Makalah ini membahas perencanaan tata letak pabrik produksi samosa. Proses produksinya meliputi penerimaan bahan baku, penyortiran, pencucian, pemotongan, penumisan, pengisian, pengemasan, penyortiran produk jadi, dan pendistribusian. Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi dengan mengatur ruang dan alur proses secara terintegrasi agar meminimalkan waktu dan biaya produksi.
Descrição original:
Título original
Andina Larasati Dewi - 12.4.02.415 (MAKALAH DESAIN TATA LETAK).docx
Makalah ini membahas perencanaan tata letak pabrik produksi samosa. Proses produksinya meliputi penerimaan bahan baku, penyortiran, pencucian, pemotongan, penumisan, pengisian, pengemasan, penyortiran produk jadi, dan pendistribusian. Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi dengan mengatur ruang dan alur proses secara terintegrasi agar meminimalkan waktu dan biaya produksi.
Makalah ini membahas perencanaan tata letak pabrik produksi samosa. Proses produksinya meliputi penerimaan bahan baku, penyortiran, pencucian, pemotongan, penumisan, pengisian, pengemasan, penyortiran produk jadi, dan pendistribusian. Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi dengan mengatur ruang dan alur proses secara terintegrasi agar meminimalkan waktu dan biaya produksi.
JURUSAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN SEMESTER IV
DISUSUN OLEH : ANDINA LARASATI DEWI 12.4.02.415
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENGEMBANGAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN AKADEMI PERIKANAN SIDOARJO 2014 1. Tujuan Tata Letak Produk yang akan dibuat adalah samosa. Samosa merupakan makanan ringan khas India yang baru-baru ini masuk ke dalam pangsa pasar Indonesia. Samosa berbentuk segitiga, dibungkus menggunakan kulit pangsit dan berisikan kentang rebus yang ditumbuk halus, kacang polong rebus, wortel tumis dan daging surimi yang ditumis. Dalam satu hari, ditargetkan pabrik akan memproduksi samosa sebanyak 1 ton. Tujuan dilakukannya perencanaan tata letak pabrik adalah agar dapat mengatur area kerja dari segala fasilitas serta proses produksi agar dapat menghasilkan suatu proses yang efisien untuk operasi, aman dan nyaman sehingga akan dapat menaikkan moral kerja dan performance dari operator. Lebih spesifik lagi, suatu tata letak yang baik akan dapat memberikan keuntungan-keuntungan dalam sistem produksi, seperti : 1. Menaikkan output produksi 2. Mengurangi waktu tunggu (delay) 3. Mengurangi proses pemindahan bahan (material handling) 4. Penghematan penggunaan areal untuk produksi, gudang dan servis 5. Mengurangi inventory in-process 6. Proses manufacturing lebih singkat 7. Mengurangi resiko bagi kesehatan dan keselamatan kerja operator 8. Memperbaiki moral dan kepuasan kerja 9. Mempermudah aktivitas supervisi 10. Mengurangi faktor yang bisa merugikan dan mempengaruhi kualitas dari bahan baku maupun produk jadi Produk yang dibuat merupakan produk value added dimana dalam produk terdapat bahan baku sayur dan daging. Maka tata letak pabrik harus benar-benar dirancang dan diperhatikan agar tidak terjadi kontaminasi silang. Kapasitas produksi yang ditargetkan pun cukup besar yaitu sekitar 1 ton per hari. Untuk mensukseskan target ini, maka proses produksi harus lancar dan tidak ada kendala dari faktor internal maupun eksternal selama proses produksi. 2. Aktivitas Primer Aktivitas produksi yang dilakukan meliputi penerimaan bahan baku yang kemudian dilanjutkan dengan penyortiran bahan baku. Proses penerimaan bahan baku harus dibedakan menjadi proses penerimaan bahan baku sayur dan bahan baku daging. Dalam proses ini tidak membutuhkan mesin khusus. Dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 2 orang pada masing-masing bahan baku sebagai pencatat jumlah bahan baku yang diterima dan satu orang lainnya sebagai penghitung jumlah bahan baku yang diterima. Kemudian pada proses penyortiran bahan baku dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 10 orang pada masing-masing bahan baku. Untuk proses penyortiran juga tidak dibutuhkan mesin khusus. Proses selanjutnya adalah pencucian bahan sayur. Dalam proses ini membutuhkan ban berjalan yang berfungsi untuk mengantarkan bahan baku dari tempat penyortiran menuju bak pencucian. Dalam proses ini membutuhkan bak penampung besar yang mempunyai aliran sirkulasi air untuk pencucian bahan-bahan sayur. Sementara bahan baku sayur dicuci, proses lain yang terjadi adalah proses pen-thawingan bahan surimi. Proses ini dibutuhkan karena pada saat diterima bahan baku yang berupa surimi didatangkan dalam keadaan beku. Dalam proses ini membutuhkan sebuah bak besar yang dilengkapi dengan sirkulasi air untuk menjaga air yang digunakan untuk men-thawing tetap hangat. Proses selanjutnya adalah pemotongan bahan sayur. Sayuran yang digunakan dipotong kecil-kecil berbentuk dadu. Proses ini membutuhkan mesin pemotong sebanyak 5 buah. Penggunaan mesin pemotong bertujuan agar potongan yang dihasilkan sama ukurannya. Dibutuhkan 5 orang tenaga kerja sebagai operator alat. Sebelum dan setelah proses pemotongan selesai, peralatan yang digunakan harus senantiasa dibersihkan untuk memperpanjang masa pakai alat. Kemudian proses selanjutnya adalah penumisan. Bahan sayur, daging serta bumbu-bumbu ditumis hingga matang. Proses penumisan ini membutuhkan kompor, wajan besar, spatula dan tabung gas. Proses ini membutuhkan 8 orang operator. Untuk perawatan, spatula dan wajan harus dicuci bersih setelah proses selesai. Kompor yang digunakan harus senantiasa di lap dan dibersihkan. Proses selanjutnya adalah pengisian bahan isian kedalam kulit pangsit dan dibentuk menjadi segitiga. Proses ini tidak membutuhkan mesin khusus, hanya meja stainless, baskom sebagai penampung bahan isian dan nampan sebagai tempat menata samosa yang telah dibentuk. membutuhkan tenaga kerja sebanyak 10 orang. Proses selanjutnya adalah pengemasan. Alat yang dibutuhkan adalah mesi sealer sebanyak 5 unit dan ban berjalan. Dibutuhkan operator sebanyak orang, 5 orang sebagai operator mesin sealer dan 1 orang sebagai operator ban berjalan. Proses selanjutnya adalah proses penyortiran produk. Proses ini dilakukan untuk menyortir produk mana yang layak jual dan tidak layak jual. Proses ini membutuhkan 10 orang sebagai operator. Alat yang diperlukan hanya ban berjalan. Kemudian yang selanjutnya adalah proses pembekuan. Proses ini membutuhkan cold storage sebagai tempat menyimpan serta membekukan produk. Proses ini membutuhkan 4 orang operator. Proses selanjutnya adalah pendistribusian. Proses ini membutuhkan truk berpendingin dan membutuhkan 10 orang tenaga kerja sebagai sopir. 3. Aktivitas Sekunder Di luar proses produksi, karyawan akan membutuhkan waktu dan tempat untuk beristirahat, beribadah serta juga harus diperkirakan luas parkir yang dibutuhkan untuk menampung kendaraan karyawan serta harus diperkirakan berapa luas kantin agar dapat menampung seluruh karyawan. Tempat beristirahat karyawan dapat dijadikan satu dengan ruang loker/ruang ganti karyawan. Kemudian kantin dan tempat beribadah juga harus cukup menampung seluruh karyawan. Hal ini bertujuan agar seluruh karyawan pada saat jam istirahat tetap dapat berada di ruang lingkup pabrik. Bila tidak, maka karyawan akan mencari tempat beristirahat di luar pabrik. Pada saat jam istirahat telah selesai maka akan membutuhkan waktu lebih bagi karyawan untuk kembali ke pabrik. Hal ini dapat menghambat proses produksi. Pada ruangan pabrik, dibutuhkan ruangan mulai pada proses penyortiran bahan baku. Ruang proses penyortiran harus dicukupkan dengan kapasitas bahan baku yang diterima agar tidak terjadi proses menunggu untuk menyortir bahan baku. Ruangan yang selanjutnya dibutuhkan adalah ruang pencucian. Ruangan ini dibutuhkan untuk sesuai dengan kapasitas bahan baku yang dicuci. Peralatan serta ruangan harus terletak berurutan. Ruangan proses harus terletak urut sesuai dengan alur proses pembuatan samosa. Sedangkan peralatan harus diletakkan sesuai dengan ruangannya dan harus diletakkan sesuai dengan tempatnya. Kedua hal ini dilakukan agar proses produksi berjalan lancar, tidak mengganggu proses produksi serta dicapai efisiensi waktu yang tinggi dalam proses pembuatan samosa. Untuk ruangan aktivitas sekunder harus tersedia ruangan yang cukup luas. 4. Kesaling-terikatan Antar Proses Dari penerimaan bahan baku, ruang sortasi harus berada cukup dekat dengan pintu penerimaan bahan baku serta dengan ruang pencucian bahan sayur dan pen- thawingan bahan surimi. Hal ini didasari agar jarak tidak terlalu jauh ketika bahan akan dicuci setelah bahan selesai disortir. Hal ini bertujuan agar ketika ikan dipindahkan ke ruang proses selanjutnya, kontaminasi fisik seperti debu, kotoran dan sebagainya dapat diminimalisir. Kemudian ruang pemotongan dan proses pencucian harus berdekatan agar sayur yang akan dipotong masih dalam keadaan bersih. Kemudian pada proses penumisan, ruang proses harus berada berdekatan dengan ruang pemotongan agar pada saat ditumis bahan-bahan b=masih bersih dan segar. Kemudian ruang proses pengisian juga harus berdekatan dengan proses sebelumnya agar bahan yang diisikan tetap terjaga kesegarannya dan dapat diminimalisir kontaminasi fisiknya. Setiap ruangan didesain berdekatan agar waktu yang dibutuhkan dalam proses pembuatan samosa dapat menjadi lebih singkat. Pada tiap-tiap ruangan harus terdapat sekat yang membatasi tiap-tiap ruang proses agar tidak terjadi kontaminasi silang. Pada setiap pintu masuk ruang proses dipasang pintu yang dapat menutup sendiri ataupun tirai yang terbuat dari plastik. Pada cold storage harus diterapkan sistem FIFO (First In First Out) agar produk yang didistribusikan dapat bertahan lama sesuai dengan lamanya kadaluwarsa. Untuk itu harus diperhatikan seberapa besar luas cold storage agar produk yang disimpan tidak menumpuk terlalu banyak ataupun tidak dapat menampung semua produk yang akan dibekukan karena hal ini dapat merugikan perusahaan. Untuk kegiatan sekunder sepetri tempat parkir, tempat istirahat, tempat parkir serta tempat ibadah harus diletakkan secara strategis. Seluruh tempat untuk kegiatan sekunder harus menyesuaikan dengan jumlah karyawan. Usahakan tempat-tempat aktivitas sekunder tersebut dapat menampung seluruh karyawan dan diusahakan dekat atau masih dalam lingkungan pabrik. Hal ini dimaksudkan untuk menghemat waktu istirahat karyawan. Jika fasilitas-fasilitas tersebut berada masih di dalam lingkungan pabrik, maka karyawan tidak akan membutuhkan waktu lama untuk menjangkau tempat-tempat tersebut. Jika karyawan membutuhkan waktu lama untuk melakukan aktivitas tersebut maka akan memotong waktu produksi sehingga akan mempengaruhi proses produksi. 5. Alternatif Tata Letak Antar Ruang Dari Setiap Aktivitas Antara tiap-tiap ruang proses harus dibatasi dengan sekat berupa dinding. Sedangkan alternatifnya yaitu sekat yang digunakan berupa kaca setinggi 2 meter yang dipasang diatas sekat dinding. Jadi karyawan dapat saling melihat dan mempersiapkan proses-proses selanjutnya dengan cara berkomunikasi dan mengamati lewat jendela kaca. Pintu penghubung dari tiap-tiap ruang proses ditutupi dengan tirai plastik. Namun pintu ini dapat diganti dengan alternative pintu koboi. 6. Memilih Alternatif Terbaik Berdasarkan Tujuan Tata Letak Alternative yang digunakan adalah kaca sebagai sekat dan pintu dengan penutup tirai plastik. Alternative ini digunakan sebagai pilihan karena dianggap yang paling baik untuk kelancaran proses produksi. Sekat dengan jendela kaca dapat mempermudah karyawan dalam berkomunikasi dan menyiapkan proses-proses selanjutnya. Dan tirak dari plastik lebih mudah untuk ditembus dan lebih efisien dalam hal biaya. 7. Membangun Pabrik Dengan Alternatif Tata Letak Terpilih Bekerja Sama Dengan Insinyur Sipil dan Arsitektur Setelah alternative tata letak ditentukan mana yang paling baik bagi kelancaran proses produksi, kemudian tata letak harus dikonsultasikan dengan insinyur sipil serta arsitekturnya. Hal ini dilakukan agar pabrik benar-benar mempunyai desain dan tata letak yang tepat agar proses produksi menjadi lebih efisien serta berkonstruksi tepat. Insinyur dan arsitek akan memperhitungkan tentang kekuatan gedung bangunan, luas bangunan serta komponen-komponen lain yang berhubungan dengan rancangan pembangunan pabrik. 8. Memonitor Jalannya Pabrik dan Mengevaluasi Tata Letak yang Dioperasikan Setelah pabrik didirikan, maka manajemen pabrik harus memonitor seluruh jalannya proses di pabrik dan mengevaluasi apakah tata letak pabrik sudah sesuai dan proses berjalan lancar ataukah masih perlu adanya perbaikan atau perubahan agar proses produksi semakin lancar. Bagian manajemen harus mencatat semua yang perlu diperbaiki dan keseluruhan yang sudah tepat. 9. Merancang Ulang Tata Letak Bila Diperlukan yang Berarti Kembali ke Langkah 1 Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan maka perbaikan-perbaikan yang dibutuhkan harus dilakukan. Berarti manajemen pabrik harus memulai kembali dari langkah awal untuk bagian-bagian yang perlu diperbaiki. Hal ini dilakukan agar proses produksi pada pabrik menjadi lebih optimal. Jika tidak ada evaluasi dan tidak ada perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan maka pabrik sudah dapat beroperasi dengan lancar.