereka, mampu memimpin dan mengorganisir dan pintar
menangani perselisihan yang muncul dalam setiap kegiatan manusia.
Kecerdasan emosional merupakan kesadaran diri untuk mengetahui apa
yang dirasakan dan menggunakannya untuk memandu pengambilan
keputusan diri sendiri dan mendorong untuk menjadi lebih baik, memahami
persepektif orang lain sehingga dapat menumbuhkan hubungan saling
percaya mampu menjalin hubungan dengan orang lain dengan cukup lancar,
peka terhadap reaksi dan perasaan orang, mampu memimpin dan
mengorganisir dan pintar menangani perselisihan yang muncul dalam setiap
kegiatan serta dapat menyelaraskan diri dan sanggup menunda kenikmatan
sebelum tercapainya sesuatu sasaran dan mampu pulih kembali dari tekanan
emosi. Dengan demikian, individu yang memiliki kecerdasan emosi tinggi
mampu untuk lebih mengenali emosi dan pikiran yang sedang terjadi pada
dirinya, tidak larut dalam situasi yang tidak menyenangkan. Individu tersebut
mempunyai kejernihan dalam berfikir, dan mampu mengendalikan diri
35

E. Profesionalisme
Profesi berasal dari kata profess yang berarti pengakuan atau
pernyataan dimuka umum. Makna kata profesi adalah pekerjaan yg
dilakukan sebagai nafkah hidup dengan mengandalkan keahlian dan
keterampilan (kemahiran) yang tinggi dan dengan melibatkan komitmen
pribadi (moral) yang mendalam. Profesional merupakan orang yg melakukan
kegiatan atau menjalani profesi tertentu, sedangkan profesionalisme adalah
sikap atau perilaku seseorang dalam melakukan profesi tertentu (Harefa,
(1999) dalam Halim, (2003:12)). Arleen Herawati (2008), menyatakan bahwa
profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa
melihat apakah suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak.
Menurut Aren et-al (2010:108), yang dimaksud dengan professional
adalah:
The term professional means a responsibility for conduct that extends
beyond satisfying individual responsibilities and beyond the requirements of
out societys laws and regulation.
Setiawan dan Gozali (2006), sebelum suatu profesi memperoleh
pengakuan sosial, praktisi (akuntan) harus memiliki atribut profesionalisme
yang mencakup, yaitu keyakinan bahwa pekerjaanya secara sosial adalah
penting, berdedikasi terhadap pekerjaanya, membutuhkan otonomi dalam
melaksanakan pekerjaanya, dukungan terhadap pengaturan sendiri (self-
regulation), berafiliasi dengan praktisi lainya.
Menurut Hall, pada Kalber dan Forgerty (1995); dalam Yuliani (2005),
seseorang yang profesional layaknya Akuntan Publik harus didasari oleh
36

beberapa hal, seperti dedikasi terhadap profesi, tanggung jawab sosial,
tuntutan otonom, percaya pada pengaturan sendiri, dan perkumpulan profesi.
Sedangkan Hall (Syahrir, 2002:7); Hastuti dkk (2003) dalam Reni
Yendrawati (2008) dan Arleen Herawati (2008), menyatakan gambaran
seseorang yang profesional dalam profesi dicerminkan dalam lima dimensi
profesionalisme, yaitu pengabdian pada profesi, kewajiban sosial,
kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan
sesama profesi.
Berikut penjelasan lima dimensi profesionalisme, sebagai berikut:
1. Pengabdian pada profesi (dedication)
Dicercermin dalam dedikasi profesional melalui penggunaan pengetahuan
dan kecakapan yang dimiliki. Sikap ini adalah ekspresi dari penyerahan
diri secara total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan
hidup dan bukan sekadar sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penyerahan
diri secara total merupakan komitmen pribadi, dan sebagai kompensasi
utama yang diharapkan adalah kepuasan rohaniah dan kemudian kepuasan
material.
2. Kewajiban sosial (social obligation)
Yaitu pandangan tentang pentingnya peran profesi serta manfaat yang
diperoleh baik oleh masyarakat ataupun oleh profesional karena adanya
pekerjaan tersebut.


37

3. Kemandirian (autonomy demands)
Yaitu suatu pandangan bahwa seorang profesional harus mampu membuat
keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak yang lain (pemerintah, klien
dan mereka yang bukan anggota profesi). Setiap ada campur tangan dari
luar dianggap sebagai hambatan kemandirian secara profesional.
4. Keyakinan terhadap peraturan profesi (belief in self-regulation)
Yaitu suatu keyakinan bahwa yang berwenang untuk menilai pekerjaan
profesional adalah rekan sesama profesi, dan bukan pihak luar yang tidak
mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.
5. Hubungan dengan sesama profesi (professional community affiliation)
Berarti menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk organisasi
formal dan kelompok-kelompok kolega informal sebagai sumber ide
utama pekerjaan.
Sebagai profesional, auditor mempunyai kewajiban untuk memenuhi
aturan perilaku spesifik, yang menggambarkan suatu sikap atau hal-hal yang
ideal. Kewajiban tersebut berupa tanggung jawab yang bersifat fundamental
bagi profesi untuk memantapkan jasa yang ditawarkan. Seseorang yang
profesional mempunyai tanggung jawab yang lebih besar karena diasumsikan
bahwa seorang profesional memiliki kepintaran, pengetahuan dan
pengalaman untuk memahami dampak aktifitas yang dilakukan. konsep
profesionalisme akuntan publik menjadi hal yang penting karena akuntan
publik merupakan asset penting Kantor Akuntan Publik (KAP) dimana
akuntan (auditor) itu bekerja sebagai indikator keberhasilan Kantor Akuntan
38

Publik (KAP). Diharapkan akuntan publik yang mempunyai sikap
profesionalisme yang tinggi dapat memberikan kontribusi yang baik bagi
Kantor Akuntan Publik (KAP) dan memberikan pelayanan yang optimal bagi
klienya
Setelah mengetahui dengan jelas apa itu profesionalisme dalam profesi
akuntan publik, para akuntan publik dan para calon akuntan publik perlu
mempersiapkan diri untuk memenuhi tuntutan profesionalisme. Hanya
dengan profesionalisme ini, kepercayaan masyarakat terhadap akuntan publik
pulih kembali dan dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi era
globalisasi saat ini.
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai peningkatan profesionalisme dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya seperti penerapan etika profesi, komitmen organisasi
dan kecerdasan emosional telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti
sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut banyak memberikan masukan serta
kontribusi tambahan bagi akuntan publik dalam meningkatkan
profesionalisme pada kinerjanya. Pada tabel 2.1 berikut ini disajikan hasil-
hasil penelitian terdahulu mengenai etika profesi, komitmen organisasi,
kecerdasan emosional dan profesionalisme. Tabel 2.1 disajikan pada halaman
selanjutnya.





39

Tabel 2.1
Tabel Penelitian Terdahulu
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Variabel
Yang Diteliti
Metodologi
Penelitian
Hasil Penelitian
(Kesimpulan)
Sri Anik
dan
Arifuddin
(2003)
Analisis
Pengaruh
Komitmen
Organisasi dan
Keterlibatan
Kerja
Terhadap
Hubungan
antara Etika
Kerja Islam
dengan Sikap
Perubahan
Organisasi
1. Keterlibatan
Kerja
2. Komitmen
Organisasi
3. Etika Kerja
Islam
4. Sikap
terhadap
Perubahan
Organisasi
Sampel:
Dosen
akuntansi pada
Perguruan
Tinggi Swasta
di Kota
Makasar dan
Malang.

Metode
analisis data
menggunakan
Regresi dan
metode
analisis jalur
(Path
Analysis)
Interaksi antara
keterlibatan
kerja dengan
sikap perubahan
organisasi tidak
mempengaruhi
etika kerja
Islam.
Interaksi antara
perubahan
organisasi dan
komitmen
organisasi tidak
mempengaruhi
etika kerja
Islam.
Ani
Yuliani
(2005)
Pengaruh
Penerapan
Aturan Etika
Terhadap
Peningkatan
Profesionalisme
1. Penerapan
Aturan Etika
yang Baik
(X)
2. Peningkatan
Profesionalis
me Akuntan
Publik (Y)
Sampel:
Akuntan
Publik yang
bekerja pada
KAP di
Bandung.

Metode analisi
data
menggunakan
Regresi Linier.
Penerapan
Aturan Etika
yang baik (X)
berpengaruh
secara
signifinakan
terhadap
Peningkatan
Profesionalisme
Akuntan Publik
(Y).
Ahmad
Alwani
(2007)
Pengaruh
Kecerdasan
Emosional
terhadap
Kinerja
Auditor pada
Kantor
Akuntan
Publik di
Kota
Semarang
1. Kesadaran
diri (X1)
2. Pengaturan
diri (X2)
3. Motivasi
(X3)
4. Empati (X4)
5. Keterampilan
sosial (X5)
6. Kinerja
auditor (Y)
Sampel:
Auditor yang
bekerja pada
KAP di kota
Semarang

Metode analsis
data
menggunakan
Regresi
berganda
Kesadaran diri,
pengaturan diri,
motivasi, empati
dan keterampilan
sosial baik secara
simultan
maupun secara
parsial
mempunyai
pengaruh
terhadap kinerja
auditor.
Bersambung pada halaman selanjutnya
40

Tabel 2.1 (Lanjutan)
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Variabel
Yang Diteliti
Metodologi
Penelitian
Hasil Penelitian
(Kesimpulan)
Sri
Trisnani
ngsih
(2007)
Independensi
auditor dan
komitmen
organisasi
sebagai
mediasi
pengaruh
pemahaman
good
governance,
gaya
kepemimpinan
dan budaya
organisasi
terhadap
Kinerja auditor
1. Kinerja
Auditor
2. Independensi
Auditor
3. Komitmen
Organisasi
4. Pemahaman
atas Good
Governance
5. Gaya
Kepeminpin
an
6. Budaya
Organisasi
Sampel:
Auditor yang
bekerja pada
KAP J awa
Timur

Metode
analisis data
menggunakan
Structural
Equation
Modelling
(SEM)
Pemahaman
good
governance
tidak
berpengaruh
langsung
terhadap kinerja
auditor.
Gaya
kepemimpinan
berpengaruh
langsung
terhadap kinerja
auditor.
Budaya
organisasi tidak
berpengaruh
langsung
terhadap kinerja
auditor.
Arleen
Herawaty
dan
Yulius
Kurnia
Susanto
(2008)
Profesionalism
e, Pengetahuan
Akuntan
Publik dalam
Mendeteksi
Kekeliruan,
Etika Profesi
dan
Pertimbangan
Tingkat
Materialitas
1.Profesionalis
me (X1)
2. Pengetahuan
Akuntan
Publik dalam
Mendeteksi
Kekeliruan
(X2)
3. Etika
Profesi (X3)
4. Materialitas
(Y)
Sampel:
(KAP) yang
terdaftar
pada Direktori
(IAPI) 2008 di
wilayah
J akarta dengan
akuntan
publik yang
bekerja di
KAP.

Metode
analisis data
menggunakan
Regresi
Berganda.

Profesionalisme
(X1),
pengetahuan
auditor dalam
mendeteksi
kekeliruan (X2)
dan etika profesi
(X3)
berpengaruh
secara positif
terhadap
pertimbangan
tingkat
materialitas (Y)
dalam proses
audit laporan
keuangan.
Bersambung pada halaman selanjutnya

41

Tabel 2.1 (Lanjutan)
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Variabel
Yang Diteliti
Metodologi
Penelitian
Hasil Penelitian
(Kesimpulan)
Amilin
dan
Rosita
Dewi
(2008)
Pengaruh
Komitmen
Organisasi
Terhadap
Kepuasan
Kerja Akuntan
Publik dengan
Role Stress
sebagai
Variabel
Moderating.
1. Komitmen
Organisasi
2. Role Stress
3. Kepuasan
Kerja
Sampel:
Auditor yang
bekerja pada
KAP di
J akarta.

Motode
analisis data
menggunakan
Regresi
dengan
Variabel
Moderating
Variabel
komitmen
organisasi,
variabel konflik
peran secara
simultan
berpengaruh
secara signifikan
terhadap
variabel
kepuasan kerja.
Secara parsial
variabel
komitmen
organisasi
berpengaruh
secara signifikan
terhadap
variabel
kepuasan kerja.
Anastasia,
Vennylia
dan
Lina
(2009)
Pengaruh
Komitmen
Organisasi,
Konflik Peran
terhadap
Turnover
Intention
dengan
Kepuasan
Kerja
1. Komitmen
Organisasi
2. Konflik
Peran
3. Turnover
Intention
4. Kepuasan
Kerja
Sampel:
Auditor yang
bekerja pada
KAP di
J akarta.

Metode
analisis data
menggunakan
Structural
Equation
Modelling
(SEM)

Terdapat
pengaruh yang
positif antara
komitmen
organisasi
dengan
kepuasan kerja
auditor.
Terdapat
pengaruh yang
signifikan antara
komitmen
organisasi
terhadap
turnover
intention dengan
kepuasan kerja
sebagai variabel
intervening
Sumber: Diolah dari berbagai referensi

42

G. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
1. Penerapan Etika Profesi dengan Peningkatan Profesionalisme
Akuntan Publik
Penelitian yang dilakukan oleh Yuliani (2005), menyatakan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan aturan etika terhadap
peningkatan profesionalisme akuntan publik. Arleen Herawaty dan Yulius
Kurnia Susanto (2008), mengindikasikan bahwa profesionalisme,
pengetahuan auditor dalam mendeteksi kekeliruan dan etika profesi
berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas
dalam proses audit laporan keuangan. Semakin tinggi tingkat
profesionalisme akuntan publik, pengetahuannya dalam mendeteksi
kekeliruan dan ketaatannya akan kode etik semakin baik pula
pertimbangan tingkat materialitasnya dalam melaksanakan audit laporan
keuangan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuliani (2005),
Arleen Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto (2008), dapat disimpulkan
bahwa penerapan etika profesi mempengaruhi peningkatan
profesionalisme akuntan publik. Dengan demikian, keterkaitan antara
penerapan etika profesi atas peningkatan profesionalisme akuntan publik
dapat dirumuskan melalui hipotesis sebagai berikut:
Ha1: Penerapan etika profesi berpengaruh secara signifikan terhadap
peningkatan profesionalisme akuntan publik.
43

2. Komitmen Organisasi dengan Peningkatan Profesionalisme akuntan
Publik
Penelitian mengenai komitmen organisasi telah banyak dilakukan
oleh para peneliti. Anastasia, Vennylia dan Lina (2009), menyatakan
bahwa terdapat pengaruh yang positif antara komitmen organisasi dengan
kepuasan kerja auditor. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Amilin dan Rosita Dewi (2008) yang menunjukan bahwa
secara parsial komitmen organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan kerja. Sedangkan pada penelitian Sri Anik dan Arifuddin (2003),
tentang komitmen organisasi terhadap etika kerja islam tidak mempunyai
hubungan yang signifikan.
Setiap perusahaan senantiasa menghendaki karyawanya memiliki
komitmen organisasi yang tinggi dalam bekerja. Adanya komitmen
karyawan yang tinggi dapat meningkatkan motivasi, produktivitas kerja
karyawan dan dapat menghasilkan suatu pekerjaan yang optimal
(Anastasia, Vennylia dan Lina, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anastasia,
Vennylia dan Lina (2009); Amilin dan Rosita Dewi (2008) dan Sri Anik
dan Arifuddin (2003), dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi yang
tinggi dapat meningkatkan profesionalisme akuntan publik. Dengan
demikian, keterkaitan antara komitmen organisasi dengan peningkatan
profesionalisme akuntan publik dapat dirumuskan melalui hipotesis
sebagai berikut:
44

Ha2: Komitmen organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap
peningkatan profesionalisme akuntan publik.
3. Kecerdasan Emosional dengan Peningkatan Profesionalisme Akuntan
Publik
Penelitian yang dilakukan oleh Alwani (2007), menyatakan bahwa
kecerdasan emosional yang diukur dari kesadaran diri, pengaturan diri,
motivasi, empati dan keterampilan sosial baik secara simultan maupun
secara parsial mempunyai pengaruh terhadap kinerja auditor. Pada
penelian Maslahah (2007), menyatakan bahwa kecerdasan emosional
terbukti berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat pemahaman
akuntansi.
Profesionalisme pada akuntan publik dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu kepribadian, pendidikan dan pelatihan, kesejahteraan, serta
kondisi di sekitarnya. Tugas akuntan publik sebagian besar berhubungan
dengan kepentingan masyarakat. Masyarakat yang dihadapi pun adalah
masyarakat dengan permasalahan yang berbeda-beda, maka setiap akuntan
publik dituntut memiliki kemampuan pengendalian emosi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alwani (2007),
dan Maslahah (2007), dapat disimpulkan bahwa profesionalisme merupakan
atribut pada kinerja yang baik, dan tingkat pemahaman akuntansi akan
teraplikasi pada kinerja akuntan dalam mengaudit laporan keuangan. Dengan
demikian kecerdasan emosional mempengaruhi peningkatan profesionalisme
akuntan publik. Maka keterkaitan antara kecerdasan emosional terhadap
45

peningkatan profesionalisme akuntan publik dapat dirumuskan dengan
hipotesis sebagai berikut:
Ha3: Kecerdasan emosional berpengaruh secara signifikan terhadap
peningkatan profesionalisme akuntan publik.
4. Penerapan Etika Profesi, Komitmen Organisasi dan Kecerdasan
Emosional dengan Peningkatan Profesionalisme Akuntan Publik.
Akuntan merupakan satu di antara sekian banyak profesi yang
selalu dituntut untuk dapat menampilkan hasil kerja sebaik mungkin.
Rahardjo (2002, h.xxxii), Profesionalisme bersangkutan dengan profesi.
Sebuah profesi selalu menuntut penguasaan pengetahuan yang diperoleh
melalui pendidikan atau pelatihan berjangka panjang, serta hubungan
antara pelaku profesi dan klien.
Profesionalisme adalah suatu tindakan yang dilandasi dengan
keahlian tertentu yang diperoleh melalui pendidikan tertentu dan
dilaksanakan dengan memenuhi kode etik profesi (Kunarto dan Tabah,
1995:45). Profesionalisme merupakan suatu sikap, cara pikir, tindakan,
dan perilaku seseorang dalam menjalankan suatu pekerjaan yang
didasarkan pada ilmu pengetahuan dan ketrampilan serta kode etik
profesinya untuk kemudian diabdikan bagi kemanusiaan. Profesionalisme
didorong suatu tekat pengabdian sebaik-baiknya untuk kepentingan
bersama.
Pengabdian dalam penelitian Amilin dan Rosita Dewi (2008)
merupakan suatu bentuk komitmen terhadap organisasinya. Komitmen
46

menunjunkan hasrat karyawan sebuah perusahaan untuk tetap tinggal dan
bekerja serta mengabdikan diri bagi perusahaan. Sedangkan sikap, cara
pikir, tindakan, dan perilaku seseorang dalam menjalankan suatu pekerjaan
merupakan bagian dari kecerdasan emosional yang dalam penelitian
Alwani (2007) disebut kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati
dan keterampilan sosial. Dalam hal etika Herawaty dan Yulius Kurnia
Susanto (2008), sebuah profesi harus memiliki komitmen moral yang
tinggi yang dituangkan dalam bentuk aturan khusus. Aturan ini merupakan
aturan main dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut, yang
biasa disebut sebagai kode etik. Kode etik harus dipenuhi dan ditaati oleh
setiap profesi yang memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat dan
merupakan alat kepercayaan bagi masyarakat luas.
Berdasarkan hasil dari penelitian Yuliani (2005), Alwani (2007),
Amilin dan Rosita Dewi (2008), serta Herawaty dan Yulius Susanto
(2008), dapat disimpulkan bahwa secara simultan penerapan etika profesi,
komitmen organisasi dan kecerdasan emosional berpengaruh terhadap
peningkatan profesionalisme akuntan publik. Dengan demikian,
keterkaitan antar faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan
profesionalisme akuntan publik dapat dirumuskan dengan hipotesis
sebagai berikut:
Ha4: Penerapan etika profesi, komitmen organisasi dan kecerdasan
emosional berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap
peningkatan profesionalisme akuntan publik.
47

H. Model Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, gambaran menyeluruh tentang penerapan
etika profesi, komitmen organisasi dan kecerdasan emosional yang
mempengaruhi peningkatan profesionalisme akuntan publik yang merupakan
kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Skema Model Peneltian

Variabel Independen Variabel Dependen

















Etika Profesi (X1)
Ani Yuliani (2005);
Arleen Herawaty dan Yulius
Kurnia Susanto (2008).


Komitmen Organisasi (X2)
Sri Anik dan Arifuddin (2003);
Sri Trisnaningsih (2007);
Amilin dan Rosita Dewi (2008);
serta Anastasia, Vennylia dan
Lina (2009).
Kecerdasan Emosional
Ahmad Alwani (2007); dan
Maslahah (2007).
Profesionalisme
Ani Yuliani (2005);
Arleen Herawaty dan
Yulius Kurnia Susanto
(2008); serta Reni
Yendrawati (2008).




48

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau
lebih (Sularso, 2003:31). Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh
variabel independen, yaitu penerapan etika profesi, komitmen organisasi dan
kecerdasan emosional terhadap variabel dependen, yaitu peningkatan
profesionalisme akuntan publik. Populasi dari penelitian ini adalah akuntan
publik yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di J akarta.
B. Metode Penentuan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
convenience sampling, metode ini memilih sampel dari elemen populasi
(orang atau kejadian) yang datanya mudah diperoleh peneliti. Elemen
populasi yang dipilih sebagai subyek sampel adalah tidak terbatas sehingga
peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat dan
murah (Indriantoro dan Supomo, 2002:130).
Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuntan publik
yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP). Para akuntan publik tersebut
harus memiliki pengalaman bekerja minimal satu tahun, memiliki jenjang
pendidikan minimal S1 dan posisi minimal sebagai akuntan publik senior, untuk
tujuan memperoleh responden yang memiliki pengalaman dalam tingkat
49

kinerja/hasil kerja. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang
dibagikan secara langsung kepada akuntan publik yang bekerja pada KAP yang
berada di J akarta Selatan.
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu
penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder
(Indriantoro dan Supomo, 2002:150). Peneliti memperoleh data yang
berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal,
skripsi, directory kantor akuntan publik 2009, internet dan perangkat lain
yang berkaitan dengan penghentian prematur atas prosedur audit.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan, peneliti
memperoleh data langsung dari pihak pertama (data primer). Pada
penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah auditor yang masih
aktif bekerja di Kantor Akuntan Publik. Pengumpulan data kuisioner
dilakukan dengan teknik personally administered questionnaires, yaitu
kuisioner disampaikan dan dikumpulkan langsung oleh peneliti
(Indriantoro dan Supomo, 2002:154).

50

D. Metode Analisis Data
Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data,
uji asumsi klasik dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan dan
menyajikan secara ringkas informasi dari sejumlah besar data. Dengan
statistik deskriptif data mentah diubah kedalam suatu bentuk yang dapat
menyediakan informasi untuk menggambarkan serangkaian faktor dalam
suatu keadaan yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,
varian, maksimum minimum, dan skewness (Sularso, 2003:77).
2. Uji Kualitas Data
Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini, maka peneliti
menggunakan uji validitas dan reliabilitas.
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidak suatu kuesioner.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu
mengungkapakan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Pengujian validitas ini menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan
cara menghitung korelasi antara nilai yang diperoleh dari pertanyaan-
pertanyaan. Apabila Pearson Correlation yang didapat memiliki nilai di
bawah 0,05 berarti data yang diperoleh adalah valid (Ghozali, 2005:45).


51

b. Uji Reliabilitas
Sugiyono (2004:3) menyatakan bahwa reliabilitas berkenaan derajat
konsistensi/keajegan data dalam interval tertentu. Maksudnya ialah
instrumen yang disebarkan kepada responden dalam jangka waktu yang
berbeda namun hasilnya akan tetap sama. Untuk menguji reliabilitas
penulis menggunakan rumus Croncbach Alpha. Suatu variabel
dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60
(Nunnaly, 1967 ) dalam Ghozali (2005:42).
3. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka
peneliti melakukan uji multikolonieritas, uji normalitas dan uji
heteroskedastisitas.
a. Uji Multikolonieritas
Frish menyatakan bahwa multikolinier adalah adanya lebih dari satu
hubungan linier yang sempurna. Menurut frish apabila terjadi
multikolinier apalagi kolonier yang sempurna (koefisien korelasi
antarvariabel bebas =1), maka koefisien regresi dari variabel bebas
tidak dapat ditentukan dan standar error-nya tidak terhingga (Suharyadi
dan Purwanto, 2008:231). Suatu model regresi dapat dikatakan bebas
multiko jika mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1 dan mempunyai
angka tolerance mendekati 1, sedangkan jika dilihat dengan besaran
korelasi antar variabel independen, maka suatu model regresi dapat
dikatakan bebas multiko jika koefisien korelasi antar variabel
52

independen haruslah lemah (dibawah 0,5). J ika korelasinya kuat, maka
terjadi problem multiko (Santoso, 2004:203-206).
b. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah di dalam model
regresi variabel independen dan variabel dependen keduanya
mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Model regresi
yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal.
Dalam penelitian ini, uji normalitas menggunakan Normal Probability
Plot (P-P Plot). Suatu variabel dikatakan normal jika gambar distribusi
dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal, dan
penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal (Santoso,
2004:212).
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas dilakukan untuk melihat nilai varians, apakah sama
atau heterogen. Dampak dari heteroskedastisitas adalah walaupun
terjadi Heteroskedastisitas, koefisien penduga tetap koefisien, namun
varianya atau kesalahan baku penduganya menjadi lebar atau tidak
efisien, interval keyakinan untuk koefisien regresi menjadi semakin
lebar dan uji signifikansi kurang kuat. Mengatasi terjadinya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan metode kuadrat
terkecil tertimbang (nilai tertimbang dapat dilakukan berdasarkan
apriori atau observasi), melakukan transformasi log, yaitu data diubah
53

dalam bentuk log atau data ditransformasikan kebentuk lainya seperti
1/X (Suharyadi dan Purwanto, 2008:231-232).
4. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model
regresi berganda. Regresi berganda digunakan untuk menganalisis
besarnya hubungan dan pengaruh variabel independen yang jumlahnya
lebih dari dua (Suharyadi dan Purwanto, 2008:210). Variabel independen
terdiri dari penerapan etika profesi, komitmen organisasi dan kecerdasan
emosional. Sedangkan variabel dependennya adalah peningkatan
profesionalisme akuntan publik.
Rumus regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut.

Keterangan:
Y : Peningkatan profesionalisme akuntan publik
a : Konstanta (harga Y, bila X=0)
b1-3 : Koefisien regresi (menunjukkan angka peningkatan atau penurunan
variabel dependen yang didasarkan pada hubungan nilai variabel
independen)
X1 : Penerapan etika profesi
X2 : Komitmen organisasi
X3 : Kecerdasan emosional
e : Error


Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3+e
54

Pengujian hipotesis dilakukan melalui:
a. Koefisien Determinasi
Koefisien determinsi menunjukan suatu proporsi dari varian yang dapat
diterangkan oleh persamaan regresi terhadap varian total. Koefisien
Determinasi (R) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai koefisien
determinasi lebih besar dari 0,5 menunjukan variabel bebas dapat
menjelaskan variabel terikat dengan baik atau kuat, sama dengan 0,5
dikatakan sedang dan kurang dari 0,5 relatif kurang baik (Suharyadi dan
Purwanto, 2008:217).
b. Uji statistik t
Uji statistik t untuk mengetahui apakah suatu variabel secara parsial
berpengaruh nyata atau tidak (Suharyadi dan Purwanto, 2008:217).
Menurut Santoso (2004:168), dasar pengambilan keputusan adalah
sebagai berikut:
1) J ika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau
Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau
bebas tidak mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel
dependen atau terikat.
2) J ika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau Ha
diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau
55

bebas mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel
dependen atau terikat.
c. Uji statistik F
Uji statistik F atau uji global dimaksudkan untuk melihat kemampuan
menyeluruh dari variabel bebas (X1, X2, Xk dapat atau mampu
menjelaskan tingkah laku atau keragaman variabel terikat (Y)). Uji
global juga dimaksudkan untuk mengetahui apakah semua variabel
bebas memiliki koefisien regresi sama dengan nol (Suharyadi dan
Purwanto, 2008:225). Menurut Santoso (2004:120), dasar pengambilan
keputusan adalah sebagai berikut:
1) J ika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau
Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen
atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara bersamasama terhadap
variabel dependen atau terikat.
2) J ika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau Ha
diterima, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen
atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen atau terikat.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Operasionalisasi variabel adalah bagaimana menemukan dan mengukur
variabel-variabel tersebut di lapangan dengan merumuskan secara singkat dan
jelas, serta tidak menimbulkan berbagai tafsiran. Pertayaan atau pernyataan
dalam kuesioner untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini diukur
56

dengan menggunakan skala Interval yaitu suatu skala pengukuran yang
menyatakan kategori, peringkat dan jarak construct yang diukur. J awaban
dari responden bersifat kualitatif dikuantitatifkan, dimana jawaban diberi skor
dengan menggunakan 5 (lima) poin skala Interval, yaitu: nilai 1 =sangat
tidak setuju; 2 =tidak setuju; 3 =netral; 4 =setuju; 5 =sangat setuju
(Indriantoro dan Supomo, 2002:99).
Berdasarkan kajian pustaka dan penelitian terdahulu, pendekatan
operasional variabel untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Etika Profesi (X1)
Etika profesi yang dimaksud pada penelitian ini adalah Kode Etik Akuntan
Indonesia, yaitu norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan
publik dengan kliennya, antara akuntan publik dengan rekan sejawatnya
dan antara profesi dengan masyarakat. Etika profesi diukur dengan prinsip-
prinsip dasar etika profesi, kode etik dan karakteristik profesi (Yuliani,
2006).
2. Komitmen Organisasi (X2)
Komitmen Organisasi didefisinikan sebagai kekuatan yang bersifat relatif
dari individu dalam mengidentifikasi keterlibatan dirinya ke dalam
organisasi. Hal ini merefleksikan sikap individu akan tetap sebagai
anggota organisasi yang ditunjukkan dengan kerja kerasnya. Variabel
komitmen organisasi diukur dengan menggunakan instrumen yang
dikembangkan oleh Meyer dan Allen (1984), telah direplikasi oleh
57

Trisnaningsih (2008). Instrumen terdiri dari 7 item komitmen organisasi
affective dan 5 item komitmen continuance. Terdapat satu pernyataan yang
bersifat negatif diukur dengan skor dibalik atau berlawanan.
3. Kecerdasan Emosional (X3)
Kecerdasan emosional adalah kemampuan subjek untuk mengenali
perasaannya sendiri dan orang lain, memotivasi dirinya sendiri serta
kemampuan mengelola perasaannya dengan baik untuk memandu pikiran
dan tindakan dalam menghadapi tuntutan hidup sehari-hari, yang akan
diungkap dengan menggunakan Skala Kecerdasan Emosional. Skala ini
didasarkan pada beberapa aspek kecerdasan emosional, yaitu kesadaran
diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan ketrampilan sosial. Semakin
tinggi skor yang diperoleh subjek maka semakin tinggi pula kecerdasan
emosionalnya, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek
maka kecerdasan emosionalnya juga semakin rendah (Maslahah, 2007).
4. Profesionalisme (Y)
Seorang akuntan publik dikatakan profesional apabila akuntan publik
memiliki perilaku yang profesional sebagai cerminan dari sikap
profesionalisme. Konsep profesionalisme yang dikembangkan merupakan
konsep yang dilihat dari level individual. Seorang akuntan publik yang
dianggap profesional harus memiliki, yaitu: pengabdian pada profesi,
kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan pada profesi dan hubungan
dengan sesama profesi (Reni Yendrawati, 2008).


58

Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
Variabel Sub
Variabel
Indikator No.Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran
Etika Profesi
(X1)

Ani Yuliani
(2005); Arleen
Herawaty dan
Yulius Kurnia
Susanto (2008)

Prinsip-
prinsip
dasar etika
profesi
1. Integritas 1 Skala
Interval

2. Objektivitas 2
3. Kompetensi,
kecermatan dan
kehati-hatian
3
4. Kerahasiaan 4
5. Perilaku
profesional
5
6. Prinsip-prinsip
moral
6
7. Karakteristik 7
Komitmen
Organisasi
(X2)
Sri Anik dan
Arifuddin
(2003);
Sri
Trisnaningsih
(2007);
Amilin dan
Rosita Dewi
(2008); serta
Anastasia,
Vennylia
dan Lina
(2009)
Komitmen
organisasi
affective

1. Ikut memiliki 8
2. Keterikatan 9
3. Arti sebuah
Organisasi
10
4. Bagian dari
organisasi
11
5. Masalah
organisasi
seperti
masalah
sendiri
12
6. Sulit terikat
dengan
organisasi lain
13
7. Berusaha di
atas batas
normal
14
Bersambung pada halaman selanjutnya


59

Tabel 3.1 (Lanjutan)
Variabel Sub
Variabel
Indikator No.Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran
Komitmen
organisasi
continuance
8. Loyalitas 15 Skala
Interval

9. Kerelaan

16
10. Nilai 17
11. Peningkatan
prestasi
18
12. Investasi 19
Kecerdasan
Emosional
(X3)

Ahmad Alwani
(2007); dan
Maslahah
(2007)

Kesadaran
diri
1. Kesadaran
emosi
20
2. Penilaian diri
secara teliti
21
3. Percaya diri 22
Motivasi

4. Dorongan
prestasi kerja
23
5. Inisiatif 24
6. Optimis 25
Empati 7. Memahami

26
8. Orientasi
pelayanan
27
9. Mengetahui
perasaan orang
lain
28
Pengendalian
diri

10. Kepercayan 29
11. Pemuasan
kesenangan
30
12. Adaptabilitas 31
Bersambung pada halaman selanjutnya


60

Tabel 3.1 (Lanjutan)
Variabel Sub
Variabel
Indikator No.Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran
Ketrampilan
sosial
13. Komunikasi 32 Skala
Interval

14. Kemampuan
mengorganisasi
33
Profesionalisme
(Y)

Ani Yuliani
(2005);
Arleen
Herawaty dan
Yulius Kurnia
Susanto
(2008); serta
Reni
Yendrawati
(2008)


Pengabdian
terhadap
profesi
1. Totalitas 34
2. Teguh pada
profesi
35
3. Kepuasan Batin 36
4. Cita-cita 37
Kewajiban
sosial
5. Profesi yang
penting
dimasyarakat
38
6. Menjaga
kekayaan
negara atau
masyarakat
39
7. Pengawasan 40
8. Transparansi 41
Kemandirian 9. Memutuskan
hasil
berdasarkan
laporan yang
ditemukan
42
10. Tidak dibawah
tekanan
manajemen
43
11. Tanpa
tekanan dari
siapapun
44
Keyakinan
terhadap
profesi
12. Pendapat
kewajaran
laporan
keuangan
hanya oleh
akuntan
publik
45
Bersambung pada halaman selanjutnya
61

Tabel 3.1 (Lanjutan)
Variabel Sub
Variabel
Indikator No.Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran
13. Cara menilai
kompetensi
46 Skala
Interval

14. Cara dan
kekuatan
untuk
pelaksanaan
standar
47
Hubungan
dengan
sesama
profesi
15. Partisipasi 48
16. Tukar
pendapat
49
17. Mendukung
ikatan
profesi
50
Sumber: Diolah dari berbagai referensi














62

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap akuntan publik yang bekerja di
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada diwilayah J akarta Selatan.
Akuntan publik yang berpartisipasi dalam penelitian ini meliputi manajer,
supervisor, auditor senior dan auditor junior. Pengumpulan data
dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara langsung
kepada responden yang bekerja pada KAP di wilayah J akarta Selatan dan
terdaftar dalam Directory Kantor Akuntan Publik 2009 yang diterbitkan
oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Penyebaran serta
pengembalian kuesioner dilaksanakan mulai tanggal 5 J anuari 2011 hingga
21 J anuari 2011. Gambaran mengenai data sampel ini dapat dilihat pada
tabel 4.1.
Tabel 4.1
Data Sampel Penelitian











Sumber: Data primer yang diolah

No Keterangan Akuntan
Publik
Persentase
1. J umlah Kuesioner yang disebar 90 100 %
2. J umlah Kuesioner yang kembali 82 91,1 %
3. J umlah Kuesioner yang tidak kembali 8 8,89 %
4. J umlah kuesioner yang tidak dapat diolah 12 13,3 %
5. J umlah kuesioner yang dapat diolah 70 77,78 %
63

Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa kuesioner yang
disebarkan berjumlah 90 buah dan jumlah kuesioner yang kembali adalah
sebanyak 82 kuesioner atau 91,1%. Kuesioner yang tidak kembali
sebanyak 8 buah atau 8,89%. Kuesioner yang dapat diolah berjumlah 70
buah atau 77,78%, sedangkan kuesioner yang tidak dapat diolah karena
tidak diisi secara lengkap oleh responden sebanyak 12 buah atau 13,3%.
Peneliti mengambil sampel sebanyak 17 KAP dari keseluruhan
KAP yang berada di wilayah J akarta Selatan, dengan peta distribusi yang
terlihat dalam tabel 4.2.
Tabel 4.2
Data Distribusi Sampel Penelitian
No Nama Kantor Akuntan Publik Kuesioner
dikirim
Kuesioner
dikembalikan
1. Nugroho & Rekan 6 4
2. Toni H. Ratim 4 4
3. Hananta Budianto & Rekan 5 5
4. Herman Dody T & Rekan 7 5
5. Husni, Mucharam & Rekan 5 5
6. Abdi Ichjar, BAP & Rekan 4 4
7. Drs. Heroe Pramono & Rekan 6 6
8. Gatot Premadi Yoewono Akuntan 6 6
9. Ishak, Saleh, Soewondo & Rekan 5 4
10. Hasnil, M.Yasin & Rekan 4 4
11. Drs. Wirawan & Rekan 6 5
12. Drs. Usman & Rekan 5 5
13. Abdul Hamid & Khairunnas 7 7
14. Drs. Thomas, Lesmana, Henky &
Rekan
5 5
15. Noor Salim, Nursehan &
Sinarahardja
6 5
16. Drs. Arifin Faqih 5 4
17. Achmad, Rasyid, Hisbullah & J erry 4 4
Total 90 82
Sumber: Data Primer
64

2. Karakteristik Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah akuntan publik yang bekerja
pada KAP di J akarta Selatan. Berikut ini adalah deskripsi mengenai
identitas responden penelitian yang terdiri dari jenis kelamin, usia,
pendidikan terakhir, posisi terakhir, dan pengalaman kerja responden.
a. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Responden dalam penelitian ini adalah akuntan publik yang
bekerja pada KAP di J akarta Selatan. Pada tabel 4.3 berikut ini
disajikan deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 4.3
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Pria 54 77.1 77.1 77.1
Wanita 16 22.9 22.9 100.0
Total 70 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sekitar 54 orang atau
77,1% responden didominasi oleh jenis kelamin pria, dan sisanya
sebesar 16 orang atau 22,9% responden berjenis kelamin wanita.
b. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Responden dalam penelitian ini adalah akuntan publik yang
berusia 21 tahun keatas. Pada tabel 4.4 berikut ini disajikan deskripsi
responden penelitian berdasarkan. Tabel 4.4 disajikan pada halaman
selanjutnya
65

Tabel 4.4
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Usia Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid

21-25 48 68.6 68.6 68.6
25-30 16 22.9 22.9 91.4
30-40 4 5.7 5.7 97.1
>40 2 2.9 2.9 100.0
Total 70 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berusia 21-25 tahun dengan jumlah 48 responden atau
68,6%. Usia 25-30 tahun dengan jumlah 16 responden atau 22,9%; dan
usia 30-40 tahun dengan jumlah 4 responden atau 5,7% serta usia 40
tahun keatas dengan jumlah 2 responden atau 2,9%.
c. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Responden dalam penelitian ini adalah akuntan publik
berdasarkan pendidikan terakhir. Pada tabel 4.5 berikut ini disajikan
deskripsi responden penelitian berdasarkan pendidikan terakhir.
Tabel 4.5
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid S1 57 81.4 81.4 81.4
S2 11 15.7 15.7 97.1
S3 2 2.9 2.9 100.0
Total 70 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
66

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berpendidikan terakhir Strata Satu (S1) dengan jumlah 57
responden atau 81,4%. Sisanya sebesar 15,7% atau sebanyak 11 orang
berpendidikan terakhir Strata Dua (S2) dan sebesar 2,9% atau sebanyak
2 orang berpendidikan terakhir Strata Tiga (S3).
d. Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir
Responden dalam penelitian ini adalah akuntan publik yang
bekerja pada KAP di J akarta Selatan dengan posisi jabatan terakhir.
Pada tabel 4.6 berikut ini disajikan deskripsi responden penelitian
berdasarkan posisi terakhir.
Tabel 4.6
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir
Posisi Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
Manajer 2 2.9 2.9 2.9
Supervisor 4 5.7 5.7 8.6
Auditor
Senior

29

41.4

41.4

50.0
Auditor
J unior

35

50.0

50.0

100.0
Total 70 100.0 100.0

Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.6 diatas diperoleh informasi bahwa
mayoritas responden sebanyak 35 orang atau sebesar 50% menduduki
posisi sebagai auditor junior, dan sebanyak 29 orang atau 41,4%
sebagai auditor senior. Responden yang menduduki jabatan sebagai
supervisor sebanyak 4 orang atau 5,7% dan sisanya adalah manajer
sebanyak 2 orang atau sekitar 2,9%.
67

e. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Responden dalam penelitian ini adalah akuntan publik yang
telah bekerja lebih dari satu tahun. Pada tabel 4.7 berikut ini disajikan
deskripsi responden berdasarkan pengalaman.
Tabel 4.7
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Pengalaman
Kerja
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1-3 35 50.0 50.0 50.0
3-6 25 35.7 35.7 85.7
>6 10 14.3 14.3 100.0
Total 70 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas
responden atau sebanyak 50% atau sekitar 35 akuntan publik memiliki
pengalaman bekerja 1-3 tahun, 35,7% atau sekitar 25 akuntan memiliki
pengalaman kerja 3 tahun sampai 6 tahun dan sisaya 14,3% atau sekitar
10 akuntan memiliki pengalaman di atas 6 tahun.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi etika profesi,
komitmen organisasi, kecerdasan emosional dan profesionalisme. Akan
diuji secara statistik deskriptif seperti yang terlihat dalam tabel 4.8. Tabel
4.8 disajikan pada halaman selanjutnya.


68

Tabel 4.8
Hasil Uji Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation Variabel
EP 70 9.00 35.00 28.7143 4.58461
KO 70 35.00 56.00 45.5143 4.69580
EQ 70 40.00 70.00 55.4571 6.38995
Profesionalisme 70 45.00 79.00 64.1714 7.05870
Valid N (listwise) 70
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.8 menjelaskan bahwa pada variabel etika profesi jawaban
minimum responden sebesar 9 dan maksimum sebesar 35,00 dengan rata-
rata total jawaban 28,7143 dan standar deviasi sebesar 4,58461. Variabel
komitmen organisasi jawaban minimum responden sebesar 35 dan
maksimum sebesar 56 dengan rata-rata total jawaban 45.5143 dan standar
deviasi sebesar 4.69580. Pada variabel kecerdasan emosional jawaban
minimum responden sebesar 40 dan maksimum sebesar 70 dengan rata-
rata total jawaban 55,4571 dan standar deviasi sebesar 6,38995. Variabel
profesionalisme jawaban minimum responden sebesar 45 dan maksimum
sebesar 79 dengan rata-rata total jawaban 64.1714 dan standar deviasi
sebesar 7.05870.
2. Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu
kuesioner. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson
Corelation, pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat
69

signifikansinya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat
dikatakan valid. Pada tabel 4.9-1 sampai 4.9-4 berikut ini disajikan hasil
uji validitas dari empat variabel yang digunanakan dalam penelitian ini,
yaitu etika profesi dengan pertanyaan sebanyak 7 item, komitmen
organisasi dengan pertanyaan sebanyak 12 item, kecerdasan emosional
(EQ) dengan pertanyaan sebanyak 14 item, dan profesionalisme dengan
pertanyaan sebanyak 17 item.
Tabel 4.9-1
Hasil Uji Validitas
Variabel Etika Profesi
Pertanyaan Pearson
Corelation
Sig
(2-Tailed)
Keterangan
Etika Profesi1 0,758** 0,000 Valid
Etika Profesi2 0,767** 0,000 Valid
Etika Profesi3 0,842** 0,000 Valid
Etika Profesi4 0,822** 0,000 Valid
Etika Profesi5 0,870** 0,000 Valid
Etika Profesi6 0,851** 0,000 Valid
Etika Profesi7 0,440** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.9-1 diatas menjelaskan bahwa variabel etika
profesi memiliki kriteria valid untuk setiap item pertanyaan dengan
nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa semua item
pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini mampu
mengungkapkan sesuatu yang diukur pada kuesioner tersebut dan dapat
digunakan untuk menganalisis data penelitian.


70

Tabel 4.9-2
Hasil Uji Validitas
Variabel Komitmen organisasi
Pertanyaan Pearson
Corelation
Sig
(2-Tailed)
Keterangan
KO1 0,662** 0,000 Valid
KO2 0,715** 0,000 Valid
KO3 0,739** 0,000 Valid
KO4 0,757** 0,000 Valid
KO5 0,646** 0,000 Valid
KO6 0,729** 0,000 Valid
KO7 0,703** 0,000 Valid
KO8 0,683** 0,000 Valid
KO9 0,726** 0,000 Valid
KO10 0,601** 0,000 Valid
KO11 0,314** 0,008 Valid
KO12 -0,604** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.9-2 diatas menjelaskan bahwa variabel
komitmen organisasi memiliki kriteria valid untuk setiap item
pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti
bahwa semua item pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini
mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur pada kuesioner tersebut.
Tabel 4.9-3
Hasil Uji Validitas
Variabel Kecerdasan Emosional
Pertanyaan Pearson
Corelation
Sig
(2-Tailed)
Keterangan
EQ1 0,668** 0,000 Valid
EQ2 0,730** 0,000 Valid
Bersambung pada halaman selanjutnya
71

Tabel 4.9-3 (Lanjutan)
Pertanyaan Pearson
Corelation
Sig
(2-Tailed)
Keterangan
EQ3 0,755** 0,000 Valid
EQ4 0,582** 0,000 Valid
EQ5 0,798** 0,000 Valid
EQ6 0,671** 0,000 Valid
EQ7 0,706** 0,000 Valid
EQ8 0,802** 0,000 Valid
EQ9 0,728** 0,000 Valid
EQ10 0,775** 0,000 Valid
EQ11 0,659** 0,000 Valid
EQ12 0,683** 0,000 Valid
EQ13 0,415** 0,000 Valid
EQ14 0,755** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.9-3 diatas menjelaskan bahwa variabel
kecerdasan emosional memiliki kriteria valid untuk setiap item
pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti
bahwa semua item pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini
mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur pada kuesioner tersebut.
Tabel 4.9-4
Hasil Uji Validitas
Variabel Profesionalisme
Pertanyaan Pearson
Corelation
Sig
(2-Tailed)
Keterangan
Profesionalisme1 0,526** 0,000 Valid
Profesionalisme2 0,607** 0,000 Valid
Profesionalisme3 0,582** 0,000 Valid
Profesionalisme4 0,513** 0,000 Valid
Profesionalisme5 0,357** 0,002 Valid
Bersambung pada halaman selanjutnya
72

Tabel 4.9-4 (Lanjutan)
Pertanyaan Pearson
Corelation
Sig
(2-Tailed)
Keterangan
Profesionalisme6 0,393** 0,001 Valid
Profesionalisme7 0,486** 0,000 Valid
Profesionalisme8 0,574** 0,000 Valid
Profesionalisme9 0,480** 0,000 Valid
Profesionalisme10 0,395** 0,001 Valid
Profesionalisme11 0,437** 0,000 Valid
Profesionalisme12 0,383** 0,001 Valid
Profesionalisme13 0,457** 0,000 Valid
Profesionalisme14 0,531** 0,000 Valid
Profesionalisme15 0,520** 0,005 Valid
Profesionalisme16 0,528** 0,003 Valid
Profesionalisme17 0,448** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.9-4 diatas menjelaskan bahwa variabel
profesionalisme memiliki kriteria valid untuk setiap item pertanyaan
dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa
semua item pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini mampu
mengungkapkan sesuatu yang diukur pada kuesioner tersebut dan dapat
digunakan untuk menganalisis data penelitian.
b. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari instrumen
penelitian. Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel jika nilai
Cronbach Alpha berada diatas 0,6. Tabel 4.10 menunjukkan hasil uji
reliabilitas untuk empat variabel penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini.
73

Tabel 4.10
Hasil Uji Reliabilitas








Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.10 menunjukkan nilai cronbachs alpha atas variabel
etika profesi sebesar 0,882, komitmen organisasi sebesar 0,807,
kecerdasan emosional sebesar 0,912, dan profesionalisme sebesar
0,796. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam
kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai cronbachs alpha lebih
besar dari 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang
digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti
bila pernyataan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang
relatif sama dengan jawaban sebelumnya.
3. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Multikolonieritas
Pada tabel 4.11 berikut ini disajikan hasil uji multikolonieritas.
Penyajian tabel 4.11 disajikan pada halaman salanjutnya.




Variabel Cronbachs
Alpha
Keterangan
Etika Profesi 0,882 Reliabel
Komitmen Organisasi 0,807 Reliabel
EQ 0,912 Reliabel
Profesionalisme 0,796 Reliabel
74

Tabel 4.11
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficients

a



Unstandardized
Coefficients
Stand
ardiz
ed
Coeffi
cients


t


Sig.

Collinearity
Statistics

B
Std.
Error

Beta
Toler
ance
VIF
1 (Constant) 8.221 2.014 4.081 .000
EP .597 .092 .388 6.464 .000 .980 1.021
KO .243 .260 .162 .935 .353 .665 1.505
EQ .500 .207 .452 2.414 .019 .673 1.485
a. Dependent Variabel: Profesionalisme
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.11 diatas terlihat bahwa nilai tolerance
mendekati angka 1 dan nilai variance inflation factor (VIF) disekitar
angka 1 untuk setiap variabel, yang ditunjukkan dengan nilai tolerance
0,980; 0,665; dan 0,673 serta VIF sebesar 1,021; 1,505; dan 1,485
untuk variabel etika profesi, komitmen organisasi, dan kecerdasan
emosional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model
persamaan regresi tidak terdapat multiko dan dapat digunakan dalam
penelitian ini.
b. Hasil Uji Normalitas
Pada gambar 4.1 berikut ini disajikan hasil uji normalitas dengan
menggunakan Grafik P-Plot. Gambar 4.1 disajikan pada halaman
selanjutnya.

75

Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
















Sumber: Data primer yang diolah
Gambar 4.1 memperlihatkan penyebaran data yang berada
disekitar garis dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis
diagonal, dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis
diagonal. Ini menunjukkan bahwa model regresi telah memenuhi
asumsi normalitas.
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Pada gambar 4.2 berikut ini disajikan hasil uji heteroskedastisitas
dengan menggunakan Grafik Scatterplot. Gambar 4.2 disajikan pada
halaman selanjutnya.
76

Gambar 4.2
Grafik Scatterplot













Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan gambar 4.2, grafik scatterplot menunjukkan bahwa
data tersebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan
tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut. Hal
ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model persamaan
regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi
peningkatan profesionalisme akuntan publik berdasarkan variabel yang
mempengaruhinya, yaitu etika profesi, komitmen organisasi, dan
kecerdasan emosional.
4. Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis
regresi berganda (multiple regression analysis).
77

a. Uji Koefisien Determinasi
Pada tabel 4.12 berikut ini disajikan hasil uji koefisien
determinasi.
Tabel 4.12
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
b

R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .983
a
.966 .965 1.32354
a. Predictors: (Constant), EQ, EP, KO
b. Dependent Variable: Profesionalisme
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.12 menunjukkan nilai R sebesar 0,983 atau 98,3%. Hal
ini berarti bahwa hubungan atau korelasi antara variabel independen
yaitu etika profesi, komitmen organisasi, dan kecerdasan emosional
dengan variabel dependen yaitu peningkatan profesionalisme adalah
kuat karena nilai korelasinya mendekati angka 1 (Suharyadi dan
Purwanto, 2009:152). Nilai Adjusted R Square sebesar 0,965 atau
96,5%, ini menunjukkan bahwa variabel peningkatan profesionalisme
yang dapat dijelaskan oleh variabel etika profesi, komitmen organisasi,
dan kecerdasan emosional adalah sebesar 96,5%, sedangkan sisanya
sebesar 0,035 atau 3,5% (1-0,965) dijelaskan oleh faktor-faktor lain
yang tidak disertakan dalam model penelitian ini.
Variabel-variabel lain yang mempengaruhi variabel peningkatan
profesionalisme akuntan publik adalah kecerdasan spiritual (Unti
Ludigdo, 2006), dan menurut Suryani (2005) adalah variabel
78

akuntabilitas profesional dan pengalaman, karena dari hasil penelitianya
menyatakan bahwa semakin tinggi pemahaman terhadap etika dan
semakin berpengalaman maka semakin patuh terhadap standar profesi
serta semakin bertanggungjawab dalam melaksanakan
profesionalismenya.
b. Hasil Uji Statistik t
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh masing-masing variabel independen secara individual
terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05.
Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.13, jika nilai probability t
lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0, sedangkan jika
nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak
Ha.
Tabel 4.13
Hasil Uji Statistik t
Coefficients

a


Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients

t

Sig.

B
Std.
Error

Beta
1 (Constant) 8.221 2.014 4.081 .000
EP .597 .092 .388 6.464 .000
KO .243 .260 .162 .935 .353
EQ .500 .207 .452 2.414 .019
a. Dependent Variabel: Profesionalisme
Sumber: Data primer yang diolah

79

Hasil Uji Hipotesis 1: Pengaruh penerapan etika profesi terhadap
peningkatan profesionalisme akuntan
publik.
Berdasarkan uji statistik t pada tabel 4.13, memperlihatkan bahwa
variabel penerapan etika profesi memiliki tingkat signifikansi sebesar
0,000. Hal ini berarti menerima Ha
1
Hasil Uji Hipotesis 2: Pengaruh komitmen organisasi terhadap
peningkatan profesionalisme akuntan
publik.
sehingga dapat dikatakan bahwa
penerapan etika profesi berpengaruh secara signifikan terhadap
peningkatan profesionalisme akuntan publik karena tingkat signifikansi
yang dimiliki variabel etika profesi lebih kecil dari 0,05 (0,000 <0,05).
Berdasarkan uji statistik t pada tabel 4.13, memperlihatkan
bahwa variabel komitmen organisasi mempunyai tingkat signifikansi
sebesar 0,353. Hal ini berarti menolak Ha
2

sehingga dapat dikatakan
bahwa komitmen organisasi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap peningkatan profesionalisme akuntan publik karena tingkat
signifikansi yang dimiliki variabel komitmen organisasi lebih besar dari
0,05 (0,353 >0,05).

80

Hasil Uji Hipotesis 3: Pengaruh kecerdasan emosional terhadap
peningkatan profesionalisme akuntan
publik.
Berdasarkan uji statistik t pada tabel 4.13, memperlihatkan bahwa
variabel kecerdasan emosional mempunyai tingkat signifikansi sebesar
0,019. Hal ini berarti menerima Ha
3
c. Hasil Uji Statistik F
sehingga dapat dikatakan bahwa
kecerdasan emosional berpengaruh secara signifikan terhadap
peningkatan profesionalisme akuntan publik karena tingkat signifikansi
yang dimiliki variabel kecerdasan emosional lebih kecil dari 0,05.
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara
bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat
signifikan 0,05. Pada tabel 4.14 berikut ini disajikan hasil uji statistik F.
Tabel 4.14
Hasil Uji Statistik F
ANOVA
b


Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 3322.328 3 1107.443 632.193 .000
a

Residual 115.615 66 1.752

Total 3437.943 69

a. Predictors: (Constant), EQ, EP, KO
b. Dependent Variable: Profesionalisme
Sumber: Data primer yang diolah
81

Hasil Uji Hipotesis 4: Pengaruh penerapan etika profesi, komitmen
organisasi, dan kecerdasan emosional
terhadap peningkatan profesionalisme
akuntan publik.
Hasil uji statistik F dalam model ANOVA dapat dilihat pada tabel
4.14. Nilai F diperoleh sebesar 632,193 dengan tingkat signifikansi
0,000. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000 <0,05)
maka Ha
4
C. Pembahasan
diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa penerapan etika
profesi, komitmen organisasi, dan kecerdasan emosional berpengaruh
secara simultan dan signifikan terhadap peningkatan profesionalisme
akuntan publik.
1. Pengaruh penerapan etika profesi terhadap peningkatan
profesionalisme akuntan publik
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi
variabel penerapan etika profesi 0,000 <0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa penerapan etika profesi berpengaruh secara signifikan terhadap
peningkatan profesionalisme akuntan publik. Hubungan antara penerapan
etika profesi dan peningkatan profesionalisme bersifat positif. Dengan
demikian, jika akuntan publik menerapkan aturan etika dengan baik dan
benar atau tingkat penerapan etika profesinya tinggi maka kecenderungan
profesionalisme akuntan publik akan meningkat. Hal ini disebabkan,
karena etika profesi lebih menekankan kepada tuntutan terhadap profesi
82

seseorang, dimana tuntutan itu menyangkut tidak saja dalam hal keahlian,
melainkan juga adanya komitmen moral: tanggung jawab, keseriusan,
disiplin, dan integritas moral (Keraf (2001: 33-35), dalam Utami dan
Indriawati (2006)). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Yuliani (2005).
2. Pengaruh komitmen organisasi terhadap peningkatan profesionalisme
akuntan publik
Berdasarkan uji statistik t pada tabel 4.13, memperlihatkan bahwa
variabel komitmen organisasi mempunyai tingkat signifikansi sebesar
0,353 lebih besar dari nilai alpa 0,05 (0,353 > 0,05). Hal ini berarti
menolak Ha
2
Dalam hal ini peneliti belum menemukan penelitian terdahulu
mengenai pengaruh komitmen organisasi terhadap peningkatan
profesionalisme akuntan publik, tetapi hal ini sejalan dengan penelitian
serupa yakni oleh Trisnaningsih (2007) dengan judul Independensi
Auditor dan Komitmen Organisasi sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman
Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap
Kinerja Auditor; Amilin dan Rosita Dewi (2008) dengan judul Pengaruh
Komitmen Organisasi terhadap Kepuasan Akuntan Publik dengan Role
Stress sebagai Variabel Moderating; Serta Anastasia, Vennylia dan Lina
(2009) dengan judul Pengaruh Komitmen Organisasi, Konflik Peran
sehingga dapat dikatakan bahwa komitmen organisasi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan profesionalisme
akuntan publik.
83

Terhadap Turnover Intention dengan Kepuasan Kerja. Hasil dari ketiga
penelitian tersebut menunjukan bahwa komitmen organisasi berpengaruh
terhadap kinerja dan kepuasan kerja. Kinerja dan kepuasan kerja
merupakan suatu ukuran prestasi dari suatu pekerjaan atau pelaksanaan
tugas (Gibson et-al, 1996:95), yang diikuti dengan ukuran sikap
profesionalisme. Karena profesionalisme adalah sikap atau perilaku
seseorang dalam melakukan profesi tertentu (Harefa, 1999) dalam Halim,
(2003:12), dan merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa
melihat apakah suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak
(Herawati, 2008). Begitu pula menurut logika teori penulis, bahwa
keberhasilan dan kinerja seseorang dalam suatu bidang pekerjaan sangat
ditentukan oleh profesionalisme terhadap bidang yang ditekuninya.
Profesionalisme sendiri harus ditunjang dengan komitmen serta
independensi untuk mencapai tingkatan yang tertinggi.
Tetapi dalam penelitian ini komitmen organisasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap peningkatan profesionalisme akuntan publik. Peneliti
menduga penyebab komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap
peningkatan profesionalisme akuntan publik adalah adanya keterikatan
atau loyalitas terhadap organisasi diukur dari manfaat organisasi bagi
dirinya yang mengarah pada kecenderungan karyawan untuk tidak
meninggalkan perusahaan karena adanya sejumlah investasi yang harus
dikorbankan bila meninggalkan perusahaan, antara lain hubungan dengan
sesama rekan kerja, keterampilan, dan kompensasi, seperti yang dijelaskan
84

oleh aliran Attudinal (Setiawan dan Iman Ghozali, 2006:193), terutama
dikembangkan dan dipopulerkan oleh Porter serta koleganya tentang
komitmen organisasi Continuance.
3. Pengaruh Kecerdasan emosional terhadap peningkatan
profesionalisme akuntan publik
Berdasarkan uji statistik t pada tabel 4.13, memperlihatkan bahwa
variabel kecerdasan emosional mempunyai tingkat signifikansi sebesar
0,019. Hal ini berarti menerima Ha
3
sehingga dapat dikatakan bahwa
kecerdasan emosional berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan
profesionalisme akuntan publik karena tingkat signifikansi yang dimiliki
variabel kecerdasan emosional lebih kecil dari nilai alpa 0,05 (0,019 <
0,05). Hubungan antara kecerdasan emosional dan peningkatan
profesionalisme bersifat positif. Dengan demikian, jika akuntan publik
memiliki kecerdasan emosional yang tinggi maka kecenderungan
profesionalisme akuntan publik akan meningkat. Hal ini disebabkan
karena individu yang memiliki kecerdasan emosional tinggi mempunyai
kesadaran diri untuk lebih mengenali emosi dan pikiran yang sedang
terjadi pada dirinya, tidak larut dalam situasi yang tidak menyenangkan.
Individu tersebut mempunyai kejernihan dalam berfikir, mampu lebih
mengendalikan diri dan melindungi dirinya dari pengaruh stress yang
datang, sehingga mengetahui tindakan apa yang akan diambil untuk
mengatasi permasalahanya (Mayer dalam Goleman, 1999; Taylor, 2001;
Salvoes dan Pizarro, 2003), dalam Nindyati (2009).
85

Dalam hal ini peneliti belum menemukan penelitian terdahulu
mengenai pengaruh kecerdasan emosional terhadap peningkatan
profesionalisme akuntan publik, tetapi hal ini sejalan dengan penelitian
serupa yakni oleh Alwani (2007) derngan judul Pengaruh Kecerdasan
Emosional terhadap Kinerja Auditor. Hasil penelitianya menunjukan
bahwa kesadaran diri, pengatuaran diri, motivasi, empati dan keterampilan
sosial secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja
auditor, dan berdasarkan koefisien determinasi persamaan regresi, (R2)
atau R Square sebesar 0,775. Koefisien ini mempunyai arti bahwa tiga
variabel bebas tersebut secara bersama-sama memberikan sumbangan
terhadap variabel terikat sebesar 77,5% sedangkan sisanya 22,5%
dipengaruhi oleh faktor lain di luar model.
4. Pengaruh penerapan etika profesi, komitmen organisasi dan
kecerdasan emosional terhadap peningkatan profesionalisme akuntan
publik
Hasil uji statistik F dalam model ANOVA dapat dilihat pada tabel
4.14. Nilai F diperoleh sebesar 632,193 dengan tingkat signifikansi 0,000.
Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000 <0,05) maka Ha
4

diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa penerapan etika profesi,
komitmen organisasi, dan kecerdasan emosional berpengaruh secara
simultan dan signifikan terhadap peningkatan profesionalisme akuntan
publik. Dengan demikian, hal tersebut menyatakan bahwa semakin tinggi
penerapan etika profesi dan semakin patuh terhadap standar profesi serta
86

dapat mengendalikan emosionalnya dan memiliki rasa keterikatan dengan
organisasi maka semakin bertanggungjawab dalam melaksanakan
profesionalismenya.
Akuntan yang komitmen terhadap organisasi akan menunjukkan
sikap dan perilaku yang positif terhadap lembaganya (KAP), akuntan
publik akan memiliki jiwa untuk tetap membela organisasinya, berusaha
meningkatkan prestasi, dan memiliki keyakinan yang pasti untuk
membantu mewujudkan tujuan organisasi dan akuntan publik yang
memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan mampu untuk mengenali
emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi
orang lain (empati) dan keterampilan sosial cenderung akan meningkatkan
tingkat profesionalisme akuntan publik. Oleh karena itu, untuk
menghindari rendahnya tingkat profesionalisme akuntan publik dalam
kinerjanya diperlukan adanya penerapan etika profesi, komitmen terhadap
organisasi dan kecerdasan emosional yang tinggi kepada setiap individu
akuntan publik atau praktisi. Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Yuliani (2005), Kalbers dan Fogarty (1995)
dalam Trisnaningsih (2007), serta selaras dengan penelitian Alwani
(2007); Maslahah (2007); Anastasia, Vennylia dan Lina (2009).





87

BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan pengujian dengan
analisis regresi berganda yang telah dilakukan terhadap permasalahan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris akan adanya
pengaruh penerapan etika profesi, komitmen organisasi, dan kecerdasan
emosional terhadap peningkatan profesionalisme akuntan publik, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan etika profesi dan kecerdasan emosional secara parsial
berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan profesionalisme
akuntan publik. Hasil penelitian ini mendukung dengan penelitian yang
dilakukan oleh Yuliani (2005), dan sejalan dengan penelitian serupa
yakni oleh Alwani (2007).
2. Komitmen organisasi secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap peningkatan profesionalisme akuntan publik. Hasil penelitian
ini tidak mendukung dengan penelitian Trisnaningsih (2007), Amilin dan
Rosita Dewi (2008).
3. Penerapan etika profesi, komitmen organisasi, dan kecerdasan emosional
berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap peningkatan
profesionalisme akuntan publik. Hasil penelitian ini mendukung dengan
penelitian Yuliani (2005), Trisnaningsih (2007), Amilin dan Rosita Dewi
(2008), serta Alwani (2007).
88

4. Untuk menentukan besar variabel independen dapat menjelaskan variabel
dependen diperoleh hasil bahwa Nilai Adjusted R Square sebesar 0,965.
Ini menunjukkan bahwa variabel peningkatan profesionalisme akuntan
publik dapat dijelaskan oleh variabel etika profesi, komitmen organisasi,
dan kecerdasan emosional, sedangkan sisanya sebesar 0,035 dijelaskan
oleh variabel lain yakni kecerdasan spiritual, akuntabilitas profesional
dan pengalaman akuntan publik.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, didapatkan
impilikasi. Pertama, bahwa semakin tinggi penerapan etika profesi dan
semakin patuh terhadap standar profesi, dan dapat mengendalikan
emosionalnya serta memiliki rasa keterikatan dengan organisasi maka
semakin bertanggungjawab dalam melaksanakan profesionalismenya. Kedua,
dengan meningkatkan sikap profesionalisme akuntan publik menjadi hal yang
penting kerena akuntan publik merupakan aset penting Kantor Akuntan
Publik dimana akuntan tersebut bekerja sebagai indikator keberhasilan Kantor
Akuntan Publik. Oleh karena itu diharapkan akuntan publik yang mempunyai
sikap profesionalisme yang tinggi dapat memberikan kontribusi yang baik
bagi Kantor Akuntan Publik dan memberikan pelayanan yang optimal bagi
klienya sehingga kepercayaan masyarakat terhadap akuntan tetap terjaga dan
bagi akuntan publik dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi era
globalisasi saat ini.
89

C. Keterbatasan dan Saran
1. Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya adalah:
a. Sampel dalam penelitian ini hanya mencakup akuntan publik yang
bekerja pada KAP di wilayah J akarta Selatan.
b. Penambahan variabel yang digunakan hanya dua variabel, yaitu
komitmen organisasi dan kecerdasan emosional
b. Penelitian ini tidak menggunakan metode wawancara.
c. Penyebaran dan pengumpulan kuisioner dilakukan pada bulan J anuari
sehingga kurang tepat karena dilakukan saat Akuntan Publik (auditor)
sedang sibuk mengaudit.
2. Saran
Setelah melakukan penelitian ini, peneliti mempunyai beberapa
saran sebagai berikut:
a. Penelitian selanjutnya agar memperluas wilayah sampel penelitian.
b. Penelitian selanjutnya agar menambah variabel independen lainnya,
seperti kecerdasan spiritual, pengalaman, pendidikan profesi dan
akuntabilitas profesional
c. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode wawancara langsung
kepada responden.
d. Penelitian selanjutnya agar lebih memperhatikan waktu penelitian yang
tepat saat menyebarkan dan mengumpulkan kuesioner.
90

e. Mahasiswa jurusan akuntansi yang ingin bekerja di KAP disarankan
untuk meningkatkan pengetahuan dan personal skill serta memahami
Kode Etik Akuntan Publik dengan baik.






















91

DAFTAR PUSTAKA
Alwani, Akhmad. 2007. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja
Auditor pada Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang. Skripsi.
Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Amilin dan Rosita Dewi. 2008. Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap
Kepuasan Kerja Akuntan Publik dengan Role Stress sabagai Variabel
Moderating. JAAI, Volume 12 No.1. J uni:13-24.
Anastasia, Thio., Vennylia dan Lina. 2009. Pengaruh Komitmen Organisasi,
Konflik Peran terhadap Tunover Intention dengan Kepuasan Kerja.
Akuntabilitas ISSN 1412-0240. Hal 137-147.
Arens, Alvin A. Rendal dan Mark. 2010. Auditing and Assurance Service. Edisi
Tigabelas. New J ersey, 07458. Pearson Prentice Hall.
Ekayani, Ni Nengah Seri dan Made Pradana Adi Putra. 2003. Persepsi Akuntan
dan Mahasiswa Bali terhadap Etika Bisnis. Makalah. Simposium
Nasional Akuntansi (SNA) VI. Surabaya: 16-17 Oktober.
Goleman, Daniel. 2001. Working White Emotional intelligence. (terjemahan Alex
Tri Kantjono W). J akarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Edisi Ketiga. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Halim, Abdul. 2003. AUDITING (dasar-dasar Audit laporan keuangan). Edisi
ketiga jilid 1. UPP AMP YKPN.
Harahap, Sofyan S. 2002. Auditing dalam Perspektif Islam. Pustaka Quantum.
J akarta.
Hastuti, T.D., S.L. Indriarto dan C. Susilawati. 2003. Hubungan antara
Profesionalisme dengan Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam
Proses Pengauditan Laporan Keuangan. Makalah. Prosiding
Simposium Nasional Akuntansi VI, Oktober, hlm.12061220.
Herawaty, Arleen dan Yulius Kurnia Susanto. 2008. Profesionalisme,
Pengetahuan Akuntan Publik dalam Mendeteksi Kekeliruan, Etika
Profesi dan Pertimbangan Tingkat Materialitas. Makalah. The 2nd
National Conference UKWMS, Surabaya.
92

HP. Nasyiah dan Payamta. 2002. Sikap akuntan terhadap advertensi J asa akuntan
publik. JAAI, volume 6 no. 1.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis
Untuk Akuntansi dan Manajemen. BPFE, Yogyakarta.
Kode Etik Profesi Akuntan Publik IAPI, 2008.
Kunarto dan Tabah, A. 1995. Polisi Harapan dan Kenyataan. Klaten: CV
Sahabat.
Lianti, Rahmah. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penghentian
Prematur Atas prosedur Audit. Skripsi, J akarta: Universitas Islam
Negeri.
Ludigdo, Unti. 2006. Strukturasi Praktik Etika di Kantor Akuntan Publik: Sebuah
Studi Interpretif. Makalah. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.
Padang, 23-26 Agustus.
Maslahah, Ratna Eka. 2007. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Tingkat
Pemahaman Akuntansi dengan Kepercayaan Diri sebagai Variabel
Pemoderasi. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Monica, Citra. 2007. Hubungan Persepsi Auditor Internal Atas Kode Etik dengan
Efektivitas Pelaksanaan Audit. Skripsi. Bandung: Fakultas
Ekonomi Universitas Widyatama.
Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Ke-enam, Salemba Empat, J akarta.
Nindyati. Ayu Dwi. 2009. Pengaruh Resistance to change terhadap Perilaku
Inovatif: Kecerdasan Emosi sebagai Mediator. Jurnal Universitas
Paramadina vol.6 N0.1, April.
NN. 2008. Peraturan Menteri Keuangan no.17 tahun 2008 (online). Tersedia:
http://www.akuntanpublikindonesia.com.
Rahardjo, S. 2002. Polisi Sipil Dalam Perubahan Sosial Di Indonesia. J akarta:
Buku Kompas.
Rahayu, Siti Kurnia dan Ely Suhayati. 2010. AUDITING. Konsep dasar dan
pedoman pemeriksaan akuntan publik. Edisi pertama. Graha Ilmu
Yogyakarta.
93

Rumanti, Sr.Maria Assumpta. 2002. Dasar-Dasar Publik Relation: Teory dan
Praktek. Grasindo. J akarta.
Santoso, Singgih. 2004. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. PT. Elex Media
Komputindo, J akarta.
Setiawan, Ivan Aries. dan Iman Ghozali. 2006. Akuntansi Keperilakuan: Konsep
dan Kajian Empiris Perilaku Akuntan. Salemba Empat. J akarta.
Sularso, Sri. 2003. Metode Penelitian Akuntansi: Sebuah Pendekatan Replikasi.
BPFE. Yogyakarta.
Suharyadi dan Purwanto. 2009. Statistika: untuk Ekonomi dan Keuangan Modern.
Salemba Empat, J akarta.
Suryaningtias, Agustin. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Independensi
Akuntan Publik. Skripsi. Bandung: Universitas Widyatama.
Suryani, Tri Eka dan Dharma. 2005. Hubungan Etika, Pengalaman, Ketaatan pada
Standar Profesi dan Akuntanbilitas Profesional. Makalah. Seminar
Nasional PESAT. ISSN: 18582559
Suryati P, dan Ika N P. 2004. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat
Pemahaman Akuntansi. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Vol. 2,
September: hal 260 281.
Tantina, Yetti. 2004. Pengaruh Kepuasan Kerja, Kemampuan Auditor dan
Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja Auditor di Semarang.
Skripsi, J urusan Akuntansi UKSW.
Trisnaningsih, Sri. 2007. Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi sebagai
Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya
Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor.
Makalah. Simposium Nasional Akuntansi X. Unhas Makasar:26-28
J uli.
Utami, Wiwik dan Fitri Indriawati. 2006. Muatan Etika dalam Ajaran Akuntansi
Keuangan dan Dampaknya Terhadap Persepsi Etika Mahasiswa:Studi
Eksperimen Semu. Makalah. Simposium Nasional Akuntansi IX.
Padang:23-26 Agustus.


94

Winarna, J aka dan Ninuk Retnowati. 2004. Persepsi Akuntan Pendidik, Akuntan
Publik, dan Mahasiswa Akuntansi terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan
Indonesia. Jurnal Perspektif FE UNS, Vol. 9, No. 2, Desember: 129-
139.
Yuliani, Ani. 2005. Pengaruh Penerapan Aturan Etika Terhadap Peningkatan
Profesionalisme Akuntan Publik Di Kota Bandung. Skripsi. Bandung:
Universitas Widyatama.



.
















95

LAMPIRAN
















96

Bersama ini saya mohon kesediaan Saudara untuk mengisi kuesioner
dalam rangka penelitian saya yang berjudul Pengaruh Penerapan Etika
Profesi, Komitmen Organisasi dan Kecerdasan Emosional terhadap
Peningkatan Profesionalisme Akuntan Publik.
Yth. Saudara Responden
Kuesioner ini terdiri atas sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban dari
Saudara. Keberhasilan penelitian ini sangat tergantung dari pertisipasi Saudara
dalam menjawab pertanyaan.
Sesuai dengan kode etik penelitian, kami menjamin kerahasiaan semua
data. Kesediaan anda mengisi kuisioner ini adalah bantuan yang tak ternilai bagi
saya. Atas partisipasi dan kerjasamanya, saya mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya.
Cara Pengisian Kuesioner
Saudara cukup memberikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang
tersedia (rentang angka dari 1 sampai dengan 5) sesuai dengan pendapat suadara.
Setiap pertanyaan mengharapkan hanya satu jawaban dan bila memilih jawaban
lain-lain maka diharapkan untuk memberikan keterangan lebih lanjut. Setiap
angka akan mewakili tingkat kesesuaian dengan pendapat saudara:
1 =Sangat Tidak Setuju (STS)
2 =Tidak Setuju (TS)
3 =Netral (N)
4 =Setuju (S)
5 =Sangat Setuju (SS)
Untuk pertanyaan yang tidak ada angka pilihanya, Saudara diminta untuk
menjawab pertanyaan sesuai dengan kondisi yang dialami pada pekerjaan saat ini.
Dosen Pembimbing Hormat Saya

Dr. Amilin, S.E., M.Si, Ak
NIP. 19730615 200501 1 009 Peneliti
Akhmad Bustanul Arifin
97

IDENTITAS RESPONDEN
Nama Responden :.... (Boleh dikosongkan)
Nama Perusahaan : ..
Umur Responden : ( ) 21- 25 th; ( ) 25-30 th;
( ) 30-40 th; ( ) >40 th
J enis Kelamin : ( ) Pria; ( ) Wanita
J enjang Pendidikan : ( ) S1 ( ) S2 ( ) S3
Bidang kerja yang ditangani: ( ) Manajer; ( ) Supervisor;
( ) Auditor Senior; ( ) Auditor J unior
Lama Saudara bekerja: ( ) 1- 3 th; ( ) 3-6 th; ( ) >6 th

Keterangan
DAFTAR PERTANYAAN
1 =Sangat Tidak Setuju (STS); 2 =Tidak Setuju (TS); 3 =Netral (N)
4 =Setuju (S); 5 =Sangat Setuju (SS)

PENERAPAN ETIKA PROFESI
No. Pernyataan STS TS N S SS
1. Saya selalu tegas dan jujur dalam
menjalin hubungan profesional dan
hubungan bisnis dalam melaksanakan
pekerjaan.

2. Saya selalu menghindari setiap hubungan
yang bersifat subjektif

3. Saya selalu memelihara pengetahuan dan
keahlian profesional, bersikap cermat dan
bertindak secara hati-hati

Bersambung pada halaman selanjutnya
98

ETIKA PROFESI (Lanjutan)
No. Pernyataan STS TS N S SS
4. Saya selalu merahasiakan informasi
yang diperoleh dari hubungan
profesional yang bersifat rahasia

5. Saya selalu mematuhi setiap ketentuan
hukum dan peraturan yang berlaku, serta
menghindari setiap tindakan yang dapat
mendiskriditkan profesi

6. Bagi saya, kode etik merupakan
seperangkat prinsip-prinsip moral yang
mengatur tentang perilaku profesional

7. Bagi saya, etika profesi merupakan
karakteristik suatu profesi yang
membedakan suatu profesi dengan
profesi lain, yang berfungsi untuk
mengatur tingkah laku para anggotanya


KOMITMEN ORGANISASI
No. Pernyataan STS TS N S SS
8. Saya merasa ikut memiliki organisasi di
tempat saya bekerja

9. Saya merasa terikat secara emosional
dengan organisasi di tempat saya
bekerja

10 Organisasi di tempat saya bekerja
sangat berarti bagi saya

11. Saya merasa menjadi bagian dari
organisasi di tempat saya bekerja

Bersambung pada halaman selanjutnya
99

KOMITMEN ORGANISASI (Lanjutan)
No. Pernyataan STS TS N S SS
12. Saya merasa masalah organisasi di
tempat saya bekerja juga seperti
masalah saya

13. Saya sulit terikat dengan organisasi lain
seperti organisasi di tempat saya bekerja

14. Saya mau berusaha di atas batas normal
untuk mensukseskan perusahaan di
tempat saya bekerja

15. Alasan utama saya tetap bekerja di
perusahaan ini adalah karena loyalitas
terhadap perusahaan

16. Saya rela membantu mewujudkan
tujuan organisasi

17. Saya merasa kehilangan waktu,
keterampilan dan hubungan dengan
rekan kerja jika meninggalkan organisasi
di tempat saya bekerja

18. Saya berusaha meningkatkan prestasi,
dan memiliki keyakinan yang pasti
untuk membantu mewujudkan tujuan
organisasi

19. Saya tidak meninggalkan perusahaan
bukan karena ada sejumlah investasi
yang harus dikorbankan bila
meninggalkan perusahaan




100

KECERDASAN EMOSIONAL
No. Pernyataan STS TS N S SS
20. Saya mengetahui pengaruh emosi
terhadap kinerja, dan mampu
menggunakan nilai-nilai untuk
memandu membuat keputusan

21. Saya mengetahui kekuatan dan batas-
batas diri sendiri

22. Saya yakin tentang harga diri dan
kemampuan sendiri

23. Saya terdorongan untuk menjadi lebih
baik atau memenuhi standar
keberhasilan

24. Saya selalu memanfaatkan kesempatan
25. Saya selalu gigih dalam
memperjuangkan sasaran kendati ada
halangan dan kegagalan

26. Saya mampu memahami persepektif
orang, sehingga menumbuhkan
hubungan saling percaya dan
menyelaraskan diri dengan bermacam-
macam orang

27. Saya selalu mengantisipasi, mengenali,
dan berusaha memenuhi kebutuhan
pelanggan

28. Dengan mengetahui perasaan orang
lain, membantu saya menghargai
individualitasnya

29. Saya selalu memelihara norma
kejujuran dan integritas

Bersambung pada halaman selanjutnya


101

KECERDASAN EMOSIONAL (Lanjutan)
No. Pernyataan STS TS N S SS
30. Saya sanggup menunda kenikmatan
pribadi sebelum tercapainya sesuatu
sasaran dan mampu pulih kembali dari
tekanan emosi

31. Saya selalu luwes dalam menangani
perubahan dan tantangan

32. Saya dapat menjalin hubungan dengan
orang lain dengan cukup lancar

33. Saya mampu memimpin dan
mengorganisir serta pintar menangani
perselisihan yang muncul dalam setiap
kegiatan manusia


PROFESIONALISME
No. Pernyataan STS TS N S SS
34 Saya menggunakan segenap
pengetahuan, kemampuan dan
pengalaman yang dimiliki secara total
terhadap pekerjaan

35. Saya tetap melaksanakan pekerjaan
meskipun imbalan ekstrinsik kurang

36. Kompensasi utama yang saya harapkan
adalah kepuasan rohaniah dan kemudian
kepuasan material

37. Pekerjaan Akuntan Publik sebagai
tujuan hidup dan bukan sekadar sebagai
alat untuk mencapai tujuan

Bersambung pada halaman selanjutnya
102

PROFESIONALISME (Lanjutan)
No. Pernyataan STS TS N S SS
38. Profesi akuntan publik adalah profesi
yang penting dimasyarakat

39. Profesi akuntan publik mampu menjaga
kekayaan Negara/masyarakat

40. Profesi akuntan publik merupakan
profesi yang dapat dijadikan dasar
kepercayaan masyarakat terhadap
pengawasan kekayaan negara

41. Profesi akuntan publik merupakan satu-
satunya profesi yang menciptakan
transparansi dalam masyarakat

42. Saya merencanakan dan memutuskan
hasil audit berdasarkan fakta yang saya
temui dalam proses pemeriksaan

43. Dalam menyatakan pendapat atas
laporan keuangan saya tidak berada
dibawah tekanan manajemen.

44. Dalam menentukan pendapat atas
laporan keuangan saya tidak
mendapatkan tekanan dari siapapun

Bersambung pada halaman selanjutnya




103

PROFESIONALISME (Lanjutan)
No. Pernyataan STS TS N S SS
45. Pemeriksaan atas laporan keuangan
untuk menyatakan pendapat tentang
kewajaran laporan keuangan hanya
dapat dilakukan oleh akuntan publik

46. Akuntan publik mempunyai cara yang
dapat diandalkan untuk menilai
kompetensi eksternal auditor lain.

47. Ikatan akuntan publik harus mempunyai
cara dan kekuatan untuk pelaksanaan
standar untuk akuntan publik

48 Saya selalu berpartisipasi dalam
pertemuan para akuntan publik.

49 Saya sering mengajak rekan rekan
seprofesi untuk bertukar pendapat
tentang masalah yang ada, baik dalam
satu organisasi maupun organisasi lain.

50 Saya mendukung adanya organisasi
ikatan akuntan publik.









104

Lampiran 2: Data Kuesioner
Data Kuesioner Etika Profesi

1 2 3 4 5 6 7 Total

1 2 3 4 5 6 7 Total
Resp 1 3 4 4 3 4 3 4 25

Resp 37 4 3 4 4 3 4 4 26
Resp 2 5 5 5 3 4 5 3 30

Resp 38 4 3 4 3 3 3 4 24
Resp 3 4 5 4 4 4 4 3 28

Resp 39 3 3 4 4 3 4 4 25
Resp 4 5 5 5 5 5 5 4 34

Resp 40 4 4 3 4 4 4 3 26
Resp 5 4 3 4 3 4 2 4 24

Resp 41 4 3 4 3 3 3 4 24
Resp 6 5 5 5 5 5 4 4 33

Resp 42 3 3 4 4 3 4 4 25
Resp 7 4 4 4 4 4 4 4 28

Resp 43 4 5 4 4 5 3 3 28
Resp 8 5 4 4 4 4 4 4 29

Resp 44 4 3 4 4 4 4 4 27
Resp 9 5 5 4 5 5 5 4 33

Resp 45 4 4 5 4 4 4 4 29
Resp 10 1 1 1 1 1 1 3 9

Resp 46 3 3 4 4 4 3 4 25
Resp 11 4 4 4 4 4 4 4 28

Resp 47 2 3 4 4 3 4 3 23
Resp 12 5 5 4 2 5 4 2 27

Resp 48 5 4 5 5 5 5 4 33
Resp 13 4 5 5 5 5 5 5 34

Resp 49 5 4 5 5 5 5 4 33
Resp 14 4 4 4 4 4 4 5 29

Resp 50 5 4 5 5 5 5 4 33
Resp 15 4 4 4 5 5 5 5 32

Resp 51 5 5 5 5 5 5 5 35
Resp 16 3 5 4 4 5 4 5 30

Resp 52 5 5 5 5 5 5 5 35
Resp 17 4 5 5 3 5 5 3 30

Resp 53 3 4 4 3 4 3 4 25
Resp 18 4 4 4 4 5 5 5 31

Resp 54 5 5 5 3 4 5 3 30
Resp 19 5 5 5 2 4 5 2 28

Resp 55 4 5 4 4 4 4 3 28
Resp 20 4 4 4 4 4 4 3 27

Resp 56 5 5 5 5 5 5 4 34
Resp 21 5 4 5 5 5 5 4 33

Resp 57 4 3 4 3 4 2 4 24
Resp 22 4 5 5 4 4 4 4 30

Resp 58 5 5 5 5 5 4 4 33
Resp 23 4 4 4 5 4 4 5 30

Resp 59 4 4 4 4 4 4 4 28
Resp 24 4 4 5 4 4 5 4 30

Resp 60 5 4 5 5 5 5 4 33
Resp 25 4 4 4 4 4 4 4 28

Resp 61 5 4 5 5 5 5 4 33
Resp 26 5 5 4 4 4 5 4 31

Resp 62 5 4 5 5 5 5 4 33
Resp 27 4 4 5 4 4 4 4 29

Resp 63 5 5 5 5 5 5 5 35
Resp 28 4 5 4 4 4 5 4 30

Resp 64 5 5 5 5 5 5 5 35
Resp 29 4 4 4 4 4 5 4 29

Resp 65 4 4 4 4 4 4 4 28
Resp 30 4 5 5 4 5 5 4 32

Resp 66 5 5 4 2 5 4 2 27
Resp 31 5 4 4 3 4 4 3 27

Resp 67 4 5 5 5 5 5 5 34
Resp 32 2 2 2 2 3 3 3 17

Resp 68 4 4 4 4 4 4 5 29
Resp 33 4 5 5 4 4 3 2 27

Resp 69 4 4 4 5 5 5 5 32
Resp 34 4 4 3 4 4 4 4 27

Resp 70 3 5 4 4 5 4 5 30
Resp 35 4 4 3 3 3 2 3 22

Resp 36 3 2 2 1 3 2 4 17

105

Data Kuesioner Komitmen Organisasi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total
Resp 1 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 5 1 41
Resp 2 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 2 43
Resp 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 2 47
Resp 4 4 4 3 4 4 3 3 3 5 5 5 1 44
Resp 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 4 1 49
Resp 6 5 4 4 5 5 3 5 3 5 5 5 1 50
Resp 7 4 4 4 4 3 3 4 3 4 5 5 1 44
Resp 8 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 5 2 43
Resp 9 5 4 4 4 4 5 3 3 4 5 4 1 46
Resp 10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 46
Resp 11 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 1 54
Resp 12 4 4 4 5 4 3 5 3 4 4 4 2 46
Resp 13 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 46
Resp 14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 46
Resp 15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 1 55
Resp 16 4 4 4 4 4 5 5 3 4 5 5 1 48
Resp 17 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 2 47
Resp 18 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 46
Resp 19 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 1 52
Resp 20 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 2 2 41
Resp 21 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 56
Resp 22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 46
Resp 23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 45
Resp 24 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 46
Resp 25 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 1 53
Resp 26 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 46
Resp 27 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36
Resp 28 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 1 55
Resp 29 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 1 55
Resp 30 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 46
Resp 31 3 5 3 5 5 4 4 3 3 4 4 2 45
Resp 32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 46
Resp 33 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 46
Resp 34 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 2 48
Resp 35 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 56
Resp 36 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 35
Resp 37 3 4 4 4 3 4 4 5 5 4 4 2 46
Bersambung pada halaman berikut
106






Data Kuesioner Komitmen Organisasi (Lanjutan)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total
Resp 38 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 45
Resp 39 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 43
Resp 40 3 3 4 4 4 5 5 4 5 5 4 1 47
Resp 41 4 4 4 4 3 4 3 3 4 5 4 1 43
Resp 42 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 3 1 51
Resp 43 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 2 43
Resp 44 4 3 3 4 4 4 3 2 3 4 4 2 40
Resp 45 3 2 4 4 3 3 3 4 4 4 4 2 40
Resp 46 5 3 2 3 5 3 4 2 4 5 4 2 42
Resp 47 3 2 2 4 4 3 5 5 4 3 4 3 42
Resp 48 4 3 4 5 4 5 5 4 5 5 4 1 49
Resp 49 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 2 42
Resp 50 5 3 2 3 5 3 4 2 4 5 4 1 41
Resp 51 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 5 2 43
Resp 52 4 4 3 4 4 4 5 3 4 5 3 1 44
Resp 53 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 46
Resp 54 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 5 3 43
Resp 55 3 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 1 44
Resp 56 3 3 3 4 2 2 2 4 4 4 4 2 37
Resp 57 4 3 3 4 3 5 3 3 4 4 4 2 42
Resp 58 4 3 3 4 5 3 4 5 3 4 4 2 44
Resp 59 3 3 3 4 4 2 3 2 3 3 4 3 37
Resp 60 4 3 4 5 4 5 5 4 5 5 4 1 49
Resp 61 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 5 2 43
Resp 62 4 4 3 4 4 3 4 3 4 5 5 2 45
Resp 63 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 5 2 53
Resp 64 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 44
Resp 65 4 4 3 3 4 2 3 2 4 4 4 2 39
Resp 66 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 2 44
Resp 67 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 1 51
Resp 68 3 2 4 4 4 4 4 3 4 4 5 2 43
Resp 69 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 2 47
Resp 70 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 2 40
107

Data Kuesioner Kecerdasan Emosional

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Total
Resp 1 5 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 51
Resp 2 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 54
Resp 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 58
Resp 4 3 4 4 2 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 50
Resp 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 5 63
Resp 6 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 3 5 65
Resp 7 3 3 4 3 4 4 5 4 4 3 4 3 3 4 51
Resp 8 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 51
Resp 9 5 5 5 4 4 3 3 5 4 4 4 4 3 5 58
Resp 10 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 3 4 58
Resp 11 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 69
Resp 12 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 56
Resp 13 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
Resp 14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
Resp 15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 70
Resp 16 5 5 3 3 5 3 4 5 4 4 5 5 5 3 59
Resp 17 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 58
Resp 18 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
Resp 19 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 60
Resp 20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 54
Resp 21 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 70
Resp 22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
Resp 23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 55
Resp 24 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
Resp 25 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 48
Resp 26 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 55
Resp 27 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
Resp 28 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 67
Resp 29 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 5 63
Resp 30 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
Resp 31 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
Resp 32 4 3 5 4 5 3 5 5 4 4 4 4 4 5 59
Resp 33 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 52
Resp 34 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
Resp 35 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 70
Resp 36 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 40
Resp 37 5 5 3 4 5 5 5 4 4 3 4 4 3 3 57
Bersambung pada halaman berikutnya
108

Data Kuesioner Kecerdasan Emosional (Lanjutan)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Total
Resp 38 4 4 3 3 4 5 5 4 4 3 4 4 3 3 53
Resp 39 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 51
Resp 40 5 4 3 5 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 53
Resp 41 5 5 4 3 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 59
Resp 42 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 53
Resp 43 3 4 4 5 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 52
Resp 44 5 2 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 2 4 50
Resp 45 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 51
Resp 46 3 4 4 4 4 3 3 4 5 5 4 4 4 4 55
Resp 47 5 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 56
Resp 48 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 49
Resp 49 5 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 3 4 4 61
Resp 50 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 5 3 48
Resp 51 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 2 3 3 4 52
Resp 52 4 4 3 5 4 5 5 5 3 4 3 4 2 3 54
Resp 53 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
Resp 54 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 5 4 57
Resp 55 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 1 4 49
Resp 56 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 49
Resp 57 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 55
Resp 58 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 43
Resp 59 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 3 5 66
Resp 60 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 3 5 60
Resp 61 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 57
Resp 62 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 55
Resp 63 4 3 5 4 5 3 5 5 4 4 5 5 3 5 60
Resp 64 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 55
Resp 65 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 1 4 51
Resp 66 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 53
Resp 67 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 49
Resp 68 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 54
Resp 69 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 41
Resp 70 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 4 2 5 64




109

Data Kuesioner Profesionalisme

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Total
Resp 1 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 64
Resp 2 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 3 1 3 3 3 3 64
Resp 3 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 3 3 3 3 3 72
Resp 4 2 1 2 2 2 2 4 4 5 5 5 3 3 3 3 3 3 52
Resp 5 5 5 5 5 5 5 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 2 68
Resp 6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 68
Resp 7 2 2 2 2 2 3 4 4 4 4 4 2 3 3 3 3 3 50
Resp 8 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 2 2 3 60
Resp 9 4 3 3 4 5 4 5 4 5 5 4 3 2 4 4 2 3 64
Resp 10 4 3 5 5 5 5 1 1 1 1 1 3 1 3 3 3 3 48
Resp 11 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 68
Resp 12 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 2 3 4 4 4 4 5 70
Resp 13 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 1 3 3 4 4 4 4 57
Resp 14 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 3 4 3 3 3 4 66
Resp 15 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 70
Resp 16 5 5 5 5 3 5 4 4 4 4 4 3 2 3 4 2 3 65
Resp 17 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 2 3 2 2 2 2 2 58
Resp 18 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 79
Resp 19 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 2 2 4 3 4 4 4 65
Resp 20 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 3 2 3 3 3 2 61
Resp 21 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 3 4 4 4 4 2 74
Resp 22 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 2 2 3 3 3 2 62
Resp 23 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 2 2 3 3 3 2 62
Resp 24 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 3 67
Resp 25 4 3 3 3 3 4 5 4 4 5 5 2 3 3 3 3 2 59
Resp 26 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 2 2 3 3 3 3 62
Resp 27 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 1 2 3 3 3 2 60
Resp 28 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 2 2 3 3 3 3 70
Resp 29 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 2 2 3 3 3 2 69
Resp 30 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 3 2 2 3 2 2 60
Resp 31 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 3 2 3 4 65
Resp 32 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 1 1 1 1 1 1 45
Resp 33 5 5 5 3 3 5 4 5 4 4 5 3 4 4 4 4 5 72
Resp 34 4 5 4 4 4 4 3 4 5 4 4 2 3 3 3 3 3 62
Resp 35 5 2 3 4 5 5 1 1 1 2 2 3 2 3 3 2 3 47
Resp 36 4 4 4 4 4 4 1 4 3 5 5 2 3 5 5 3 3 63
Resp 37 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 64
Bersambung pada halaman berikut
110

Data Kuesioner Profesionalisme (Lanjutan)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Total
Resp 38 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 64
Resp 39 4 5 4 4 4 4 5 4 3 4 4 3 3 3 3 2 2 61
Resp 40 4 4 4 4 5 5 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 66
Resp 41 4 5 5 5 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 68
Resp 42 4 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 3 3 3 3 2 2 60
Resp 43 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 4 2 3 4 2 5 4 64
Resp 44 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 5 4 4 3 4 3 3 61
Resp 45 4 4 3 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 67
Resp 46 5 5 5 3 3 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 74
Resp 47 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 3 3 4 4 4 4 70
Resp 48 5 2 3 4 5 5 5 5 4 4 4 3 3 5 4 3 3 67
Resp 49 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 3 3 69
Resp 50 5 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 3 3 5 4 3 3 70
Resp 51 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 3 3 5 5 5 5 79
Resp 52 4 3 3 4 4 3 5 5 5 5 5 3 3 5 5 5 5 72
Resp 53 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 67
Resp 54 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 3 1 3 3 3 3 68
Resp 55 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 4 3 3 3 3 3 70
Resp 56 3 3 3 3 3 3 4 4 5 5 5 3 3 3 3 3 3 59
Resp 57 5 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 2 59
Resp 58 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 65
Resp 59 5 4 4 5 5 3 4 4 4 4 4 2 3 3 3 3 3 63
Resp 60 2 1 2 2 2 2 5 5 4 4 4 3 3 5 4 3 3 54
Resp 61 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 3 3 75
Resp 62 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 3 3 5 4 3 3 67
Resp 63 2 2 2 2 2 3 5 5 5 5 5 3 3 5 5 5 5 64
Resp 64 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 3 3 5 5 5 5 76
Resp 65 4 3 3 4 5 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 61
Resp 66 4 3 5 5 5 5 4 5 5 4 2 3 4 4 4 4 5 71
Resp 67 2 2 2 2 2 3 3 3 4 4 1 3 3 4 4 4 4 50
Resp 68 3 3 3 3 3 3 5 5 4 4 4 3 4 3 3 3 4 60
Resp 69 5 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 61
Resp 70 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 2 3 4 2 3 58



111

Lampiran 3: Hasil Uji Validitas
Variabel Etika Profesi

Correlations

etika1 etika2 etika3 etika4 etika5 etika6 etika7 etikatot
etika1 Pearson
Correlation
1 .632
**
.680
**
.455
**
.665
**
.614
**
.020 .758
**

Sig. (2-
tailed)

.000 .000 .000 .000 .000 .869 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70
etika2 Pearson
Correlation
.632
**
1 .665
**
.435
**
.736
**
.619
**
.021 .767
**

Sig. (2-
tailed)
.000

.000 .000 .000 .000 .862 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70
etika3 Pearson
Correlation
.680
**
.665
**
1 .621
**
.683
**
.687
**
.181 .842
**

Sig. (2-
tailed)
.000 .000

.000 .000 .000 .134 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70
etika4 Pearson
Correlation
.455
**
.435
**
.621
**
1 .624
**
.646
**
.580
**
.822
**

Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000

.000 .000 .000 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70
etika5 Pearson
Correlation
.665
**
.736
**
.683
**
.624
**
1 .674
**
.298
*
.870
**

Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000

.000 .012 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70
etika6 Pearson
Correlation
.614
**
.619
**
.687
**
.646
**
.674
**
1 .276
*
.851
**

112
























Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000 .000

.021 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70
etika7 Pearson
Correlation
.020 .021 .181 .580
**
.298
*
.276
*
1 .440
**

Sig. (2-
tailed)
.869 .862 .134 .000 .012 .021

.000
N 70 70 70 70 70 70 70 70
etikatot Pearson
Correlation
.758
**
.767
**
.842
**
.822
**
.870
**
.851
**
.440
**
1
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 70 70 70 70 70 70 70 70
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
113

Variabel Komitmen Organisasi


Correlations

KO1 KO2 KO3 KO4 KO5 KO6 KO7 KO8 KO9 KO10 KO11 KO12 KOtotal
KO1 Pearson
Correlation
1 .481
**
.305
*
.424
**
.626
**
.399
**
.367
**
.241
*
.438
**

.552
**
.081 -.488
**
.662
**

Sig. (2-
tailed)

.000 .010 .000 .000 .001 .002 .045 .000 .000 .503 .000 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
KO2 Pearson
Correlation
.481
**
1 .615
**
.519
**
.387
**
.398
**
.389
**
.422
**
.405
**

.403
**
.146 -.434
**
.715
**

Sig. (2-
tailed)
.000

.000 .000 .001 .001 .001 .000 .001 .001 .227 .000 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
KO3 Pearson
Correlation
.305
*
.615
**
1 .575
**
.208 .569
**
.394
**
.603
**
.526
**

.335
**
.170 -.400
**
.739
**

Sig. (2-
tailed)
.010 .000

.000 .083 .000 .001 .000 .000 .005 .159 .001 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
KO4 Pearson
Correlation
.424
**
.519
**
.575
**
1 .377
**
.474
**
.527
**
.513
**
.530
**

.386
**
.189 -.394
**
.757
**

Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000

.001 .000 .000 .000 .000 .001 .118 .001 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
KO5 Pearson
Correlation
.626
**
.387
**
.208 .377
**
1 .394
**
.494
**
.244
*
.351
**

.405
**
.218 -.375
**
.646
**

Sig. (2-
tailed)
.000 .001 .083 .001

.001 .000 .042 .003 .001 .070 .001 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
KO6 Pearson
Correlation
.399
**
.398
**
.569
**
.474
**
.394
**
1 .484
**
.516
**
.460
**

.438
**
.120 -.467
**
.729
**

Sig. (2-
tailed)
.001 .001 .000 .000 .001

.000 .000 .000 .000 .324 .000 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
114

KO7 Pearson
Correlation
.367
**
.389
**
.394
**
.527
**
.494
**
.484
**
1 .455
**
.539
**

.431
**
.088 -.437
**
.703
**

Sig. (2-
tailed)
.002 .001 .001 .000 .000 .000

.000 .000 .000 .467 .000 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
KO8 Pearson
Correlation
.241
*
.422
**
.603
**
.513
**
.244
*
.516
**
.455
**
1 .505
**

.165 -.005 -.216 .683
**

Sig. (2-
tailed)
.045 .000 .000 .000 .042 .000 .000

.000 .173 .966 .073 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
KO9 Pearson
Correlation
.438
**
.405
**
.526
**
.530
**
.351
**
.460
**
.539
**
.505
**
1 .707
**
.190 -.719
**
.726
**

Sig. (2-
tailed)
.000 .001 .000 .000 .003 .000 .000 .000

.000 .116 .000 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
KO1
0
Pearson
Correlation
.552
**
.403
**
.335
**
.386
**
.405
**
.438
**
.431
**
.165 .707
**

1 .218 -.942
**
.601
**

Sig. (2-
tailed)
.000 .001 .005 .001 .001 .000 .000 .173 .000

.070 .000 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
KO1
1
Pearson
Correlation
.081 .146 .170 .189 .218 .120 .088 -.005 .190 .218 1 -.224 .314
**

Sig. (2-
tailed)
.503 .227 .159 .118 .070 .324 .467 .966 .116 .070

.063 .008
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
KO1
2
Pearson
Correlation
-.488
**
-.434
**
-.400
**
-.394
**
-.375
**
-.467
**
-.437
**
-.216 -
.719
**

-.942
**
-.224 1 -.604
**

Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .001 .001 .001 .000 .000 .073 .000 .000 .063

.000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
KOt
otal
Pearson
Correlation
.662
**
.715
**
.739
**
.757
**
.646
**
.729
**
.703
**
.683
**
.726
**

.601
**
.314
**
-.604
**
1
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .008 .000

115

N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).



Variabel Kecerdasan Emosional


Correlations

EQ1 EQ2 EQ3 EQ4 EQ5 EQ6 EQ7 EQ8 EQ9 EQ10 EQ11 EQ12 EQ13 EQ14 EQtot
EQ
1
Pearso
n
Correlat
ion
1 .577
**

.417
**

.414
**

.573
**

.423
**

.437
**

.588
**

.466
**

.413
**
.363
**
.418
**
.072 .417
**
.668
**

Sig. (2-
tailed)

.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .002 .000 .556 .000 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
EQ
2
Pearso
n
Correlat
ion
.577
**

1 .506
**

.389
**

.561
**

.634
**

.380
**

.499
**

.482
**

.492
**
.423
**
.417
**
.261
*
.506
**
.730
**

Sig. (2-
tailed)
.000

.000 .001 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .029 .000 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
EQ
3
Pearso
n
Correlat
ion
.417
**

.506
**

1 .461
**

.580
**

.337
**

.383
**

.544
**

.614
**

.672
**
.411
**
.401
**
.146 1.000
*
*

.755
**

Sig. (2-
tailed)
.000 .000

.000 .000 .004 .001 .000 .000 .000 .000 .001 .229 .000 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
EQ
4
Pearso
n
Correlat
ion
.414
**

.389
**

.461
**

1 .359
**

.445
**

.327
**

.417
**

.431
**

.447
**
.161 .281
*
.129 .461
**
.582
**

116

Sig. (2-
tailed)
.000 .001 .000

.002 .000 .006 .000 .000 .000 .182 .018 .288 .000 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
EQ
5
Pearso
n
Correlat
ion
.573
**

.561
**

.580
**

.359
**

1 .539
**

.660
**

.719
**

.524
**

.612
**
.407
**
.571
**
.155 .580
**
.798
**

Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .002

.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .201 .000 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
EQ
6
Pearso
n
Correlat
ion
.423
**

.634
**

.337
**

.445
**

.539
**

1 .719
**

.495
**

.484
**

.462
**
.268
*
.274
*
.134 .337
**
.671
**

Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .004 .000 .000

.000 .000 .000 .000 .025 .022 .268 .004 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
EQ
7
Pearso
n
Correlat
ion
.437
**

.380
**

.383
**

.327
**

.660
**

.719
**

1 .715
**

.461
**

.477
**
.361
**
.444
**
.138 .383
**
.706
**

Sig. (2-
tailed)
.000 .001 .001 .006 .000 .000

.000 .000 .000 .002 .000 .253 .001 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
EQ
8
Pearso
n
Correlat
ion
.588
**

.499
**

.544
**

.417
**

.719
**

.495
**

.715
**

1 .523
**

.656
**
.456
**
.623
**
.104 .544
**
.802
**

Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

.000 .000 .000 .000 .392 .000 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
EQ
9
Pearso
n
Correlat
ion
.466
**

.482
**

.614
**

.431
**

.524
**

.484
**

.461
**

.523
**

1 .740
**
.381
**
.283
*
.207 .614
**
.728
**

117

Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

.000 .001 .018 .086 .000 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
EQ
10
Pearso
n
Correlat
ion
.413
**

.492
**

.672
**

.447
**

.612
**

.462
**

.477
**

.656
**

.740
**

1 .356
**
.471
**
.191 .672
**
.775
**

Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

.002 .000 .114 .000 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
EQ
11
Pearso
n
Correlat
ion
.363
**

.423
**

.411
**

.161 .407
**

.268
*

.361
**

.456
**

.381
**

.356
**
1 .573
**
.610
**
.411
**
.659
**

Sig. (2-
tailed)
.002 .000 .000 .182 .000 .025 .002 .000 .001 .002

.000 .000 .000 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
EQ
12
Pearso
n
Correlat
ion
.418
**

.417
**

.401
**

.281
*

.571
**

.274
*

.444
**

.623
**

.283
*

.471
**
.573
**
1 .384
**
.401
**
.683
**

Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .001 .018 .000 .022 .000 .000 .018 .000 .000

.001 .001 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
EQ
13
Pearso
n
Correlat
ion
.072 .261
*

.146 .129 .155 .134 .138 .104 .207 .191 .610
**
.384
**
1 .146 .415
**

Sig. (2-
tailed)
.556 .029 .229 .288 .201 .268 .253 .392 .086 .114 .000 .001

.229 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
EQ
14
Pearso
n
Correlat
ion
.417
**

.506
**

1.00
0
**

.461
**

.580
**

.337
**

.383
**

.544
**

.614
**

.672
**
.411
**
.401
**
.146 1 .755
**

118

Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000 .000 .004 .001 .000 .000 .000 .000 .001 .229

.000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
EQt
otal
Pearso
n
Correlat
ion
.668
**

.730
**

.755
**

.582
**

.798
**

.671
**

.706
**

.802
**

.728
**

.775
**
.659
**
.683
**
.415
**
.755
**
1
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).




Variabel Profesionalisme



Correlations

pp1 pp2 pp3 pp4 pp5 pp6 pp7 pp8 pp9 pp10 pp11 pp12 pp13 pp14 pp15 pp16 pp17 pptot
pp1 Pearso
n
Correlat
ion
1 .678
**

.733
**

.718
**

.659
**

.666
**

.080 .096 -.071 -.088 .119 .034 -.054 -.037 -.050 -.082 -.064 .526
**

Sig. (2-
tailed)

.000 .000 .000 .000 .000 .513 .430 .559 .469 .325 .778 .658 .763 .683 .498 .596 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
pp2 Pearso
n
Correlat
ion
.678
**

1 .814
**

.683
**

.489
**

.618
**

.214 .258
*

.152 .080 .186 -
.008
.008 -.086 -.055 .015 -.089 .607
**

Sig. (2-
tailed)
.000

.000 .000 .000 .000 .076 .031 .208 .508 .123 .948 .951 .477 .650 .902 .463 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
119

pp3 Pearso
n
Correlat
ion
.733
**

.814
**

1 .773
**

.566
**

.657
**

.041 .103 -.010 -.087 .035 .133 -.024 -.013 .024 .065 -.019 .582
**

Sig. (2-
tailed)
.000 .000

.000 .000 .000 .739 .397 .932 .474 .772 .271 .842 .916 .844 .593 .875 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
pp4 Pearso
n
Correlat
ion
.718
**

.683
**

.773
**

1 .800
**

.676
**

.083 .083 .003 -.066 .019 -
.013
-.167 -.051 -.087 -.084 -.121 .513
**

Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000

.000 .000 .494 .494 .979 .587 .879 .917 .168 .674 .472 .490 .317 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
pp5 Pearso
n
Correlat
ion
.659
**

.489
**

.566
**

.800
**

1 .665
**

-
.030
-
.058
-.159 -.213 -.051 -
.017
-.130 -.080 -.138 -.134 -.184 .357
**

Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000

.000 .804 .631 .188 .077 .676 .888 .283 .508 .254 .270 .128 .002
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
pp6 Pearso
n
Correlat
ion
.666
**

.618
**

.657
**

.676
**

.665
**

1 -
.042
-
.046
-.216 -.256
*
-.116 -
.024
-.046 .000 -.024 -.091 -.125 .393
**

Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000 .000

.727 .703 .073 .033 .341 .842 .703 1.000 .843 .453 .303 .001
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
pp7 Pearso
n
Correlat
ion
.080 .214 .041 .083 -
.030
-
.042
1 .696
**

.550
**
.531
**
.462
**
.042 .128 .093 .047 .074 -.014 .486
**

Sig. (2-
tailed)
.513 .076 .739 .494 .804 .727

.000 .000 .000 .000 .731 .289 .442 .698 .545 .906 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
120

pp8 Pearso
n
Correlat
ion
.096 .258
*

.103 .083 -
.058
-
.046
.696
**

1 .672
**
.516
**
.403
**
-
.101
.220 .271
*
.149 .219 .199 .574
**

Sig. (2-
tailed)
.430 .031 .397 .494 .631 .703 .000

.000 .000 .001 .406 .068 .023 .219 .069 .098 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
pp9 Pearso
n
Correlat
ion
-
.071
.152 -
.010
.003 -
.159
-
.216
.550
**

.672
**

1 .691
**
.348
**
.080 .114 .094 .137 .255
*
.318
**
.480
**

Sig. (2-
tailed)
.559 .208 .932 .979 .188 .073 .000 .000

.000 .003 .512 .348 .438 .259 .033 .007 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
pp1
0
Pearso
n
Correlat
ion
-
.088
.080 -
.087
-
.066
-
.213
-
.256
*

.531
**

.516
**

.691
**
1 .496
**
-
.037
.136 .145 .227 .148 .080 .395
**

Sig. (2-
tailed)
.469 .508 .474 .587 .077 .033 .000 .000 .000

.000 .759 .261 .231 .059 .223 .509 .001
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
pp1
1
Pearso
n
Correlat
ion
.119 .186 .035 .019 -
.051
-
.116
.462
**

.403
**

.348
**
.496
**
1 .070 .069 .151 .167 .128 -.019 .437
**

Sig. (2-
tailed)
.325 .123 .772 .879 .676 .341 .000 .001 .003 .000

.564 .572 .213 .168 .290 .877 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
pp1
2
Pearso
n
Correlat
ion
.034 -
.008
.133 -
.013
-
.017
-
.024
.042 -
.101
.080 -.037 .070 1 .515
**
.387
**
.408
**
.317
**
.388
**
.383
**

Sig. (2-
tailed)
.778 .948 .271 .917 .888 .842 .731 .406 .512 .759 .564

.000 .001 .000 .008 .001 .001
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
121

pp1
3
Pearso
n
Correlat
ion
-
.054
.008 -
.024
-
.167
-
.130
-
.046
.128 .220 .114 .136 .069 .515
**

1 .497
**
.479
**
.520
**
.508
**
.457
**

Sig. (2-
tailed)
.658 .951 .842 .168 .283 .703 .289 .068 .348 .261 .572 .000

.000 .000 .000 .000 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
pp1
4
Pearso
n
Correlat
ion
-
.037
-
.086
-
.013
-
.051
-
.080
.000 .093 .271
*

.094 .145 .151 .387
**

.497
**
1 .807
**
.676
**
.519
**
.531
**

Sig. (2-
tailed)
.763 .477 .916 .674 .508 1.00
0
.442 .023 .438 .231 .213 .001 .000

.000 .000 .000 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
pp1
5
Pearso
n
Correlat
ion
-
.050
-
.055
.024 -
.087
-
.138
-
.024
.047 .149 .137 .227 .167 .408
**

.479
**
.807
**
1 .602
**
.609
**
.520
**

Sig. (2-
tailed)
.683 .650 .844 .472 .254 .843 .698 .219 .259 .059 .168 .000 .000 .000

.000 .000 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
pp1
6
Pearso
n
Correlat
ion
-
.082
.015 .065 -
.084
-
.134
-
.091
.074 .219 .255
*
.148 .128 .317
**

.520
**
.676
**
.602
**
1 .682
**
.528
**

Sig. (2-
tailed)
.498 .902 .593 .490 .270 .453 .545 .069 .033 .223 .290 .008 .000 .000 .000

.000 .000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
pp1
7
Pearso
n
Correlat
ion
-
.064
-
.089
-
.019
-
.121
-
.184
-
.125
-
.014
.199 .318
**
.080 -.019 .388
**

.508
**
.519
**
.609
**
.682
**
1 .448
**

Sig. (2-
tailed)
.596 .463 .875 .317 .128 .303 .906 .098 .007 .509 .877 .001 .000 .000 .000 .000

.000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
122

ppto
tal
Pearso
n
Correlat
ion
.526
**

.607
**

.582
**

.513
**

.357
**

.393
**

.486
**

.574
**

.480
**
.395
**
.437
**
.383
**

.457
**
.531
**
.520
**
.528
**
.448
**
1
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000 .002 .001 .000 .000 .000 .001 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000

N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
























123

Lampiran 4: Hasil Uji Reliabilitas
Etika Profesi
Case Processing Summary

N %
Cases Valid 70 100.0
Excluded
a
0 .0
Total 70 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items
N of
Items
.882 .881 7

Scale Statistics
Mean Variance
Std.
Deviation
N of
Items
28.7143 21.019 4.58461 7

Komitmen Organisasi
Case Processing Summary

N %
Cases Valid 70 100.0
Excluded
a
0 .0
Total 70 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.

124

Komitmen Organisasi

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.807 .797 12


Scale Statistics
Mean Variance
Std.
Deviation
N of
Items
45.5143 22.051 4.69580 12

Kecerdasan Emosional
Case Processing Summary

N %
Cases Valid 70 100.0
Excluded
a
0 .0
Total 70 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.912 .918 14



125

Kecerdasan Emosional

Scale Statistics
Mean Variance
Std.
Deviation
N of
Items
55.4571 40.831 6.38995 14

Profesionalisme

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 70 100.0
Excluded
a
0 .0
Total 70 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.


Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.796 .795 17


Scale Statistics
Mean Variance
Std.
Deviation
N of
Items
64.1714 49.825 7.05870 17



126

Lampiran 5: Hasil Uji Regresi
Variables Entered/Removed
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 Kecerdasan,
Etika,
Kmitmen
a

. Enter
a. All requested variables entered.

Model Summary
b

Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .983
a
.966 .965 1.32354 .586
a. Predictors: (Constant), Kecerdasan, Etika, Kmitmen
b. Dependent Variable: Profesionalisme

ANOVA
b

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3322.328 3 1107.443 632.193 .000
a

Residual 115.615 66 1.752

Total 3437.943 69

a. Predictors: (Constant), Kecerdasan, Etika, Kmitmen
b. Dependent Variable: Profesionalisme

Coefficients
a

Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 8.221 2.014

4.081 .000

Etika .597 .092 .388 6.464 .000 .980 1.021
Kmitmen .243 .260 .162 .935 .353 .665 1.505
Kecerdasan .500 .207 .452 2.414 .019 .673 1.485
a. Dependent Variable: Profesionalisme
127

Você também pode gostar