Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
=
Keterangan:
r = Jumlah runtun
= Jumlah runtun ekspetasi
r = Standar deviasi jumlah runtun
e. Kriteria Penerimaan dan Penolakan Hipotesis
Ho diterima atau Ha ditolak apabila z hitung z hitung z
tabel.
Ha diterima atau Ho ditolak apabila z tabel > z hitung.
Ditarik kesimpulan berdasarkan uji statistik yang dilakukan dengan
tingkat kepercayaan 95 % atau = 5 %.
2. Uji t ( T test )
Uji t adalah alat yang digunakan untuk mengetahui signifikansi abnormal
return yang ada pada periode jendela. Signifikansi abnormal return
digunakan untuk melihat secara statistik signifikan tidak sama dengan nol
(positif untuk kabar baik dan negatif untuk kabar buruk). Pengujian
218
statistik ini dilakukan dengan cara standarisasi dari abnormal return dengan
cara membagi abnormal return dengan kesalahan standar estimasinya.
c. Hipotesis :
H
0
: AR
t-30 s.d T+30
0 (terdapat AR)
H
a
: AR
t-3 s.d t+30
= 0 (tidak terdapat AR)
d. Menghitung t
statistik
dengan rumus:
3. Kriteria penerimaan/penolakan
Ho diterima atau Ha ditolak apabila t hitung t hitung t tabel.
Ha diterima atau Ho ditolak apabila t tabel > t hitung atau t hitung >tabel
Ditarik kesimpulan berdasarkan uji statistik yang dilakukan dengan tingkat
kepercayaan 95 % atau = 5 %.
1.7.1. Pengujian Pergerakan Harga Saham
Hasil Run Test dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 2. Hasil Run Test dengan tingkat keyakinan 95%
Kode saham Z-hitung Probabilita Z-tabel Hasil
SMAR -3.682 0 1.96 Tidak Random
TGKA 0 0 1.96 Tidak Random
HEXA -1.073 0.283 1.96 Random
CTRS -0.74 0.459 1.96 Random
PRAS -0.429 0.668 1.96 Random
HITS -4.345 0 1.96 Tidak Random
JRPT -1.353 0.176 1.96 Random
TMAS 1.746 0.081 1.96 Random
n SD
AR
t
dt s t
statistik
/
30 . 30 +
=
219
Kode saham Z-hitung Probabilita Z-tabel Hasil
PJAA -0.077 0.939 1.96 Random
LPKR -2.193 0.028 1.96 Tidak Random
EKAD -0.702 0.483 1.96 Random
BBLD -4.676 0 1.96 Tidak Random
Sumber: Data diolah
Tabel 2 menunjukan bahwa harga saham HEXA, CTRS, PRAS, JRPT, TMAS,
PJAA dan EKAD bergerak random diperkuat dengan nilai probabilita yang lebih
besar dari 0.05. Sedangkan harga saham SMAR, TKGA, HITS, LPKR dan BBLD
bergerak tidak random diperkuat dengan nilai probabilita yang lebih kecil dari
0,05. Rata-rata pergerakan saham yang random menyebabkan para investor sulit
untuk memprediksi harga saham sehingga abnormal return sulit didapatkan.
Berdasarkan analisis, penelitian ini mendukung hipotesis harga saham bergerak
secara random pada sebelum dan setelah stock split. Pergerakan harga saham
yang random membuktikan bahwa pasar modal Indonesia sudah efisien dalam
bentuk lemah.
1.7.2. Pengujian Abnormal Return Pada Periode Pengamatan (t
-30
s.d t
+30
)
Hasil uji t dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3. Hasil perhitungan uji t secara cross section pada = 5% dan d.f = 11
Hari
ke
AAR CAAR
t -
hitung
probabilita t - tabel Hasil
-30 0 0 0 0 2.201 Tidak Signifikan
-29 0.005555 0.005555 0.647 0.531 2.201 Tidak Signifikan
-28 0.011059 0.005504 1.145 0.276 2.201 Tidak Signifikan
-27 0.014057 0.002998 1.241 0.24 2.201 Tidak Signifikan
-26 0.003525 -0.010532 0.234 0.819 2.201 Tidak Signifikan
-25 0.018546 0.015021 1.421 0.183 2.201 Tidak Signifikan
-24 -0.011914 -0.030460 -1.396 0.19 2.201 Tidak Signifikan
-23 -0.010362 0.001552 -1.283 0.226 2.201 Tidak Signifikan
-22 0.012945 0.023307 1.033 0.324 2.201 Tidak Signifikan
-21 -0.009920 -0.022865 -1.687 0.12 2.201 Tidak Signifikan
-20 -0.007805 0.002115 -1.075 0.306 2.201 Tidak Signifikan
-19 -0.012475 -0.004670 -0.922 0.376 2.201 Tidak Signifikan
-18 0.019896 0.032370 1.261 0.233 2.201 Tidak Signifikan
-17 -0.000384 -0.020280 -0.082 0.936 2.201 Tidak Signifikan
-16 -0.016574 -0.016189 -0.842 0.418 2.201 Tidak Signifikan
-15 0.008358 0.024932 0.708 0.494 2.201 Tidak Signifikan
-14 -0.005144 -0.013502 -0.871 0.402 2.201 Tidak Signifikan
-13 0.010541 0.015686 2.261 0.045 2.201 Signifikan
-12 0.012697 0.002156 1.634 0.131 2.201 Tidak Signifikan
220
Hari
ke
AAR CAAR
t -
hitung
probabilita t - tabel Hasil
-11 -0.000539 -0.013236 -0.085 0.934 2.201 Tidak Signifikan
-10 -0.022267 -0.021728 -2.159 0.054 2.201 Tidak Signifikan
-9 -0.000551 0.021716 -0.192 0.851 2.201 Tidak Signifikan
-8 0.007047 0.007599 0.907 0.384 2.201 Tidak Signifikan
-7 0.010468 0.003420 0.626 0.544 2.201 Tidak Signifikan
-6 -0.009180 -0.019647 -1.197 0.256 2.201 Tidak Signifikan
-5 0.010354 0.019534 0.736 0.477 2.201 Tidak Signifikan
-4 -0.008371 -0.018725 -0.577 0.575 2.201 Tidak Signifikan
-3 0.002543 0.010913 0.786 0.448 2.201 Tidak Signifikan
-2 0.014487 0.011944 1.658 0.126 2.201 Tidak Signifikan
-1 -0.010433 -0.024920 -1.145 0.277 2.201 Tidak Signifikan
0 0.026483 0.036916 1.973 0.074 2.201 Tidak Signifikan
1 -0.004810 0.021673 -0.224 0.827 2.201 Tidak Signifikan
2 -0.021565 -0.026375 -1.936 0.079 2.201 Tidak Signifikan
3 -0.002689 -0.024254 -0.234 0.819 2.201 Tidak Signifikan
4 -0.000402 -0.003091 -0.046 0.964 2.201 Tidak Signifikan
5 0.022212 0.021810 1.354 0.203 2.201 Tidak Signifikan
6 0.032410 0.054622 1.111 0.29 2.201 Tidak Signifikan
7 -0.009369 0.023041 -2.094 0.06 2.201 Tidak Signifikan
8 -0.003266 -0.012634 -0.403 0.694 2.201 Tidak Signifikan
9 -0.022639 -0.025905 -0.648 0.53 2.201 Tidak Signifikan
10 -0.016481 -0.039120 -1.839 0.093 2.201 Tidak Signifikan
11 -0.008676 -0.025157 -1.276 0.228 2.201 Tidak Signifikan
12 0.004508 -0.004168 0.381 0.711 2.201 Tidak Signifikan
13 -0.002971 0.001537 -0.931 0.372 2.201 Tidak Signifikan
14 0.015703 0.012733 1.457 0.173 2.201 Tidak Signifikan
15 0.000857 0.016561 0.037 0.971 2.201 Tidak Signifikan
16 -0.009645 -0.008787 -0.781 0.451 2.201 Tidak Signifikan
17 -0.016015 -0.025659 -2.177 0.052 2.201 Tidak Signifikan
18 0.012127 -0.003888 0.663 0.521 2.201 Tidak Signifikan
19 -0.001037 0.011089 -0.194 0.85 2.201 Tidak Signifikan
20 -0.010916 -0.011953 -1.225 0.246 2.201 Tidak Signifikan
21 0.000180 -0.010735 0.028 0.978 2.201 Tidak Signifikan
22 -0.001378 -0.001197 -0.245 0.811 2.201 Tidak Signifikan
23 -0.020157 -0.021535 -1.003 0.337 2.201 Tidak Signifikan
24 -0.008802 -0.028959 -0.725 0.483 2.201 Tidak Signifikan
25 0.350298 0.341496 1.019 0.33 2.201 Tidak Signifikan
26 -0.079308 0.270990 -1.239 0.241 2.201 Tidak Signifikan
27 0.010168 -0.069140 1.267 0.231 2.201 Tidak Signifikan
28 -0.002102 0.008066 -0.229 0.823 2.201 Tidak Signifikan
29 0.004798 0.002696 0.647 0.531 2.201 Tidak Signifikan
30 0.007274 0.012071 0.551 0.593 2.201 Tidak Signifikan
Sumber: Data diolah dari lampiran 4 dan lampiran 7
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa abnormal return pada periode hari
sebelum dan sesudah pengumuman cenderung fluktuatif. AAR berkisar antara
221
-0.079308 sampai 0.350298. Rata-rata return tidak signifikan. Hal ini berarti hasil
peneltian ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa tidak terdapatnya
abnormal return yang signifikan. Tidak adanya abnormal return yang dapat
diperoleh investor pada saat pengumuman stock split membuktikan bahwa
pasar modal di Indonesia sudah efsien dalam bentuk setengah kuat.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai probabilita, secara keseluruhan lebih besar
dari 0,05 berarti hipotesis diterima. Bila probabilita lebih kecil dari 0,05 berarti
hipotesis diterima, yaitu tidak terdapat abnormal return positif signifikan pada
periode pengamatan. Hasil tersebut mendukung hasil penelitian Setyawasih
(2000) yang tidak menemukan adanya abnormal return positif signifikan pada
hari sekitar pengumuman stock split. Pergerakan AAR dan terdapat pada
Gambar 3. Grafik AAR
Sumber: Data di olah dari lampiran 4
Dari Gambar 3 dapat dilihat pergerakan AAR 3. Pergerakan fluktuatif yang
ekstrim terjadi sekitar hari +25, +26 dan +27namun tidak signifikan.
1.8. SIMPULAN DAN SARAN
1.8.1. SIMPULAN
1. Harga saham bergerak secara random sebelum dan sesudah peristiwa
pengumuman pemecahan saham (stock split) di Bursa Efek Jakarta periode
-0.15
-0.1
-0.05
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
-
3
0
-
2
8
-
2
6
-
2
4
-
2
2
-
2
0
-
1
8
-
1
6
-
1
4
-
1
2
-
1
0
-
8
-
6
-
4
-
202468
1
0
1
2
1
4
1
6
1
8
2
0
2
2
2
4
2
6
2
8
3
0
AAR
222
2002-2006. Pergerakan harga saham yang random membuktikan bahwa
pasar modal Indonesia sudah efisien dalam bentuk lemah.
2. Tidak terjadi tingkat pendapatan abnormal saham sebelum dan sesudah
peristiwa pengumuman pemecahan saham (stock split) di Bursa Efek Jakarta
periode 2002-2006. Tidak adanya abnormal return yang dapat diperoleh
investor pada saat pengumuman stock split membuktikan bahwa pasar
modal di Indonesia sudah efsien dalam bentuk setengah kuat.
1.8.2. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis mengajukan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi investor yang akan berinvestasi di pasar modal agar tidak menjadikan
informasi pengumuman stock split sebagai satu-satunya tolak ukur untuk
mendapatkan return tidak normal.
2. Bagi emiten yang melakukan stock split hendaklah memperhatikan kondisi
pasar modal, karena secara teoritis stock split hanya meningkatkan lembar
saham yang beredar dan tidak secara langsung mempengaruhi cashflow
perusahaan walaupun dalam praktiknya berbeda.
3. Bagi penelitian selanjutnya agar dapat mengambil periode penelitian yang
lebih panjang dan menggunakan metode perhitungan ekspektasi yang lain
agar reaksi pasar terhadap pengumuman stock split terlihat lebih jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 2001. Pengantar Pasar Modal. PT Rineka Cipta.
Jakarta
Blake, David, 1990. Financial Market Analysis, Mc. Graw-Hill Book Company
Bodie, Zvi, Alex Kane dan Alan J. Marcus, 1998. Essentials of Invesments, Third
Edition, Irwin Mc. Graw-Hill Companies Inc.
Darmadji, Tjiptono dan Fakhrudin, Hendy M. 2001. Pasar Modal di Indonesia.
Jakarta. Salemba Empat
Fama, Eugene F., 1970. Efficient Capital Markets : A review of theory and
empirical work. Journal of Finance, 25, 383-417.
223
Fischer, Donald E. dan Ronald J. Jordan, 1991. Security Analysis and Portofolio
Management, Fifth Edition, Englewood Cliffs.
Foster, G., 1986, Financial Statement Analysis, Second Edition, New Jersey,
Prentice Hall Inc.
Francis, Jack Clark. 1992. Invesments Analysis and Management, Fourth Edition,
Mc. Graw-Hill Company.
Haugen, Robert A., 1993. Modern Invesments Theory, Fourth edition, Prentice Hall
Hartono, Jogyanto. 2003 . Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi ketiga.
BPFE. Yogyakarta
Jones, Charles P., 1996. Invesments : Analysis and Management, Fifth Edition, John
Wiley & Sons.
Kurniati,Indah.2003. Analisis Kandungan Informasi Stock Split dan Likuiditas
Saham :Studi Empiris Pada Non-synchronous trading,Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia . September,hal 264-775
Marwata. 1999. Kinerja Keuangan, Harga Saham dan Pemecahan Saham.
Seminar Nasional Akuntansi, hal 751-770
Sutrisno,Wang.Francisca Yuniarti dan Soffy Susilowaty.2000.Pengaruh Stock
Split Terhadap Likuiditas dan return Saham di Bursa Efek Jakarta. Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan,hal 1- 13
http://www.jsx.co.id/
http://www.ksei.co.id/
http://www.trimegah.co.id/
http://Finance.Yahoo.com/
PEMAKAIAN NETWORK
DAN KEMATANGAN TEKNOLOGI INFORMASI
Agrianti Komalasari
6
ABSTRAK
Virtual organizing menekankan pada peningkatan nilai dari jaringan antara
perusahaan, pemasok dan pelanggan, pelanggan merupakan fokus utama
dalam virtual organizing. Teknologi informasi memungkinkan perusahaan yang
mengadopsinya memiliki keunggulan kompetitif. Kemajuan teknologi informasi
dan telekomunikasi membuat peran teknologi informasi mempengaruhi cara
kerja, perubahan integrasi fungsi organisaasi maupun hubungan dengan
pemasok, sampai perubahan transformasi organisasi.
Keywords: Virtual organizing, peran, fungsi
PENDAHULUAN
Asean free trade area (AFTA) merupakan salah satu pemicu meningkatnya
penerapan teknologi informasi di sektor pertelekomunikasian di Indonesia.
Menurut Gartner Data Quest dan International Data Corporation, 2001,
diperkirakan akan terjadi peningkatan volume bisnis m-commerce di Asia-
Pasifik dari US$ 2 milliar pada tahun 2001 menjadi US$ 36 milliar pada tahun
2004 (Warta Ekonomi, 2001). Teknologi komunikasi memungkinkan adanya
pertukaran informasi, transaksi jual beli melalui jaringan internet PC, bila
ditambah dengan faktor mobilitas yang ada dalam perangkat bergerak seperti
ponsel, seseorang akan mendapatkan mobile commerce atau m-commerce yang
memudahkan dalam melakukan transaksi antara konsumen, penjual dan jasa
keuangan hubungan ini merupakan suatu jejaring kerja atau networks yang
bersifat virtual.
Survei yang dilakukan oleh Goslar dan Grover (1993) terhadap 154 buah
perusahaan mengenai faktor-faktor yang memungkinkan perusahaan
melakukan inisiatif, adopsi, serta implementasi teknologi komunikasi
menghasilkan kesimpulan bahwa ketidakpastian lingkungan mempunyai
hubungan yang signifikan dengan penggunaan teknologi komunikasi.
6
Dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Lampung
226
Teknologi informasi memberikan peluang bagi perusahaan global untuk
meningkatkan koordinasi dan pengendalian, atau juga untuk mendapatkan
daya saing di pasar dunia (Johnston dan Carrico, 1988, dkk dalam Arifin, 2001).
Menurut Wilkinson (2001) fasilitas perusahaan biasanya terletak lebih dari satu
lokasi, maka diperlukan suatu sistem komunikasi data antar lokasi tersebut.
Suatu jaringan komputer merupakan suatu sistem komunikasi data yang
memungkinkan perusahaan untuk menyebarkan informasi dan program
dengan menghubungkan komputer dengan fasilitas lain.
Networks adalah suatu hubungan personal yang lebih dari sekedar kebutuhan
terhadap
struktur organisasi, hubungan komersial dan lainnya tetapi lebih berfokus pada
bagaimana terjadinya pembagian informasi, dengan tujuan untuk keuntungan
bersama (Hastings, Mindel dan Young, 1989). Internal networking pada
dasarnya adalah usaha yang sinergi untuk pencapaian tujuan perusahaan.
External networking berasal dari pelanggan, pemasok, pemerintah, lembaga
penelitian, dan setiap pesaing yang mampu merubah lingkungan yang dapat
dimonitor secara efektif Richard Hall, (1992).
Suatu organisasi memiliki kebebasan untuk menciptakan kerjasama dengan
organisasi lain demi meningkatkan value dan meminimalkan investasi. Virtual
organization berbeda dengan bentuk organisasi seperti fungsional, divisional
atau matrix, tetapi sesungguhnya merupakan karakteristik strategik yang dapat
diterapkan pada setiap organisasi Venkatraman (1998).
Karimi dan kawan-kawan (1996) dan Darmawati dan Indriantoro (1999) telah
membuat model penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
perusahaan dalam melakukan respon terhadap globalisasi yang dicerminkan
dengan adanya penambahan investasi oleh perusahaan dalam teknologi
informasi.. Faktor-faktor tersebut adalah tipologi strategi kompetitif,
kematangan teknologi informasi, dan ukuran perusahaan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hanya variabel kematangan teknologi informasi yang
mempunyai hubungan dengan respon strategik. Arifin (2001) melakukan
penelitian kembali terhadap model penelitian Karmini, et al. (1996). Johan (2001)
mencoba menghilangkan kemungkinan adanya efek industri yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian, dengan subyek satu jenis industri yaitu
perbankan di Indonesia.
227
Motivasi penulisan adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan respon strategik pada perusahaan pertelekomunikasian terhadap
globalisasi, dan pengembangan investasi dalam teknologi informasi dan
pengaruhnya terhadap desain organisasi khususnya networks sebagai intangible
resources perusahaan.
PERUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang diangkat adalah sebagai berikut: apakah tipologi strategi
kompetitif, kematangan teknologi, desain organisasi berhubungan dengan
keinginan perusahaan telekomunikasi untuk melakukan penambahan investasi
dalam teknologi informasi sebagai respon strategik perusahaan telekomunikasi
dalam menghadapi globalisasi.
Paper ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara strategi kompetitif,
kematangan teknologi, dan desain organisasi dengan keinginan perusahaan
untuk melakuakn penambahan investasi dalam teknologi informasi sebagai
respon strategik perusahaan telekomunikasi dalam menghadapi globalisasi.
Manfaat yang dapat diberikan oleh paper ini adalah didapatnya suatu dasar
untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara strategi kompetitif,
kematangan teknologi, dan desain organisasi dengan keinginan perusahaan
untuk melakukan penambahan investasi dalam teknologi informasi sebagai
respon strategik perusahaan telekomunikasi dalam menghadapi globalisasi.
TINJAUAN LITERATUR
1. Tipologi Strategi Kompetitif
Miles dan Snow mengidentifikasikan tiga tipe konfigirasi strategi-struktur yang
konsisten dan stabil yaitu:
a. Defender, memiliki bagian yang relatif sempit, kestabilan domain domain
operasi yang meliputi range yang terbatas dari barang-barang dan jasa.
b. Prospector, mengikuti strategi gerakan yang cepat dalam suatu domain
organisasi yang luas.
c. Analyzer, mengikuti suatu strategi menengah yang mengkombinasikan
aspek strategi defender dan prospector.
d. Reactor, suatu organisasi dengan konfigurasi strategi struktur yang tidak
konsisten dengan mengikuti strategi prospector dan struktur defender.
(Bedeian dan Zammuto, 1991).
228
Model tipologi ini didokumentasikan dalam berbagai studi empiris untuk
menentukan hubungan antara strategi perusahaan dengan strategi unit bisnis
yang lain sebagai respon lingkungan Govindrajan (1988), dan Karimi et. Al
(1996), Darmawati dan Indriantoro (1999) dan Arifin, Johan (2001).
Miles dan Snow (1978) mengungkapkan bahwa pemilihan tipologi strategi
berdasarkan pada adptive cycle, yaitu pemilihan tipologi strategi berdasarkan
siklus adaptasi lingkungan. Oleh karenanya stategi organisasional yang dipilih
oleh perusahaan dapat saja berubah sesuai dengan perubahan lingkungannya
dengan pemilihan tipologi startegi perusahaan yang on going process. Bentuk
strategi yang stabil menurut Miles dan Snow adalah tipe defender, prosfector dan
analyzer jika manajemen memilihsalah satu diantara tiga tipe tipologi tersebut
maka kemungkinan perusahaan akan menjadi pesaing dalam industrinya pada
periode tertentu.
2. Kematangan Teknologi Informasi
Tingkat kematangan informasi dicerminkan dalam formulasi aspek
perencanaan, pengendalian, organisasi, dan integritasnya dalam suatu fungsi
sistem informasi perusahaan Karmini et al. (1996). Konsep kematangan
teknologi informasi diungkapkan oleh Churchill et al. (1969) untuk menentukan
sejauh mana manajer menggunakan sistem informasi berdasarkan komputer.
Perbedaan infrastruktur teknologi informasi dapat memperlancar atau
menghambat pergerakan strategik perusahaan melalui operasi yang bereaksi
cepat, koordinasi interorganisasional, serta fleksibilitas organisasional yang
merupakan konsep penting dalam menghadapi kondisi ketidakpastian.
Menurut Hill dan Jones (1995) ada empat faktor yang dapat dilakukan untuk
aplikasi teknologi informasi seperti efisiensi, kualitas, inovasi, serta daya respon
terhadap konsumen.
3. Networks
Networks adalah suatu hubungan personal yang lebih dari sekedar kebutuhan
terhadap struktur organisasi, hubungan komersial dan lainnya tetapi lebih
berfokus pada bagaimana terjadinya pembagian informasi, dengan tujuan
untuk keuntungan bersama (Hastings, Mindel dan Young, 1989). Venkatraman
(1998) menyajikan suatu bentuk model bisnis abad 21 yang merupakan
perluasan dari networks, terdapat tiga vektor yang independen dalam virtual
organization yaitu virtual encounter, virtual sourcing dan virtual expertise.
229
Virtual encounter merupakan gabungan antara tantangan baru dan kesempatan
interaksi perusahaan dan pelanggannya. Teknologi informasi mengikuti
keinginan pelanggan yangdinamik, hal ini mengakibatkan peningkatan
hubungan dengan komunitas pelanggan. Virtual sourcing adalah perhatian
produsen untuk meningkatkan integrasi nyata dari jaringan bisnis ditekankan
pada model integrasi vertikal pada ekonomi industri dengan menggunakan
internet untuk transaksi bisnisnya. Virtual expertise adalah perhatian kepada
kesempatan untuk meningkatkan perbedaan sumber daya baik dari dalam
pperusahaan maupun dari luar. Trend sekarang adalah mengarahkan
kemampuan tenaga kerja perusahaan untuk memperoleh kemampuan kerja
yang lebih baik sehingga meningkatkan kualitas kerja perusahaan. Virtual
organization yang merupakan konsep yang berfokus pada pentingnya
pemahaman dan kemampuan untuk meningkatkan value.
Wide area network (WAN)
Suatu sistem komunikasi data yang memungkinkan perusahaan membagi
informasi dengan perusahaan lain yang saling berhubungan dan terpisah oleh
letak geografis yang jauh, pada saat terjadinya kerusakan satelit, provider
ataupun alat komunikasi lain yang tergantung pada lingkungan alam maka hal
ini bisa mengganggu kelangsungan komunikasi antar tim.
Model Struktur adaptif (Desaanctis and Poole 1984)
Model ini menjelaskan menjelaskan tiga sumber struktur sebagai kondisi awal
keberadaan yang membentuk arti teknologi yang diimplementasi sebagai efek
yang tepat, yang menghasilkan proses keputusan dan keluarannya. Struktur
Struktural
teknologi sifat dan
semangat
Tugas dan
lingkungan
organisasi
Struktur
internal grup
Perpindahan
bantuan dan Proses
ketidak- keputusan
percayaan
Munculnya sumber daya
Pada struktur
Keluaran
Keputusan
Struktur
sosial baru
230
teknologi termasuk tindakan yang membatasi, canggih, dan sempurna sebagai
sebagai teknologi terkini yang memberi dorongan secara umum untuk
mencapai tujuan dan meningkatkan nilai. Tugas dan lingkungan organisasi
merujuk pada sifat dari tugas seperti kelengkapan dan kebebasan dan susunan
organisasi seperti hirarki, informasi perusahaan, dan budaya. Struktur grup
termasuk pola interaksi dan proses pengambilan keputusannya.
Misalignment Model (Leonard-Barton 1988)
Siklus
Perbedaan model kontinyu menduga ketepatan dalam proses adaptasi.
Leonard-Bartons mengusulkan model yang mengadaptasi ketepatan secara
kontinyu dalam merespon ketidaksesuaian, yang akhirnya mengarahkan
kesesuaian sehingga sukses.
Dalam model ini CT (Collaborative Technologies) yang digunakan internet
notebook ketika anggota mempunyai kesulitan untuk memulai maka
disediakan fasilitas untuk mendesain tekhnik kolaborasi yang rumit dengan
kecanggihan yang disediakan oleh notebook. Virtual team juga diberikan
kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatannya
kepada pimpinan melalui network.
4. Respon Strategik Perusahaan terhadap Globalisasi
Merupakan keinginan perusahaan untuk melakukan penambahan investasi
dalam teknologi informasi. Mahmood dan Mann (1993) melakukan penelitian
tentang hubungan antara investasi dalam teknologi informasi dengan strategik
organisasional dan kinerja ekonomi.
Ketidaksesuaian
- Teknologi
- Sistem pengiriman
- Kriteria Kinerja
Teknologi
Lingkungan
pemakai
Kesesuaian
231
Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Arifin (2001), yang diperoleh dengan
mengirimkan daftar pertanyaan kepada para pimpinnan dari 291 perusahaan
perbankan di Indonesia. Kuesioner yang kembali sebanyak 71 buah atau 24,4 %
dari total kuesioner. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil sebagai
berikut:tidak ada hubungan antara variabel tipologi strategi kompetitif dengan
keinginan perusahaan perbankan melakukan tambahan investasi dalam
teknologi informasi. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Karimi et
aal. (1996) yang menyatakan bahwa tipologi starategi kompetitif berhubungan
dengan keinginan untuk penambahan investasi teknologi informasi. Ada
hubungan antara variabel kematangan teknologi Informasi dengan keinginan
perusahaan perbankan untuk melakukan penambahan investasi dalam
teknologi informasi.
Hasil penelitian Arifin (2001) mendukung penelitian yang dilakukan Karimi et
al. (1996) yang membuktikan bahwa kematangan teknologi informasi
berhubungan dengan keinginan perusahaan untuk melakukan penambahan
investasi teknologi informasi. Hasil ini juga mendukung pernyataan bahwa
kemampuan perusahaan untuk menggunakan teknologi informasi sebagai
kekuatan yang terintegrasi berhubungan dengan keinginan perusahaan untuk
melakukan investasi dalam teknologi informasi sebagai respon strategik
perusahaan dalam menghadapi globalisasi.
KESIMPULAN
Dari hasil analisis penelitian yang menjadi acuan, dapat disimpulkan bahwa,
terdapat hubungan antara variabel tipologi strategi kompetitif dengan
keinginan perusahaan telekomunikasi untuk melakukan tambahan investasi
dalam teknologi informasi. Paper ini mendukung penelitian Karimi et al. (1996)
yang menyatakan bahwa tipologi starategi kompetitif berhubungan dengan
keinginan untuk penambahan investasi teknologi informasi. Terdapat
hubungan antara variabel kematangan teknologi Informasi dengan keinginan
perusahaan perbankan untuk melakukan penambahan investasi dalam
teknologi informasi.
Studi ini mendukung penelitian yang dilakukan Karimi et al. (1996), Arifin
(2001) yang membuktikan bahwa kematangan teknologi informasi berhubungan
dengan keinginan perusahaan untuk melakukan penambahan investasi
teknologi informasi. Virtual organizing menekankan pada peningkatan nilai dari
jaringan antara perusahaan, pemasok dan pelanggan,, pelanggan merupakan
fokus utama dalam virtual organizing. Pada perusahaan telekomunikasi ada
hubungan antara variabel tipologi strategi kompetitif dengan keinginan
perusahaan untuk melakuakn penambahan investasi dalam teknologi informasi,
karena perusahaan teknologi informasi merupakan perusahaan yang termasuk
232
prospector yang memiliki kecenderung untuk menerapkan desain strategi
kompetitif yang agresif untuk menghadapi persaingan global.
DAFTAR REFERENSI
Arifin, Johan, (2001). Hubungan Antara Tipologi Stategi Kompetitif,
Kematangan Teknologi Informasi, dan Ukuran Perusahaan Perbankan
dengan Respon Strategik dalam Menghadapi Global;isasi, Thesis S2
UGM.
Bedeian, Arthur G., Raymond F. Zammuto, (1991), Organizations Theory and
Design, The Dryden Press.
Hitt, L. M., dan Brynjolfsson E., (1997), Information Technology and Internal
Firm Organization: An Explatory Analysis, Journal of Management
Information System, Volume 14, No. 2.
Hall, Richard, 1992, The Strategic Analysis of Intangible Resources, Strategic
Management Journal, Vol. 13, 135-144.
Garrison, Ray H., Eric W. Noreen, Managerial Accounting, (2000), McGraw-Hill
Companies, Inc.
Jones, Gareth R., George, Jennifer M., and Hill, Charles W. L., (2000),
Contemporary Management, Edisi ke 2, Irwin McGraw Hill.
Luthan F., (1995), Organizational Behavior, McGraw Hill Book, Inc., Singapore.
Pitt, L. F., Watson, R. T., dan Kavan, C., B., (1995), Service Quality: A Measure of
Information Effectiveness, MIS Quarterly, Volume 21, Iss:2, June.
Venkatraman, N., Jhon C. Henderson, Real Strategies For Virtual Organizing,
(1998), Sloan Management Review.
Wilkinson, Cerullo, Raval, Wong-On-Wing, (2001), Accounting Information
System-Essential Concepts and Applications, Jhon Whiley and Sons.
Analisis Perbandingan Kemampuan Entrepneurship
Antara Pengusaha Wanita dan Pria pada Usaha Kecil
dan Menengah di Bandar Lampung
Ribhan
7
ABSTRAK
Telah disadari bahwa peran perempuan dalam sektor ekonomi, terutama di
bidang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) tidaklah kecil, dan disadari
oleh banyak pihak bahwa UMKM, memainkan peran penting dalam menunjang
ekonomi nasional. Selain itu dalam orientasi masa depan (future oriented),
Hofstee (1989) berpendapat bahwa perempuan cenderung lebih berpandangan
ke masa depan ketika membuat suatu keputusan dan bertindak ketimbang
lakilaki, perempuan memiliki ketajaman dalam meramal keadaan dan
cenderung sebagai pemain yang mencari aman (self player).
Besarnya sampel dalam penelitian ini sebanyak 150 pengusaha. Pengambilan
sampel dilakukan dengan metode strattified sampling dan metode acak
sederhana ( random sampling). Responden diminta untuk berpartisipasi untuk
merespon dan memberikan identitas mereka mengenai jenis kelamin, usia,
status, modal awal, modal saat ini, pekerjaan orang tua dan lingkungan dimasa
kecil. Dari 119 kuesioner yang di input terdiri dari 56 kuesioner dari pengusaha
pria dan 63 pengusaha wanita.
Hasil Perhitungan dengan menggunakan Program AMOS diperoleh bahwa
hipotesis yang menyatakan terdapat berbedaan kemampuan antara wirausaha
wanita dan pria mempunyai perbedaan tetapi tidak signifikan antara keduanya,
didukung.
Kata Kunci : Entrepreneurship, kemandirian, berani mengambil resiko, orientasi
kemasa depan dan toleransi pada suatu hal yang belum tentu.
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Salah satu ciri negara berkembang adalah masalah tenaga kerja dan mutu
sumber daya manusia. Masalah Tenaga kerja tidak terlepas dari banyaknya
7
Dosen Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Unila
234
lapangan usaha yang tersedia. Dengan terbatasnya lapangan kerja disektor
pegawai negeri sipil di Indonesia, mengharuskan kita beralih lebih ke sektor
swasta. Namun yang terjadi adalah penyerapan tenaga kerja di sektor swasta
sangat sedikit sekali, ini di sebabkan mutu sumber daya manusia yang masih
rendah dan belum sesuai dengan kualifikasi yang diharapkan. Untuk itu maka
salah satu solusinya adalah dengan membuka lapangan pekerjaan baru atau
berwiraswasta.
Usaha kecil idealnya memang membutuhkan peran (campur tangan)
pemerintah dalam peningkatan kemampuan bersaing dan peningkatan
usahanya. Namun tidak selamanya usaha kecil harus terganung pada
pemerintah akan tetapi mereka juga hendaknya mempunyai kemampuan
berwirausaha dan keyakinan diri mereka terhadap perkembangan usahanya.
Menurut Hellriegel dan Slocum (1992; dalam Yusuf, 1996) seorang
wirausahawan memiliki karatreristik: berkeinginan untuk naju, tidak ingin
bekerja pada orang lain, percaya diri, orientasi kedepan, mengharapkan
penghasilan yang besar, berani berkorban dan toleran pada sesuatu yang belum
pasti.
Pengusaha kecil dan menengah di Bandar Lampung pada tahun 1998 berjumlah
1.500 usaha kecil, ini merupakan 3,98 % dari jumlah pengusaha kecil di
Indonesia ( Kopperindag, 1998). Usaha kecil di Lampung yang terbesar adalah
disektor pertanian dan sektor perdangan / hotel dan restoran masing-masing
adalah 70 % dan 18,35 %. Banyaknya usaha kecil di Bandar Lampung belum
dapat memberdayakan potensi yang ada di wilayah tersebut. Pemerintah tidak
saja harus membina kemampuan usaha kecil dalam menghitung modal
optimum yang diperlukan, kemampuan menyusun suatu proposal pendanaan
ke lembaga-lembaga pemberi modal serta mengeluarkan kebijakan atau
peraturan yang lebih memihak pada usaha kecil, karena pertimbangan efisiensi
skala usaha, akan tetapi pemerintah juga harus mengetahui kemampuan
wirausaha (entrepreneurship) dari sudut pandang gender.
Wirausaha yang tanguh adalah wirausaha yang menyukai mengambil resiko
realistik karena mereka ingin berhasil. Menurut Meredith (2002) pengambilan
resiko berkaitan dengan kepercayaan pada diri sendiri. Semakin besar
keyakinan wirausaha pada kemuampuan sendiri, semakin besar keyakinan
wirausaha akan kesanggupan untuk mempengaruhi hasil keputusan dan
semakin besar kemungkinan kebarhasilan.
Penelitian kewirausahaan yang dilakukan selama ini banyak terfokus pada
pengusaha laki-laki. Hal ini disebabkan jumlah perempuan pengusaha lebih
sedikit dan mayoritas bergerak dalam bisnis skala kecil atau temporer (Drucker,
1988 ). Namun semanjak tahun 80-an jumlah wanita karir dan wanita pengusaha
235
telah meningkat tajam dan sejak itu perempuan bekerja mulai menjadi topik
penelitian menarik.
Selain itu dalam orientasi masa depan (future oriented), Hofstee (1989)
berpendapat bahwa perempuan cenderung lebih berpandangan ke masa depan
ketika membuat suatu keputusan dan bertindak ketimbang lakilaki, perempuan
memiliki ketajaman dalam meramal keadaan dan cenderung sebagai pemain
yang mencari aman (self player). Selain itu, pengusaha perempuan cenderung
mengutamakan keamanan keluarga dan kontrol diri mereka.
Penelitian ini, menganalisis perbandingan kemampuan entrepreneurship antara
pengusaha wanita dan pria dengan menggunakan teknik analisa jalur dengan
bantuan perhitungan regresi pada pengusaha kecil dan mikro di Bandar
Lampung. Penelitian ini menggunakan personal atribut yang terdapat pada
wirausawan dalam kelompok usaha kecil (Usaha Kecil dan Menengah).
2. Perumusan Masalah
Pengalaman dari negara lain menunjukkan bahwa perempuan pengusaha lebih
bertanggung jawab dan lebih dapat dipercaya dalam masalah pengelolaan
keuangan usaha, dan perempuan cenderung lebih peka terhadap kebutuhan
pasar sehingga membuka peluang usaha baru dibanding dengan wirausaha
pria. Peneliti merumuskan masalah : bagaimanakah perbandingan kemampuan
entrepreneurship pengusaha wanita dan pria pada usaha kecil dan menengah di
Bandar Lampung.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan: menganalisis perbandingan kemampuan wirausaha
(entrepreneursip ) pengusaha wanita dan pria pada kecil dan menengah di
Bandar Lampung. Sealian itu dirumuskan pula manfaat dari penelitian ini,
yaitu untuk informasi dan pengetahuan atau masukan bagi pemerintah daerah
dalam kebijakan-kebijakan usaha kecil dan mikro berdasarkan aspek gender.
II. Tinjauan Pustaka Dan Hipotesis
Perkembangan usaha kecil di negara kita berkembang sangat pesat setelah
terjadi krisis ekonomi (pasca krisis). Hal ini dikarenakan perhatian pemerintah
dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat lebih banyak pada sektor usaha
kecil, dengan alasan bahwa usaha kecil adalah merupakan usaha kerakyatan
yang dapat meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat disekitar usaha
tersebut. Disis lain penelitian-penelitian mengenai usaha kecil masih sangat
236
sedikit, sehingga pemerintah mengalami kesulitan dalam memahami usaha
kecil terutama atribut persolan yang ada pada wirausaha.
Wirausaha (entrepreneur) adalah seorang pembuat keputusan yang membangtu
terbentuknya sistem ekonomi perusahaan yang bebas. Sebagian besar
pendorong perubahan, inovasi, dan kemajuan di perekonomian kita akan
datang dari para wirausaha; orang yang memiliki kemempuan untuk
mengambil resiko dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.
2.1 Pengertian Wirausaha (Entrepreneurship)
Ada kerancuan istilah antara entrepreneurship, intrapreneurship, dan
entrepreneurial, dan entrepreneur.
1. Entrepreneurship adalah jiwa kewirausahaan yang dibangun untuk
enjembatani antara ilmu dengan kemampuan pasar. Entrepreneurship
meliputi pembentukan perusahaan baru, aktivitas kewirausahaan juga
kemampuan managerial yang dibutuhkan seorang entrepreneur.
2. Intrapreneurship didefinisikan sebagai kewirausahaan yang terjadi di dalam
organisasi yang merupakan jembatan kesenjangan antara ilmu dengan
keinginan pasar.
3. Entrepreneur didefinisikan sebagai seseorang yang membawa sumber daya
berupa tenaga kerja, material, dan asset lainnya pada suatu kombinasi yang
menambahkan nilai yang lebih besar daripada sebelumnya, dan juga
dilekatkan pada orang yang membawa perubahan, inovasi, dan aturan
baru.
4. Entrepreneurial adalah kegiatan dalam menjalankan usaha atau
berwirausaha.
Inventor dan Entrepreneur
Berikut ini beberapa perbedaan antara inventor dan entrepreneur. Inventor
didefinisikan sebagai seseorang yang bekerja untuk mengkreasikan sesuatu
yang
baru untuk pertama kalinya, ia termotivasi dengan ide dan pekerjaannya.
Inventor pada umumnya memiliki pendidikan dan motivasi berprestasi yang
tinggi. Menurutnya, standar kesuksesan bukanlah dari moneter semata tetapi
dari hak paten yang didapatnya.
237
Sedangkan wirausaha atau entrepreneur lebih menyukai berorganisasi daripada
menemukan sesuatu. Ia mengatur dan memastikan agar organisasinya
berkembang dan bertahan. Entrepreneur berupaya mengimplementasikan
penemuannya sehingga disukai publik namun inventor lebih menyukai
menemukan atau menciptakan sesuatu.
Kewirausahaan mengacu pada perilaku yang meliputi:
1. Pengambilan inisiatif,
2. Mengorganisasi dan mengorganisasi kembali mekanisme sosial dan
ekonomi untuk mengubah sumber daya dan situasi pada perhitungan
praktis
3. Penerimaan terhadap resiko dan kegagalan.
Kewirausahaan meliputi proses yang dinamis sehingga dengan demikian
timbul pengertian baru dalam kewirausahaan yakni sebuah proses
mengkreasikan dengan menambahkan nilai sesuatu yang dicapai melalui usaha
keras dan waktu yang tepat dengan memperkirakan dana pendukung, fisik, dan
resiko sosial, dan akan menerima reward yang berupa keuangan dan kepuasan
serta kemandirian personal.
Melalui pengertian tersebut, terdapat empat hal yang dimiliki oleh seorang
wirausahawan yakni :
1. Proses berkreasi yakni mengkreasikan sesuatu yang baru dengan
menambahkan nilainya. Pertambahan nilai ini tidak hanya diakui oleh
wirausahawan semata namun juga audiens yang akan menggunakan hasil
kreasi tersebut.
2. Komitmen yang tinggi terhadap penggunaan waktu dan usaha yang
diberikan. Semakin besar fokus dan perhatian yang diberikan dalam usaha
ini maka akan mendukung proses kreasi yang akan timbul dalam
kewirausahaan.
3. Memperkirakan resiko yang mungkin timbul. Dalam hal ini resiko yang
mungkin terjadi berkisar pada resiko keuangan, fisik dan resiko sosial.
5. Memperoleh reward. Dalam hal ini reward yang terpenting adalah
independensi atau kebebasan yang diikuti dengan kepuasan pribadi.
Sedangkan reward berupa uang biasanya dianggap sebagai suatu bentuk
derajat kesuksesan usahanya.
238
Pengambilan Keputusan untuk Berwirausaha
Setiap orang memiliki ide untuk berkreasi namun hanya sedikit orang yang
tertarik untuk terus melanjutkan sebagai seorang wirausahawan. Berikut ini
beberapa paparan yang menyebabkan seseorang mengambil keputusan untuk
berwirausaha:
1. mengubah gaya hidup atau meninggalkan karir yang telah dirintis. Hal ini
biasanya dipicu oleh keinginan untuk mengubah keadaan yang statis
ataupun mengubah gaya hidupnya karena adanya suatu hal negatif yang
menimbulkan gangguan.
2. Adanya keinginan untuk membentuk usaha baru. Faktor yang mendukung
keinginan ini antara lain adalah budaya juga dukungan dari lingkungan
sebaya, keluarga, dan partner kerja. Dalam budaya Amerika dimana
menjadi bos bagi diri sendiri lebih dihargai daripada bekerja dengan orang
lain. Hal ini lebih memacu seseorang untuk lebih mengembangkan usaha
daripada bekerja untuk orang lain. Selain itu, dukungan pemerintah juga
menjadi faktor yang tak kalah penting. Dukungan ini dapat terlihat melalui
pembangunan infrastruktur, regulasi yang mendukung pembentukan usaha
baru, stabilitas ekonomi dan kelancaran komunikasi. Faktor selanjutnya
adalah pemahaman terhadap pasar. Tentu saja hal ini menjadi penting
terutama dalam meluncurkan produk baru ke pasaran. Selanjutnya adalah
peranan dari model yang akan mempengaruhi dan juga memotivasi
seorang wirausahawan. Faktor yang terakhir adalah ketersediaan finansial
yang akan menunjang usaha.
Peranan Wirausahawan dalam Perkembangan Ekonomi
Peranan wirausaha tidak hanya sekedar meningkatkan pendapatan perkapita
tapi juga memicu dan mundukung perubahan struktur masyarakat dan bisnis.
Dalam hal ini pemerintah dapat berperan sebagai inovator. Pemerintah akan
bergerak sebagi pelindung dalam memasarkan hasil teknologi dan kebutuhan
sosial.
Wirausaha merupakan istilah yang diterjemahkan dari kata entrepreneur.
Dalam bahasa Indonesia mempunyai arti berdiri diatas kekuatan sendiri. Istilah
tersebut kemudian berkembang menjadi wirausaha, dan entrepnereurship
diterjemahkan menjadi kewirausahaan (Kamus Manajemen LPPM).
Wirausaha mempunyai arti seorang yang mampu memulai dan atau
menjalankan usaha (Longenecker et.al, 2000).
239
Banyak para ahli mendefinisikan wirausaha dengan versinya masing-masing.
Menurut Say yang dikutip Muhandri (2002) wirausaha adalah orang yang
mampu melakukan koordinasi, organisasi dan pengawasan. Seorang wirausaha
adalah orang yang memiliki pengetahuan yang luas tentang lingkungan dan
membuat keputusan-keputusan tentang lingkungan usaha, mengelola sejumlah
modal dan menghadapi ketidakpastian untuk meraih keuntungan. Sedangkan
Sutrisno (2002) wirausaha (entrepneur) adalah mereka yang mendirikan,
mengelola, mengembangkan dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri.
Wirausaha adalah mereka yang bisa menciptakan kerja bagi orang lain dengan
berswadaya. Dari definisi-definisi tersebut mengandung asumsi bahwa setiap
orang mempunyai kemampuan normal, dapat menjadi wirausaha asal mau dan
mempunyai kesempatan untuk belajar dan berusaha.
Di lain pihak bisnis (business) diartikan sebagai suatu organisasi yang sifatnya
mencari profit dengan mengusahakan barang dan jasa yang diinginkan
konsumen. Griffin dan Ebert (1986) mendefinisikan wirausaha/ wirausahawan
adalah orang yang mengorganisir dan memenej sumber-sumber daya, dimana
orang tersebut juga akan menanggung resiko kegagalan. Sedangkan Drucker
(1985) mengatakan bahwa untuk dapat dikatakan wirausaha seseorang harus
dapat menciptakan sesuatu yang baru, sesuatu yang berbeda, mengubah atau
mentransfer nilai. Entrepneurship merupakan suatu proses dari
pengorganisasioan, pengoperasian dan pengambilan resiko yang berhubungan
dengan bisnis baru atau pendekatan baru yang berbeda (Luthan dan Hotgetts,
1989).
Dari berbagai definisi tersebut penulis mendefinisikan wirausaha sebagai
seorang yang mampu memulai atau menjalankan usahanya dengan
mengkoordinasikan dan mengoperasikan serta memenej sumber-sumber alam
serta mampu mentransfer nilai menjadi sesuatu yang baru atau mengubah yang
sudah ada dan berani menanggung resiko kegagalan. Definisi ini mendukung
pendapat Yusuf (1996) yang mengemukakan bahwa wirausaha merupakan
pengambilan resiko untuk menjalankan usaha sendiri dengan memanfaatkan
peluang-peluang untuk menciptakan bisnis baru atau dengan pendekatan yang
berbeda sehingga bisnis yang dikelola berkembang menjadi besar dan mandiri
dalam menghadapi tantangan-tantangan persaingan.
Dunia entrepneur merupakan dunia tersendiri yang unik. Itu sebabnya,
mengapa entrepneur atau wirausahawan dituntut untuk selalu kreatif setiap saat.
Dengan kreatifitasnya, tidak mustahil akan terbukti bahwa ia betul-betul
memiliki citra kemandirian yang memukau banyak orang karena
mengaguminya dan selanjutnya akan mengikutinya.
240
2.2 Karateristik Wirausawan (Entrepneurship)
Wirausawan yang sukses memiliki mutu yang membedakan mereka dari orang
lain pada umumnya. Menurut Harper (1991; dalam Yusuf, 1996) mutu tersebut
meliputi suka mencari peluang, berorientasi ke depan, marker-driven dan
berorientasi konsumen, realistik, tidak mudah bosan dan ulet atau pantang
menyerah.
Menjadi wirausaha profesional harus memenuhi kriteria keungulan (Sutrisno,
2002). Adapun ciri dari kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
a. Berani mengambil resiko serta mampu memperhitungkannya.
b. Selalu berusaha mencapai dan menghasilkan karya yang lebih baik untuk
customers, masyarakat, bangsa dan negara.
c. Antisipasif terhadap perubahan dan akomodatif terhadap lingkungan.
d. Kreatif mencari dan menciptakan peluang pasar dan meningkatkan
produktivitas dan efisiensi.
e. Selalu berusaha meningkatkan keunggulan dan citra perusahaan melalui
inovasi diberbagai bidang.
Sementara itu menurut G.Meredith, et.al (1996; dalam Sutrisno, 2002)
mengemukakan bahwa para wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai
kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan yang ada;
mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil
keuntungan daripadanya dan mengambil tindakan yang tepat guna. Para
wirausaha adalah individu-individu yang berorientasi kepada tindakan, dan
bermotivasi tinggi yang mengambil risiko dalam mencapai tujuannya. Ciri-ciri
tersebut adalah :
a. Berorientasi tugas dan hasil, seperti : kebutuhan akan prestasi,
berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad, kerja keras,
mempunyai dorongan kuat, energik, dan inisiatif.
b. Pengambil resiko, seperti: kemampuan mengambil resiko, suka pada
tantangan.
c. Kepemimpinan, seperti: bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul
dengan orang lain, menerima saran-saran dan kritik.
241
d. Keorisinilan, seperti: inovatif dan kretif, fleksibel.
e. Berorientasi ke masa depan, seperti: perspektif dan mempunyai
pandangan kedepan.
Sedangkan menurut Hellriegel dan Slocum (1992; dalam Yusuf, 1996) seorang
wirausaha yang sukses juga memiliki karateristik (personal atribut) seperti:
keinginan untuk maju, ingin independen, tidak ingin bekerja pada orang lain,
percaya diri (self eficacy), orientasi ke masa depan, mengharapkan penghasilan
yang besar, berani berkorban dan toleran pada sesuatu yang belum menentu.
Menurut Longenecker et.al (2000), karateristik entrepneur adalah:
a. Kebutuhan akan keberhasilan; orang yang memiliki tingkat kebutuhan
keberhasilan yang tinggi senang bersaing dengan standar keunggulan dan
memiliki untuk bertanggung jawab secara pribadi atas tugas yang
dibebankan kepadanya. Wirausaha adalah peraih keberhasilan tingkat
tinggi. Dorongan untuk keberhasilan tersebut tampak dalam pribadi yang
ambisius yang memulai usaha barunya dan kemudian mengemabangkan
usaha tersebut pada orang-orang tertentu.
b. Keinginan untuk mengambil resiko; resiko yang diambil oleh entrepneur
didalam memulai dan atau menjalankan usahanya berbeda-beda. Misalnya
resiko berinvestasi uang miliknya, meninggalkan pekerjaannya, dan
mempertaruhkan karirnya. Tantanagan dan waktu yang dibutuhkan untuk
memulai dan menjalankan usahanya juga mendatangkan resiko bagi
keluarganya. Wirausaha yang mengidentifikasikan secara teliti kegiatan
usahanya , menerima resiko fisik sebagaimana mereka menghadapi
kemungkinan terjadinya kegagalan. McClelland (dalam Longenecker et.al ,
2000) menemukan bahwa orang cenderung dengan kebutuhan yang tinggi
akan keberhasilan juga memiliki kecenderungan untuk mengambil resiko
yang moderat. Para ahli menemukan bahwa para wirausaha terdapat
keinginan yang lebih besar mengambil resiko dari pada manajer profesional
c. Percaya diri; orang yang percaya pada dirinya sendiri, yang mengakui
adanya masalah didalam pembauatan usaha baru, tapi mempercayai
kemampuan dirinya untuk mengatasi masalah tersebut.
d. Keinginan yang kuat untuk berusaha; seorang wirausaha mempeerhatikan
tingkat keingintahuannya atau keinginan yang kuat untu berusaha dengan
tujuan apapun, menciptakan ketabahan dan kemauan untuk bekerja keras.
242
Ciri-ciri Intrapreneurship (menurut Moko, 2005)
a. Menginginkan adanya akses ke seluruh resource perusahaan.
b. Berorientasi pada pencapaian Tujuan
c. Motivasi kerja yang Tinggi
d. Responsif terhadap reward yang diberikan.
e. Berpikir jauh ke depan
f. Bekerja secara terencana,terstruktur, dan sistematik
g. Bersedia bekerja susah
h. Memiliki kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan
i. Memiliki self-esteem dan self eficacy yang tinggi
j. Berani Mengambil resiko
k. Berkemampuan menjual ide atau gagasan pada pihak lain.
l. Memiliki intuisi bisnis yang tinggi
m. Sensitif terhadap situasi dan kondisi internal dan eksternal perusahaan.
n. Berkemampuan bersosialisasi pada stakeholders
o. Cermat, Sabar dan cukup Kompromis
Penelitian kewirausahaan yang dilakukan selama ini banyak terfokus pada
pengusaha laki-laki. Hal ini disebabkan jumlah perempuan pengusaha lebih
sedikit dan mayoritas bergerak dalam bisnis skala kecil atau temporer (Drucker,
1988 ). Namun semanjak tahun 80-an jumlah wanita karir dan wanita pengusaha
telah meningkat tajam dan sejak itu perempuan bekerja mulai menjadi topik
penelitian menarik.
Sebagaimana pendapat Stain (1989 :240), Bahwa dibanding laki-laki ,
perempuan cenderung lebih menonjol dalam pergaulan (people oriented). Bahwa
eksekutip perempuan memiliki hubungan interpersonal yang lebih intens
dengan mitra kerja atau karyawan dibanding dengan laki-laki. Perempuan lebih
243
lunak di dalam menghadapi kesalahan atau masalah pribadi mitra kerja atau
karyawan, lebih mudah memaafkan dan bersikap fleksibel terhadap masalah di
kantor dibanding laki-laki. Menurut Langan-Fox (1991) pengusaha perempuan
cenderung memperlakukan orang lain lebih liberal.
Selain itu dalam orientasi masa depan (future oriented), Hofstee (1989)
berpendapat bahwa perempuan cenderung lebih berpandangan ke masa depan
ketika membuat suatu keputusan dan bertindak ketimbang lakilaki, perempuan
memiliki ketajaman dalam meramal keadaan dan cenderung sebagai pemain
yang mencari aman (self player). Selain itu, pengusaha perempuan cenderung
mengutamakan keamanan keluarga dan kontrol diri mereka.
Perbedaan jenis kelamin bukanlah hal yang unik, namun memiliki bakat alam
yang memotivasi mereka menekuni MLM dan berjuang melawan arus
perbedaan gender.
2.3. Wirausaha Perempuan
Banyak pihak memahami bahwa kesempatan berkarya bagi perempuan lebih
terbatas dibandingkan dengan laki-laki. Data sejak tahun 2004 memperlihatkan
bahwa jumlah perempuan yang aktif dalam bidang usaha masih jauh lebih
sedikit dibandingkan laki-laki.Teknologi dapat membuka kesempatan bagi
perempuan untuk meningkatkan peranannya di bidang usaha, selain sebagai
salah satu faktor penentu dalam persaingan juga memungkinkan perempuan
untuk bekerja dan berusaha di rumah, memperluas jaringan usaha atau
meringankan beban kerjanya. Namun disadari bahwa pemakaian teknologi juga
terkendala oleh berbagai faktor.
Di satu sisi, perempuan sangat berpotensi untuk mengembangkan usaha.
Pengalaman dari negara lain menunjukkan bahwa perempuan pengusaha lebih
bertanggung jawab dan lebih dapat dipercaya dalam masalah pengelolaan
keuangan usaha, dan perempuan cenderung lebih peka terhadap kebutuhan
pasar sehingga membuka peluang usaha baru. Di sisi lain, berbagai hal seperti
kemudahan pembiayaan dan perijinan, perlindungan HKI, akses pemasaran,
masih merupakan tantangan yang besar.Upaya untuk meningkatkan peranan
perempuan dalam pengembangan wirausaha, terutama melalui iptek,
sebenarnya telah dilakukan oleh pemerintah, swasta, organisasi perempuan dan
institusi terkait lainnya. Berbagai kebijakan dan tindakan telah dicanangkan
namun kesemuanya masih belum menghasilkan dampak yang diharapkan.
244
2.4. Hipotesis
Hipotesisi dalam penelitian ini adalah:
Terdapat perbedaan kemampuan antara wirausaha wanita dan
wirausaha pria di Kota Bandar Lampung.
Pengaruh kemandirian, berani mengambil resiko, orientasi ke masa depan dan
toleransi pada sesuatu yang belum menentu antara wirausaha wanita dan pria
berbada secara signifikan.
III. Metodologi Penelitian
Bab ini membahas tentang metode penelitian yang meliputi populasi dan
sampel, metode pengumpulan data dan pengukuran dan definisi operasional
variabel. Disamping itu dibahas pengukuran variabel penelitian, uji validitas
dan reliabilitas serta teknik analisis data.
Seorang wirausaha yang sukses memiliki karateristik (personal atribut) seperti:
keinginan untuk maju, ingin independen, tidak ingin bekerja pada orang lain,
orientasi ke masa depan, mengharapkan penghasilan yang besar, berani
berkorban dan toleran pada sesuatu yang belum menentu. Sedangkan
entrepreneurship seseorang wirausaha (entrepreneur) mempunyai sifat-sifat,
seperti : ketidak ketergantungan, individualitas dan optimisme.
Kemampuan seorang wirausaha yang sukses adalah orang yang mempunyai
kemampuan diri terhadap usahanya seperti ketidak ketergantungan, berani
mengambil resiko, berpandangan ke depan dan toleransi pada sesuatu hal yang
belum menentu.
Gambar 1. Identifikasi Kemampuan Entrepreneurship
Entrepneurship
Pengambilan resiko
Orientasi ke masa depan
Toleran pada sesuatu yang belum
menentu.
Ingin Independen / kemandirian
245
3.1 Populasi Dan Sempel
Dalam suatu penelitian, populasi yang dipilih mempunyai hubungan yang erat
dengan masalah yang diteliti. Populasi merupakan jumlah keseluruhan unit
analisis yang ciri-cirinya akan diperkirakan (Cooper & Emory, 1995). Dalam
penelitian ini populasinya adalah seluruh pengusaha kecil (usaha yang
memiliki omset kurang dari Rp 200 juta dan jumlah tenaga kerja kurang dari 25
orang) yang berada di Bandar Lampung. Jumlah populasi yang ada di Bandar
Lampung diperkirakan sebanyak 15 ribu usaha kecil (Kopperindag, 2003).
Sampel merupakan bagian dari elemen-elemen populasi yang hendak diteliti.
Ide dasar pengambilan sampel adalah bahwa dengan menyeleksi bagian dari
elemen-elemen populasi, kesimpulan tentang keseluruhan populasi diharapkan
dapat diperoleh (Cooper & Emory, 1995). Metode pengambilan sampel yang
dilakukan adalah dengan menggunakan metode strattified sampling dan random
sampling. Besarnya sampel dalam penelitian ini sebanyak 150 pengusaha.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak sederhana (random
sampling). Responden diminta untuk berpartisipasi untuk merespon dan
memberikan identitas mereka mengenai jenis kelamin, usia, status perkawinan,
modal awal, modal saat ini, pekerjaan orang tua, lingkungan diwaktu kecil dan
pengalaman berwirausaha. Kuesioner penelitian diberikan langsung pada
perusahaan yang terpilih. Agar kuesioner terisi dengan lengkap dan dapat
kembali kepada peneliti sebanyak mungkin maka diberikan waktu khusus
untuk pengisian keasioner tersebut.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan skunder yang diperoleh melalui:
a. Survey, dilakukan guna memperoleh data primer melalui pemberian
kuesioner kepada responden. Data primer ini meliputi data-data tentang
variabel penelitian yaitu : kewirausahaan (entrepneurship).
b. Studi pustaka, dilakukan guna memperoleh data skunder yang berkaitan
dengan tinjauan pustaka, hasil-hasil penelitian dan data-data tentang
pengusaha kecil dan mikro di Bandar Lampung.
3.3 Definisi Operasionel Dan Pengukuran Variabel
Kewirausahaan (Entrepneurship), seorang yang mampu memulai dan atau
menjalankan usaha (Longenecker et.al, 2000). Karateristik entrepneurship
adalah keinginan untuk independen dan mandiri, keinginan untuk mengambil
resiko, berorientasi kemasa depan dan toleransi terhadap sesuatu yang belum
246
tentu serta berani berkorban. Pengukuran variabel diukur dengan
menggunakan skala likert 5 point (sangat tidak setuju sampai dengan sangat
setuju). Kuesioner entrepneurship ini terdiri dari 16 item yang menilai
kemandirian, kerja keras, pengambilan resiko, tujuan dan cita-cita, dan
berorientasi ke masa depan, toleransi pada sesuatu yang belum tentu seperti:
bagi saya, apa yang saya capai atau peroleh saat ini sudah cukup (sangat tidak
setuju (1) ------------------ sangat setuju (5) ).
3.4 Uji Validitas dan Reliabilitas.
Uji Validitas
Uji validitas dimaksudkan untuk memastikan seberapa baik suatu instrumen
mengukur konsep yang seharusnya diukur. Instrumen yang valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak
diukurnya secara tepat dan benar. Dengan mempergunakan instrumen
penelitian yang memiliki validitas tinggi, hasil penelitian mampu menjelaskan
masalah penelitiannya sesuai dengan keadaan atau kejadian yang sebenarnya.
Dalam penelitian ini, item-item pertanyaan yang digunakan sudah standardized
dalam artian sudah digunakan dalam peneliti-peneliti sebelumnya (ribhan,
2006), sehingga tidak perlu melakukan lagi uji validitas.
Uji Reliabilitas.
Reliabilitas instrumen adalah kejituan atau ketepatan instrumen pengukur
(Kerlinger, 1986). Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi dan
ketepatan pengukuran, bila pengukuran dilakukan pada objek yang sama
berulang kali dengan instrumen yang sama. Pengujian reliabilitas ditunjukkan
oleh koefisien cronbach alpha. Semakin mendekati 1,00 maka semakin tinggi
konsistensi jawaban skor butir-butir pertanyaan atau makin dapat dipercaya,
reliabilitas yang kurang dari 0,6 adalah kurang baik, 0,7 dapat diterima dan
diatas 0,8 adalah baik (Sekaran, 1992). Dalam penelitian ini, item-item
pertanyaan yang digunakan diuji validitasnya, sedangkan uji reliabilitas
menggunakan cronbach alpha pada = 0,6
3.5 Teknik Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis serta menghasilkan suatu model yang fit, metode
analisis data yang digunakan adalah Structural Equation Modelling (SEM) dengan
dibantu program aplikasi AMOS yang merupakan teknik multivariate dengan
mengkombinasikan aspek-aspek multiple regression. Analysis of Moment Structure
(AMOS) merupakan salah satu program untuk mengolah model-model yang
multidimensi dan berjenjang. Menurut Hair, Anderson, Tatham, dan Black
247
(1998) Structural Equation Modelling (SEM) atau Analysis of Moment Structure
(AMOS) digunakan untuk mengestimasi serangkaian persamaan regresi
berganda yang berpisah, tapi saling berhubungan secara bersamaan
(simultaneously). Structural Equation Modelling (SEM) bias terdapat beberapa
variabel endogenous (dependen) dan variabel endogenous ini bias menjadi
variabel exogenous (independen) bagi varaibel endogenous yang lain. Langkah-
langkah dalam Structural Equation Modelling (SEM) adalah:
a. Mengembangkan teori-teori yang mendasari model penelitian yang akan
digunakan.
b. Membuat diagram path, yaitu dengan menetapkan variabel exogenous
dan variabel endogenous yang dikembangkan dalam sebuah diagram path.
Asumsi yang mendasari dalam penyusunan diagram path adalah (a)
semua hubungan causal ditunjukkan dengan didasari oleh teori-teori yang
ada. Hal ini sangat penting untuk membenarkan hubungan antara dua
variabel. (b) hubungan causal haruslah atau diasumsikan sebagai
hubungan yang linier.
c. Memasukan diagram path kedalam serangkaian struktur model dan
pengukuruan model. Setelah mengembangkan model yang didasari teori-
teori atau penelitian sebelumnya, kemudian mengembangkan model
tersebut kedalam bentuk yang lebih formal yaitu dengan cara: (a)
structural model, dengan mentransfer diagram path kedalam serangkaian
structural equations yang jelas, (b) measurement model, dan (c)
mengkorelasikan antara konstruk-konstruk dan indikator-indikator yang
ada.
Model persamaam struktural yang baik dengan menggunakan analysis of
moment structure (AMOS) adalah ditandai dengan pertimbangan kriteria-kriteria
(Arbuckle, 1997; pada Ferdinand, 2000):
1. Degree of freedom (DF) harus positif.
2. Chi-square Significance Probability yang disyaratkan adalah lebih besar
atau sama dengan 0,05 ( 0,05 ).
3. Incremental fit untuk GFI (Goodness of Fit Index), AGFI (Ajusted Goodness of
Fit Index) lebih besar atau sama dengan 0,90 ( 0,90 ); Tucker-Lewis Index
(TLI) lebih besar atau sama dengan 0,95 dan Normed Fit Index (NFI) lebih
besar atau sama dengan 0,94.
248
4. Nilai Root Mean Square Residual (RMR) dan Root Mean Square Error of
Approximation ( RMSEA) yang rendah, lebih kecil atau sama dengan 0,08 (
0,08 ).
IV. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
Bab ini membahas analisis data dan hasil perhitungan serta pembahasan
tentang perbandingan kemampuan entrepneurship antara pengusaha wanita dan
pria. Pembahasan mencakup deskripsi responden, uji validitas, uji reliabilitas
dan korelasi antara variabel, serta hasil pengujian hipotesis dan
pembahasannya.
4.1. Analisis Deskripsi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha kecil (usaha yang
memiliki omset kurang dari Rp 200 juta dan jumlah tenaga kerja kurang dari 25
orang) yang berada di Bandar Lampung. Jumlah populasi yang ada di Bandar
Lampung diperkirakan sebanyak 15 ribu usaha kecil (Kopperindag, 2003).
Besarnya sampel dalam penelitian ini sebanyak 150 pengusaha. Pengambilan
sampel dilakukan dengan metode strattified sampling dan metode acak
sederhana ( random sampling). Responden diminta untuk berpartisipasi untuk
merespon dan memberikan identitas mereka mengenai jenis kelamin, usia,
status, modal awal, modal saat ini, pekerjaan orang tua dan lingkungan dimasa
kecil. Kuesioner penelitian diberikan langsung pada perusahaan yang terpilih.
Agar kuesioner terisi dengan lengkap dan dapat kembali kepada peneliti
sebanyak mungkin maka diberikan waktu khusus untuk pengisian keasioner
tersebut.
Dari 150 kuesioner yang diisi responden yang dikembalikan adalah sebanyak
119 kuesioener (respon rate 79%). Dari 119 kuesioner yang di input terdiri dari
56 kuesioner dari pengusaha pria dan 63 pengusaha wanita.
Dari hasil pengumpulan kuesioner diskripsi responden secara rinci dapat
terlihat dalam tabel 1 berikut:
Tabel 1. Deskripsi Responden
Keterangan Jumlah Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 56 47%
Perempuan 63 53%
249
Keterangan Jumlah Persentase (%)
Usia
20 30 tahun 18 15%
31 -40 tahun 56 47%
lebih dari 40 tahun 45 38%
Status Perkawinan
Kawin 99 83%
Belum Kawin 20 17%
4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji Validitas
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner yang
pernah digunakan oleh peneliti-peneliti terdahulu (ribhan, 2006). Sehingga
dalam penelitian ini tidak dilakukan uji validitas terhadap item-item kuesioner
penelitian, dengan kata lain peneliti berasumsi bahwa item-item pada kuesioner
penelitian ini telah dilakukan validitas item .
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan terhadap data yang sudah terkumpul. Uji reliabilitas
ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui seberapa jauh sebenarnya
item-item pertanyaan tersebut memiliki konsistensi. Pada uji reliabilitas ini
dapat terjadi penghapusan beberapa item-item pertanyaan, dengan
membandingkan antara cronbach alpha total dan alpha if item deleted sehingga
dapat meningkatkan nilai cronbach alpha.
Pengujian Reliabilitas item-item Entrepneurship
Pengujian reliabilitas untuk item-item variabel entrepreneurship menghasilkan
nilai cronbach alpha tertinggi sebesar 0,5105 (standardized item alpha sebasar
0,5105) dengan empat kali pengujian. Sehingga item-item yang reliabel adalah:
3,5,11,13,14.
Secara rinci, hasil pengujian reliabilitas masing-masing variabel dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.
250
Tebel 2. Ringkasan Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Penelitian
Awal Akhir
No Nama Variabel Jumlah
item
Cronbach
Alpha
Jumlah
item
Cronbach
Alpha
2 Entrepneurship 16 -0,0694 5 0,5105
4.3. Analisis Data
Evaluasi atas Dipenuhinya Ukuran Sampel
Jumlah sampel total yang digunakan dalam pengujian ini adalah 119 sampel.
Jumlah sampel ini telah lebih dari jumlah sampel minimum yang diperlukan
dalam pengujian structural equation model. Menurut Hair et al.,(1998) ukuran
sampel yang sesuai adalah antara 100 200. Oleh karena itu pengujian model
keseluruhan dengan SEM dapat dilakukan.
Evaluasi atas Dipenuhinya Asumsi Normalitas
Menurut Hair et al. (1998), SEM bila diestimasi dengan menggunakan maximum
likelihood estimation technique, mensyaratkan pengujian asumsi normalitas.
Untuk menguji normalitas distribusi data yang digunakan dalam analisis bisa
digunakan dengan mengamati mulitivativariate kurtosis value. Apabila nilai
kritisnya (CR) lebih besar dari 2,58 berarti kita dapat menolak asumsi
mengenai normalitas pada probability level 0,01 (Hair et al., 1998). Hasil uji
normalitas untuk sampel wirausaha pria disajikan dalam tabel 3.
Tabel 3. Assessment of normality Wirausaha Pria Assessment of normality (Group
number 1)
Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.
tol 12.000 18.000 -.294 -.899 -.446 -.681
md 9.000 17.000 .124 .378 1.067 1.630
res 12.000 18.000 .047 .144 -1.135 -1.734
dep 11.000 16.000 .604 1.845 -.065 -.099
Multivariate 2.556 1.380
Sedangkan hasil uji normalitas untuk sampel wirausaha Wanita disajikan dalam
tabel 4 berikut.
251
Tabel 4. Assessment of normality Wirausaha Perempuan, Assessment of normality
(Group number 1)
Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.
tol 10.000 20.000 .177 .574 .179 .290
md 9.000 17.000 -.400 -1.296 -.022 -.035
res 11.000 19.000 -.006 -.018 -.579 -.938
dep 10.000 17.000 .230 .745 -.236 -.382
Multivariate 2.888 1.655
Dari tabel 3 dan 4 dapat dilihat bahwa nilai CR untuk multivariete menunjukkan
angka 1,380 dan 1,655, nilai tersebut lebih kecil dari nilai batas 2,58. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pada pengujian data SEM, baik secara
multivariate tidak ada bukti bahwa data yang digunakan berdistribusi tidak
normal, sehingga asumsi normalitas terpenuhi.
4.4. Perbandingan Model Path antara Wirausaha Pria dan Wanita
Hasil Perhitungan dengan menggunakan Program AMOS diperoleh gambar
analisa jalur antara pria dan wanita sebagai berikut:
.10
dep
.38
res
.22
md
.26
tol
e1
e2
e3
e4
wirausaha
.32
.61
-.47
.51
252
.00
dep
2.37
res
.014
md
.004
tol
e1
e2
e3
e4
wirausaha
-.02
1.54
.12
.06
Gambar 2. Wirausaha Laki-laki (Pria)
Sedangkan untuk gambar path atau analisa jalur diperoleh sebagai berikut:
Gambar 3. Model Path Wirausaha Perempuan (Wanita)
4.4. Pengujian Hipotesis dan Pembahsan
Nilai-nilai koefisien path dan critical ratio (CR) hasil analisis hubungan kausalitas
antara variabel-variabvel penelitian dengan menggunakan program AMOS 5
dapat dilihat pada tabel 5
Tabel 5. Nilai Koefisien Path Wirausaha Pria dan Wanita
Path Pria Wanita
dep <--- wirausaha .322 -.020
res <--- wirausaha .613 1.538
md <--- wirausaha -.467 .119
tol <--- wirausaha .512 .063
253
Penilaian terhadap pengaruh dari masing-masing indikator, menurut Hair, et al.,
(1998) dilihat dari nilai koefisien path-nya dan nilai critical ratio (CR) yang lebih
besar atau sama dengan 1,96, diinterpretasikan signifikan secara statistik pada
tingkat 0,05 (p<0,05).
Berdasarkan pengujian tersebut bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat
berbedaan kemampuan antara wirausaha wanita dan pria mempunyai
perbedaan tetapi tidak signifikan antara keduanya, didukung.
Ingin Independen atau Kemandirian, hasil perhitungan dengan AMOS
menunjukkan bahwa besarnya pengaruh indikator kemandirian antara
wirausaha wanita dan pria berbeda. Pengaruh kemandirian pria (0,322) lebih
besar dibandingkan dengan indikator kemandirian pada wirausaha perempuan
yaitu sebesar -0, 020. Hal ini menunjukkan bahwa wirausaha pria lebih mandiri
dalam menghadapi tantangan-tantangan persaingan, dibandingkan dengan
wirausaha wanita. Wirausaha pria lebih memiliki citra kemandirian dalam
menjalankan usahanya.
Berani mengambil resiko, hasil temuan dalam peneltian ini menunjukkan
bahwa wirausaha wanita (1,538) lebih baik dalam pengambilan resiko dalam
menjalankan usahanya dibandingkan dengan wirausaha pria (0,613). Temuan
ini menandakan bahwa wirausaha wanita lebih berani mengambil resiko dan
suka pada tantangan atas usahanya dibandingkan dengan wirausaha pria.
Misalnya resiko berinvestasi uang miliknya, meninggalkan pekerjaannya, dan
mempertaruhkan karirnya.
Orientasi kemasa depan, temuan dalam penelitian menunjukkan bahwa
pengaruh indikator orientasi kemasa depan wirausaha pria mempunyai
pengaruh yang relatif kecil (0,119) dan tidak signifikan, hal ini menandakan
bahwa wirausaha pria di Bandar Lampung mempunyai kemampuan
mengembangkan kemajuan usahanya masih sangat rendah. Hal ini
berkemungkinan disebabkan masalah-masalah permodalan dan pengembangan
pasar produk mereka. Temuan ini berbeda dengan pendapat para ahli
(Longenecker et.al, 2000) yang mengatakan bahwa orang yang memiliki tingkat
kebutuhan keberhasilan yang tinggi senang bersaing dengan standar
keunggulan dan memiliki untuk bertanggung jawab secara pribadi atas tugas
yang dibebankan kepadanya. Wirausaha adalah peraih keberhasilan tingkat
tinggi. Dorongan untuk keberhasilan tersebut tampak dalam pribadi yang
ambisius yang memulai usaha barunya dan kemudian mengemabangkan usaha
tersebut pada orang-orang tertentu.
Sedangakan untuk wirausaha wanita memiliki pengaruh yang negatif dan tidak
signifikan yaitu -0,467. temuan ini menunjukkan bahwa wirausaha wanita di
254
Bandar Lampung tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan
usahanya kemasa depan. Hal ini mengindikasikan bahwa wirausaha wanita
berkemungkinan, orientasi mereka dalam menjalan usahanya hanya sekedar
membantu pasangan mereka dalam memenuhi kebutuhan rumahtangganya.
Perbedaan kemampuan orientasi kemasa depan antara wirausaha pria lebih
tinggi dibanding dengan wirausaha wanita.
Toleransi pada sesuatu yang belum menentu, seorang wirausaha
memperhatikan tingkat keingintahuannya atau keinginan yang kuat untu
berusaha dengan tujuan apapun, menciptakan ketabahan dan kemauan untuk
bekerja keras, serta fleksibel. Seorang wirausaha mempunyai kemampuan
antisipasif terhadap perubahan dan akomodatif terhadap lingkungan. Toleransi
ambiguitas yakni kemampuan untuk berhubungan dengan yang tidak
tersetruktur dan tidak bisa diprediksi sehingga menuntut kreatifitas seseorang.
Hasil temuan menunjukkan bawa wirausaha pria lebih fleksibel dan antisipasi
terhadap perubahan-perubahan lingkungan (0,512), sehingga dapat diprediksi
bahwa kreatifitas wirausaha pria lebih baik dibanding dengan wirausaha
wanita.
Sedangkan wirausaha wanita indikator ini memiliki pengaruh yang sangat kecil
(0,063), hal ini menandakan bawa wirausaha wanita hapir tidak memiliki
toleransi terhadap perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi dan akan
terjadi dan kurang kreatifitasnya.
V. Simpulan, Implikasi, Keterbatasan Dan Saran Penelitian Mendatang
5.1. Kesimpulan
Seratus sembilan belas data yang diperoleh dari para wirausaha UKM dan
UMKM di Bandar Lampung dianalisis dengan menggunakan analisis model
persamaan structural (structural equation modeling) dan program apliklasi AMOS.
Penelitian ini menguji perbandingan pengaruh kemampuan entrepneurship
Wanita dan Pria pengusaha kecil dan mikro di Bandar Lampung. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat
perbedaan kemampuan wirausaha antara wanita dan pria di Bandar Lampung
serta terdapat perbedaan pengaruh antara indikator-indikator kemampuan
wirausaha wanita dan pria pengusaha kecil dan mikro di Bandar Lampung,
didukung.
Hasil pengolahan dengan menggunakan AMOS pengaruh indikator-indikator
kemampuan wirausaha wanita dan pria semuanya tidak signifikan. Hal ini
dikarenakan setelah pengolahan dipisahkan antara wanita dan pria maka
255
sampel masing-masing gender tidak memenuhi standar pengolahan, yaitu
antara 100 -200 responden.
Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan analisa jalur
menghasilkan temuan yang mendukung hipotesis yang diajukan peneliti.
Ingin Independen atau Kemandirian, menunjukkan bahwa wirausaha pria
lebih mandiri dalam menghadapi tantangan-tantangan persaingan,
dibandingkan dengan wirausaha wanita. Wirausaha pria lebih memiliki citra
kemandirian dalam menjalankan usahanya.
Berani mengambil resiko, wirausaha wanita lebih berani mengambil resiko dan
suka pada tantangan atas usahanya dibandingkan dengan wirausaha pria.
Misalnya resiko berinvestasi uang miliknya, meninggalkan pekerjaannya, dan
mempertaruhkan karirnya.
Orientasi kemasa depan, perbedaan kemampuan orientasi kemasa depan
antara wirausaha pria lebih tinggi dibanding dengan wirausaha wanita.
Toleransi pada sesuatu yang belum menentu, hasil temuan menunjukkan
bawa wirausaha pria lebih fleksibel dan antisipasi terhadap perubahan-
perubahan lingkungan, sehingga dapat diprediksi bahwa kreatifitas wirausaha
pria lebih baik dibanding dengan wirausaha wanita.
5.2. Implikasi Hasil Penelitian
Temuan-temuan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan
indikator-indikator wirausaha para wirausaha UKM dan UMKM di Bandar
Lampung berbeda antara wanita dan pria dalam hal ingin independent
(kemandirian) atau kemandirian, pengambilan resiko, orientasi ke masa depan,
serta toleransi terhadap sesuatu yang belum menentu. Wirausaha pria lebih
mandiri, berorientasi kemasa depan, dan kreatifitas dibandingkan dengan
wirausaha wanita. Sedangkan dalam hal keberanian mengambil resiko,
wirausaha wanita lebih berani dibanding dengan wirausaha pria. Untuk itu
diperlukan peranan berbagai pihak (pemerintah, professional, akademisi serta
masyarakat) dalam memberikan bimbigan terhadap usaha entrepneurship
terutama dalam wirausaha wanita, sehingga mereka akan lebih mandiri,
berorientasi kemasa depan dan kreatifitas. Dengan demikian wirausaha wanita
dalam menjalankan usahanya tidak semata-mata usaha sambilan atau
sementara. Hasil temuan ini menunjukkan terdapat perbedaan kemampuan
entrepneurship dari persepteif gender di Bandar Lampung. Temuan ini juga
diharapkan dapat memberikan masukan bagi stakeholder dalam
memberdayakan kemampuan wirausaha, terutama dalam wirausaha wanita.
256
Dengan demikian bantuan yang bersifat materi dan non materi masih terus
ditingkatkan untuk memotivasi dan kepercayaan diri mereka dalam
menjalankan usahanya.
5.3. Keterbatasan dan Saran Penelitian Mendatang
Penelitian ini masih banyak kekurangan-kekurangan yang dialami. Model yang
di tunjukkan belum menunjukkan suatu model yang fit (sesuai), hal ini
disebabkan terdapatnya bias atau halo efek dalam kuesioner, karena besarnya
pengambilan responden setelah dibedakan antara pria dan wanita besarnya
tidak mengikuti aturan yang ditetapkan dalam pengolahan data dengan
menggunakan AMOS. Keterbatasan lainnya besarnya responden masih sangat
kurang dari yang seharusnya, hal ini karena keterbatasan dana yang dimiliki
oleh peneliti. Dimana perbandingan antara besarnya responden (sample) dan
populasi tidak sesuai.
Oleh karenanya peneliti menyarankan bagi penelitian yang akan datang sebagai
berikut:
1. Diharapkan menggunakan sampel yang terspesifikasi dan berbeda dengan
penelitian ini dengan maksud untuk lebih menguatkan temuan peneliti.
2. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terbatas pada
pengaruh indikator-indikator entrepneurship, seperti kemadirian,
pengambilan resiko, orientasi kemasa depan dan toleransi terhadap sesuatu
yang belum menentu. Penelitian yang akan datang diharapkan
mengikutsertakan faktor-faktor yang lebih kompleks dalam penelitian.
Kuesioner yang digunakan peneliti bersifat self-report atau self rating scale.
Kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya bias respon akibat adanya
kecenderungan para responden mengukur lebih tinggi dari kondisi
sesungguhnya. Hal ini berkemungkinan karena seluruh item-item pertanyaan
yang diajukan, diisi responden dalam satu paket kuesioner.
DAFTAR PUSTAKA
Astamoen, Moko P. 2005. Entrepreneurship (dalam Perspektif Kondisi Bangsa
Indonesia). Bandung: Alfabeta
Cooper, R.D., & Emory,W.C. 1995. Business Research Methods (5th edition).
London: Richard D.Irwin, Inc.
257
Don Hellriegel dan John W.Slocum, Jr.1992. Management, Addison-Wesley
Publishing Co., Massacussets.
Ferdinan, Augusty. 2000. Structural Equation Modeling Dalam Penelitian
Manajemen. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Fred Luthan dan Richard M.Hotgetts. 1989. Business, The Dryden Pres Chicago.
Hair, JR. Joseph F., Anderson, Rolph E., Tatham, Ronald.L., & Black, William.C.
1998. Multivariate Data Analysis (Fifth Edition). Prentice-Hall
International Inc.
Joko Sutrisno.2002. Pengembangan pendidikan Berwawasan Kewirausahaan Sejak
Usia Dini, http://rudict.topcities.com.
Kerlinger, N. Fred. (Penerjemah: Simatupang Ladung R) 1998. Asas-asas
Penelitian Behavioral (edisi Indonesia). Gadjah Mada University Press.
Longenecker, JustinG;CarlosW.Moore, J.William Petty. 2000. Small Business
Management, An Entrepneurial Emphasis 11th Ed. Thomson Learning.
Muhandri, Tjahya. 2002. Strategi Penciptaan Wirausaha (Pengusaha) Kecil
Menengah yang Tangguh, http://rudict.tripod.com.
Nasrullah Yusuf.1996. Wirausaha dan Bisnis Kecil, Isu Dan Kecenderungan
Ekonomi, Pemikiran dalam Rangka Lustrum ke 6 FE UNILA.
Peter F.Drucker.1985. Innovation and Entrepreneurship; Pranctise and Principles,
Harper & Row , New York.
Purdi E. Chandra. 2003. Entrepneur Kreatif, Entrepneur Indonesia Edisi 2 /
Tahun I / Agsutus.
Ricky E.Griffin dan Ronald J.Ebert,1989. Business, Prentice Hall, New Jersey.
Ribhan. 2006. Pengaruh Keyakinan Diri (Self Eficacay) dalam Kemampuan
Entrepreneurship Pengusaha Kecil dan Mikro di Propinsi Lampung.
Sekaran, U. 1992. Research Methods for Business, Second Edition, New York: John
Wiley & Son, Inc.
Yuni Pristiawati. 2005. Pengembangan Usaha Kecil Untuk Penguatan
Perempuan. Media Informasi BPR, Edisi V bulan Juni.