Você está na página 1de 16

Identifikasi lapisan batubara dari segi geokimia

anorganik
Darmawan Sumardi
Totok Darijanto
Jurusan Teknik Pertambangan, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10 Bandung, 40132; Tel. !022"#2$0 0%&%, 'a(.
!022"#2$0 143&
Masuk: Desember 1998; revisi masuk: Februari 1999; diterima: Juni 1999
1 Pendahuluan
Beberapa jenis unsur dapat menjadi parameter identifikasi lapisan yang berguna
dalam korelasi stratigrafi lapisan dan menunjukkan kecenderungan jenis mineral
serta asosiasinya dengan golongan maseral. Kelimpahan unsur jejak V, Ni, Cr, Co,
Mo, Cu, Zn, b, Mn, !n, !r, Ba, Cd, "s, dan "g #dari analisis kimia abu batubara$
serta beberapa unsur yang umumnya bukan tergolong jejak, yaitu !i, "l, Ca, Mg, %e,
Na, dan K #dari analisis kimia fraksi batubara$ dalam lapisan batubara, dapat
digunakan sebagai parameter identifikasi lapisan batubara.
enelitian ini dilakukan pada satu lapisan batubara tertentu yang terdapat pada urutan
lapisan batubara (coal measure) dalam %ormasi Balikpapan, cekungan Kutei,
Kalimantan &imur #'ambar ($. enentuan kelimpahan unsur ditentukan pada )
percontoh inti*bor, tersebar sepanjang (+,, m dalam arah jurus lapisan.
-ntuk mengetahui kecenderungan asosiasi mineral dengan golongan maseral,
percontoh ukuran *(,, mesh dipisahkan menjadi fraksi dengan rapat massa . (,/)
g0cc, (,/) g0cc * (,+) g0cc, (,+) * (,1) g0cc, dan 2 (,1) g0cc dengan menggunakan
prosedur sink and float. erbedaan kelimpahan unsur yang ditentukan pada abu dan
batubara diharapkan dapat menunjukkan kecederungan asal organik atau anorganik
#dari mineral$ dari unsur tersebut.
"sal organik atau anorganik dari unsur jejak yang ditentukan pada abu dilakukan
dengan menggunakan analisis korelasi statistik, berdasarkan data umum peneliti
terdahulu. 3dentifikasi lapisan memakai unsur jejak ini ditentukan dengan analisis
principal component.
Gambar 1 eta sketsa geologi dengan struktur daerah 4elta Mahakam #!umber5
6amilton, (78($
golongan maseral hasil prosedur sink and float dilakukan dengan menggunakan
korelasi statistik. Berbagai data hasil analisis statistik dapat menghasilkan suatu
sintesis tentang kemungkinan lingkungan geokimia yang mempengaruhi kelimpahan
unsur jejak maupun yang umum terdapat sebagai bahan mineral serta asosiasinya
dengan golongan maseral selama proses susut laut dan genang laut.
2 Metodologi penelitian
2.1 Tinjauan umum
-nsur kimia anorganik dalam batubara mencakup unsur dari tanaman asal, unsur
yang terikat pada molekul organik sebelum tanaman mati, maupun unsur yang terikat
dalam molekul organik atau mengisi lubang antarbahan organik setelah tanaman mati
menjadi gambut sampai dengan akhir diagenesis batubara #Bouska, (78($. "sal unsur
dapat diketahui dari jenis mineral yang akan tampak dalam mikroskop untuk bahan
bukan tanaman dan yang tidak terikat pada molekul organik. -nsur*unsur tersebut
akan terdapat dalam abu batubara setelah pembakaran.
Kelimpahan unsur anorganik dalam batubara umumnya tergolong kecil sekali dan
disebut unsur jejak (trace element). Menurut Co9, et al. #(7:7$ unsur tergolong unsur
jejak apabila terkonsentrasi dalam batuan lebih kurang sebesar beberapa ribu ppm;
menurut <ollinson #(77)$ berjumlah . ,,(= #(,,, ppm$ berat; dan menurut
"bernethy, > 'ibson #(7?+$ apabila konsentrasinya tidak lebih dari ,,,( = #(,,
ppm$ berat.
Kandungan unsur jejak dalam batubara pada umumnya dinyatakan dalam ppm atau
= untuk keseluruhan tebal satu lapisan hasil rerata gabungan nilai ppm percontoh
selang #misalnya per meter$ tebal lapisan. -nsur itu disebut tersebar homogen
apabila kelimpahannya dalam selang*selang tegak dari tebal lapisan sama besarnya,
dan tidak homogen apabila ber@ariasi. Kehomogenan unsur tadi menunjukkan bahAa
mineral yang terdiri dari unsur tadi telah terdeposisi sebelum diagenesis
#pradiagenesis$ gambut, dan @ariasi unsur menunjukkan bahAa pembentukan mineral
terjadi selama diagenesis.
"nalisis kimia cara basah pada batubara pada umumnya hanya mendeteksi unsur
jejak dari padatan kristalin #mineral detritus$ atau garam dalam air pori, serta yang
terserap pada koloid lempung, karena unsur yang terikat pada molekul senyaAa
organik #yaitu kerogen$ tidak larut dengan asam organik. !ementara itu, pada abu
dapat sekaligus juga dideteksi unsur yang terikat pada molekul organik.
erbedaan antara kandungan total unsur dengan kandungan yang berasal dari mineral
tadi akan lebih nyata untuk batubara yang rendah peringkatnya #Bard, (781$, karena
unsur dalam bentuk non*kristalin akan lebih banyak dalam batubara peringkat
rendah. Nilai kandungan unsur dari analisis kimia pada batubara dapat cocok dengan
yang ada pada abu batubara dengan memakai faktor koreksi0kalibrasi #6arris, et al.
(78($. Kandungan unsur pada abu batubara juga dipakai oleh 4orsey > Kopp #(78)$
untuk membuat studi banding antara unsur dalam batubara dengan sedimen klastik di
atap batubara.
2.2 Prosedur penelitian
ercontoh inti bor #'ambar /$ satu lapisan tertentu pada bagian litotip cerah berpita
dibagi menjadi / selang tebal, yaitu atas dan baAah untuk B*(, B*+, B*1, dan B*
) serta menjadi + #atas, tengah, dan baAah$ untuk B*/. Masing*masing diperkecil
ukuran fragmennya menjadi ( cm dengan menggunakan palu. !eparuh dari masing*
masing selang tebal itu disimpan untuk arsip. -kuran butir percontoh selanjutnya
diperkecil menjadi * (,, mesh. ercontoh berasal dari satu lapisan yang sama
didasarkan antara lain pada korelasi secara petrologi antara batuan atas dan baAah
batubara dan kesamaan tebal batubara.
-ntuk memisahkan menjadi fraksi kaya golongan maseral digunakan /)*+) g dari
masing*masing material selang tebal #atas dasar coning dan quartering$, yaitu untuk
B*/ #+ selang tebal$ dan B*) #/ selang tebal$. -ntuk meAakili tebal satu lapisan,
percontoh selang tebal #*(,, mesh$ untuk semua kode bor atau lokasi dicampur
sehomogen mungkin. 4ari percontoh campuran ini diambil /)*+) g untuk pemisahan
fraksi dan sisanya untuk diabukan. Cenis percontoh untuk tiap Bor enelitian #kode
B$ terlihat pada 'ambar +.

Gambar 2 enyebaran titik bor percontoh
Gambar 3 Cenis percontoh untuk tiap bor penelitian
ercontoh untuk analisis kimia pada abu digerus sampai * /,, mesh, ), g diabukan
pada suhu 8),D C sampai berat material abu dalam tungku pembakaran #furnace$
menjadi konstan #ber@ariasi )*/1 jam$. emisahan batubara menjadi fraksi kaya
golongan maseral memakai prosedur sink and float dengan menggunakan larutan
tetrakhloretilien #&CE$ sebagai media pemisahan. <apat massa larutan yang
digunakan adalah (,/) g0cc,
(,+) g0cc, dan (,1) g0cc.
Kelimpahan unsur jejak "s ditentukan dengan metode kromatografi #dengan tabung
'utFeit$, untuk Mo dan V digunakan kolorimetri, dan untuk unsur lainnya digunakan
alat ""! - -nicam 7,,,. Kelimpahan unsur jejak pada fraksi kaya golongan
maseral menggunakan metode fotometri emisi nyala #Na, K$, spektrofotometri #%e,
!i, Mn, dan "l$, dan titrasi #Ca, Mg, Cu, dan Ni$. %iltrat untuk analisis kimia itu
diperoleh dari pelarutan ( g percontoh tiap fraksi dengan aGua regia ), cc, dan
dengan 6Cl. <esidu yang tersaring oleh kertas penapis merupakan komponen
organik batubara. Metodologi penelitian digambarkan pada &abel (.
Tabel 1 Metodologi enelitian
ercontoh
keseluruhan 3nti Bor
ercontoh keseluruhan dan
selang ketebalan #rinci$
(. enggerusan
sampai * /,,
mesh
(. enggerusan sampai *(,,
mesh
engabuan
suhu tinggi /. emisahan 'olongan Maseral
Kandungan
unsur #""!,
Kolorimetri$
%raksi
3 .
(,/)
#g0cc$
%raksi
33
(,/)*
(,+)
#g0cc$
%raksi
333
(,+)*
(,1)
#g0cc$
%raksi
3V 2
(,1)
#g0cc$
+. elarutan dengan asam
%iltrat <esidu
1. Kandungan unsur
#!pektofotometri$
"nalisis 6asil 4ata #!tatistik$

3 Geologi
Hapisan batubara dalam penelitian ini merupakan salah satu lapisan dalam urutan
lapisan berbatubara (coal measure) dalam %ormasi Balikpapan berumur Miosen
&engah*"tas yang terdapat di cekungan Kutei
#'ambar ($. Curus lapisan batubara dalam penelitian ini mengarah ke utara*timurlaut
dengan kemiringan /(* /)D ke barat. ada cekungan ini terdapat lipatan antiklinal
yang rapat, mengarah hampir sejajar garis*pantai Kalimantan &imur dan membentuk
antiklinorium selebar hampir ), km #"ntiklinorium !amarinda$. Hipatan*lipatan di
cekungan Kutei umumnya berarah utara*timurlaut, kecuali di !emenanjung
Mangkalihat yang berarah timur*barat.
Hokasi percontoh batubara diperoleh dari sejumlah pemboran dalam yang tersebar
memanjang baratdaya ke utara*timurlaut #lihat 'ambar /$. ada umumnya litotip
batubara yang tampak pada semua lokasi berupa batubara kusam atau serpih
batubaraan di bagian teratas dan terbaAah dari tebal batubara, di bagian tengah
merupakan batubara cerah berpita. eringkat batubara pada bagian litotip yang cerah
berpita termasuk subbitumin dan pada bagian litotip kusam mungkin termasuk lignit.
4 Hasil penelitian
4.1 Pemisahan fraksi
emisahan batubara dengan ukuran *(,, mesh menjadi fraksi dengan rapat massa
ber@ariasi itu menghasilkan fraksi 3, 33, dan 333. Berat fraksi 3 ternyata jauh lebih
sedikit daripada fraksi 33. Karena komponen batubara di Kalimantan &imur
khususnya dan di 3ndonesia pada umumnya dominan terdiri dari huminit #3lyas !.,
(77:$, maka5
(. %raksi 3 dengan rapat massa (,/)* (,+) g0cc mungkin sekali terdiri dari sedikit
huminit0@itrinit dan banyak liptinit0eksinit #kisar rapat massa @itrinit adalah
(,/?* (,1/ g0cc, Karas, et al., (78)$.
/. %raksi 33 dengan rapat massa (,+)* (,1) g0cc mungkin sekali terdiri dari
banyak huminit0@itrinit dan sedikit inertinit.
+. %raksi 333 dengan rapat massa lebih besar dari
(,1) g0cc mungkin sekali terdiri dari banyak inertinit #semifusinit$ dan
mineral.
ada pemisahan dengan cara sink and float ini tidak diperoleh fraksi dengan rapat
massa . (,/) g0cc, mungkin karena fraksi kaya liptinit0eksinit itu tenggelam masuk
ke fraksi 3.
4.2 Kelimpahan unsur jejak
Kelimpahan unsur dari analisis abu batubara dikon@ersikan ke kelimpahan dalam
batubara memakai faktor = abu #selanjutnya nilai ini disebut H
(
$. Kelimpahan unsur
dalam fraksi kaya maseral dikon@ersikan ke kelimpahan dalam batubara memakai
perataan berbobot masing*masing berat fraksi yang diperoleh dari prosedur sink and
float #selanjutnya nilai ini disebut H
/
$. Nilai kelimpahan unsur untuk H
(
dan pada
fraksi #sebelum diolah menjadi nilai H
/
$ dapat dilihat pada &abel /.
Kelimpahan unsur yang dihasilkan dari prosedur pelarutan unsur pada fraksi kaya
golongan maseral berbeda besarnya dengan hasil analisis pada abu. Nilai ppm pada
H
(
menggambarkan total kandungan satu jenis unsur yang terdapat di dalam batubara,
baik sebagai mineral yang terserap pada butir lempung, atau pada koloid bahan
organik selama diagenesis, serta sebagai logam organik maupun bahan tanaman.
Nilai H
/
lebih mencerminkan unsur dalam bentuk mineral #klastik dan autigenik$ dan
terserap pada butir mineral atau bahan lempung.
Nisbah H
(
0H
/
yang diperoleh dapat dilihat pada &abel +. &erlihat bahAa nilai H
(
0H
/
untuk unsur dalam tabel ini lebih besar dari (, menunjukkan adanya ikatan unsur ke
molekul organik.

Gambar 4 Kelimpahan unsur diurut menurut afinitas organik yang menurun
4.3 Petunjuk adana afinitas organik
Berdasarkan hasil*hasil penelitian tentang afinitas organik sebelumnya #Zubo@ic, et
al., (7?( dalam Bouska, (78($, kecenderungan nilai kelimpahan #ppm$ unsur*unsur
diurut menurut afinitas organik yang menurun #'ambar 1$. !ecara kuantitatif hal ini
didasarkan pada nilai koeffisien korelasi !pearman #r$ dengan cara mengkorelasikan
nilai kelimpahan unsur #ppm$ pada ) percontoh dengan afinitas organik sebagai satu
@ariabel yang diberi angka urut #&abel 1$.
Tabel 3 Nisbah nilai #ppm$ kelimpahan unsur batubara #H
(
0H
/
$ dari analisis pada abu
terhadap bahan fraksi kaya golongan Maseral
Per!ontoh "nsur

#l $a Mg %e Mn &a K &i $u
(. B*( ++? (() (71 8 222 (8/ 11/ /,+ /,7
/. B*/ (:? ) (++ +/ (,8 )8 77( /,+ ()
+. B*1 (: ?+ 1:) ? (,) ?7 () 18 (,/
1. B*) (7 // (,8 /1 / ()( +8/ +,) /,8
Keterangan 5 ada B*+ tidak dilakukan pemisahan menjadi fraksi
Tabel 4 Matriks korelasi antara nilai pada percontoh dengan 4erajat "finitas -nsur
#diolah dengan paket program Microstat$

"fin*
Irg
B*(
B*/
B*+ B*1 B*)
"fin*
Irg
(.,,,,,

B*( *./7(7? (.,,,,,

B*/ *.,(/?, .:?1+8 (.,,,,,

B*+ *.)(,11 .8(+/+ .8):(? (.,,,,,

B*1 *.)/+(( .(+7)8 ./8+/( .)?8() (.,,,,,

B*) *.?/??1 .:,),) .?78(: .7+/+? .?:7/8 (.,,,,,
C<3&3C"H V"H-E #(*&"3H,.,)$ J K Ir *.?:?17
C<3&3C"H V"H-E #/*&"3H,.,)$ J K0*.:)+()
N J :
4ari matriks koeffisien korelasi tersebut dapat dilihat
(. Lang terbaik yang menunjukkan afinitas organik menurun adalah kelimpahan
jenis unsur yang dikandung oleh percontoh B*) #r J *,,?/$. Lang termasuk
cukup baik adalah yang dikandung dalam percontoh B*1 #r J *,,)/$ dan B*
+ #r J *,,)($, sedangkan kelimpahan unsur dalam B*( dan B*/ tidak sesuai
dengan perilaku afinitas organik.
/. Koefisien korelasi antar percontoh termasuk baik sampai sangat baik #r J
,,)?*,,7+$, kecuali antara B*1 dengan B*( #r J ,,(1$ dan B*/ #r J ,,/8$.
Kelimpahan jenis unsur dapat dikatakan sama untuk semua percontoh,
kecuali yang ada dalam B*1.
' Pembahasan
'.1 Kelimpahan unsur jejak
4ari /( jenis unsur yang diteliti melalui analisis abu, kelimpahan unsur yang
mencolok #intra @ariasi kelimpahan$ terlihat untuk !n, yaitu (,(:*1:,,,, ppm
#koefisien @ariasi J /,(/, kesalahan mean standard J 7+,,,$, dan %e sebesar (1:,*
/:88 ppm #koefisien @ariasi J ,,+(, kesalahan mean standard J /:?,7$.
-nsur !n dapat berasal dari bahan anorganik seperti mineral sphene, biotit dalam
batuan pegmatit #areek > Banani, (78)$, dan dapat berasosiasi dalam bahan organik
#Bouska, (78($. "sosiasi !n yang erat #r J ,,:7$ hanya dengan Cr, sedangkan dengan
lainnya termasuk lemah serta berlaAanan, sehingga !n tidak berhubungan kuat
dengan sifat afinitas organik. !ebaliknya, !n dengan kelompok "l, K, dan Mg
mempunyai hubungan cukup kuat sampai kuat sekali #r J ,,?+*,,77$. Kedua hal ini
menunjukkan bahAa !n berasal dari bahan mineral detritus, sebagai !n*oksida
#kasiterit$.
Kelimpahan unsur %e di daerah penelitian tergolong rendah dibandingkan dengan
data daerah lain. Koefisien korelasi %e terhadap abu termasuk rendah #r J ,,17$
sehingga mungkin %e bukan berasal dari bahan mineral. Nilai korelasi %e dengan
unsur berafinitas organik searah #r J positif$ dan relatif tinggi dengan Co #r J ,,7:$
dan Mo #r J ,,8,$, sehingga memperkuat dugaan bahAa %e dapat berasal dari bahan
organik.
-nsur Ba mempunyai nilai kelimpahan yang termasuk rendah #(,1(*+,/( ppm$, tetapi
masih mendekati nilai minimum dalam selang nilai #(,)*+,,,, ppm$ pada lapisan
batubara di NeA !outh Bales #Bard, C.<, (781$. "sosiasi Ba dengan unsur
kelompok berafinitas organik #V, Ni, Cr, Co, Mo, Cu, dan Zn$ searah dan termasuk
cukup erat dengan V, Ni, Co #r J ,,17*,,:1$, dan termasuk sedang dengan Cu dan Cr
#r J ,,)(*,,?/$. "sosiasi dengan kelompok unsur "l, Ca, Mg, Na, K, %e #pembentuk
berbagai mineral lempung$ tidak kuat
#r J ,,(/*,,1:$, kecuali dengan Na #r J ,,71$. "nalisis data lain untuk mendukung
bahAa Ba bukan berasal dari mineral ialah dari segi substitusi Ba terhadap K.
"pabila unsur Ba #radius ion J (,11M$ mempunyai daya substitusi besar terhadap K
#radius ion (,1?M$ dari felspar, maka seharusnya ada hubungan erat antara Ba dengan
K pada saat mineral felspar terakumulasi pada gambut, atau sesudah teralterasi
menjadi mineral lempung. "danya %e karbonat #siderit, terlihat @isual pada tiap
percontoh batuan atap batubara$ menunjukkan bahAa lingkungan akumulasi gambut
yang terpendam oleh batuan atap batubara adalah reduksi. "pabila lingkungan ini
memungkinkan Ba terdapat sebagai karbonat, maka koefisien korelasinya dengan %e
akan kuat, tetapi data menunjukkan r J ,,1+ sehingga kemungkinannya kecil.
erilaku Mn #karbonat$ serupa dengan %e #karbonat$ sehingga kalau Mn diketahui
terdapat dalam bentuk karbonat #areek > Banani, (78)$, maka seharusnya koefisien
korelasi antara %e*Mn*Ba sedang sampai kuat. Koefisien korelasi yang cukup kuat #r
J ,,?,$ hanya antara Mn*Ba, sedangkan antara %e*Mn #r J ,,1+$ dan %e*Ba r J ,,1+$
termasuk lemah. !ebaliknya nilai r antara Mn*V J ,,:(, Mn*Cr J ,,:,, Mn*Co J
,,)/, dan Mn*Ni J ,,),, suatu kecenderungan bahAa Mn lebih banyak terikat pada
molekul organik. 6ubungan yang kuat antara Mn, %e, serta Ba dengan unsur jejak
yang telah diketahui berafinitas organik menunjukkan bahAa unsur*unsur tadi lebih
banyak berasal dari bahan organik daripada sebagai bahan mineral.
4ari nilai kelimpahan mencolok tinggi pada unsur !n dan mencolok rendah pada Ba,
maka Ba dapat dimasukkan dalam kelompok unsur yang dapat dipakai untuk
mengidentifikasi lapisan batubara, yaitu bersama*sama dengan V, Ni, Cr, Co, Mo,
Cu, Zn, b, !r, Cd, "s, dan Mo. !ebaliknya, !n pada percontoh daerah penelitian
kurang baik untuk identifikasi lapisan, karena yang mencolok tinggi #1:, ppm$
hanya terdapat pada satu percontoh dan ada dua percontoh yang mempunyai nilai
kelimpahan , ppm.
'.2 Kelimpahan unsur fraksi kaa golongan maseral
-rutan kelimpahan hasil analisis kimia pada abu dan fraksi kaya golongan maseral
menunjukkan kecenderungan sama seperti urutan pada bahan organik maupun
partikel lempung seperti terlihat pada 'ambar ).

Gambar ' 4iagram nilai kelimpahan #skala relatif$ unsur berdasarkan kapasitas
tukar ion yang menurun
Kemiripan urutan nilai kelimpahan unsur seperti di atas menunjukkan bahAa unsur*
unsur pada percontoh terserap pada bahan organik maupun bahan lempung #mineral$.
enyerapan pada bahan koloid organik tampaknya jauh lebih kuat daripada daya ikat
pada butir lempung, sehingga unsur pada bahan organik tidak larut oleh asam pada
prosedur analisis kimia percontoh. "kibatnya, proporsi kelimpahan unsur di atas
yang ada pada abu lebih besar daripada yang ada dalam fraksi kaya maseral.
'.3 (dentifikasi lapisan
3dentifikasi lapisan batubara di daerah penelitian dapat dilakukan dengan
menggunakan data unsur jejak pada abu batubara. 4ari /( unsur yang dianalisis,
yang dapat memperlihatkan parameter unik untuk identifikasi lapisan adalah (/
unsur yang tergolong mempunyai afinitas organik jelas, yaitu V, Ni, Cr, Co, Mo, Cu,
Zn, Ba, b, !r, Cd, dan "s.
4ari (/ unsur yang dianalisis secara principal component dapat diketahui unsur yang
menyebabkan @ariasi antara nilai yang menyebabkan analisis dapat lebih efisien.
4alam analisis principal component ini #menggunakan paket program M3C<I!&"&
dan !&"& dari Microsoft$, data yang digunakan adalah ) #percontoh B*(, /, +, 1,
dan )$.
-ntuk identifikasi lapisan digunakan 43"'<"M &E<NE< setelah dicoba*
bandingkan dengan data lapisan lain #yaitu lapisan batubara 3ndia$. enggunaan
parameter !r*Co*Ni dalam kelompok eigen*@ektor ( yang mempunyai eigen @alue
terbesar untuk diplot nilai ppm*nya dalam diagram terner teryata tak membedakan
lapisan dari daerah Bihar, 3ndia #areek, dan Banani, (78)$ dan Kanada #Beaton et
al, (77+$; demikian juga parameter b*V*Cr, Cr*Ni*V, maupun !r*b*NiKCoKCrKV.
arameter unik yang dapat dengan lebih baik mengelompokkan nilai parameter
percontoh lapisan batubara daerah penelitian, sambil juga dapat membuat perbedaan
dengan nilai parameter untuk lapisan daerah lain, adalah unsur Ni, V, dan Cr
#'ambar ?$.
'.4 )ingkungan geokimia* mineral dan maseral
4aerah penelitian mencakup bagian dari tempat deposisi di lingkungan paralik
selama Miosen &engah*liosen #!amuel, Huki > Muchsin, (7:)$. rogradasi
endapan fase susut*laut berlanjut dari Miosen "khir*liosen ke arah timur #!elat
Makasar$ akibat adanya masukan bahan terigen dari &inggian Kuching di sebelah
barat. Hapisan batubara daerah penelitian terbentuk di tempat*tempat yang secara
fisiografi adalah delta proksimal dan distal #EdAards, (7:: dikutip oleh 6erman >
Zaim, (771; dan 6amilton, (78($, sebagai bagian dari deposisi batuan mulai Miosen
"khir yang dinamakan %ormasi Balikpapan. Meskipun secara umum deposisi sejak
Miosen "khir ini adalah susut*laut, dapat pula terjadi masa genang*laut relatif
singkat seperti yang terlihat pada batuan lantai lapisan batubara di daerah penelitian
#gejala menghalus ke atas, kecuali di lokasi B*1$. 'ejala susut*laut terulang lagi
bersamaan atau sesudah gambut terpendam.
Hingkungan geokimia saat terdeposisi batuan lantai #pada mudstone$ ditafsirkan
mempunyai p6 J 8* 7 dan Eh J ,,,)* ,,+, dari adanya siderit pada batuan ini. Bahan
terigen yang mengandung ion %e yang masuk ke daerah delta proksimal atau distal
ini tergenang air payau sehingga memungkinkan siderit mengendap. Bersamaan
dengan masukan bahan terigen terjadi pula penumpukan bahan organik secara lokal
dalam jumlah sedikit. Bahan ini mungkin sekali adalah gambut yang tererosi oleh
arus banjir (reworked) dan berasal dari lokasi lain, tertranspor jarak pendek dan
kemudian terbenam dalam masa lumpur di lokasi penelitian seperti terlihat dari
lempeng*lempeng terpisah batubara pada mudstone.
Gambar + 4iagram terner Ni, Cr, dan V #ppm$ batubara Kaltim, 3ndia, dan Kanada
6umifikasi sebagai aAal proses penggambutan berlangsung pada tumpukan bahan
kayu oleh akti@itas mikrobial, dan oksidasi lemah yang dipercepat oleh adanya
oksigen, muka airtanah menurun, dan muka tumpukan bahan kayu lebih tinggi
daripada muka air #&eichmuller > &eichmuller, (78/$. 4i samping asam humik dan
humin, proses ini akan menghasilkan humat dengan kation Ca, Na, K yang terdapat
dalam air laut yang masuk ke raAa paralik. !ulfat dalam air laut yang masuk ke raAa
dapat mengendap sebagai gips pra*diagenesis.
ada kondisi gelifikasi biokimia sebagai lanjutan humifikasi, bahan aluminosilikat
asal terigen yang masuk ke raAa dapat menghasilkan kuarsa, dan kaolinit, keduanya
pra*diagenesis yang dimungkinkan apabila !i terlarut makin berkurang.
Bersamaan dengan pemendaman sedimen di atas gambut, masukan terigen intensif
lagi dan deposisi terjadi pada susut*laut, lingkungan geokimia berubah lagi menjadi
oksidasi akibat penirisan yang lancar. 6umifikasi dapat terhenti selama diagenesis,
sehingga larutan dalam masa gel kehilangan sifat asam menjadi netral atau alkalin.
ada lingkungan alkalin dan oksidasi pada bahan organik yang terpendam akan
terendapkan siderit, kalsit, Mn*karbonat #selama diagenesis$, pirit, dan juga mineral
lempung illit0smektit selama diagenesis #seperti yang terlihat pada koefisien korelasi
cukup kuat sampai kuat antara K*!i, K*"l, K*Mg, sangat kuat antara Na*K dalam
fraksi 333$. "danya kuarsa dan kalsit terlihat pada koefisien korelasi !i dengan Ca
searah kuat pada fraksi 3 #r J ,,:+$ dan 333 #r J ,,8,$.
, Kesimpulan
(. 4ari // unsur yang terdapat pada lapisan batubara tertentu di daerah
penelitian, maka unsur jejak V, Cr, Co, Mo, Zn, Ba, Pb, r, Cd, dan !s
cenderung berasal dari bahan organik; unsur i, !l Ca, Mg, "e, #a, $, #i, Cu,
dan Mn berasal dari bahan organik dan mineral, sedangkan n hanya dari
bahan mineral, sedangkan !g tidak diketahui asalnya.
/. 3dentifikasi lapisan berdasarkan unsur asal organik yang efisien dapat
dilakuan dengan parameter unsur Ni*Cr*V.
+. 'olongan maseral huminit0@itrinit yang terdapat dominan dalam batubara
mungkin sekali adalah yang mempunyai rapat massa (,+)*(,1+ g0cc.
'olongan maseral ini mungkin berasosiasi dengan kuarsa dan kaolinit.
1. 'olongan maseral yang ada dalam jumlah lebih sedikit adalah inertinit, dan
berasosiasi secara lebih pasti dengan siderit, kalsit, dan illit0smektit.
). Mineral*mineral yang ada, dari kehadiran unsurnya dalam lapisan batubara,
serta terbentuknya sebelum atau selama pemendaman sedimen adalah sebagai
berikut5
* gips, dari #Ca$ ; tahap pradiagenesis
* kuarsa, Kaolinit, dari #!i*"l$; tahap pradiagenesis
* siderit, irit, dari #%e$; tahap diagenesis
* kalsit, dari #Ca$; tahap diagenesis
* illit0smektit, dari #K*Na*Mg$; tahap diagenesis
* rhodokrosit , dari #Mn$; tahap diagenesis.

- "!apan terima kasih
-capan terima kasih disampaikan kepada H*3&B yang mendanai penelitian
!04 (77)0(77? dan para pakar yang mengoreksi isi makalah, serta !yafriFal, !&
dan !ontan H. !ihite, !& di Curusan &eknik ertambangan 3&B.
. /aftar pustaka
(. Bouska, V., %eoc&emistr' of Coal, Coal !cience and &echnology (, Else@ier
!cience ublishing Co.,
h. (87*/(? #(78($.
/. Co9, K.'., Bell, C.4. > ankhurst, <.C. (&e )nterpretation of )gneous *ock,
'eorge "llen > -nAin Hondon, h. ++/*+)8 #(78($.
+. <ollinson, 6.<., +sing %eoc&emical ,ata- ./aluation, Presentation, and
)nterpretation, Hongman 'roup, -nited Kingdom #(77)$.
1. "bernethy, <.%. >. 'ibson, %.6. <are Elements in Coal, 3nformation Circular
8(?+, Bureau of Mines, -nited !tates 4epartment of lnterior #(7?+$.
). Bard, C.<., NMineral Matter in CoalN, dalam Coal geolog' and coal
tec&nolog', BlackAell !cience ublishing, Melbourne, h. ?,*?? #(781$.
?. 6arris, H."., et.al., Elemental Concentration and their 4istribution in &Ao
Bituminous Coals of 4ifferent aleoen@ironment, )nternational 0ournal of
Coal %eolog', Vol. (, Else@ier !cience ublishing Co., h. (:)*(7+ #(78($.
:. 4orsey, ".E. > I.C. Kopp, 4istribution of Elements and Minerals betAeen "
Coal and its I@erlying !edimentary <ocks in a Himnic En@ironment,
)nternational 0ournal of Coal %eolog', Vol. ), Else@ier !cience ublishing
Co., h. /?/*/:1 #(78)$.
8. 3lyas !., otensi Batubara Bahau dan !ekitarnya, Kabupaten Kutai, ropinsi
Kalimantan &imur, kolokium No.(+, 4irektorat !umberdaya Mineral, h. (1*(
s0d (1*(: #(77:$.
7. Karas, C., et.al., Comparison of hysical and Chemical roperties of Maceral
'roups !eparated by 4ensity 'radient Centrifugation, )nternational 0ournal
of Coal %eolog', Vol. ), Else@ier !cience ublishing Co., h. +()*++8 #(78)$.
(,. areek, 6.!. > Banani Bardhan, &race Elements and &heir Variation along
!eam rofiles of Certain Coal !eams of Middle and -pper Barakar
%ormation #HoAer ermian$ in East Bakaro Coalfield, 4istrict 6aFaribagh,
Bihar, 3ndia, )nternational 0ournal of Coal %eolog', Vol. ), Else@ier !cience
ublishing Co., h. /8(*+(1 #(78)$.
((. Beaton, ".., Kaikreuth, B. > MacNeil 4., &he 'eology, etrology, and
'eochemistry of Coal !eams from !t. <ose and Chimney Corner Coalfields,
Cape Breton, No@e !cotia, Canada, )nternational 0ournal of Coal %eolog',
Vol. /1, h. 1:*:+ #(77+$.
(/. !amuel, Huki > Muchsin, !., !tratigraphy and !edimentation in the Kutai
Basin, Kalimantan, roceeding of the 1
th
"nni@ersary Con@ention 3ndonesian
etroleum "ssociation, Cune (7:) hal. /:*+7.
(+. 4arman, 6erman > Lahdi Zaim, !edimentologi Endapan Konglomerat
Batubara pada %asies !ungai di 4aerah !amarinda, Kalimantan &imur,
Buletin geologi, Curusan 'eologi 3&B, Vol. /1 No.(0/, 71, h. /:*1/ #(771$.
(1. 6amilton, B., CenoFoic !trata of the !outh East Kalimantan, dalam (&e
tectonic of t&e indonesian region, -nited !tates 'eological !ur@ey, h. 7?*7:
#(7:7$.
(). &eichmuller, M., > &eichmuller, <. 4iagenesis of eat and Coalification and
Irigin of Macerals, dalam (e1tbook of coal petrolog', Borntrateger, !tuggart,
h. +,*1? > //,*//8 #(78/$.

Você também pode gostar