Você está na página 1de 9

ANALISA PENERAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI AKTIVA TETAP DAN PENYUSUTAN PADA

PENGARUHNYA TERHADAP PENINGKATAN LABA PERUSAHAAN DI PT. XYZ



ABSTRAK
Metode penyusutan (depresiasi) merupakan suatu metode yang digunakan untuk menghitung beban
depresiasi aktiva tetap pada setiap periode akuntansi. Metode penyusutan yang dianalisis pada penelitian ini
adalah metode garis lurus, jumlah angka tahun, saldo menurun, unit produksi. Laba operasi merupakan selisih
lebih dari pendapatan atas biaya sehubungan dengan kegiatan usaha perusahaan. Besarnya laba operasi yang
dipengaruhi oleh metode penyusutan garis lurus akan berbeda dengan dipengaruhi oleh metode penyusutan
lainnya.
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana perbandingannya bila menggunakan metode
yang digunakan pada PT. XYZ dengan metode lain dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa besarnya penyusutan aktiva tetap yang dihitung
dengan metode garis lurus besarnya akan berbeda dengan beban penyusutan yang dihitung menggunakan
metode jumlah angka tahun, saldo menurun, dan unit produksi. Kenaikan beban penyusutan pada suatu
periode akuntansi disebabkan oleh adanya penambahan kuantitas aktiva tetap, adanya kegiatan perluasan
atau peningkatan mutu aktiva tetap. Sebaliknya, penurunan besarnya beban penyusutan pada suatu periode
akuntansi dikarenakan adanya penghentian penggunaan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan.

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Secara umum tujuan utama didirikannya sebuah perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang optimal atas
investasi yang telah ditanamkan dan dapat mempertahankan kelancaran usaha dalam jangka waktu yang panjang.
Salah satu investasi tersebut adalah aktiva yang digunakan dalam kegiatan normal perusahaan yaitu aktiva yang
mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun. Untuk mencapainya diperlukan pengelolaan yang efektif dalam
penggunaan, pemeliharaan maupun pencatatan akuntansinya.
Bersama dengan berlalunya waktu nilai ekonomis suatu aktiva tetap tersebut harus dapat dibebankan secara
tetap dan salah satu caranya adalah dengan menentukan metode penyusutan. Untuk itu perlu diketahui apakah
metode penyusutan yang telah diterapkan oleh perusahaan telah memperhatikan perubahan nilai aktiva tetap yang
menurun yang disebabkan karena berlalunya waktu atau menurunnya manfaat yang diberikan aktiva tersebut.
Aktiva tetap biasanya merupakan bagian investasi yang cukup besar dalam jumlah keseluruhan asset
perusahaan. Besarnya investasi yang ditanamkan dalam aktiva tetap menjadikan aktiva tetap itu perlu mendapatkan
perhatian yang serius. Tidak hanya pada penggunaan dan operasinya saja tetapi juga dalam akuntansinya yang
biasanya mencakup perolehan aktiva tetap, penghentian atau pelepasan aktiva tetap, serta penyajian dan
pengungkapannya dalam laporan keuangan.
Aktiva tetap berwujud mempunyai bermacam bentuk antara lain: bangunan, tanah, mesin, alat-alat
kendaraan, mebel dan lain-lain yang bisa diperoleh dengan berbagi cara, dimana masing-masing cara perolehan
tersebut mempengaruhi besar kecilnya harga perolehan.
Agar sejalan dengan prinsip akuntansi yang lazim, aktiva tetap dicatat sebesar harga perolehannya. Harga
perolehan meliputi semua pengeluaran yang diperlukan untuk mendapatkan aktiva tetap dan pengeluaran-
pengeluaran lain sampai aktiva tetap tersebut siap untuk digunakan. Dengan demikian harga perolehan suatu aktiva
tetap tidak hanya sebatas pada harga belinya saja tapi dengan seluruh biaya yang digunakan pada saat pengurusan
aktiva tersebut. Tetapi dalam mencatat harga perolehan aktiva yang diperoleh dari donasi hadiah dapat dilakukan
penyimpangan dari prinsip harga perolehan tersebut.
Aktiva tetap mempunyai sifat khusus yaitu dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun
(lebih dari satu operiode akuntansi). Semua aktiva tetap kecuali tanah yanag dipergunakan dalam jangka panjang,
lambat laun akan aus atau nilai manfaatnya semakin berkurang, sampai pada akhirnya aktiva tetap tersebut tidak
dapat dipergunakan lagi atau habis masa ekonomisnya.
Aktiva tetap merupakan salah satu dari beberapa syarat yang dapat mendukung keberhasilan usaha dari
perusahaan. Dengan aktiva tetap yang memadai maka kelancaran usaha dan aktivitas operasional dari suatu
perusahaan dapat berjalan dengan baik. Sebaliknya, tanpa aktiva tetap yang memadai maka aktivitas perusahaan
akan terganggu sehingga akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan tersebut. Jadi secara umum dapat dikatakan
bahwa aktiva tetap merupakan harta milik perusahaan yang material dan diperoleh bukan dengan tujuan
diperjualbelikan melainkan digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan dan memiliki masa manfaat lebih dari
satu tahun atau satu periode.
Mengingat pentingnya peranan aktiva tetap dalam menunjang aktivitas operasional perusahaan, maka penulis
tertarik untuk mengangkat judul ANALISA PENERAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI AKTIVA TETAP
DAN PENYUSUTAN PADA PENGARUHNYA TERHADAP PENINGKATAN LABA PERUSAHAAN DI
PT. XYZ

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latarbelakang yang dikemukakan di atas, maka masalah-masalah yang akan diangkat dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah kebijakan pengadaan aktiva tetap yang diterapkan PT. XYZ dapat mendukung peningkatan laba usaha.
2. Apakah metode penyusutan aktiva tetap telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kebijakan pengadaan aktiva tetap yang diterapkan oleh PT. XYZ
2. Untuk memberikan informasi tentang metode penyusutan aktiva tetap yang sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK)
3. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan pengadaan aktiva tetap terhadap peningkatan laba.

D. KEGUNAAN PENELITIAN
Kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan informasi kepada perusahaan mengenai metode penyusutan yang sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK)
2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis terutama dalam hal perlakuan akuntansi aktiva tetap
3. Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang bermaksud mengadakan penelitian yang sama.

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN AKUNTANSI
Secara umum akuntansi adalah cara untuk mengumpulkan data ekonomis dan melaporkan kepada macam-
macam individu dan pihak-pihak yang berkepentingan. Untuk menghasilkan informasi ekonomi, perusahaan perlu
menciptakan suatu metode pencatatan, penggolongan, analisis dan pengendalian transaksi serta kegiatan-kegiatan
keuangan kemudian melaporkan hasilnya. Informasi yang relevan untuk satu pihak mungkin menjadi tidak relevan
bagi pihak lain. Akan tetapi bagi kelompok-kelompok yang membutuhkan informasi akuntansi dapat
diidentifikasikan, informasi yang relevan, juga dapat ditentukan. Dalam sistem pertanggungjawaban terlihat adanya
arus informasi dari yang mempertanggungjawabkan kepada yang menerima pertanggungjawaban. Akuntansi sering
juga disebut business language karena merupakan media komunikasi.
Untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang akuntansi, berikut akan dikemukakan
pengertian akuntansi menurut beberapa ahli.
Menurut American Accounting Association yang dikutip oleh Soemarsono dalam buku Akuntansi Suatu
Pengantar Buku 1 (2004 : 3) akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur dan melaporkan informasi
ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang
menggunakan informasi tersebut.
Menurut Agoes dan Estralita Trisnawati dalam buku Akuntansi Perpajakan (2010 : 3) akuntansi adalah
sistem yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan
kondisi perusahaan.
Menurut Akbar dalam buku Akuntansi Pengantar (2004 : 1) akuntansi adalah suatu sistem informasi yang
menyajikan laporan mengenai aktivitas-aktivitas ekonomi suatu organisasi kepada para pemakai, baik perseorangan
maupun kelompok.
Menurut Diana dan Lilis Setiawati dalam buku Sistem Informasi Akuntansi (2010 : 14) akuntansi adalah
proses mengidentifikasi, mengukur, mencatat dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu
organisasi (bisnis maupun nonbisnis) kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi bisnis tersebut.
Pada dasarnya fokus utama dari akuntansi adalah transaksi bisnis.
Menurut Ismail dalam buku Akuntansi Bank (2010 : 2) akuntansi adalah seni dalam mencatat,
menggolongkan dan mengikhtisarkan semua transaksi-transaksi yang terkait dengan keuangan yang telah terjadi
dengan suatu cara yang bermakna dan dalam satuan uang.
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa akuntansi menghasilkan informasi
keuangan secara kuantitatif dan relefan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (pemakai informasi tersebut)
dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi, baik dalam mengukur keberhasilan operasi perusahaan, maupun
membuat rencana di masa yang akan datang.

B. AKTIVA TETAP
1. Pengertian Aktiva Tetap
Aktiva tetap merupakan aktiva berwujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak dimaksudkan
untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan. Aktiva semacam ini biasanya memiliki masa pemakaian yang lama
atau relatif permanen, dan diharapkan dapat memberi manfaat pada perusahaan selama bertahun-tahun seperti tanah,
bangunan, mesin dan peralatan. Manfaat yang diberikan aktiva tetap umumnya semakin lama semakin menurun
keculi tanah.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dala buku Stanadar Akuntansi Keuangan (2012 : 16.1) aktiva tetap
adalah asset berwujud yang (1) dimiliki untuk disediakan dalam produksi atau penyediaan baramng atau jasa untuk
direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan yang administratif; dan (b) diperkirakan untuk digunakan lebih dari
satu periode.
Menurut Akbar dalam buku Akuntansi Pengantar (2004 : 237) aktiva tetap merupakan jenis aktiva yang
digunakan untuk jangka panjang dan relatif permanen dalam operasi bisnis normal. Aktiva ini dikuasai oleh
perusahaan dan tidak untuk dijual dalam operasi normal perusahaan. Aktiva yang dikategorikan sebagai aktiva tetap
harus memberikan manfaat lebih dari satu tahun.
Menurut Firdaus dalam buku Ikhtisar Lengkap Pengantar Akuntansi (2010 : 177) aktiva tetap adalah asset
yang diperoleh untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan untuk jangka waktu yang lebih dari satu tahun, tidak
dimaksudkan untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan, dan merupakan pengeluaran yang nilainya
besar atau material.
Menurut Giri dalam buku Akuntansi Keuangan Menengah 1 (2012 : 217) aktiva tetap adalah asset yang
memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Memiliki wujud fisik
- Diperoleh untuk digunakan dalam kegiatan usaha perusahaan, dan tidak dimaksudkan untuk dijual
- Memberikan manfaat ekonomi untuk periode jangka panjang, dan merupakan subjek depresiasi.
Menurut Hery dan Widyawati dalam buku Akuntansi Keuangan Menengah 2 (2011 : 2) aktiva tetap adalah
aktiva yang secara fisik dapat dilihat keberadaannya dan sifatnya relatif permanen serta memiliki masa kegunaan
yang panjang.
Menurut Kasmir (2012 : 39) aktiva tetap adalah harta atau kekayaan perusahaan yang digunakan dalam
jangka panjang lebih dari satu tahun.
Menurut Rudianto dalam buku Pengantar Akuntansi (2008 : 4) aktiva tetap adalah barang berwujud milik
perusahaan yang sifatnya relatif permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, tidak untuk
diperjualbelikan.
Menurut Soemarsono dalam buku Akuntansi Suatu Pengantar (2005 : 20) aktiva tetap adalah aktiva
berwujud (tangible fixed assets) yang : (1) masa manfaatnya lebih dari satu tahun; (2) digunakan dalam kegiatan
perusahaan; (3) dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan, serta (4) nilainya cukup
besar.
Menurut Sugiri dalam buku Akuntansi Pengantar 2 (2009 : 137) aktiva tetap adalah asset berwujud yang
tujuan pemilikannya adalah untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan
kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
2. Jenis Aktiva Tetap
Aktiva tetap berwujud yang dimiliki oleh suatu perusahaan bisa berupa: tanah, bangunan, mesin dan alat-alat
pabrik, meubel dan alat-alat kantor, kendaraan dan alat-alat kantor dan sebagainya.
Ditinjau dari umurnya aktiva tetap dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Aktiva tetap yang umur atau masa kegunaannya tidak terbatas. Termasuk dalam kelompok aktiva ini ialah; tanah
yang dipakai sebagai tempat kedudukan bangunan pabrik dan bangunan kantor, tanah untuk pertanian dan lain-lain
yang semacamnya. Terhadap aktiva tetap yang mempunyai masa kegunaan yang tidak terbatas tidak dilakukan
penyusutan atas harga perolehannya, karena manfaatnya tidak akan berkurang di dalam menjalankan fungsinya
selama jangka waktu yang tidak terbatas.
2. Aktiva tetap yang umur atau masa kegunaannya terbatas, dan dapat diganti dengan aktiva sejenis apabila masa
kegunaanya telah berakhir. Termasuk dalam kelompok aktiva ini antara lain : bangunan, mesin dan alat-alat pabrik,
meubel dan alat-alat kantor, kendaraan dan alat-alat transport dan lain sebagainya. Karena manfaat yang diberikan di
dalam menjalankan fungsinya semakin berkurang atau terbatas jangka waktunya, maka harga perolehan aktiva ini
harus disusut selama masa kegunaannya,
3. Aktiva tetap yang umur atau masa kegunaannya terbatas, dan tidak dapat diganti dengan aktiva sejenis apabila
masa kegunaanya telah habis. Termasuk dalam kelompok ini: misalnya sumber-sumber alam seperti tambang, hutan
dan lain sebagainya atau biasa disebut aktiva sumber alam. Sumber alam akan semakin habis melalui kegiatan
eksploitasi sumber tersebut, oleh sebab itu harga perolehan aktiva sumber alam harus dialokasikan kepada periode-
periode di mana sumber-sumber itu memberikan hasilnya.
Ditinjau dari mobilitasnya, aktiva tetap dibedakan menjadi dua golongan , yaitu:
1. Aktiva tetap berwujud bergerak, yaitu aktiva tetap berwujud yang dapat dengan mudah berpindah atau
dipindahkan. Misalnya kendaraan, perlengkapan dan sebagainya,
2. Aktiva tetap berwujud tidak bergerak, misalnya tanah, gedung dan sebagainya.
Ditinjau dari undang-undang perpajakan, aktiva tetap dibedakan menjadi empat golongan, yaitu:
1. Golongan I, yaitu aktiva tetap selain bangunan yang mempunyai umur ekonomis sampai 4 tahun, misalnya:
peralatan, mebel, kendaraan, dan truk ringan
2. Golongan II, yaitu aktiva tetap selain bangunan yang mempunyai umur ekonomis diatas 4 tahun, misalnya:
mebel dan peralatan yang terbuat dari logam, truk berat, mobil tangki, dll
3. Golongan III, yaitu aktiva tetap selain bangunan yang mempunyai umur ekonomis antara 8 sampai 20 tahun,
misalnya: mesin-mesin yang menghasilkan peralatan, mesin produksi, dll
4. Golongan IV, yaitu aktiva tetap berwujud yang berupa tanah dan bangunan.

C. METODE PEROLEHAN AKTIVA TETAP
Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan dapat diperoleh dengan beberapa cara dimana masing-masing cara
akan menimbulkan masalah akuntansi tersendiri, terutama yang berhubungan dengan penentuan atau penilaian harga
perolehan dari aktiva tetap tersebut.
Proses perolehan aktiva tetap yang dimaksud adalah mulai sejak pembelian, pengangkutan, pemasangan
sampai aktiva tetap tersebut siap untuk dipakai dalam kegiatan perusahaan. Harga perolehan diukur dengan kas yang
dibayarkan pada suatu transaksi secara tunai. Dalam hal aktiva tidak dibayar dengan kas, maka harga perolehan
ditetapkan sebesar nilai wajar dari aktiva yang diperoleh atau aktiva yang diserahkan, yang mana yang lebih layak
berdasarkan bukti atau data yang tersedia. Apabila harga perolehan telah ditetapkan, maka harga perolehan tersebut
akan menjadi dasar untuk akuntansi selama masa pemakaian aktiva yang bersangkutan. Akuntansi tidak mengakui
pemakaian harga pasar atau harga pengganti selama pemakaian suatu aktiva tetap.
Dari definisi diatas, terdapat dua unsur pembentuk harga perolehan suatu aktiva tetap, yaitu:
1. Unsur pokok pembentuk harga perolehan aktiva tetap, yaitu sebesar nilai sumber ekonomis yang
diserahkan/dikorbankan pada saat terjadinya peralihan hak kepemilikan suatu aktiva atau sebesar nilai taksiran yang
ditetapkan pada saat perolehan aktiva yang bersangkutan. Unsur pokok ini sangat tergantung pada proses perolehan
hak kepemilikan, mungkin proses perolehan hak kepemilikan dilakukan dengan cara jual beli tunai, jual-beli
angsuran, leasing, hibah, atau membuat sendiri. Dengan begitu yang dapat diperhitungkan sebagai unsur harga
perolehan suatu aktiva antara lain; harga beli, nilai tunai dari suatu angsuran, taksiran harga pasar ataupun biasa
berdasarkan kebijakan pimpinan atau ekspertis.
2. Unsur tambahan pembenruk harga perolehan, yaitu segala pengorbanan ekonomis yang dapat diatribusikan secara
langsung, yang timbul mulai saat persiapan pembelian.pembuatan sampai dengan aktiva tetap yang bersangkutan
dinyatakan siap digunakan dalam kegiatan usaha sehari-hari.
Adapun jenis-jenis perolehan aktiva tetap antara lain:
1. Pembelian Tunai
Aktiva tetap yang dibeli secara tunai dicatat sebesar uang yang dikeluarkan untuk pembelian aktiva tetap tersebut
ditambah dengan biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan pembelian aktiva dikurangi potongan harga
yang diberikan, baik karena pembelian partai besar maupun karena pembayaran yang diperbesar. Tetapi jika
potongan harga tidak dimanfaatkan maka jumlah yang harus dibayar adalah jumlah harga pembelian bruto.
Potongan tunai yang tidak dimanfaatkan diperlakukan sebagai rugi atau biaya bunga. Kerugian sebagai akibat tidak
dimanfaatkannya potongan tunai ini dilaporkan dilaporan laba-rugi dalam kelompok rugi dan biaya lain-lain.
2. Pembelian Secara Kredit Jangka Panjang
Kebanyakan transaksi pembelian aktiva diperoleh dengan kredit jangka panjang. Pada dasarnya penentuan harga
perolehan aktiva tetap dengan pembelian secara kredit sama dengan pembelian secara tunai, sehingga besarnya
harga perolehan tersebut tidak termasuk bunga. Bunga yang ditimbulkan atas pembelian angsuran harus dikeluarkan
dari harga perolehan dan dinyatakan sebagai biaya bunga pembebanan.
Menurut Sugiri (2009 : 140) terdapat dua jenis bunga yang bisa timbul dari transaksi pembelian aktiva tetap secara
kredit, yaitu bunga eksplisit dan bunga implisit. Bunga eksplisit adalah bunga yang ditetapkan secara terus terang,
sedangkan bunga implisit adalah tingkat bunga yang ditetapkan tidak terus terang. Kadang-kadang penjual
menetapkan harga pembelian dengan jumlah yang sudah memperhitungkan bunga di dalamnya, tetapi tidak
dinyatakan berapa persen bunganya.
3. Pembelian Angsuran
Harga perolehan aktiva tetap yang didapat dari transaksi pembelian angsuran diukur dengan jumlah uang (harga)
yang dibayarkan apabila aktiva itu dibeli secara tunai (cash equivalent price). Unsur bunga dan financing cost yang
terdapat di dalamnya harus dikeluarkan dan diperlakukan sebagai biaya dalam periode di mana pembayaran itu
terjadi. Jika di dalam harga kontrak pembelian tidak secara spesifik dinyatakan adanya bunga yang dibebankan,
maka pada dasarnya unsur bunga itu harus diperhitungkan dan dikurangkan dari harga kontrak di dalam menentukan
harga perolehan aktiva tetap yang bersangkutan.
4. Aktiva Tetap yang Didapat dari Donasi dan Penemuan
Aktiva tetap dapat pula diperoleh dari sumbangan, misalnya dari pemerintah atau dari lembaga lain. Meskipun untuk
memperoleh sumbangan ini tidak ada pengorbanan, akuntansi akan mencatatnya karena akuntansi merupakan alat
pertanggungjawaban. Apabila mengikuti prinsip harga perolehan, semestinya harga perolehan asset dari sumbangan
ini adalah nihil sehingga tidak perlu dicatat. Namun penyimpangan terhadap prinsip harga perolehan dibenarkan
untuk mencatat aktiva dari sumbangan. Aktiva tetap dari sumbangan didebet, dan akun lawannya adalah modal
sumbangan. Nilainya adalah sebesar nilai wajar pada saat sumbangan tersebut diterima.
5. Aktiva Tetap yang Dibangun Sendiri
Harga perolehan aktiva tetap yang dibangun sendiri oleh perusahaan (tidak dibeli dari pihak luar) meliputi (i) biaya
bahan bangunan yang dipakai, (ii) upah tenaga kerja langsung, dan (iii) biaya-biaya pemakaian lain seperti
pemakaian listrik dan depresiasi asset tetap perusahaan yang digunakan untuk membangun. Kadang-kadang untuk
membiayai pembangunan asset tetap digunakan dana dari pinjaman. Bunga yang menjadi tanggungan perusahaan
atas penggunaan dana dari pinjaman dapat dimasukkan sebagai unsure biaya perolehan. Namun besarnya bunga
yang dimasukkan sebagai unsure biaya perolehan hanyalah bunga selama masa konstruksi. Jika setelah masa
konstruksi pinjaman belum lunas, maka biaya bunganya dibebankan sebagai biaya periodik dalam laporan laba-rugi
di kelompok biaya di luar usaha.
Jumlah pengorbanan untuk membangun sendiri aktiva tetap boleh jadi lebih kecil ketimbang jumlah harga apabila
aktiva tetap itu dibeli dari luar. Penghematan yang diperoleh karena membangun sendiri tidak boleh diakui sebagai
untung.
6. Aktiva Tetap yang Diperoleh Secara Pertukaran
Aktiva tetap dapat diperoleh dengan cara pertukaran dengan aktiva tetap lainnya. Harga perolehan atas aktiva yang
didapat diukur dengan harga pasar (fair market value) dari aktiva yang diserahkan (dilepaskan) sebagai alat
penukarnya. Rugi-laba pertukaran harus diakui, apabila terdapat perbedaan antara nilai buku dengan harga pasar
aktiva tetap yang diserahkan di dalam transaksi tersebut.
Apabila penentuan harga pasar aktiva tetap yang diserahkan dalam transaksi ini sulit ditentukan, maka harga
perolehan aktiva tetap yang didapat diukur dengan harga pasar aktiva itu sendiri. Apabila dalam transaksi
pertukaran itu disertai dengan pembayaran uang tunai disamping penyerahan aktiva tetap (lama) maka harga
perolehan aktiva tetap yang didapat, adalah jumlah harga pasar aktiva lama ditambah dengan jumlah uang yang
dibayarkan.
Pertukaran dengan aktiva tetap lainnya dapat dibagi dua jenis, antara lain:
1. Pertukaran aktiva tetap yang sejenis
Yang dimaksud dengan pertukaran aktiva tetap yang sejenis adalah pertukaran aktiva tetap yang fungsi dan sifatnya
sama, seperti mesin produksi X dengan mesin produksi Y. Pencatatan atas transaksi ini didasarkan pada harga pasar
aktiva tetap yang dilepaskan.
2. Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis
Yang dimaksud dengan pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis adalah pertukaran aktiva tetap yang sifat dan
fungsinya tidak sama, seperti pertukaran tanah dengan mesin-mesin, tanah dengan gedung, dan lain-lain. Dalam hal
pertukaran terjadi antaraktiva yanag sejenis, maka yang dipakai sebagai dasar pencatatannya adalah nilai buku
dari aktiva yang bersangkutan.

D. METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP
Menurut Soemarsono (2005 : 24) penyusutan adalah pengakuan adanya penurunan nilai aktiva tetap
berwujud.
Menurut Sugiri (2009 : 158) penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu
asset selama umur manfaatnya.
Penyusutan adalah proses pengalokasian harga perolehan, bukan proses penilaian aktiva tetap. Pengalokasian
harga perolehan diperlukan agar dapat dilakukan perbandingan yang tepat antara pendapatan dengan biaya.
Perubahan harga aktiva tetap yang terjadi di pasar, tidak perlu dicatat dalam pembukuan perusahaan karena aktiva
tetap dimiliki perusahaan untuk digunakan, bukan untuk di jual kembali. Oleh karena itu nilai buku aktiva (harga
perolehan dikurangi akumulasi depresiasi), biasanya sangat berbeda dengan harga pasar aktiva yang bersangkutan.
Selama masa pemakaian, kemampuan suatu aktiva untuk menghasilkan pendapatan dan jasa biasanya
semakin menurun baik secara fisik maupun fungsinya. Penurunan karena faktor fisik terjadi karena pemakaian dan
keausan, sehingga secara fisik aktiva tetap terlihat menurun. Penurunan dari segi fungsi adalah karena aktiva
menjadi tidak memadai dan ketinggalan jaman. Suatu aktiva dikatakan tidak lagi memadai, jika aktiva tersebut tidak
dapat memenuhi kebutuhan saat ini dan di masa datang.
Pengakuan atas depresiasi aktiva tetap tidak berakibat adanya pengumpulan kas untuk mengganti aktiva lama
dengan aktiva yang baru. Saldo rekening akumulasi depresiasi menggambarkan jumlah depresiasi yang dibebankan
sebagai biaya, bukan menggambarkan dana yang telah dihimpun.
Ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan besarnya biaya depresiasi setiap periode
antara lain:
1) Harga Perolehan (Cost)
Yaitu uang yang dikeluarkan atau hutang yang timbul dan biaya-biaya yang terjadi dalam pemerolehan suatu aktiva
dan menempatkannya agar dapat digunakan.
2) Nilai Sisa (Residu)
Nilai sisa suatu aktiva yang didepresiasi adalah jumlah yang diterima bila aktiva tersebut sudah tidak dapat
digunakan lagi, dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat menjual atau menukarnya.
3) Taksiran Umur
Taksiran umur kegunaan aktif dipengaruhi oleh cara-cara pemeliharaan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
dianut dalam reparasi. Taksiran umur ini biasanya dinyatakan dalam satuan periode waktu, satuan hasil produksi
atau satuan jam kerjanya.
Menurut Soemarsono, ( 2005 : 25) ada dua faktor yang mempengaruhi besarnya penyusutan. Dua faktor itu
adalah nilai aktiva tetap yang digunakan dalam penghitungan penyusutan (dasar panyusutan) dan taksiran manfaat.
Ada beberapa cara untuk menghitung penyusutan, yaitu:
1. Metode Garis Lurus
2. Metode Saldo Menurun
3. Metode Jumlah Angka Tahun
4. Metode Unit Produksi
Setiap metode tersebut digunakan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum, dan manajemen
dapat memilih salah satu dari metode yang dianggap paling sesuai. Apabila suatu metode tertentu telah dipilih, maka
metode tersebut harus diterapkan secara konsisten sepanjang masa aktiva yang bersangkutan, sehingga laporan
keuangan dari periode ke periode dapat diperbandingkan. Apabila dalam satu periode dimana metode penyusutan
berubah, pengaruh perubahan harus dikuantifikasikan dan alasan perubahan harus diungkapkan. Namun perusahaan
tidak harus hanya menggunakan satu metode penyusutan saja untuk semua aktiva tetap yang dimiliki. Perusahaan
dapat menggunakan metode garis lurus untuk salah satu kelompok aktiva tetap dan metode saldo menurun untuk
kelompok aktiva yang lain.
1. Metode Garis Lurus
Metode ini merupakan metode perhitungan yang paling sederhana dan banyak digunakan oleh organisasi
perusahaan. Cara ini memberikan beban depresiasi yang konstan pada setiap periode akuntansi selama masa manfaat
dari aktiva tetap yang bersangkutan.
Perhitungan depresiasi dengan metode garis lurus ini didasarkan pada anggapan-anggapan berikut :
Kegunaan ekonomis dari suatu aktiva akan menurun secara proporsional setiap periode
Biaya reparasi dan pemeliharaan tiap-tiap periode jumlahnya relatif tetap
Kegunaan ekonomis berkurang karena lewatnya waktu
Penggunaan (kapasitas) aktiva tiap-tiap relatif tetap
2. Metode Saldo Menurun Ganda
Pada metode ini, biaya depresiasi dari tahun ke tahun semakin menurun. Hal ini terjadi karena perhitungan biaya
depresiasi periodik didasarkan pada nilai buku (harga perolehan dikurangi dengan akumulasi depresiasi) aktiva yang
semakin menurun dari tahun ke tahun. Metode ini merupakan metode depresiasi yang dihitung dengan mengalihkan
nilai buku aktiva pada awal periode dengan dua kali tarif garis lurus. Nilai buku pada awal tahun pertama adalah
sama dengan harga perolehan aktiva, sedangkan pada tahun-tahun berikutnya, nilai buku adalah selisih antara harga
perolehan dengan akumulasi depresiasi pada awal tahun. Berbeda dengan metode lainnya, pada metode ini nilai
residu tidak diperhitungkan. Akan tetapi, nilai residu akan menjadi batas jumlah depresiasi yang akan dilakukan.
Depresiasi akan berakhir apabila nilai buku telah mencapai jumlah yang sama dengan atau mendekati taksiran nilai
residu.
3. Metode Jumlah Angka Tahun
Metode jumlah angka tahun akan menghasilkan biaya depresiasi yang lebih pada tahun-tahun awal dan semakin
kecil pada tahun-tahun akhir. Oleh karena itu, metode ini juga termasuk dalam metode depresiasi yang dipercepat.
Metode ini disebut jumlah angka-angka tahun karena tarif depresiasinya didasarkan pada suatu pecahan yang:
Pembilangnya adalah tahun-tahun pemakaian aktiva yang masih tersisa sejak awal tahun ini
Penyebutnya adalah jumlah tahun-tahun sejak tahun pertama hingga tahun pemakaian akhir
4. Metode Satuan Kegiatan/Hasil/Jam kerja
Dalam metode suatu hasil, masa pemakaian aktiva yang dinyatakan dengan jangka waktu, melainkan dengan jumlah
satuan (unit) yang dapat dihasilkan oleh aktiva yang bersangkutan. Metode ini cocok digunakan untuk depresiasi
mesin pabrik, karena hasil suatu mesin dapat diukur satuannya. Metode ini dapat juga didasarkan pada jam kerja
mesin atau jam kerja operator yang menangani mesin. Metode ini dapat digunakan juga untuk peralatan angkutan
(diukur dengan jarak yang ditempuh) atau peralatan kantor tertentu (diukur dengan jam pemakaian). Namun
demikian metode ini tidak tepat digunakan pada gedung atau mebel, karena untuk aktiva semacam ini depresiasi
lebih merupakan fungsi waktu (bukan kegiatan), dan satuan hasilnya sukar untuk diukur. Oleh karena itu dalam
metode ini yang perlu ditaksir adalah jumlah satuan hasil yang diperkirakan dapat dihasilkan oleh aktiva. Taksiran
satuan hasil ini dipakai untuk membagi harga perolehan depresiasi, sehingga dapat ditentukan depresiasi per tahun
hasil. Angka depresiasi per unit hasil ini kemudian dikalikan dengan jumlah satuan hasil sesungguhnya pada satru
tahun, sehingga dapat diterapkan depresiasi untuk tahun yang bersangkutan.

E. PENGELUARAN SELAMA MASA PEMAKAIAN AKTIVA TETAP
Selama penggunaan aktiva tetap kita tidak dapat menghindarkan diri dari pengeluaran-pengeluaran untuk
aktiva tetap itu, seperti pengeluaran untuk reparasi rutin, penambahan atau perbaikan. Pengeluaran-pengeluaran
tersebut perlu diketahui dan dianalisis kerena kemungkinan pengaruhnya terhadap harga pokok akhirnya akan
mempengaruhi penyusutan.
Reparasi rutin adalah pengeluaran untuk mempertahankan agar aktiva tetap beroperasi dengan efisien dan
dapat mencapai masa pemakaian yang diharapkan. Biaya reparasi rutin umumnya tidak besar jumlahnya, tetapi
terjadi berulang-ulang selama masa pemakaian aktiva.
Penambahan dan perbaikan adalah pengeluaran yang meningkatkan efisiensi operasi, kapasitas produksi, atau
masa pemakaian aktiva. Pengeluaran semacam ini biasanya cukup besar jumlahnya dan relatif jarang terjadi selama
masa pemakaian aktiva. Suatu penambahan biasanya mengakibatkan bertambah besarnya fasilitas fisik dan kapasitas
produksi. Penambahan dicatat dengan mendebet rekening aktiva yang mengalami penambahan akibat pengeluaran
tersebut. Sedangkan perbaikan bisa dilakukan dalam berbagai macam bentuk . Kadang-kadang suatu perbaikan
merupakan penggantian suatu subbagian dari suatu aktiva produktif dengan unit yang baru.
Menurut Soemarsono (2005 : 50-52) pengeluaran aktiva tetap dapat dikelompokkan menjadi dua macam,
antara lain:
a. Pengeluaran Modal (capital expenditures)
Pengeluaran modal adalah pengeluaran-pengeluaran yang harus dicatat sebagai aktiva (dikapitalisir). Pengeluaran-
pengeluaran yang akan mendatangkan manfaat lebih dari satu periode akuntansi termasuk dalam kategori ini.
Demikian juga halnya dengan dengan pengeluaran-pengeluaran yang akan menambah efesiensi, memperpanjang
umur aktiva atau meningkatkan kapasitas atau mutu produksi.
Pengeluaran-pengeluaran modal dapat dicatat sebagai debet pada akun: (a) aktiva atau; (b) akumulasi penyusutan.
Pengeluaran-pengeluaran untuk penambahan dan penggantian, pada umumnya dicatat dalam akun aktiva.
Pengeluaran untuk perbaikan besar-besaran yang akan memperpanjang umur aktiva dicatat sebagai debet pada akun
akumulasi penyusutan.

b. Pengeluaran Pendapatan (revenue expenditures)
Pengeluaran pendapatan adalah pengeluaran-pengeluaran yang akan mendatangkan manfaat untuk tahun di mana
pengeluaran tersebut dilakukan. Oleh karena itu, pengeluaran pendapatan akan dicatat sebagai beban. Pengeluaran
untuk pemeliharaan dan perbaikan rutin merupakan contoh dari pengeluaran ini.

F. PENGHENTIAN PEMAKAIAN AKTIVA TETAP
Menurut Giri dalam buku Akuntansi Keuangan Menengah 1 (2012 : 234-235) ada beberapa transaksi yang
menghentikan pemakaian aset tetap, yaitu: (a) transaksi penjualan aset tetap, (b) berakhirnya masa manfaat aset tetap
, dan (c) pertukaran dengan aset lain.
a. Penjualan Aset Tetap
Jika penggunaan aset tetap tertentu dihentikan, rekening-rekening yang bersangkutan dengan aset tetap tersebut
harus dihapuskan. Jika penghentian disebabkan transaksi penjualan, selisih antara harga jual dengan nilai buku aset
tetap yang tersisa harus diakui sebagai laba atau rugi. Jika nilai buku aset lebih kecil dibandingkan dengan kas/aset
lain yang diterima, timbul keuntungan. Sebaliknya jika nilai buku aset lebih besar dibandingkan dengan kas/aset lain
yang diterima, timbul kerugian.
b. Berakhirnya Masa Manfaat Aset Tetap
Apabila aset tetap dihentikan karena berakhirnya masa manfaatnya, semua akun yang berkaitan dengan aset tetap
tersebut harus dihapus. Dalam transaksi ini, saat aset tetap dihentikan masa pemakaiannya masih memiliki nilai
residu, harus diakui sebagai rugi penghentian aset tetap.
c. Pertukaran Dengan Aset Lain
Harga pertukaran aset tetap yang didapat melalui pertukaran dengan surat berharga diukur dengan jumlah uang yang
dapat direalisasikan apabila surat berharga tersebut dijual. Jika harga pasar surat-surat berharga tidak dapat
ditentukan , harga pasar aset tetap yang diperoleh menjadi dasar pencatatan aset yang bersangkutan. Jika harga pasar
kedua aset tersebut tidak ada maka aset tetap tersebut harus ditaksir oleh pihak yang independen, misalnya oleh
penilai (appraiser).

G. HUBUNGAN AKTIVA TETAP DENGAN PENINGKATAN LABA PERUSAHAAN
Menurut Skousen dan Stice (2011 : 27) laba adalah suatu kenaikan dalam entitas (atau aktiva neto) dari
peripheral atau transaksi insidental sebuah entitas dan dari semua transaksi lain dan peristiwa lain serta keadaan
yang mempengaruhi entitas kecuali yang terjadi dari pendapatan( revenue) atau investasi oleh para pemilik.
Dalam laporan rugi-laba, biaya yang dikaitkan dengan penggunaan aktiva tetap seperti biaya depresiasi dan
biaya pemeliharaan merupakan salah satu komponen biaya yang cukup tinggi. Semakin tinggi biaya depresiasi
aktiva tetap sebuah perusahaan, laba akan semakin berkurang. Sebaliknya semakin rendah biaya depresiasi, maka
akan semakin besar laba yang diperoleh perusahaan. Selain biaya depresiasi, biaya lain dari komponen aktiva tetap
yang dapat mengurangi laba adalah biaya pemeliharaan, pajak bumi dan bangunan (PBB) serta pajak kendaraan
bermotor.
Untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap sepenuhnya maka digunakan
rumus rasio fixed assets turn over , yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan
dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Untuk mencari rasio ini, caranya adalah membandingkan antara
penjualan bersih dengan total aktiva tetap dalam satu periode. Apabila perbandingannya meningkat dari tahun ke
tahun berarti perusahaan telah mampu memaksimalkan kapasitas aktiva tetap yang dimilikinya. Sebaliknya apabila
menurun, maka perusahaan belum mampu memanfaatkan kapasitas aktiva tetapnya.

H. HIPOTESIS
Hipotesis adalah dugaan sementara yang dianggap benar tapi masih memerlukan pembuktian.
Berdasarkan masalah diatas, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: diduga bahwa kebijakan
pengadaan aktiva tetap yang diterapkan PT Sermani Steel Makassar belum menunjang peningkatan laba usaha.



III. METODE PENELITIAN
A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Lokasi yang dijadikan tempat penelitian penulis adalah di PT. XYZ yang berlokasi di Jakarta dengan waktu
yang akan digunakan adalah kurang lebih 2 bulan.

B. JENIS DAN SUMBER DATA
1. Jenis Data
a. Data Kualitatif, yaitu data yang diperoleh berupa keterangan-keterangan yang mendukung penulisan ini yang
diperoleh dari hasi wawancara, maupun dokumen/arsip perusahaan berupa gambaran umum perusahaan, dan
srtuktur organisasi.
b. Data Kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka yang dapat diperoleh melalui dokumen perusahaan seperti
data operasional perusahaan dan laporan keuangan perusahaan.
2. Sumber Data
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung pada PT. XYZ
b. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pembahasan dari luar
perusahaan, seperti buku-buku atau referensi lain yang mendukung dalam penulisan ini.

C. METODE PENGUMPULAN DATA
Untuk memperoleh informasi yang sebaik-baiknya dengan asumsi agar sasaran dalam penulisan dapat tercapai,
maka penulis akan menggunakan metode penelitian sebagai berikut:
a. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung di lokasi untuk
memperoleh data yang akurat,
b. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada pimpinan dan
pegawai PT XYZ
c. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan mengumpulkan dokumen-dokumen perusahaan serta arsip-arsip
perusahaan yang ada kaitannya dengan masalah yang akan dibahas.

D. METODE ANALISIS
Untuk membuktikan hipotesis yang diajukan maka penulis akan menganalisa dengan menggunakan metode
deskriptif komparatif yaitu metode yang membandingkan metode yang digunakan perusahaan dengan metode yang
sesuai dengan peraturan yang berlaku.

E. DEFINISI OPERASIONAL
Untuk mendapatkan pemahaman yang jelas dan tidak menimbulkan menafsirkan yang berbeda-beda mengenai
penelitian ini, maka setiap variable perlu adanya batasan pengertian dan definisi operasional sebagai berikut:
1. Pengertian akuntansi adalah seni mencatat, mengidentifikasi, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi, bagi
pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi.
2. Aktiva tetap adalah asset berwujud yang tujuan pemilikannya adalah untuk digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, tidak untuk dijual
kembali, dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode
3. Penyusutan adalah pengakuan adanya penurunan nilai aktiva tetap berwujud.
4. Laba adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan atas usahanya.


DAFTAR PUSTAKA
Agoes Sukrisno dan Estralita Trisnawati. 2010. Akuntansi Perpajakan Edisi 2 Revisi. Jakarta: Salemba Empat
Akbar Rusdi. 2004. Akuntansi Pengantar. Jogjakarta: UPP STIM YKPN
Diana Anastasia dan Lilis Setiawati. 2010. Sistem Informasi Akuntansi. Jogjakarta: Andi Jogjakarta
Dunia Firdaus A. 2010. Ikhtisar Lengkap Pengantar Akuntansi Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
Giri Efraim Ferdinan. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah 1. Jogjakarta: UPP STIM YKPN
Hery dan Widyawati Lekok. 2011. Akuntansi Keuangan Menengah 2. Jakarta: Bumi Aksara
Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia
Ismail. 2010. Akuntansi Bank. Surabaya: PT Kencana
Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. PT RajaGrafindo Persada : Jakarta
Rudianto. 2008. Pengantar Akuntansi. Jakarta: Erlangga
Skousen Fred, Stice Earl K dan Stice James D. 2011. Akuntansi Keuangan Menengah. Jakarta : Salemba Empat
Soemarso. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar Buku 1. Edisi Kelima. Jakarta : Salemba Empat
Soemarso. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar Buku 2. Edisi Kelima. Jakarta : Salemba Empat
Sugiri Slamet . 2009. Akuntansi Suatu Pengantar 2. Edisi Kelima. Jogjakarta : UPP STIM YKPN

Você também pode gostar