meningkatnya afek seseorang yang jelas, abnormal, menetap, ekspansif, atau iritabel. Afek yang abnormal ini membuat fungsi harian pasien menjadi terganggu karena gangguan pada daya pertimbangan lingkungan Menurut PPDGJ III, episode mania merupakan suatu kesamaan karakteristik dalam afek meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental dalam berbagai derajat keparahan. EPIDEMIOLOGI Mania merupakan suatu gangguan afektif dengan persentasi 12 % dari seluruh gangguan afektif. Onset rata-rata umur pada pasien dewasa dengan mania adalah 55 tahun dengan perbandingan jumlah pria dan wanita 2 : 1. Prevalensi timbulnya mania sekitar 0,1% pertahun. [4] Biasanya gangguan mania lebih sering pada pasangan yang sudah bercerai atau belum menikah dibandingkan dengan pasien yang menikah. Gangguan mania juga dikatakan dialami oleh golongan sosioekonomi yang tinggi dan pada pasien yang kurang taraf pendidikannya, sebagai contoh mahasiswa lebih jarang mengalami gangguan ini dibanding dengan orang yang rendah pendidikannya. [
ETIOLOGI FAKTOR BIOLOGIS Neurotransmitter Teori biologik untuk gangguan mania memfokuskan pada abnormalitas norepinefrin (NE) dan serotonin (5-HT). Hipotesis katekolamin menyatakan peningkatan NE di otak menyebabkan mania. Hipotesis indolamin pula menyatakan bahwa peningkatan neurotransmiter serotonin (5-HT) pada otak menyebabkan juga dapat menyebabkan mania. Hipotesis lain menyatakan bahwa peningkatan NE menyebabkan mania, hanya bila kadar serotonin 5-HT rendah. [5]
Selain itu, penelitian-penelitian juga menunjukksan adanya kelompok neurotransmiter lain yang berperan penting pada timbulnya mania, yaitu golongan neuropeptida, termasuk endorfin, somatostatin, vasopresin dan oksitosin. Diketahui bahwa neurotransmiter-neurotransmiter ini, dalam beberapa cara, tidak seimbang (unbalanced) pada otak individu mania dibanding otak individu normal.Misalnya, GABA diketahui menurun kadarnya dalam darah dan cairan spinal pada pasien mania. Dopamin juga meningkat kadarnya pada celah sinaptik, menimbulkan hiperaktivitas dan agresivitas mania, seperti juga pada skizofrenia. Antidepresan trisiklik dan MAO inhibitor yang meningkatkan epinefrin bisa merangsang timbulnya mania, dan antipsikotik yang mem-blok reseptor dopamin yang menurunkan kadar dopamin bisa memperbaiki mania, seperti juga pada skizofrenia. [
Genetik Data genetik dengan kuat menyatakan bahawa suatu faktor yang penting di dalam perkembangan gangguan mood adalah genetika, tetapi pola penurunan genetika adalah jelas melalui mekanisme yang kompleks, bukan saja tidak mungkin untuk menyingkirkan efek psikososial, tetapi faktor non genetik kemungkinan memainkan peranan kausatif dalam perkembangan gangguan mood pada sekurangnya beberapa orang. [6]
Data keluarga menunjukkan bahwa jika satu orang tua memiliki gangguan mood, anak akan memiliki risiko antara 10 - 25 % untuk gangguan mood. Jika kedua orang tua yang terkena, risiko ini berlipat ganda. Lebih banyak anggota keluarga yang terpengaruh, semakin besar risikonya untuk anak. Risikonya juga lebih besar jika anggota keluarga dekat terkena dibanding kerabat jauh. [5]
Data kembar pula memberikan bukti yang kuat bahwa gen hanya menjelaskan 50 sampai 70 persen dari etiologi gangguan mood. Satu studi menemukan tingkat kesesuaian untuk gangguan mood dalam (MZ) kembar monozigot adalah 70 hingga 90 persen dibandingkan dengan dizigotik sesama jenis (DZ) kembar yang hanya 16 hingga 35 persen.
FAKTOR PSIKOSOSIAL Faktor psikososial terdiri dari 3 faktor yang utama yaitu faktor lingkungan, faktor kepribadian, dan faktor psikodinamik mania. [5]
Faktor Lingkungan Pengamatan klinis menunjukkan bahwa peristiwa kehidupan yang penuh stres lebih sering mendahului episode gangguan mood seperti gangguan mania [5]
Faktor Kepribadian Tidak ada ciri kepribadian tunggal atau khusus untuk seseorang yang mengalami gangguan mania; semua manusia, apapun pola kepribadian, bisa menjadi tertekan dan dalam keadaan yang sesuai mengalami gangguan yang sama. Orang dengan kepribadian tertentu seperti kepribadian antisosial atau menurut PPDGJ III gangguan kepribadian dissosial mungkin menghadapi risiko lebih besar untuk mengalami gangguan mania dibandingkan orang dengan gangguan kepribadian paranoid atau cemas. [5]
Faktor Psikodinamika Kebanyakan teori-teori episode manik mania dipandang sebagai pertahanan terhadap depresi yang mendasarinya. Abraham, misalnya, percaya bahwa episode manik mungkin mencerminkan ketidakmampuan untuk mentolerir tragedi perkembangan, seperti kehilangan orangtua. Keadaan manik juga mungkin akibat dari superego tirani, yang menghasilkan kritik-diri yang kemudian digantikan oleh euforia kepuasan diri. Bertram Lewin dianggap ego pasien manik sebagai kewalahan oleh impuls menyenangkan, seperti seks, atau dengan impuls ditakuti, seperti agresi. Klein juga melihat mania sebagai reaksi defensif terhadap depresi,dengan menggunakan pertahanan manik seperti kemahakuasaan, di mana seseorang mengembangkan delusion of grandeur
DIAGNOSIS F30 EPISODE MANIK Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat keparahan. Kategori ini hanya untuk satu episode manik tunggal (yang pertama), termasuk gangguan afektif bipolar, episode manik tunggal. Jika ada episode afektif (depresi, manik atau hipomanik) sebelumnya atau sesudahnya, termasuk gangguan afektif bipolar. (F31).
F30.0 Hipomania Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania (F30.1), afek yang meninggi atau berubah disertai peningkatan aktivitas,nbmenetap selama sekurang-kurangnya beberapa hari berturut- turut,pada suatu derajat intensitas dan yang bertahan melebihi apa yang digambarkan bagi siklotimia (F34.0), dan tidak disertai halusinasi atau waham. Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial memang sesuai dengan diagnosis hipomania, akan tetapi bila kakacauan itu berat atau menyeluruh, maka diagnosis mania (F30.1 atau F30.2) harus ditegakkan.
F30.1 Mania Tanpa Gejala Psikotik Episode harus berlangsung sekurang- kurangnya 1 minggu, dan cukup berat sampai mengacaukan seluruh atau hamper seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasa dilakukan. Perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga terjadi aktivitas berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang berkurang, ide- ide perihal kebesaran/ grandiose ideas dan terlalu optimistik.
F30.2 Mania Dengan Gejala Psikotik Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari F30.1 (mania tanpa gejala psikotik). Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi waham kebesaran (delusion of grandeur), irritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar (delusion of persecution). Waham dan halusinasi sesuai dengan keadaan afek tersebut (mood congruent). F30.8 Episode Manik Lainnya F30.9 Episode Manik YTT PROGNOSIS Emil Kraepelin,yang mendeskripsikan sifat episodik mania-depresi,menyatakan bahwa kondisi episodik manik tunggal biasanya akan sembuh sendiri seiring waktu dengan atau tanpa pengobatan, akan tetapi kejadian episodik tunggal sangatlah jarang. Oleh karena itu digunakan istilah bipolar untuk menggambarkan individu yang mengalami gabungan episode manik dan juga depresi. Studi menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan berdasarkan usia dan jenis kelamin saat ini. Namun, angka morbiditas pada masa kecil atau remaja lebih tinggi pada usia lanjut. Pasien yang mengalami langsung dari satu kutub (mania atau depresi) yang lain juga cenderung membutuhkan waktu lebih lama dan serangan lebih sering daripada pasien yang mengalami episode diskrit mania atau depresi. [8]