PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KATOLIK ST. VINCENTIUS A PAULO SURABAYA 2014
LEMBAR PERSETUJUAN Seminar Kasus Asuhan Keperawatan Keluarga Pada An. M.R Dengan Diagnose Medis HFMD (Hand, Foot, Mouth Desease) Di Rt 03 Rw 02 Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan Surabaya ini Telah Disetujui Pada Tanggal 19 Juli 2014
Yustina Kristianingsih, M. Kep NRK: 06-025 Kepala Puskesmas Sawahan
Dr. Grace Agustien Worang NIP: 1957 0809 198503 2 004
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Hand, foot and mouth disease (HFMD) atau kaki, tangan dan mulut (KTM) adalah penyakit virus dengan tanda-tanda klinis yang jelas pada mulut dan lesi khusus pada ekstremitas bagian bawah. Penyebab paling sering adalah coxackievirus, bagian dari picornaviridae family (Jayakar, e-journal 2009) . Hand, foot and mouth disease adalah exandemateus (penyakit virus dengan gejala ringan pada anak-anak dengan demam kontinue atau remiten yang berlangsung selama 3 hari) yang tidak teratur. Sering terjadi pada anak-anak atau pada dewasa yang disebabkan oleh virus coxackie A16. Pada beberapa kasus disebabkan oleh coxackie virus A15dan AIO dan yang lebih jarang lagi tipe A6, B2, dan enterovirus 71 (Yirdiz Batirbaygil, 1988) Jakarta, InfoPublik - WHO melaporkan bahwa level kasus Hand Foot Mouth Disease (HFMD) atau Penyakit Tangan Kaki Mulut (PTKM) masih rendah, di bawah ambang kewaspadaan. "Meski demikian, untuk kewaspadaan Kemkes terus berkoordinasi dengan WHO untuk antisipasi kemungkinan munculnya outbreak seperti 2012 yg lalu," kata Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemkes, Tjandra Yoga Aditama, Minggu (13/4), menanggapi pemberitaan yang menyebutkan terjadi kasus PTKM di beberapa tempat di Jawa Timur dan Jawa Barat. Disampaikan, dari hasil pengamatan Ditjen P2PL dan Dinas Kesehatan setempat didapati bahwa seluruh kasus diketahui berusia 10 sampai 24 bulan dan memiliki riwayat kontak dengan penderita karena rumah saling berdekatan serta biasa bermain bersama. Menurut California Health and Human Services Agensy dan Jayakar, E-journal: (2009), tanda dari HFMD akan muncul dalam waktu 12-36 jam, yaitu sebagai berikut: Diawali dengan demam dengan suhu 38 0 C dengan durasi 2-3 hari, exathem (erupsi pada kulit) dan enathem (erupsi pada mukosa oral), nyeri telan atau pharingitis, kehilangan nafsu makan , pilek dan gejala seperti flu, malaise, muncul bintik-bintik merah kecil didalam mulut dan pipi bagian dalam, gusi dan lidah, bintik merah disertai lepuhan atau luka/lesi, papulo vesikel tampak kemerahan dan tidak gatal pada kulit dapat terjadi di tangan, kaki dan bokong kadang-kadang terjadi di lengan dan betis. Papulo vesikel yang tidak gatal ditangan kanan dan kaki. Penyakit ini akan membaik dalam 7-10 hari.
Menurut Judarwanto Widodo (2009) ada 2 penatalaksanaan bagi penderita HFMD yaitu: Farmakologi diantaranya adalah Antiseptik diberikan di daerah mulut, pemberian obat demam dengan penghilang rasa sakit analgesik misalnya paracetamol, pemberian anti biotik untuk mencegah terhadap infeksi sekunder pada anak kecil, dehidrasi merupakan masalah utama karena anak tidak dapat menyusui, pemberian anastesi topikal untuk mengurangi nyeri pada ulkus dan mengatasi athralgia (Batir baygil, 1988). Pada penderita dengan kekebalan tubuh yang rendah atau neonatus dapat diberikan imuniglobulin IV (IgIV) pada pasien dengan immunocompromis atau neonatus. Sedangkan penangan secara suportif antara lain: Istirahat yang cukup, pemberian cairan yang cukup untuk rehidrasi dan meningkatkan nutrisi yang optimal. Menurut Travira Air (2009) Bila ada muntah, diare, atau dehidrasi dan lemah atau komplikasi lain akan perlu dirawat. Pada bayi dan anak yang lebih mudah sebaiknya dirujuk ke rumah sakit. 1.2 Rumusan Masalah 1) Apa saja data fokus pada pasien dengan HFMD? 2) Diagnosa keperawatan apa saja yang dapat terjadi pada pasien dengan HFMD? 3) Bagaimana tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada keluarga dengan anggota keluarga yang menderita HFMD? 4) Bagaimana evaluasi keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan HFMD? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Mampu melakukan asuhan keperawatan keluarga pada pasien dengan HFMD di kelurahan Sawahan. 1.3.2 Tujuan Khusus: 1) Mampu menentukan analisa data pada keluarga dengan anggota keluarga menderita HFMD 2) Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada keluarga dengan anggota keluarga yang menderita HFMD 3) Mampu melakukan tindakan keperawatan pada keluarga dengan anggota keluarga yang menderita HFMD 4) Mampu melakukan evaluasi pada Keluarga dengan anggota keluarga menderita HFMD 1.4 Manfaat 1) Manfaat Teoritis Dapat mengaplikasikan teori tentang asuhan keperawatan pada keluarga dengan anggota keluarga menderita HFMD serta pertimbangan perawatan sesuai teori yang yang didapatkan.
2) Manfaat Praktis Dapat membantu keluarga dengan anggota keluarga yang menderita HFMD memperoleh asuhan keperawatan yang maksimal untuk memulihkan dan meningkatkan kualitas kesehatannya.
BAB 2 LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Konsep Medis 2.1.1 Pengertian Hand, foot and mouth disease (HFMD) atau kaki, tangan dan mulut (KTM) adalah penyakit virus dengan tanda-tanda klinis yang jelas pada mulut dan lesi khusus pada ekstremitas bagian bawah. Penyebab paling sering adalah coxackievirus, bagian dari picornaviridae family (Jayakar, e-journal 2009) Hand, foot and mouth disease adalah exandemateus (penyakit virus dengan gejala ringan pada anak-anak dengan demam kontinue atau remiten yang berlangsung selama 3 hari) yang tidak teratur. Sering terjadi pada anak-anak atau pada dewasa yang disebabkan oleh virus coxackie A16. Pada beberapa kasus disebabkan oleh coxackie virus A15dan AIO dan yang lebih jarang lagi tipe A6, B2, dan enterovirus 71 (Yirdiz Batirbaygil, 1988) Hand, foot and mouth disease atau penyakit tangan, kaki dan mulut adalah penyakit yang disebabkan oleh virus coxakie dan entero virus yang lain dengan ujud kelainan yang khas yaitu enanthem dan vesikel di mulut dan eksanthem dan vesikel di tangan dan kaki (Kow Tong Chen, dkk; 2008) Menurt Widodo Judarwanto (2009) Penyakit KTM (kaki, tangan dan mulut) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam familli Picorna Viridae (Pico= kecil) genus enterovirus (Non Polio). Penyakit yang dapat disebabkan oleh kelompok virus ini diantaranya: 1) Vesicular stomatitisdengan exanthem (KTM): Cox-16, EV 71 2) Vesicular pharyngitis (Herpangina)- EV 70 3) Acute lymphonodular pharyngitis- Cox A-10 2.1.2 Epidemiologi dan penularan penyakit Menurut Widodo Judarwanto (2009) epidemiologi penyakit KTM adalah sebagai berikut: 1) Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi pada musim panas. KTM adalah penyakit yang umum atau biasa dan sering terjadi pada masyarakat yang crowded atau padat dengan higiene, sanitasi yang burukdan menyerang anak-anak usia 2 minggu-5 tahun (kadang samapai 10 tahun). Orang dewasa umumnya kebal terhadap enterovirus. Selama terjadi peningkatan infeksi EV 71 dalam jumlah yang banyak, seseorang akan mengalami penurunan anti bodi.
2) Penularannya bisa terjadi secara horisontal transmision yaitu dari anak ke anak atau pun dari ibu ke fetus (Jayakar, e-journal: 2009). Penyebarannya dapat melalui kontak langsung dari orang ke orang yaitu melalui droplet aerosol, pilek, air liur (saliva), tinja, vesikel, atau ekskreta. Sedangkan penularan secara tidak langsung melalui barang handuk, baju, peralatan makan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekresi tersebut.Penyakit ini tidak meiliki vektor namun ada pembawa (carrier) seperti lalat dan kecoak. 3) Penyakit KTM ini mempunyai imunitas spesifik, namun anak dapat terkena KTM lagi oleh virus strain atau enterovirus lainnya. Menurut Kow-Ton-Cen, pada saat terserang oleh EV71 dalam jumlah yang banyak seseorang akan mengalami penurunan antibodi. 4) Masa inkubasi penyakit ini termasuk pendek yaitu antara 2-5 hari atau 2-6 hari. Gejala sistemik muncul dalam 24-48 jam, lesi tersebar pada kulit dan mukosa oral. Exandem akan muncul dengan makula, kemudian berubah menjadi papula dan vesikulalesi ini tersebar dalam 10-14 hari (Yirdiz Batirbaygil, 1988). 2.1.3 Penyebab HFMD/KTM disebabkan oleh beberapa virus yang berbeda yang sebelumnya termasuk dalam enterovirus (Health and Human services agensy). Yang paling sering adalah Coxackie Virus 16 dan kadang-kadang enterovirus 71atau enterovirus yang lain.Yang termasuk didalam entero virus adalah rhinovirus, Cardiovirus, Aphtoviru. Di dalam jenis aphtovirus. (Widodo Judarwanto; 2009). 2.1.4 Patofisiologi Penyebaran virus terjadi melalui kontak dengan cairan oral atau nasal, materi fekal maupun droplet aerosol (fekal-oral atau oral-oral rute). Virus implantasi ke mukosa bucal oral (pipi bagian dalam) dan tengorokan dan bereplikasi di daerah tersebut kemudian menyebar ke usus (ileum) dan bereplikasi di usus, dari usus virus invasi ke darah dan kelenjar getah bening dalam 24 jam menuju organ target. Terjadi viremia dan menyebar ke mukosa mulut, dan seluruh tubuh termasuk tangan dan kaki. Pada hari ke 7 setelah terinfeksi virus, tubuh membentuk antibodi meningkat dan virus tereliminasivirus dikeluarkan melalui feses (Jayakar, E-jurnal: 2009; JabatanKesehatan Negeri Serawak: 2006). Enterovirus 71 merupakan virus yang menyerang neuropati. Batang otak merupakan organ target untuk diinfeksi oleh virus ini. Tandanya sama dengan akut flaxid paralisis walaupun tidak menyerang percabangan neuron motorik tetapi melalui mekanisme neuropatological. Kemungkinan ada 2 rute yaitu virus masuk melalui central nervus sistem (CNS) dan melalui perpindahan dari darah ke blood brain barier (BBB) atau ditransmisikan dari CNS menuju ke syaraf perifer melalui axon.
Edema paru dapat terjadi pada anak-anak yang terserang enterovirus 71 terjadi brainstem ensephalitis, dimana akan diaktifkan sitokin abnormal sebagai respon terhadap inflamasi. Sitokin yang abnormal ini akan menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah seperti yang terjadi pada akut inflamatori distress sindrom (ARDS) (Kow-Tong Cen, dkk, 2008). 2.1.5 Manifestasi klinis Menurut CaliforniaHealth and Human Services Agensy dan Jayakar, E-journal: (2009), tanda dari HFMD akan muncul dalam waktu 12-36 jam, yaitu sebagai berikut: 1) Diawali dengan demam dengan suhu 38,3 0 C dengan durasi 2-3 hari 2) Exathem (erupsi pada kulit) dan enathem (erupsi pada mukosa oral) 3) Nyeri telan atau pharingitis 4) Kehilangan nafsu makan 5) Pilek dan gejala seperti flu 6) Malaise. 7) Muncul bintik-bintik merah kecil didalam mulut dan pipi bagian dalam, gusi dan lidah. Bintik merah disertai lepuhan atau luka/lesi. 8) Papulo vesikel tampak kemerahan dan tidak gatal pada kulit dapat terjadi di tangan, kaki dan bokong kadang-kadang terjadi di lengan dan betis. Papulo vesikel yang tidak gatal ditangan kanan dan kaki. Penyakit ini akan membaik dalam 7-10 hari. Ciri-ciri lesi pada tangan dan kaki (Yirdiz Batirbaygil, 1988): 1) Bentuknya seperti macula berukuran 3-10mm, yang mana akan berubah dengan cepat menjadi vesikula. 2) Tanda ini lebih nampak pada falang distal di jari-jari dan ulna dan akan timbul nyeri. 3) Pada kaki timbul pada pinggir kaki lateral. Menurut dr. Widodo Judarwanto (2009) Gejala dan tanda bahaya sebagai berikut: 1) Hiperpireksiasuhu lebih dasri 39 0 C. 2) Demam tidak turun-turun (prolong fever). 3) Tachicardia (jantung berdenyut cepat). 4) Tachipnea atau apnea. 5) Tidak ingin makan, muntah atau diare sehingga kekurangan cairan atau dehidrasi. 6) Lethargi atau lemah dan kesadaran menurun. 7) Nyeri pada leher, lengan dan kaki. Gambar 1. Lokasi lesi
8) Kejang. 2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik 2.1.6.1 Pemeriksaan Laboratorium 1) Darah Lengkap Pada pemeriksaan darah lengkap, ditemukan peningkatan jumlah Leukosit>10.000 u/L 2) Pemeriksaan PCR (polimerase chain reaction) ditemukan ada peningkatan 3) Pemeriksaan feses, usapan rektal, cairan serebrospinal dan usapan ulcus di mulut atau tenggorokkan, vesikel di kulit atau biopsi otak. Pemeriksaan ini bertujuan untuk deteksi virus, deteksi RNA dan serodiagnosis (Travira air, 2009). 2.1.6.2 Pemeriksaan Radiologi MRI (Magnetic resonance Imaging): untuk mengetahui adanya barinstem ensephalitis (Kow-Tong chen, dkk, 2008). 2.1.7 Penatalaksanaan Menurut Judarwanto Widodo (2009) ada 2 penatalaksanaan bagi penderita HFMD yaitu: 2.1.7.1.Farmakologi 1) Tidak ada pengobatan khusus dan spesifik. Belum ada vaksinasi yang tersedia. 2) Pengobatannya secara simptomatik. (1) Antiseptik diberikan di daerah mulut. (2) Pemberian obat demam dengan penghilang rasa sakit analgesik misalnya paracetamol. (3) Pemberian anti biotik untuk mencegah terhadap infeksi sekunder pada anak kecil, dehidrasi merupakan masalah utama karena anak tidak dapat menyusui. (4) Pemberian anastesi topikal untuk mengurangi nyeri pada ulkus dan mengatasi athralgia (Batir baygil, 1988). 3) Pada penderita dengan kekebalan tubuh yang rendah atau neonatus dapat diberikan imuniglobulin IV (IgIV) pada pasien dengan immunocompromis atau neonatus. 2.1.7.2.Suportif 1) Istirahat yang cukup. 2) Pemberian cairan yang cukup untuk rehidrasi dan meningkatkan nutrisi yang optimal. 3) Menurut Travira Air (2009) Bila ada muntah, diare, atau dehidrasi dan lemah atau komplikasi lain akan perlu dirawat. Pada bayi dan anak yang lebih mudah sebaiknya dirujuk ke rumah sakit.
2.1.8 Komplikasi (Travira air, 2009) Dalam keadaan daya tahan tubuh yang sangat rendah atau immunocompromise dapat terjadi komplikasi yang berbahaya dan mengancam jiwa. Namun hal ini sangat jarang terjadi, diantaranya komplikasi yang dapat terajdi adalah: 1) Meningitis atau infeksi otak (aseptik meningitis, meningitis serosa/non bakterial). 2) Encephalitis 3) Myocarditis, ganguan jantung (Coxackie virus carditis) atau pericarditis 4) Paralisis akut flaxid (seperti penyakit polio) 2.1.9 Pencegahan dan Pengendalian penyakit (Judarwanto Widodo, 2009) 1) Penyakit ini sering terjadi pada masyarakat yang memiliki sanitasi yang kurang baik. Pencegahan penyakit ini adalah dengan menjaga kebersihan (higiene dan sanitasi) lingkungan perorangan seperti mencuci tangan, peralatan makan yang tidak dicuci dangan baik, handuk dan pakaian yang telah terkontaminasi dan digunakan secara bersamaan. 2) Perlu menggunakan universal precaution.
2.2. Konsep Keperawatan 2.2.1 Pengkajian 1) Biodata (1) Usia: HFMD menyerang anak usia 2-5 tahun kadang sampai usia 10 tahun, orang dewasa pun dapat mengalaminya namun kemungkinannya sangat kecil (Judarwanto widodo, 2009). (2) Jenis kelamin: tidak ada perbedaa antara laki-laki dan perempuan (3) Lingkungan: penyakit ini sering terjadi pada musim panas dan pada masyarakat yang padat penduduknya dengan sanitasi lingkungan hyang buruk 2) Riwayat Penyakit Sekarang Demam dengan suhu 38,0 0 Catau > 39 0 C, nyeri telan (Pharingitis), nafsu makan menurun, pilek atau flu, malaise, terdapat lesi di telapak tangan, kaki, bibir, lidah, gusi, dan tenggorokkan seperti sariawan, takikardi, tachipnea atau apnea, dehidrasi, letargie, kejang, muntah, diare (Jayakar, e- Jurnal, 2009; Widodo Judarwanto, 2009). 3) Riwayat penyakit dahulu Dahulu ibu pernah mengalami HFMD saat hamil atau anak pernah mengalami HFMD dapat terkena lagi dengan enterovirus lainnya. 4) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari (1) Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi Status gizi anak yang terserang HFMD sangat bervariasi. Kebanyakan dari kasus yang ada/ ditemukan akan terjdi penurunan gizi dan terjadi perubahan status gizi dikarenakan adanya lesi di mulutnya dan tenggorokkan yang menyebabkan anak menjadi malas makan (Batir baygil, 1988) (2) Pola pemenuhan kebutuhan higiene perseorangan Perilaku yang berhubungan dengan keberasihan diri seperti mencuci tangan setiap kali melakukan kegiatan atau bermain. Frekuensi mandi, penggunaan handuk dan pakaian, alat makan, pakaian dan mainan (Travira Air, 2009) (3) Pola pemenuhan kebutuhan eliminasi Dalam keadaan yang berat anak dapat mengalami dehidrasi dan diare (Widodo Judarwanto, 2009) hal ini akan menyebabkan gangguan pada sistem Eliminasi urinedan sistem eliminasi alvi anak dapat mengalami diare (4) Pola pemenuhan kebutuhan aktivitas istirahat Anak usia toodler merupakan masa bermain. Saat sakit aktivitas bermain dibatasi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, selan itu anak mengalmai peningkatan suhu tubauh, anak menjadi gelisah, rewel, malaise dan lethargi akibatnya anak cenderung gelisah sehingga kebutuhan tidur tidak terpenuhi (Three Rivers 2009).
5) Pemeriksaan fisik Keadaan umum anak tampak sakit ringan sampai sedang, namun dalam keadaan dapat juga tampak sakit berat. Anak tampaklemah, rewel, merah di tangan kaki dan lesi di mulut dan tenggorokkan (1) Tanda-tanda vital: suhu tinggi 38,0 0 C atau bisa> 39 0 C, nadi tachikardi, pernapasan terkadang normal, namun dalam keadaan gawat dapat terjadi Tachipnea atau apnea, TD dapat normal dapat juga meningkat (2) Kepala: bentuk kepala normal,tidak ada nyeri tekan, pertumbuhan rambut merata (3) Mata: sklera putih, konjungtiva merah (ini terjadi pada anak yang demam tinggi), pada palpasikelenjar lakrimalis diperiksa adanya nyeri tekan/ tidak. (4) Hidung: inspeksi adanya sekret dan pernapasan cuping hidung (5) Mulut: terdapat macula, papula dan vesikel. Vesikel yang telah pecah menyebabkan stomatitis. Tampak kemerahan pada pangkal lidah dan uvula (6) Leher: bentuk leher simetris, tidak ada bnejolan, tidak ada nyeri tekan (7) Dada: bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat suara nafas tambahan/ ada suara nafas tambahan jika anak pilek berkepanjangan;Dapat terjadi pernapasan cepat dan dalam jika anak mengalami edema paru (8) Perut: inspeksi normal ( tidak tegang, tidak icterus, tidak adanya pelebaran pembuluh darah abdomen), BU normal 5-35x/menit atau meningkat bisa juga menurun, pada palpasi tidak ada pembesaran hepar. Perkusi timpani. (9) Anggota gerak atas dan bawah Inspeksi ada merah-merah di telapak tangan dan kaki, saat dipalpasi tidak ada nyeri tekan . Lesi di telapak tangan dan kaki mulai dari bentuk macula sampai vesikula. Pada keadaan berat lesi bisa sampai pada tungkai kaki. (10) Integumen: terdapat merah-merah di tangan dan kaki, bisa juga di lengan dan betis dan di bokong (11) Genitalia: tidak mengalami kelainan/normal. 2.2.2 Diagnosa keperawatan (Wong, 2004) 1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum 2) Hipertermi berhubungan dengan viremia 3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat demam 4) Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan degradasi vesikel pada mukosa oral
5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakadekuatan asupan sekunder akibat stomatitis. 6) Kerusakan integritas kulit behubungan dengann proses penyakit akibat virus 7) Ansietas orang tua berhubungan dengan hospitalisasi anak, kurang pengetahuan orangtua tentang penyakit anak 8) Ansietas pada anak berhubungan dengan perubahan dalam lingkungan actual akibat hospitalisasi, tindakan traumatik 9) Defisit pengetahuan orang tua dan keluarga tentang penyakit HFMD (penularan, penanganan awal dan pencegahan) berhubungan dengan kurangnya informasi 2.2.3 Intervensi keperawatan 1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum Tujuan: jalan napas anak kembali efektif selama diberikan perawatan dengan kriteria hasil: a. RR dalam batas normal (usia 3-4 tahun RR 20-30x/menit) b. Ronkhi berkurang/tidak terdengar ronkhi c. Sesak nafas berkurang/tidak sesak lagi d. Produksi sputum berkurang e. Batuk efektif Intervensi: (1) Jelaskan pada orangtua penyebab ketidakefektifan bersihan jalan nafas dan tindakan yang akan dilakukan seperti memberikan nebulazer, suction atau fisioterapi nafas R/ jalan napas anak tidak efektif disebabkan oleh stasis atau penumpukan sekret di jalan napas tersebut sehingga menghambat aliran udara yang masuk ke paru. Selain itu penjelasan dapat menigkatkan pengetahuan orang tua sehingga kooperatif dalam tindakan yang akan dilakukan (2) Anjurkan orang tua untuk memberi minum susu hangat atau air hangat R/ uap panas yang diperoleh dari air hangat atau susu hangat dapat membantu mengencerkan secret (3) Lakukan kolaborasi nebulizer dengan terapi mukolitik dan bronkodilator. R/ mukolitik membantu mengencerkan sekret dan bronkodilator dapat melebarkan bronkus/jalan nafas. (4) Berikan clapping dan fibrasi pada daerah paru yang terdapat sekret R/ clapping dan fibrasi membantu merontokkan sekret pada dinding paru dan membawanya ke saluran nafas yang lebih besar.
(5) Lakukan penghisapan/suction R/ Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik pada pasien yang tidak mampu batuk efektif. (6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antivirus atau agen mukolitik atau broncodilator R/ antivirus membantu menghambat replikasi virus di jalan napas. (7) Observasi RR, suara nafas tambahan dan karakteristik sputum. R/ menunjukkan keberhasilan tindakan keperawatan sehingga perlu dilakukan tindakan. 2) Hipertermi berhubungan dengan viremia Tujuan: suhu tubuh anak normal setelah diberikan dengan kriteria hasil : a. Pasien panasnya turun (36,5-37,5 o C) b. Kulit tidak tampak kemerahan c. Akral hangat d. Nadi normal (70-110x/menit) Intervensi: (1) Jelaskan kepada orang tua penyebab demam dan tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi demam. R/ penyebab demam adalah proses infeksi dimana ada reaksi perlawanan pertahanan tubuh terhadap virus yang masuk sehingga memicu terjadinya peningkatan suhu tubuh selain itu pengetahuan yang cukup dapat membantu orang tua lebih kooperatif dalam tindakan yang dilakukan. (2) Berikan kompres dengan menggunakan air hangat R/ kompres air hangat membantu melebarkan pembuluh darah sehingga meningkatkan pengeluaran panas melalui evaporasi (3) Anjurkan orangtua memberikan pakaian tipis dan menyerap keringat. R/ Pakaian tipis mempercepat penurunan suhu dengan cara radiasi. (4) Anjurkan orang tua untuk menggunakan kipas angin atau meningkatkan suhu AC R/ membantu pengeluaran panas secra konveksi (5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antivirus dan antipiretik (10- 15mg/kgBB) (6) R/ antipiretik membantu menghambat pembentukan atau produksi panas yang berlebihan sedangkan antivirus dapat menghambat reprilasi virus dalam tubuh (7) Observasi kondisi pasien: suhu tubuh 36,5 37,5 o C, akral hangat, badan tidak panas R/ Hasil Observasi menunjukkan keberhasilan dari tindakan keperawatan yang dilakukan dan membantu menentukan terapi selanjutnya.
3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat demam Tujuan: Anak tidak mengalami kekurangan cairan setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil: a. Mukosa bibir lembab b. Mata tidak cowong c. Turgor kulit elastis d. Produksi urine 1-2 cc/kg BB/jam e. Nadi 70-110x/mnt f. Fontanela anterior tidak cekung ( pada bayi fonanela mayor masih belum menutup) Intervensi: (1) Jelaskan pada ibu tentang pentingnya masukan oral yang adekuat bagi anak. R/ Masukan oral yang adekuat dapat mengganti kehilangan cairan akibat demam. (2) Jelaskan dan anjurkan ibu untuk tetap memberikan air atau susu. R/ASI penting untuk mencegah kekurangan cairan,sebagai sumber nutrisi dan sebagai antibodi untuk mencegah infeksi lanjut. (3) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan melalui IV sesuai ketentuan untuk dehidrasi. R/ Cairan IV mengganti cairan yang hilang karena muntah agar terjadi keseimbangan cairan. Kebutuhan cairan dihitung denga menggunakan rumus holiday segar 10 kg I =100cc/kg BB, 10 kg II = 50 cc/kg/BB dan sisanya 20cc/ kg BB. Jumlah ditotal merupakan kebutuhan cairan dalam 24 jam. (4) Observasi intake dan output mukosa, turgor kulit, fontanela, nadi, mata tidak cowong. R/ untuk mengetahui status hidrasi anak dan menentukan kebutuhan penambahan cairan dan kemungkinan terjadinya syok. 4) Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan degradasi vesikel pada mukosa oral Tujuan: Anak mengungkapkan nyeri pada mulut berkurang setelah diberikan perawatan dengan kriteria hasil: Keluhan nyeri berkurang saat memmbuka mulut, saat mengunyah dan menelan Intervensi (1) Jelaskan penyebab nyeri pada mukosa mulut dan tenggorokan anak dan tindakan yang akan dilakukan untuk membantu mengurangi nyeri R/ adanya invasi virus ke mukosa oral, yang mana akan membentuk vesikel atau lepuhan pada mulut, saat lepuhan ini pecah akan menyebabkan stomatitis atau
sariawan yang mengakibatkan adanya rasa nyeri (2) Anjurkan orang tua untuk memberikan mainan yang disukai anak. R/ Distraksi dengan mengalihkan perhatian pasien dari rasa sakit, misalnya dengan menonton tv, membaca buku kesukaannya (3) Anjurkan orang tua untuk menjaga agar mukosa mulut anak tetap lembab dengan cara berkumur atau mengolesi air putih pada mukosa bibir atau oral R/ Mukosa bibir yang lembab membantu menghambat terkupasnya mukosa bibir (4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesic topikal dan antivirus per oral R/ Obat analgesic membantu mengahmbat transmisi nyeri sehingga nyeri yang dirasakan anak berkurang. Selain itu antivirus yang diberikan peroeal membantu menghambat replikasi virus pada mukosa oral (5) Observasi keluhan nyeri pasien. R/ Keluhan dapat membantu menentukan terapi selanjutnya 5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakadekuatan asupan sekunder akibat stomatitis Tujuan: Anak menunjukkan perbaikan nutrisi setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil: a. BB dalam batas normal: Menurut Behrman: - Pada usia < 1 tahun rumus usia (bulan)+ 9 2 Pada usia > 1 tahun rumus usia (tahun)x2+8 b. Hasil lab normal : Hb 11.5-16.5 g/dL, Albumin 3.5-5.0 g/dL. c. Pasien dapat menghabiskan porsi makan yang telah disediakan Intervensi (1) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat dan tipe diet yang dibutuhkan pada orang tua pasien. R/ Intake nutrisi yang adekuat memberikan kalori untuk tenaga dan protein untuk proses penyembuhan. (2) Berikan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering, jika mungkin kombinasikan dengan makanan yang disukai anak. R/ Makanan dalam jumlah sedikit namun sering akan menambah energi. Makanan yang menarik dan disukai dapat meningkatkan selera makan. (3) Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik dan antijamur. R/ Mengurangi nyeri stomatitis dan perkembangan stomatitis.
(4) Observasi BB dengan alat ukur yang sama, jumlah makanan yang dihabiskan serta keluhan pasien . R/ Peningkatan berat badan menandakan indikator keberhasilan tindakan. 6) Kerusakan integritas kulit behubungan dengann proses penyakit akibat virus Tujuan anak menunjukan penyembuhan jaringan progresif setelah dilakukan tindakan keperawatan denga kriteria hasil: a. Pasien mengungkapkan tubuh tidak gatal b. Tidak ada lecet c. Eritema berkurang Intervensi: (1) Jelaskan kepada anak dan keluarga tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah. R/ Pengetahuan yang cukup membantu meningkatkan pengetahuan sehingga keluarga lebih kooperatif saat dilakukan tindakan. (2) Anjurkan orang tua untuk menjaga kebersihan area kulit yang mengalami erupsi, dan membersihkan area tersebut dengan sabun R/ Kebersihan mambantu menjaga luka tetap bersih dan mencegah kontaminasi. (3) Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan obat secara topikal. R/ membantu mengurangi bakteri atau kuman yang menginvasi. (4) Observasi keadaan kulit dan keluhan pasien. R/ Untuk mengetahui perkembangan luka dan menentukan terapi selanjutnya. 7) Ansietas orang tua berhubungan dengan hospitalisasi anak, kurang pengetahuan orangtua tentang penyakit anak . Tujuan: Ansietas pada orangtua berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil: wajah orang tua tampak rileks, orang tua dan anak menunjukkan perilaku yang kooperatif dalam proses pengobatan dan perawatan, anak tidak menangis ketika didekati perawat. Intervensi: (1) Jelaskan kepada orangtua tentang penyebab HFMD. R/ penyakit yang disebabkan oleh virus coxakie dan entero virus yang lain dengan ujud kelainan yang khas yaitu enanthem (erupsi pada kulit) dan vesikel di mulut dan eksanthem (erupsi pada mukosa oral) dan vesikel di tangan dan kaki. (2) Jelaskan kepada orang tua mengenai kondisi anaknya R/ meningkatkan pengetahuan orang tua dan orang tua menjadi kooperatif dalam tindakan yang dilakukan
(3) Libatkan orang tua dalam proses perawatan anak R/ keterlibatan dalam proses perawatan membantu orang tua memahami peerkembangan kesehatan anak (4) Fasilitasi orang tua untuk bertemu dengan dokter yang merawat R/ membantu memberikan dukungan kepada orang tua dan membantu mengurangi kecemasan orang tua (5) Observasi tingkat kecemasan orangtua meliputi ekspresi dan tingkah laku orang tua. R/ Mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan yang dilakukan. 8) Ansietas pada anak berhubungan dengan perubahan dalam lingkungan actual akibat hospitalisasi, tindakan traumatik . Tujuan : Ansietas pada anak berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil: a. Wajah anak tampak rileks b. Anak tidak menangis saat didatangi petugas c. Anak menunjukkan perilaku yang kooperatif dalam proses pengobatan dan perawatan Intervensi : (1) Bina hubungan saling percaya dengan anak. R/ meningkatkan rasa nyaman pada anak. (2) Berikan dukungan kepada anak dengan mengajak anak kenalan R/ Dukungan dapat menurunkan kecemasan. (3) Anjurkan orangtua untuk membawakan mainan kesukaan anak. R/ Membawakan mainan kesukaan anak membantu anak untuk mengalihkan ketakutan anak ke mainan. (4) Ciptakan lingkungan yang kondusif. a. Kenalkan dengan teman sekamar b. Orientasikan lingkungan kamar c. Kenalkan dengan petugas R/ menurunkan ansietas anak dan anak tidak merasa asing dengan lingkungan. (5) Libatkan orangtua dalam pelaksanaan tindakan keperawatan R/ keikutsertaan orangtua dalam memonitor anak, dapat mengurangi kecemasan anak berhubungan tindakan keperawatan yang diberikan. (6) Observasi tingkat kecemasan anak. R/ mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan yang dilakukan.
9) Defisit pengetahuan orang tua dan keluarga tentang penyakit HFMD (penularan, penanganan awal dan pencegahan) berhubungan dengan kurangnya informasi Tujuan: Pasien atau keluarga mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyakit (penularan, penanganan dan pencegahan) setelah dilakukan tindakan dengan kriteria hasil: a. Pasien atau keluarga mampu menjelaskan cara penularan, penanganan awal dan pencegahan HFMD. b. Pasien atau keluarga dapat melaksanakan tindakan penanganan dan pencegahan selanjutnya dengan menyebut contoh konkritnya. Intervensi : (1) Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakitnya. R/mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan pasien tentang penyakitnya. (2) Berikan penjelasan pada pasien /keluarga tentang penyakitnya (penularan dan penanganan). R/ penularan HFMD dapat melalui kontak langsung dengan pasien yang menderita HFMD maupun melalui kontak tidak lansung seperti penggunaan barang-barang pribadi seperti pakaian, handuk, maunan, peralatan makan atau minum dll. (3) Anjurkan keluarga untuk menjaga kebersihan lingkungan. R/ lingkungan rumah yang bersih membantu mencegah penularan virus. (4) Observasi pemahaman tentang materi penulayang diberikan. R/ keluarga mampu menjelaskan kembali materi yang diberikan, menunjukkan pemahaman tentang penyakit.
BAB 3 LAPORAN KASUS
3.1 Pengkajian Tanggal: 9 Juni 2014 Pengumpulan Data 3.1.1 Identitas Kepala Keluarga 1) Nama kepala keluarga : Tn.A 2) Umur : 58 Tahun 3) Pekerjaan : Swasta 4) Pendidikan : SMA 5) Agama : Islam 6) Suku, Bangsa : Jawa, Indonesia 7) Alamat : Surabaya
3.1.2 Jarak dengan pelayanan kesehatan terdekat 1) Puskesmas : 500 m 2) Puskesmas pembantu : - 3) Posyandu : 300 m 4) Poliklinik : -
3.1.3 Susunan anggota kelurga No Nama L/P Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Hub. kel Ket 1. 2. 3. 4. 5.
Tn. A Ny. M Tn. M Ny. N An. M.R L P L P L 58 thn 56 thn 32 thn 32 thn 13 bulan Islam Islam Islam Islam Islam Tamat SMA Tamat SMA Sarjana Sarjana
Peg. Swasta IRT PNS Swasta
KK Istri Menantu Anak Cucu Sehat Sehat Sehat Sehat Sakit HFMD
3.1.4 Genogram
= laki-laki
= perempuan
= pasien
= tinggal dalam satu rumah 3.1.5 Tipe keluarga Keluarga ini tergolong dalam tipe keluarga ekstandet yang terdiri dari bapak, ibu, anak dan cucu dalam satu rumah. 3.1.6 Status sosial ekonomi Tn. A bekerja sebagai pegawai swasta dengan penghasilan 2 juta perbulan. Rumah yang digunakan sebagai tempat tinggal merupakan milik dari anaknya sedangkan rumahnya sendiri dikontrakkan. Tn. M bekerja sebagai PNS di Lumajang dengan penghasilan 3 juta dan Ny. N bekerja sebagai pegawai swasta dengan penghasilan 3 juta. Dalam keluarga memiliki 2 kendaraan sepeda motor, 1 televisi, 1 lemari es dan perabotan rumah tangga lain. 3.1.7 Aktivitas rekreasi keluarga Keluarga ini sering menghabiskan waktu libur untuk bepergian ke tempat saudara di Lumajang. Semua keluarga baru bisa berkumpul setelah pukul 18.00 WIB dan biasa menonton TV bersama karena Tn. A dan Ny. N sibuk bekerja. 3.1.8 Kegiatan dalam kehidupan sehari hari 1) Kebiasaan kebersihan perorangan: An.M.R mandi 2x/hari, keramas 1x/hari dibantu oleh neneknya. Nenek mengungkapkan sudah melatih cucunya untuk mencuci tangan sebelum makan.
An. M.R 13 bulan
2) Kebiasaan aktivitas, istirahat/tidur: nenek mengungkapkan An.M.R tidur siang mulai jam 12.00-15.00, sedangkan malam mulai jam 21.00-06.00. An. M R biasa tidur siang dengan neneknya dan tidur malam dengan ibunya. An. M.R biasa langsung tidur di kamar tanpa harus digendong dulu. Sehari-hari An. M.F bermain dengan teman di sebelah rumah. Permainan yang biasa dimainkan adalah bermain pistol-pistolan dan menyusun balok. An. M.R jarang digendong dan sering main di depan TV atau di teras rumah. Saat dikaji klien minta untuk keluar rumah 3) Eliminasi Nenek mengungkapkan An. M.R BAK 7-9 kali. Anak masih sering ngompol. BAB setiap hari dengan konsistensi lembek. 4) Kebiasaan makan: klien makan 3x/hari dengan komposisi nasi tim, lauk dan sayur. Lauk yang biasa diberikan adalah daging ayam, telur, hati ayam, dan tahu tempe. Sayur yang diberikan adalah bayam, wortel, sawi. An. M.R tidak memiliki alergi terhadap makanan. Lauk yang disukai oleh An. M.R adalah telur ayam. An. M.R biasa menghabiskan makanan yang sudah disiapkan oleh neneknya. Klien minum susu 1000 cc/ hari dengan pengenceran susu 1:30. Minum air putih kadang-kadang bila minta saja. Saat dikaji, nenek mengungkapkan An. M.R saat ini susah makan dan makan hanya 2-3 sendok saja karena mengeluh mulutnya sakit. 3.1.9 Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga 3.1.9.1 Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini Keluarga ini memasuki tahap VI dengan anak sudah menikah dan mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan mempersiapkan diri untuk kepergian anaknya. 3.1.9.2 Tugas pada tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Masih terdapat tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi yaitu Ny. N masih tinggal dengan orang tuanya dan belum bisa hidup mandiri. 3.1.9.3 Riwayat kesehatan setiap anggota keluarga (yang serumah) sekarang dan sebelumnya. 1) Riwayat kelahiran BBL: 3300 gram TB Lahir: 48 cm Anak lahir normal dibantu oleh bidan.
2) Imunisasi Anak M.R sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap yaitu BCG, Hepatitis 1- 3, DPT 1-3, Polio dan campak dan tidak mengikuti imunisasi tambahan selain imunisasi dasar. 3) Tumbuh kembang Pertumbuhan: BB: 9,5 kg (berat badan turun 200 gram dari sebelum sakit) BB anak usia 13 bulan normal: 2n+8= (2.1) + 8= 10 kg LILA: 15 cm Gigi susu sudah mulai tumbuh 4 gigi. Perkembangan: Motorik halus: nenek mengungkapkan bahwa cucunya sudah bisa memegang sendok dan mencoba makan sendiri meskipun terkadang makanannya banyak yang tumpah. An. M.R sudah bisa memegangi mainan. Motorik kasar: Anak M.R belum bisa berjalan sendiri tetapi sudah bisa berdiri dan berjalan dengan bantuan. Sosialisasi: An. M.R tidak menangis dan takut saat didekati oleh orang asing dan mau berjabat tangan. Bahasa: Anak M.R sudah bisa mengucapkan satu kata seperti mama dan maem. 4) Riwayat Penyakit Dahulu An. M.R sering menderita sakit batuk-pilek ringan yang sembuh saat minum obat dari Puskesmas. Dalam keluarga tidak ada yang sedang menderita penyakit flu Singapura. 5) Riwayat Penyakit Sekarang An. M.R sakit batuk-pilek dan demam sejak 1 minggu terakhir (2 Juni 2014) dan sudah berobat ke Puskesmas dan diberikan obat Parasetamol, GG dan Demacolin dalam bentuk puyer. Sejak 2 hari yang lalu (7 Juni 2014) batuk pileknya belum sembuh dan kadang-kadang masih demam dan mulai timbul bintik-bintik merah di telapak tangan dan kaki. Akhirnya nenek klien membawa An. M.R ke Puskesmas. Pasien mendapat terapi Mycostatin Drop 3x6 tetes sebelum makan, obat Parasetamol, GG dan Demacolin dalam bentuk puyer 3x1 dan mendapat pesanan dari dokter untuk tetap memberikan makan apa yang anak mau, untuk sementara jangan biarkan An. M.R bermain dengan temannya karena nanti dapat menularkan kepada teman-temannya.
6) Pemeriksaan Fisik (1) Keadaan umum pasien: agak lemah, tidak rewel. (2) Tanda tanda vital: Suhu 37 0 C, RR 28x/mnt, Nadi 106x/mnt NRS: 2 (3) Kepala dan leher: Rambut bersih, warna hitam dan terlihat beberapa helai rambut yang rontok, konjungtiva merah muda, sklera putih. Tidak terdapat polip pada hidung, terdapat sariawan di seluruh permukaan mulut, mukosa bibir lembab, keadaan kedua telingga bersih. (4) Dada: Bentuk dada simetris, suara perkusi dada sonor. Saat di auskultasi terdengar suara vesikuler di semua lapang paru dan terdengar jelas bunyi lup- dup di mid clavicula ICS 4-5. (5) Abdomen: Perut supel tidak ada nyeri tekan, saat diperkusi terdengar bunyi suara timpani, saat diauskultasi bising usus 25 x/menit. Kandung kemih kosong. (6) Ekstremitas: Tidak ada kelemahan pada ektremitas, CRT < 2 detik. (7) Punggung: Tidak terdapat kelainan tulang belakang. (8) Integument: Kulit lembab, turgor kulit < 2 detik, terdapat vesikula pada telapak tangan dan kedua tungkai klien. 3.1.10 Lingkungan 1) Karakteristik rumah (termasuk denah rumah) Rumah yang dimiliki keluarga ini merupakan rumah milik anaknya sendiri dengan panjang rumah 13 m2 dan lebar 6,5 m2 dinding rumah terbuat dari tembok, tembok samping menempel dengan rumah tetangga, ruangan rumah terdiri dari ruang tamu, 2 kamar tidur, dapur, kamar mandi, saptic terletak disamping rumah. Lantai rumah terbuat dari keramik. Ventilasi sinar matahari cukup masuk ruangan, masing- masing kamar tidur ada jendela dan diruang tamu juga ada jendela. Penataan rumah rapi dan bersih. Terdapat satu tempat sampah yang tertutup di dapur dan di depan rumah. Sampah diambil oleh petugas pengambil sampah 2 hari sekali. Terdapat kamar mandi dengan bak air yang setiap hari air selalu diganti. Keadaan lantai kamar mandi tidak licin. Keluarga mencuci alat makan dengan menggunakan bak kecil.
Keterangan: 1. ruang tamu 2. ruang tidur 3. dapur 4. kamar mandi/ WC
2) Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW Keluarga Tn. A tinggal di lingkungan yang padat penduduk, antara satu rumah dengan rumah lain salin berhimpitan. Keluarga Tn.A tinggal di lingkungan RT yang memiliki kerukunan hidup antar warga. Dalam kehidupan sehari hari mereka saling bantu dan tolong menolong. Hubungan antar keluarga Tn.A dan tetangga terjalin baik. Terdapat balita di samping kanan-kiri rumah Tn. A 3) Mobilitas Geografis Keluarga Tn.A tinggal di rumah ini sejak 3 tahun yang lalu. 4) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat Tn. A rajin mengikuti kegiatan di masjid dekat rumah, sedangkan Ny.M rutin dan aktif dalam kegiatan PKK di RT dan guru mengaji. Ny. M rutin mengikuti kegiatan di masyarakat dan selalu mengikuti penyuluhan yang ada di masyarakat. Penyuluhan terakhir yang didapatkan pada posyadu balita pada Bulan Juni adalah tentang Flu Singapura. Anak M.R sering bermain dengan anak-anak tetangga yang lain. Ny. M mengungkapkan bahwa di sekitar rumahnya belum ada yang menderita Flu Singapura. 5) Sistem Pendukung Keluarga Tn. A mengungkapkan bahwa biaya pengobatannya di puskesmas gratis karena Tn. A dan keluarga terdaftar dalam BPJS In Health Silver. 3.1.11 Struktur Keluarga 1) Pola Komunikasi Keluarga Pola komunikasi keluarga ini bersifat terbuka, apabila ada masalah selalu dibicarakan bersama sama dan berusaha mencari jalan keluar tanpa melibatkan emosi. Tn.A mengatakan komunikasi dilakukan secara musyawarah. Dimana keluarga saling tukar menukar informasi, menerima gagasan, dan memiliki batasan- batasan dalam menyaring informasi yang diterima oleh keluarga dan segala keputusan akan dipertimbangkan dan diputuskan oleh Tn.A sebagai kepala keluarga.
2
3 4 2 1
2) Struktur kekuatan keluarga Sebagai kepala keluarga Tn.A paling berperan dalam pengambilan keputusan meskipun bila ada masalah dibicarakan bersama istri dan anaknya. Tn. A juga melibatkan Tn. M dalam pengambilan keputusan 3.1.12 Fungsi Keluarga 1) Fungsi Afektif Sikap dan kebutuhan kasih sayang antar anggota keluarga dapat terjalin dan terpenuhi dengan baik, keluarga saling memperhatikan. An. M.R bertemu dengan Tn. M setiap satu bulan sekali. 2) Fungsi Social Hubungan antar anggota keluarga baik dan saling membantu dalam melaksanakan tugas dalam keluarga. Keluarga Tn.A juga membina hubungan yang baik dengan tetangga sekitar rumahnya. Ny. M mengajarkan kepada cucunya untuk berjabat tangan dengan orang lain yang bertamu di rumahnya. 3) Fungsi Perawatan Keluarga Keluarga mengungkapkan bahwa seseorang dikatakan sakit apabila benar benar tidak dapat melakukan aktivitas apa apa sedangkan sehat merupakan suatu keadaan yang mampu melakukan aktivitas tanpa ada keluhan. Ny. M mengetahui sakit yang diderita cucunya adalah sakit yang dapat menular dan harus segera diatasi oleh tenaga kesehatan. (1) Kemampuan Keluarga Mengenal Masalah Kesehatan Ny. M mengungkapkan sudah pernah mendapat informasi tentang penyakit anaknya dari dokter saat penyuluhan di Posyandu dan saat ditanya kembali nenek bisa menjawab tentang sakit yang diderita anaknya yaitu penyakit flu Singapura yang disebabkan kerane virus yang dapat menular ke anak-anak lain tetapi Ny. M mengungkapkan masih bingung tentang tanda dan gejala, penanganan penyakit flu Singapura dan cara pencegahan Flu Singapura. Ny. M mengungkapkan bahwa cucunya dibelikan vitamin penambah napsu makan oleh Ny. N. (2) Kemampuan Keluarga dalam Mengambil Keputusan Ny. M mengungkapkan saat cucunya mulai sakit batuk-pilek dan panas maka keputusan yang diambil Ny.M dan Ny. N adalah membawa anaknya berobat ke Puskesmas atau ke dokter. (3) Kemampuan Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit Ny. M mengungkapkan bahwa saat ini merasa cucunya masih perlu banyak istirahat dan untuk sementara tidak dapat bermain dengan anak tetangga karena dapat menularkan penyakitnya ke anak tetangga. Ny. M mengungkapkan ingin membelikan vitamin pada cucunya supaya cepat sembuh. Perawatan yang diberikan oleh Ny.M
dan Ny. N saat An. M.R sakit demam adalah memberikan kompres air hangat. Keluarga selalu memberikan obat sesuai dengan yang dipesan oleh dokter. (4) Kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan Tn.A tinggal di rumah yang cukup nyaman. Ny. M mengungkapkan menutup pintu rumahnya karena cucunya selalu minta untuk keluar rumah dan bermain dengan teman-temannya. Ny. M tidak mengikuti kegiatan di Masjid karena takut cucunya ikut dan menulari anak-anak yang di Masjid. (5) Kemampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan Jarak puskesmas dari rumah Ny. M 500 m, jika ada keluarga yang sakit langsung dibawa ke puskesmas. Dan keluarga ini juga tidak memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan dengan pelayanan kesehatan. 4) Fungsi reproduksi Keluarga mengungkapkan bahwa tidak ada masalah dengan alat reproduksinya. Ny.N mengikuti KB suntik 1 bulan sekali yang didapatkan dari Puskesmas. 3.1.13 Stres dan Koping keluarga 1) Stresor jangka panjang dan jangka pendek (1) Stresor jangka panjang Ny. M takut jika penyakit flu Singapur kambuh lagi. (2) Stresor jangka pendek Ny.M mengungkapkan takut cucunya tidak segera sembuh dari sakitnya dan takut jika anaknya susah makan dan menulari anak-anak yang lain. 2) Strategi koping yang digunakan Ny. M mengungkapkan apabila keluarga tidak dapat memecahkan masalah maka akan dirundingkan dengan anggota keluarga lain untuk menemukan jalan keluar. 3.1.14 Harapan Keluarga Keluarga berharap An. M.R segera sembuh dan dapat bermain dengan teman- teman di sekitar rumahnya.
3.2. Analisa Data No Data Masalah Kemungkinan penyebab 1 S: Nenek mengungkapkan An.M.R makan hanya 2-3 sendok. O: - KU An.M.R lemah - Terdapat sariawan di semua permukaan mulut - BB: 9,5 kg dengan usia 13 bulan (berat badan turun 200 gram dari sebelum sakit) - LILA: 15 cm
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh HFMD
Infasif ke mukosa oral
Terbentuknya vesikel
Nyeri saat makan/minum
Intake kurang adekuat
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. 2 S: nenek klien mengungkapkan An. M.R ingin keluar rumah dan bermain dengan teman- temanya, An. M.R sering ikut neneknya pergi mengajar mengaji di Masjid. Ny. M mengungkapkan bahwa di sekitar rumahnya belum ada yang menderita Flu Singapura. Ny. M mengungkapkan An. M.R sering bermain dengan anak- anak tetangga yang lain. O: - Saat dikaji klien minta untuk keluar rumah Resiko penularan penyakit HFMD
Penyakit menular
Resiko penularan penyakit
3.3. Prioritas Diagnosa Keperawatan 3.3.1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran 1. Sifat masalah (aktual) 3/3x1=1 1 An.M.F makan hanya 2-3 sendok saat makan. Pemenuhan asupan makanan yang tidak adekuat akan dapat mempengaruhi proses penyembuhan penyakit dan menggaggu proses tumbuh kembang anak 2. Kemungkinan masalah dapat diubah (sebagian) 1/2x2=1 1 Ibu klien menyadari anaknya perlu intake nutrisi yang adekuat untuk mempercepat kesembuhan. 3. Potensial masalah dapat dicegah (cukup) 2/3x1=2/3
2/3 Keluarga mendukung perawatan klien yaitu dengan mau membelikan vitamin penambah
napsu makan. 4. Menonjolnya masalah (masalah dirasakan harus segera ditangani) 2/2x1=1 1 Klien mengalami masukan nutrisi yang kurang adekuat, sedangkan nutrisi diperlukan untuk mempercepat kesembuhan. Total skor 3
3.3.2. Resiko penularan No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran 1. Sifat masalah (resiko) 2/3x1=1 2/3 Nenek klien mengungkapkan An. M.R ingin keluar rumah dan bermain dengan teman-temanya, An. M.R sering ikut neneknya pergi mengajar mengaji di Masjid. Saat dikaji klien minta untuk keluar rumah 2. Kemungkinan masalah dapat diubah (sebagian) 1/2x2=1 1 Nenek klien mengungkapkan tau bahwa penyakit yang diderita oleh cucunya dapat menular ke anak lain. Nenek sudah melarang cucunya untuk keluar rumah. 3. Potensial masalah dapat dicegah (cukup) 2/3x1=2/3
2/3 Keluarga mendukung perawatan klien untuk mencegah penularan . 4. Menonjolnya masalah (masalah dirasakan harus segera ditangani) 2/2x1=1 1 HFMD adalah penyakit yangdisebabkan oleh virus dan dapat menular. Total skor 3 1/3
3.4. Diagnosa Keperawatan 1) Resiko penularan penyakit berhubungan dengan adanya agen penularan dari infeksi virus. 2) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan keinginan napsu makan sekunder akibat anoreksia ditadai dengan nenek mengungkapkan An.M.R hanya makan 2-3 sendok saja, An. M.R tampak lemah, BB sekarang 9,5 kg dengan usia 13 bulan, Lila 15 cm.
2 9
3.5. Perencanaan Asuhan Keperawatan Keluarga No Diagnose Keperawatan Keluarga Tujuan Creteria/Evaluasi Rencana Tindakan Umum Khusus Criteria Standart 1 Resiko penularan penyakit berhubungan dengan adanya agen penularan dari infeksi virus.
Tidak terjadi penularan penyakit setelah dilakukan 3x tindakan kunjungan dengan interval 1-2 hari 1. Keluarga mengerti tentang pengertian Flu Singapura, penyebab, gejala, cara penularan, dan penanganannya serta cara pencegahan dari Flu Singapura 2. Keluarga tidak menemukan adanya tanda dan gejala seperti tanda dan gejala dari Flu Singapura pada anggota keluarga atau tetangga sekitar Verbal dan observasi
Psikomot or 1. Keluarga dapat mengetahui tentang pengertian Flu Singapura, penyebab, gejala, cara penularan dan cara penanganan. 2. Keluarga dapat menjelaskan tentang cara pencegahan penularan penyakit 3. Keluarga dapat menerapkan tindakan mencegahan penularan penyakit 4. Keluarga dapat mengetahui tentang tanda dan gejala adanya penularan Flu Singapura 1. Jelaskan kepada keluaga bahwa penyakit yg diderita An. M.R adalah penyakit menular 2. Jelaskan kepada keluarga tentang cara-cara pencegahan penularan penyakit. 3. Motivasi keluarga untuk melakukan tindakan pencegahan penularan penyakit 4. Jelaskan kepada keluarga tentang adanya tanda dan gelaja dari penularan penyakit Flu Singapura 5. Observasi pengetahuan dan tindakan keluarga tentang cara pencegahan penularan penyakit. 2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan keinginan napsu Kebutuhan nutrisi An. M.F terpenuhi setelah dilakukan 3x kunjungan dengan 1. Keluarga mengerti tentang pentingnya asupan nutrisi 2. Keluarga mengerti tentang pemberian Verbal & observasi
1. Keluarga mengerti bahwa nutrisi sangat penting untuk pemenuhan gizi pada anak sehingga anak 1. Jelaskan pada keluarga tentang pentingnya asupan nutrisi yaitu untuk memenuhi gizi pada anak sehingga imunitas anak menjadi baik dan anak tidak mudah sakit.
3 0
makan sekunder akibat anoreksia ditadai dengan nenek mengungkapkan An.M.R hanya makan 2-3 sendok saja, An. M.R tampak lemah, BB sekarang 9,5 kg dengan usia 13 bulan, Lila 15 cm.
interval 1-2 hari makanan yang bervariasi 3. Keluarga mampu memberikan makanan yang bervariasi 4. Keluarga mampu memberikan makan sesuai dengan jam makan 5. Keluarga dapat menangani penyulit makan pada anak 6. Terjadi peningkatan nafsu makan pada anak
Psikom otor menjadi tidak mudah sakit. 2. Keluarga dapat menjelaskan kembali tentang jadwal pemberian makan dan variasi makanan yang diberikan 3. Keluarga dapat memberikan makanan yang bervariasi 4. An. M.R dapat menghabiskan minimal porsi makan yang disediakan. 5. Keluarga dapat memberikan obat sesuai dengan resep dokter 6. Keluarga mengungkapkan bahwa nafsu makan anak meningkat 2. Sarankan pada keluarga untuk memberi makan pada klien dengan porsi sedikit tapi sering. 3. Motivasi keluarga untuk membujuk klien makan jika tidak mau makan 4. Ajarkan kepada keluarga dalam pembuatan modisko. 5. Sarankan kepada keluarga untuk menyajikan makanan dalam keadaan menarik dan bervariasi 6. Motivasi keluarga untuk menimbangkan anaknya di posyandu secara rutin. 7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Mycostatin 3x 6 tetes dan pemberian vitamin 1x1/2 cth 8. Observasi keluhan dan kemampuan keluarga dalam memberikan makan, nafsu makan anak.
3 1
3.6. Pelaksanaan No Tujuan Khusus Tanggal Implementasi Evaluasi 1. 1. Keluarga mengerti tentang cara penularan penyakit 2. Keluarga mengerti tentang cara pencegahan penularan penyakit 3. Keluarga dapat mengerti tentang gejala terjadinya penularan 9 Juni 2014 1. Jam 16.05 menjelaskan bahwa penyakit Flu Singapura disebabkan karena virus yang dapat menular. Penularan dapat disebabkan karena kontak dengan penderita, lewat udara dan lewat air liur. Tidak ada penanganan secara khusus, hanya sesuai dengan gejala yang muncul, seperti jika panas dilakukan kompres dengan air hangat. 2. Jam 16.27 menjelaskan kepada keluarga untuk tidak mengajak anak keluar rumah dan bermain dengan temannya dulu, selalu cuci tangan dan menjaga kebersihan sebelum dan sesudah memegang An. M.R 3. Jam 16.35 menjelaskan kepada keluarga tanda dan gejala adanya penularan penyakit Flu Singapura yaitu jika anak mengalami tanda dan gejala seperti Flu Singapura yaitu pada awal gejala akan terjadi demam dan seperti batuk pilek, akan muncul bintik-bintik merah pada kaki dan tangan sertja munculnya sariawan. 4. Jam 16.45 menanyakan kembali kepada keluarga tentang penjelasan yang sudah diberikan Tanggal 11 juni 2014 S: Nenek klien mengungkapkan sudah tahu kalau penyakit yang diderita oleh An M.R dapat menular, nenek klien mengungkapkan An. M.R sudah jarang keluar rumah dan jarang bermain dengan teman. Nenek mengungkapkan selalu mencuci tangan. Nenek mengungkapkan tidak ada anggota keluarga dan tetangga sekitar yang mengalami gejala seperti Flu Singapura O: anak berada di dalam rumah A: masalah tidak terjadi 2. 1. Keluarga mengerti tentang pentingnya asupan nutrisi 2. Keluarga mengerti tentang pemberian makanan yang bervariasi 9 Juni 2014 1. Jam 16.00 menjelaskan pada keluarga pentingnya asupan makanan dan minuman yang cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan gizi anaknya sehingga kekebalan anak menjadi lebih baik dan anak menjadi tidak mudah sakit.
Tanggal 11 Juni 2014 S: Nenek klien mengungkapkan sariawan pada mulut anaknya sudah berkurang, nafsu makan
3 2
3. Keluarga mampu memberikan makanan yang bervariasi 4. Keluarga mampu memberikan makan sesuai dengan jam makan 5. Berat badan An. M.R meningkat atau tidak mengalami penurunan. 2. Jam 16.10 menyarankan pada nenek untuk memberi An. M.R asupan makanan dengan porsi sedikit tapi sering dan bervariasi. Seperti contohnya jam 7 pagi memberi makan nasi tim semampu klien menghabiskan kemudian jam 10 pagi memberi biskuit atau roti untuk camilan, kemudian jam 13.00 kembali memberi makan nasi atau bubur dan seterusnya diberikan makanan dan camilan sacara selang-seling dan lauk bisa bervariasi seperti telur, tahu tempe, atau daging yang yang dihaluskan. 3. Jam 16.13 Menyarankan pada nenek untuk memberikan makanan pengganti nasi seperti roti atau biskuit bila anak sama sekali tidak bisa mengkonsumsi nasi atau bubur. 4. Jam 16.20 menjelaskan kepada keluarga untuk memberikan modisko yaitu dengan membuatkan agar-agar tetapi dapat ditambahkan dengan susu. 5. Jam 1623 Memotivasi keluarga untuk membujuk anaknya supaya tetap mau menghabiskan makan. 6. Jam 16.25 menganjurkan kepada keluarga untuk tetap memberikan obat Mycostatin 6 tetes setelah makan dan tetap memberikan vitamin 1x sendok obat 7. Jam 16.30 menganjurkan kepada keluarga untuk tetap rutin menimbangkan An. M.R ke posyandu yaitu pada tanggal 2 Juli 2014 8. Jam 16.45 menanyakan kembali kepada keluarga tentang penjelasan yang sudah diberikan. anak M.R sudah mulai meningkat, anaknya sudah bisa menghabiskan porsi makanan yang biasa disediakan. Keluarga mengungkapkan memberikan makan 3x sehari dan menberikan selingan makanan ringan. Keluarga mengungkapkan tetap sabar dan mencoba untuk menyuapi anaknya meskipun agak susah, nenek mengungkapkan bahwa akan berusaha untuk selalu menimbangkan cucunya di posyandu. O: sariawan pada mukosa mulut berkurang A: masalah teratasi 33 3.7. Catatan Perkembangan Diagnosa Keperawatan Tanggal S.O.A.P.I.E Resiko penularan penyakit berhubungan dengan adanya agen penularan dari infeksi virus.
10 Juni 2014 Jam 16.00 S: nenek klien mengungkapkan sudah tahu bahwa penyakit yang diderita oleh cucunya adalah penyakit menular, nenek mengungkapkan tidak mengijinkan cucunya untuk keluar rumah dan bermain dengan temannya, nenek mengungkapkan tidak mengajak cucunya pergi ke Masjid untuk mengaji. Nenek mengungkapkan selalu mencuci tangan setelah menolong BAB dan BAK, sebelum dan setelah makan, keluarga mengungkapkan tidak ada anggota keluarga dan tetangga sekitar yang memiiki gejala seperti Flu Singapura O: anak M.R berada di dalam rumah A: masalah tidak terjadi P: hentikan intervensi 1-2, lanjutkan intervensi 3-6 I: - Pukul 16.20 tetap memotivasi keluarga untuk tetap melakukan cuci tangan dan tidak mengajak anak keluar rumah dan bermain dengan temannya dulu. E: jam 17.00 Anak M.R berada di dalam rumah, nenek tidak mengijinkan cucunya untuk keluar rumah. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan keinginan napsu makan sekunder akibat anoreksia ditadai dengan nenek mengungkapkan An.M.R hanya makan 2-3 sendok saja, An. M.R tampak lemah, BB sekarang 9,5 kg dengan usia 13 bulan, Lila 15 cm.
10 Juni 2014
Jam 16.00 S: nenek klien mengungkapkan sariawan pada mulut anaknya sudah berkurang tetapi anaknya masih sulit untuk makan, keluarga mengungkapkan anak hanya bisa menghabiskan porsi dari yang biasa. Keluarga mengungkapkan bahwa belum membuatkan agar-agar O: KU An. M.R masih agak lemah, vesikula pada mukosa mulut berkurang. A: Masalah belum teratasi P: Intervensi diteruskan kecuali no: 1 I: - Pukul 16.20 Tetap menyarankan pada ibu untuk memberikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering dan memberikan biskuit, roti atau agar- agar sebagai pengganti nasi. - Pukul 16.23 Mendampingi keluarga saat memberikan makan kepada anak M.R - Pukul 16.25 Memotivasi keluarga untuk tetap membujuk anaknya untuk menghabiskan makanan - Mengobservasi cara keluarga dalam memberikan obat Mycostatin 6 tetes setelah makan E: jam 17.00 keluarga tampak antusias dalam memberi makan dan minum pada An. M.R. An.M.R mau menghabiskan porsi makan yang disediakan. Keadaan vesikula pada mukosa mulut berkurang, nenek dapat memberikan obat
34 Mycoctatin 6 tetes setelah makan Resiko penularan penyakit berhubungan dengan adanya agen penularan dari infeksi virus.
Jam 16.00 S: nenek klien mengungkapkan sudah tahu bahwa penyakit yang diderita oleh cucunya adalah penyakit menular, nenek mengungkapkan tidak mengijinkan cucunya untuk keluar rumah dan bermain dengan temannya, nenek mengungkapkan tidak mengajak cucunya pergi ke Masjid untuk mengaji. Nenek mengungkapkan selalu mencuci tangan setelah menolong BAB dan BAK, sebelum dan setelah makan, keluarga mengungkapkan tidak ada anggota keluarga dan tetangga sekitar yang memiiki gejala seperti Flu Singapura O: anak M.R berada di dalam rumah A: masalah tidak terjadi P: hentikan intervensi 1-2, lanjutkan intervensi 3-6 I: - Pukul 16.20 tetap memotivasi keluarga untuk tetap melakukan cuci tangan dan tidak mengajak anak keluar rumah dan bermain dengan temannya dulu. E: jam 17.00 Nenek klien mengungkapkan An. M.R sudah jarang keluar rumah dan jarang bermain dengan teman. Nenek mengungkapkan selalu mencuci tangan. Nenek mengungkapkan tidak ada anggota keluarga dan tetangga sekitar yang mengalami gejala seperti Flu Singapura Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan keinginan napsu makan sekunder akibat anoreksia ditadai dengan nenek mengungkapkan An.M.R hanya makan 2-3 sendok saja, An. M.R tampak lemah, BB sekarang 9,5 kg dengan usia 13 bulan, Lila 15 cm.
11 Juni 2014 Jam 16.00 S: keluarga mengungkapkan sariawan pada mulut anaknya sudah berkurang, An.M.R mampu makan porsi makanan yang biasa disediakan. Keluarga mengungkapkan memberikan makan 3x sehari dan menberikan selingan makanan ringan. Keluarga mengungkapkan tetap sabar dan mencoba untuk menyuapi anaknya meskipun agak susah. O: KU An. M.R tampak segar, sariawan pada mukosa mulut berkurang. A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi dihentikan. I: - Pukul 16.10 mengingatkan keluarga untuk menimbangkan anak M.R pada pertemuan posyandu bulan Juli yaitu pada tanggal 2 Juli 2014. - Pukul 16.15 menyarankan kepada keluarga untuk mencoba menbuatkan agar-agar - Pukul 16.20 memotivasi keluarga untk tetap memberikan makan sedikit tapi sering dan bervariasi kepada anak. E: nenek mengungkapkan bahwa akan berusaha untuk selalu menimbangkan cucunya di posyandu. Sariawan pada mukosa mulut anak berkurang.
35 BAB 4 PEMBAHASAN
4.1. Biodata Pada kasus, pasien berumur 13 bulan. Menurut teori Judarwanto Widodo (2009), HFMD sering menyerang anak-anak usia 2 minggu 5 tahun (kadang samapai 10 tahun). Terdapat kesesuaian antara fakta dan teori. HFMD sering menyerang pada anak-anak dikarenakan antibody pada anak masih belum terbentuk dengan baik sehingga mudah terserang oleh virus. 4.2. Riwayat Penyakit Sekarang An. M.R sakit batuk-pilek dan demam sejak 1 minggu terakhir (2 Juni 2014) Sejak 2 hari yang lalu (7 Juni 2014) batuk pileknya belum sembuh dan kadang- kadang masih demam dan mulai timbul bintik-bintik merah di telapak tangan dan kaki. Berdasarkan teori, tanda dan gejalanya adalah diawali dengan demam dengan suhu 38,3 0 C dengan durasi 2-3 hari, exathem (erupsi pada kulit) dan enathem (erupsi pada mukosa oral), nyeri telan atau pharingitis, kehilangan nafsu makan, pilek dan gejala seperti flu, malaise (Widodo Judarwanto, 2009). Terdapat kesesuaian antara fakta dan teori. Anak M.R mengalami demam pada awal gejala dikarenakan masih dalam masa inkubasi dan respon tubuh terhadap serangan virus. Erupsi pada kaki, tangan dan mukosa oral muncul setelah hari 6 yaitu setelah masa inkubasi. 4.3. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari (Activity Daily Life) Anak M.R mengalami penurunan napsu makan. Saat dikaji, nenek mengungkapkan An. M.R saat ini susah makan dan makan hanya 2-3 sendok. Klien minum susu 1000 cc/ hari dengan pengenceran susu 1:30. Menurut teori, kebanyakan dari kasus yang ada ditemukan akan terjadi penurunan gizi dan terjadi perubahan status gizi dikarenakan adanya lesi di mulutnya dan tenggorokkan (Jayakar, e-journal 2009). Terdapat kesesuaian antara fakta dan teori. anak M.R mengalami penurunan nafsu makan dikarenakan adanya lesi pada mukosa mulut yang dapat menurunkan napsu makan. 4.4. Pemeriksaan Fisik Pada saat pemeriksaan fisik didapatkan adanya lesi pada kaki dan tangan, adanya stomatitis, suhu 37 0 C, Saat di auskultasi terdengar suara vesikuler di semua lapang paru, Menurut teori, penyakit virus dengan tanda-tanda klinis yang jelas pada mulut dan lesi khusus pada ekstremitas bagian bawah, demam dengan suhu 38,3 0 C dengan durasi 2-3 hari (Jayakar, e-journal 2009). Terdapat kesesuaian antara fakta dan teori. Anak M.R sudah tidak demam karena pada saat pemeriksaan fisik anak sudah melewati masa inkubasi yaitu pada hari ke-6. Anak M.R didiagnosa oleh
36 dokter menderita Flu Singapura disebabkan karena tanda dan gejala yang muncul sesuai dengan tanda dan gejala pada Flu Singapura. 4.5. Lingkungan Anak M.R tinggal di lingkungan yang padat penduduk, antara satu rumah dengan rumah lain salin berhimpitan. Menurut teori Judarwanto Widodo (2009), penyakit ini sering terjadi pada masyarakat yang padat penduduknya dengan sanitasi lingkungan yang buruk. Terdapat kesesuaian antara fakta dan teori. Cara penularan dari penyakit ini dapat melalui kontak langsung dari orang ke orang yaitu melalui droplet aerosol, pilek, air liur (saliva), tinja, vesikel, atau ekskreta. Sedangkan penularan secara tidak langsung melalui baranGg handuk, baju, peralatan makan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekresi tersebut. Kepadatan penduduk sangat mempengaruhi penyebaran penyakit karena penyebaran dapat terjadi dengan droplet aerosol, penyebaran akan semakin mudah dengan udara. Selain itu, semakin padat penduduk akan semakin banyak kemungkinan kontak dengan penderita dan lingkungan sehingga virus dapat menyebar dengan mudah. 4.6. Terapi Pasien mendapat terapi Mycostatin Drop 3x6 tetes sebelum makan, obat Parasetamol, GG dan Demacolin dalam bentuk puyer 3x1. Menurut teori, tidak ada pengobatan khusus dan spesifik. Belum ada vaksinasi yang tersedia dan pengobatannya secara simptomatik. Terdapat kesesuaian antara fakta dan teori. Anak M.R mendapatkan terapi simtomatik saja. Anak M.R mendapatkan parasetamol karena pasien sempat mengalami demam. Pasien mendapatkan obat Demacolin dan GG karena ada tanda batuk pilek. Anak M.R mendapat obat Mycostatin untuk mengobati lesi pada mukosa oral. 4.7. Masalah Keperawatan Pada kasus didapatkan 2 masalah yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan resiko penularan. Menurut teori, masalah yang bisa terjadi adalah: ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum; hipertermi berhubungan dengan viremia; kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat demam; perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan degradasi vesikel pada mukosa oral; ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakadekuatan asupan sekunder akibat stomatitis; kerusakan integritas kulit behubungan dengan proses penyakit akibat virus; ansietas orang tua berhubungan dengan hospitalisasi anak, kurang pengetahuan orangtua tentang penyakit anak; Ansietas pada anak berhubungan dengan perubahan dalam lingkungan actual akibat hospitalisasi, tindakan traumatic; defisit pengetahuan orang tua dan keluarga tentang penyakit HFMD (penularan, penanganan awal dan
37 pencegahan) berhubungan dengan kurangnya informasi. Ada beberapa masalah keperawatan yang tidak muncul pada kasus, hal ini dikarenakan anak M.R sudah melewati masa inkubasi sehingga sudah tidak mengalami demam dan kekurangan volume cairan. Anak tidak mengalami ketidakefektifan bersihan jalan nafas dikarenakan anak sudah mendapatkan terapi dari Puskesmas sejak pertama anak berobat ke Puskesmas. Masalah gangguan rasa nyaman tidak diangkat karena data dari pemeriksaan tidak mendukung untuk diangkat masalah gangguan rasa nyaman dan tidak ada terapi khusus untuk masalah nyeri. Tidak diangkat kerusakan integritas kulit karena lesi yang muncul tidak menimbulkan gatal dan akan hilang pada hari 7- 10. Keluarga tidak mengalami kurang pengetahuan dan ansietas karena keluarga sudah pernah mendapatkan penyuluhan tentang Flu Singapura baik di Posyandu maupun di Puskesmas. Terdapat masalah baru yang tidak terdapat pada teori yaitu resiko penularan. Masalah tersebut diangkat karena keluarga tinggal di daerah yang padat penduduk dan cara penularan juga dapat terjadi melalui udara. 4.8. Intervensi Pada masalah Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh diberikan intervensi: Jelaskan pada keluarga tentang pentingnya asupan nutrisi yaitu untuk memenuhi gizi pada anak sehingga imunitas anak menjadi baik dan anak tidak mudah sakit, Sarankan pada keluarga untuk memberi makan pada klien dengan porsi sedikit tapi sering, Motivasi keluarga untuk membujuk klien makan jika tidak mau makan, Ajarkan kepada keluarga dalam pembuatan modisko, Sarankan kepada keluarga untuk menyajikan makanan dalam keadaan menarik dan bervariasi, Motivasi keluarga untuk menimbangkan anaknya di posyandu secara rutin, Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Mycostatin 3x 6 tetes dan pemberian vitamin 1x1/2 cth, Observasi keluhan dan kemampuan keluarga dalam memberikan makan, nafsu makan anak. Menurut teori, intervensi yang dapat diberikan adalah: Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat dan tipe diet yang dibutuhkan pada orang tua pasien, Berikan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering, jika mungkin kombinasikan dengan makanan yang disukai anak, Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik dan antijamur, Observasi BB tiap hari dengan alat ukur yang sama, jumlah makanan yang dihabiskan serta keluhan pasien. Tidak semua intervensi dapat dilakukan, yaitu pengukuran berat badan karena pada saat dilakukan evaluasi masih 2 hari dari intervensi. Evaluasi yang dilakukan adalah dengan mengobservasi napsu makan anak dan cara keluarga dalam memberikan makan anak.
38 4.9. Evaluasi Pada kasus didapatkan masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dan masalah resiko penularan tidak terjadi. Secara teori masalah nutrisi akan teratasi saat sudah tidak terdapat lesi pada mukosa mulut. Penyakit ini akan membaik dalam 7-10 hari (Jayakar, e-journal 2009). Evaluasi akhir dilakukan pada hari 9 dan sudah anak sudah dalam proses penyembuhan. Keadaan lesi pada mukosa mulut sudah berkurang sehingga intake nutrisi sudah mulai kembali seperti sebelum sakit. Untuk masalah resiko penularan tidak terjadi karena keluarga dapat melakukan tindakan pencegahan seperti melakukan isolasi pada pasien, gerakan gemar mencuci tangan.
39 DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Jual. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Alih bahasa: Monica Ester. 2006. Jakarta: EGC.
Dr. Widodo Judarwanto.SP.A. Kesehatan Anda dan Keluarga. Sent. April, 2009. http://xa.yimg.com/kq/groups/15673815/389249912/name/18+QHSE+Tips+_Flu +singapura_.pdf diakses selasa 1 Mei 2012
e-Journal of the Indian Society of Teledermatology, 2009;Vol 3, No.4 e-Jurnal Masyarakat India Teledermatology, 2009; Vol 3, No.4. Prof. Jayakar Thomas, MD., DD., MNAMS., PhD., FAAD.,Prof Jayakar Thomas, MD, DD.., MNAMS., PhD., Faad., http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.inst ed.in/ejournal/review34.pdf. Akses jam 19.42 2 mei 2012
Jabatan Kesehatan Negeri Serawak. 2006. http://jknsarawak.moh.gov.my/en/uploads/Poster%20%28English%29.pdf Diakses Selasa, 1 Mei 2012 Pukul 07.00 WIB
Travira Air & Safety Dept. Health, Safety, Environtment information FLU SINGAPURA. 4 Januari 2009. http://xa.yimg.com/kq/groups/21873903/207936553/name/Flu+Singapura,.pdf Diakses senin, 30 April 2012, pukul 00.30 WIB
Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa: Monica Ester. 2004. Edisi 4. Jakarta: EGC