Você está na página 1de 40

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA An. M. R DENGAN


DIAGNOSE MEDIA HFMD (HAND, FOOT, MOUTH
DESEASE) DI RT 03 RW 02 KELURAHAN
PETEMON KECAMATAN SAWAHAN
SURABAYA















OLEH:
1. ALFIA NOFITASARI (200902027)
2. INDRA HARY NUGROHO (200902042)
3. MARIA OKTAVIANI SIRI (200902056)
4. SERAFINA MELANI (200902070)
5. ELLY THURINA FRIDASARI (201102058)
6. FRANSISKA SOESETIJANTI (201102060)





PROGRAM PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KATOLIK
ST. VINCENTIUS A PAULO
SURABAYA
2014



LEMBAR PERSETUJUAN
Seminar Kasus Asuhan Keperawatan Keluarga Pada An. M.R Dengan Diagnose
Medis HFMD (Hand, Foot, Mouth Desease) Di Rt 03 Rw 02 Kelurahan
Petemon Kecamatan Sawahan Surabaya ini Telah
Disetujui Pada Tanggal 19 Juli 2014


Menyetujui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik




Widayani Yuliana S.Kep, Ns Maisarah, Amd Kep
NRK: 05-022 NIP: 19661218 198901 2 003


Mengetahui,












Ketua Program Studi S1 Keperawatan







Yustina Kristianingsih, M. Kep
NRK: 06-025
Kepala Puskesmas Sawahan







Dr. Grace Agustien Worang
NIP: 1957 0809 198503 2 004












BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Hand, foot and mouth disease (HFMD) atau kaki, tangan dan mulut (KTM)
adalah penyakit virus dengan tanda-tanda klinis yang jelas pada mulut dan lesi khusus
pada ekstremitas bagian bawah. Penyebab paling sering adalah coxackievirus, bagian
dari picornaviridae family (Jayakar, e-journal 2009) . Hand, foot and mouth disease
adalah exandemateus (penyakit virus dengan gejala ringan pada anak-anak dengan
demam kontinue atau remiten yang berlangsung selama 3 hari) yang tidak teratur.
Sering terjadi pada anak-anak atau pada dewasa yang disebabkan oleh virus coxackie
A16. Pada beberapa kasus disebabkan oleh coxackie virus A15dan AIO dan yang
lebih jarang lagi tipe A6, B2, dan enterovirus 71 (Yirdiz Batirbaygil, 1988)
Jakarta, InfoPublik - WHO melaporkan bahwa level kasus Hand Foot Mouth
Disease (HFMD) atau Penyakit Tangan Kaki Mulut (PTKM) masih rendah, di bawah
ambang kewaspadaan. "Meski demikian, untuk kewaspadaan Kemkes terus
berkoordinasi dengan WHO untuk antisipasi kemungkinan munculnya outbreak
seperti 2012 yg lalu," kata Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kemkes, Tjandra Yoga Aditama, Minggu (13/4), menanggapi pemberitaan yang
menyebutkan terjadi kasus PTKM di beberapa tempat di Jawa Timur dan Jawa Barat.
Disampaikan, dari hasil pengamatan Ditjen P2PL dan Dinas Kesehatan setempat
didapati bahwa seluruh kasus diketahui berusia 10 sampai 24 bulan dan memiliki
riwayat kontak dengan penderita karena rumah saling berdekatan serta biasa bermain
bersama.
Menurut California Health and Human Services Agensy dan Jayakar, E-journal:
(2009), tanda dari HFMD akan muncul dalam waktu 12-36 jam, yaitu sebagai
berikut: Diawali dengan demam dengan suhu 38
0
C dengan durasi 2-3 hari, exathem
(erupsi pada kulit) dan enathem (erupsi pada mukosa oral), nyeri telan atau
pharingitis, kehilangan nafsu makan , pilek dan gejala seperti flu, malaise, muncul
bintik-bintik merah kecil didalam mulut dan pipi bagian dalam, gusi dan lidah, bintik
merah disertai lepuhan atau luka/lesi, papulo vesikel tampak kemerahan dan tidak
gatal pada kulit dapat terjadi di tangan, kaki dan bokong kadang-kadang terjadi di
lengan dan betis. Papulo vesikel yang tidak gatal ditangan kanan dan kaki. Penyakit
ini akan membaik dalam 7-10 hari.


Menurut Judarwanto Widodo (2009) ada 2 penatalaksanaan bagi penderita
HFMD yaitu: Farmakologi diantaranya adalah Antiseptik diberikan di daerah mulut,
pemberian obat demam dengan penghilang rasa sakit analgesik misalnya
paracetamol, pemberian anti biotik untuk mencegah terhadap infeksi sekunder pada
anak kecil, dehidrasi merupakan masalah utama karena anak tidak dapat menyusui,
pemberian anastesi topikal untuk mengurangi nyeri pada ulkus dan mengatasi
athralgia (Batir baygil, 1988). Pada penderita dengan kekebalan tubuh yang rendah
atau neonatus dapat diberikan imuniglobulin IV (IgIV) pada pasien dengan
immunocompromis atau neonatus. Sedangkan penangan secara suportif antara lain:
Istirahat yang cukup, pemberian cairan yang cukup untuk rehidrasi dan meningkatkan
nutrisi yang optimal. Menurut Travira Air (2009) Bila ada muntah, diare, atau
dehidrasi dan lemah atau komplikasi lain akan perlu dirawat. Pada bayi dan anak
yang lebih mudah sebaiknya dirujuk ke rumah sakit.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa saja data fokus pada pasien dengan HFMD?
2) Diagnosa keperawatan apa saja yang dapat terjadi pada pasien dengan HFMD?
3) Bagaimana tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada keluarga dengan
anggota keluarga yang menderita HFMD?
4) Bagaimana evaluasi keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan HFMD?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan keluarga pada pasien dengan HFMD di
kelurahan Sawahan.
1.3.2 Tujuan Khusus:
1) Mampu menentukan analisa data pada keluarga dengan anggota keluarga
menderita HFMD
2) Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada keluarga dengan anggota
keluarga yang menderita HFMD
3) Mampu melakukan tindakan keperawatan pada keluarga dengan anggota
keluarga yang menderita HFMD
4) Mampu melakukan evaluasi pada Keluarga dengan anggota keluarga menderita
HFMD
1.4 Manfaat
1) Manfaat Teoritis
Dapat mengaplikasikan teori tentang asuhan keperawatan pada keluarga dengan
anggota keluarga menderita HFMD serta pertimbangan perawatan sesuai teori
yang yang didapatkan.





2) Manfaat Praktis
Dapat membantu keluarga dengan anggota keluarga yang menderita HFMD
memperoleh asuhan keperawatan yang maksimal untuk memulihkan dan
meningkatkan kualitas kesehatannya.






BAB 2
LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Konsep Medis
2.1.1 Pengertian
Hand, foot and mouth disease (HFMD) atau kaki, tangan dan mulut (KTM)
adalah penyakit virus dengan tanda-tanda klinis yang jelas pada mulut dan lesi khusus
pada ekstremitas bagian bawah. Penyebab paling sering adalah coxackievirus, bagian
dari picornaviridae family (Jayakar, e-journal 2009)
Hand, foot and mouth disease adalah exandemateus (penyakit virus dengan
gejala ringan pada anak-anak dengan demam kontinue atau remiten yang berlangsung
selama 3 hari) yang tidak teratur. Sering terjadi pada anak-anak atau pada dewasa
yang disebabkan oleh virus coxackie A16. Pada beberapa kasus disebabkan oleh
coxackie virus A15dan AIO dan yang lebih jarang lagi tipe A6, B2, dan enterovirus
71 (Yirdiz Batirbaygil, 1988)
Hand, foot and mouth disease atau penyakit tangan, kaki dan mulut adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus coxakie dan entero virus yang lain dengan ujud
kelainan yang khas yaitu enanthem dan vesikel di mulut dan eksanthem dan vesikel di
tangan dan kaki (Kow Tong Chen, dkk; 2008)
Menurt Widodo Judarwanto (2009) Penyakit KTM (kaki, tangan dan mulut)
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam familli
Picorna Viridae (Pico= kecil) genus enterovirus (Non Polio). Penyakit yang dapat
disebabkan oleh kelompok virus ini diantaranya:
1) Vesicular stomatitisdengan exanthem (KTM): Cox-16, EV 71
2) Vesicular pharyngitis (Herpangina)- EV 70
3) Acute lymphonodular pharyngitis- Cox A-10
2.1.2 Epidemiologi dan penularan penyakit
Menurut Widodo Judarwanto (2009) epidemiologi penyakit KTM adalah
sebagai berikut:
1) Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi pada musim panas. KTM adalah
penyakit yang umum atau biasa dan sering terjadi pada masyarakat yang crowded
atau padat dengan higiene, sanitasi yang burukdan menyerang anak-anak usia 2
minggu-5 tahun (kadang samapai 10 tahun). Orang dewasa umumnya kebal
terhadap enterovirus. Selama terjadi peningkatan infeksi EV 71 dalam jumlah
yang banyak, seseorang akan mengalami penurunan anti bodi.



2) Penularannya bisa terjadi secara horisontal transmision yaitu dari anak ke anak
atau pun dari ibu ke fetus (Jayakar, e-journal: 2009). Penyebarannya dapat
melalui kontak langsung dari orang ke orang yaitu melalui droplet aerosol, pilek,
air liur (saliva), tinja, vesikel, atau ekskreta. Sedangkan penularan secara tidak
langsung melalui barang handuk, baju, peralatan makan, dan mainan yang
terkontaminasi oleh sekresi tersebut.Penyakit ini tidak meiliki vektor namun ada
pembawa (carrier) seperti lalat dan kecoak.
3) Penyakit KTM ini mempunyai imunitas spesifik, namun anak dapat terkena
KTM lagi oleh virus strain atau enterovirus lainnya. Menurut Kow-Ton-Cen,
pada saat terserang oleh EV71 dalam jumlah yang banyak seseorang akan
mengalami penurunan antibodi.
4) Masa inkubasi penyakit ini termasuk pendek yaitu antara 2-5 hari atau 2-6 hari.
Gejala sistemik muncul dalam 24-48 jam, lesi tersebar pada kulit dan mukosa
oral. Exandem akan muncul dengan makula, kemudian berubah menjadi papula
dan vesikulalesi ini tersebar dalam 10-14 hari (Yirdiz Batirbaygil, 1988).
2.1.3 Penyebab
HFMD/KTM disebabkan oleh beberapa virus yang berbeda yang sebelumnya
termasuk dalam enterovirus (Health and Human services agensy). Yang paling sering
adalah Coxackie Virus 16 dan kadang-kadang enterovirus 71atau enterovirus yang
lain.Yang termasuk didalam entero virus adalah rhinovirus, Cardiovirus, Aphtoviru.
Di dalam jenis aphtovirus. (Widodo Judarwanto; 2009).
2.1.4 Patofisiologi
Penyebaran virus terjadi melalui kontak dengan cairan oral atau nasal, materi
fekal maupun droplet aerosol (fekal-oral atau oral-oral rute). Virus implantasi ke
mukosa bucal oral (pipi bagian dalam) dan tengorokan dan bereplikasi di daerah
tersebut kemudian menyebar ke usus (ileum) dan bereplikasi di usus, dari usus virus
invasi ke darah dan kelenjar getah bening dalam 24 jam menuju organ target. Terjadi
viremia dan menyebar ke mukosa mulut, dan seluruh tubuh termasuk tangan dan
kaki. Pada hari ke 7 setelah terinfeksi virus, tubuh membentuk antibodi meningkat
dan virus tereliminasivirus dikeluarkan melalui feses (Jayakar, E-jurnal: 2009;
JabatanKesehatan Negeri Serawak: 2006).
Enterovirus 71 merupakan virus yang menyerang neuropati. Batang otak
merupakan organ target untuk diinfeksi oleh virus ini. Tandanya sama dengan akut
flaxid paralisis walaupun tidak menyerang percabangan neuron motorik tetapi melalui
mekanisme neuropatological. Kemungkinan ada 2 rute yaitu virus masuk melalui
central nervus sistem (CNS) dan melalui perpindahan dari darah ke blood brain barier
(BBB) atau ditransmisikan dari CNS menuju ke syaraf perifer melalui axon.


Edema paru dapat terjadi pada anak-anak yang terserang enterovirus 71 terjadi
brainstem ensephalitis, dimana akan diaktifkan sitokin abnormal sebagai respon
terhadap inflamasi. Sitokin yang abnormal ini akan menyebabkan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah seperti yang terjadi pada akut inflamatori distress
sindrom (ARDS) (Kow-Tong Cen, dkk, 2008).
2.1.5 Manifestasi klinis
Menurut CaliforniaHealth and Human Services Agensy dan Jayakar, E-journal:
(2009), tanda dari HFMD akan muncul dalam waktu 12-36 jam, yaitu sebagai
berikut:
1) Diawali dengan demam dengan suhu 38,3
0
C dengan durasi 2-3 hari
2) Exathem (erupsi pada kulit) dan enathem (erupsi pada mukosa oral)
3) Nyeri telan atau pharingitis
4) Kehilangan nafsu makan
5) Pilek dan gejala seperti flu
6) Malaise.
7) Muncul bintik-bintik merah kecil didalam mulut
dan pipi bagian dalam, gusi dan lidah. Bintik merah disertai lepuhan atau
luka/lesi.
8) Papulo vesikel tampak kemerahan dan tidak gatal pada kulit dapat terjadi di
tangan, kaki dan bokong kadang-kadang terjadi di lengan dan betis. Papulo
vesikel yang tidak gatal ditangan kanan dan kaki. Penyakit ini akan membaik
dalam 7-10 hari.
Ciri-ciri lesi pada tangan dan kaki (Yirdiz Batirbaygil, 1988):
1) Bentuknya seperti macula berukuran 3-10mm, yang mana akan berubah dengan
cepat menjadi vesikula.
2) Tanda ini lebih nampak pada falang distal di jari-jari dan ulna dan akan timbul
nyeri.
3) Pada kaki timbul pada pinggir kaki lateral.
Menurut dr. Widodo Judarwanto (2009) Gejala dan tanda bahaya sebagai berikut:
1) Hiperpireksiasuhu lebih dasri 39
0
C.
2) Demam tidak turun-turun (prolong fever).
3) Tachicardia (jantung berdenyut cepat).
4) Tachipnea atau apnea.
5) Tidak ingin makan, muntah atau diare sehingga kekurangan cairan atau
dehidrasi.
6) Lethargi atau lemah dan kesadaran menurun.
7) Nyeri pada leher, lengan dan kaki.
Gambar 1. Lokasi lesi


8) Kejang.
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik
2.1.6.1 Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah Lengkap
Pada pemeriksaan darah lengkap, ditemukan peningkatan jumlah
Leukosit>10.000 u/L
2) Pemeriksaan PCR (polimerase chain reaction) ditemukan ada peningkatan
3) Pemeriksaan feses, usapan rektal, cairan serebrospinal dan usapan ulcus di mulut
atau tenggorokkan, vesikel di kulit atau biopsi otak. Pemeriksaan ini bertujuan
untuk deteksi virus, deteksi RNA dan serodiagnosis (Travira air, 2009).
2.1.6.2 Pemeriksaan Radiologi
MRI (Magnetic resonance Imaging): untuk mengetahui adanya barinstem
ensephalitis (Kow-Tong chen, dkk, 2008).
2.1.7 Penatalaksanaan
Menurut Judarwanto Widodo (2009) ada 2 penatalaksanaan bagi penderita
HFMD yaitu:
2.1.7.1.Farmakologi
1) Tidak ada pengobatan khusus dan spesifik. Belum ada vaksinasi yang tersedia.
2) Pengobatannya secara simptomatik.
(1) Antiseptik diberikan di daerah mulut.
(2) Pemberian obat demam dengan penghilang rasa sakit analgesik misalnya
paracetamol.
(3) Pemberian anti biotik untuk mencegah terhadap infeksi sekunder pada anak kecil,
dehidrasi merupakan masalah utama karena anak tidak dapat menyusui.
(4) Pemberian anastesi topikal untuk mengurangi nyeri pada ulkus dan mengatasi
athralgia (Batir baygil, 1988).
3) Pada penderita dengan kekebalan tubuh yang rendah atau neonatus dapat
diberikan imuniglobulin IV (IgIV) pada pasien dengan immunocompromis atau
neonatus.
2.1.7.2.Suportif
1) Istirahat yang cukup.
2) Pemberian cairan yang cukup untuk rehidrasi dan meningkatkan nutrisi yang
optimal.
3) Menurut Travira Air (2009) Bila ada muntah, diare, atau dehidrasi dan lemah
atau komplikasi lain akan perlu dirawat. Pada bayi dan anak yang lebih mudah
sebaiknya dirujuk ke rumah sakit.



2.1.8 Komplikasi (Travira air, 2009)
Dalam keadaan daya tahan tubuh yang sangat rendah atau immunocompromise
dapat terjadi komplikasi yang berbahaya dan mengancam jiwa. Namun hal ini sangat
jarang terjadi, diantaranya komplikasi yang dapat terajdi adalah:
1) Meningitis atau infeksi otak (aseptik meningitis, meningitis serosa/non bakterial).
2) Encephalitis
3) Myocarditis, ganguan jantung (Coxackie virus carditis) atau pericarditis
4) Paralisis akut flaxid (seperti penyakit polio)
2.1.9 Pencegahan dan Pengendalian penyakit (Judarwanto Widodo, 2009)
1) Penyakit ini sering terjadi pada masyarakat yang memiliki sanitasi yang kurang
baik. Pencegahan penyakit ini adalah dengan menjaga kebersihan (higiene dan
sanitasi) lingkungan perorangan seperti mencuci tangan, peralatan makan yang
tidak dicuci dangan baik, handuk dan pakaian yang telah terkontaminasi dan
digunakan secara bersamaan.
2) Perlu menggunakan universal precaution.




2.2. Konsep Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
1) Biodata
(1) Usia: HFMD menyerang anak usia 2-5 tahun kadang sampai usia 10 tahun, orang
dewasa pun dapat mengalaminya namun kemungkinannya sangat kecil
(Judarwanto widodo, 2009).
(2) Jenis kelamin: tidak ada perbedaa antara laki-laki dan perempuan
(3) Lingkungan: penyakit ini sering terjadi pada musim panas dan pada masyarakat
yang padat penduduknya dengan sanitasi lingkungan hyang buruk
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Demam dengan suhu 38,0
0
Catau > 39
0
C, nyeri telan (Pharingitis), nafsu makan
menurun, pilek atau flu, malaise, terdapat lesi di telapak tangan, kaki, bibir, lidah,
gusi, dan tenggorokkan seperti sariawan, takikardi, tachipnea atau apnea,
dehidrasi, letargie, kejang, muntah, diare (Jayakar, e- Jurnal, 2009; Widodo
Judarwanto, 2009).
3) Riwayat penyakit dahulu
Dahulu ibu pernah mengalami HFMD saat hamil atau anak pernah mengalami
HFMD dapat terkena lagi dengan enterovirus lainnya.
4) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
(1) Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi
Status gizi anak yang terserang HFMD sangat bervariasi. Kebanyakan dari kasus
yang ada/ ditemukan akan terjdi penurunan gizi dan terjadi perubahan status gizi
dikarenakan adanya lesi di mulutnya dan tenggorokkan yang menyebabkan anak
menjadi malas makan (Batir baygil, 1988)
(2) Pola pemenuhan kebutuhan higiene perseorangan
Perilaku yang berhubungan dengan keberasihan diri seperti mencuci tangan
setiap kali melakukan kegiatan atau bermain. Frekuensi mandi, penggunaan
handuk dan pakaian, alat makan, pakaian dan mainan (Travira Air, 2009)
(3) Pola pemenuhan kebutuhan eliminasi
Dalam keadaan yang berat anak dapat mengalami dehidrasi dan diare (Widodo
Judarwanto, 2009) hal ini akan menyebabkan gangguan pada sistem Eliminasi
urinedan sistem eliminasi alvi anak dapat mengalami diare
(4) Pola pemenuhan kebutuhan aktivitas istirahat
Anak usia toodler merupakan masa bermain. Saat sakit aktivitas bermain dibatasi
untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, selan itu anak mengalmai peningkatan
suhu tubauh, anak menjadi gelisah, rewel, malaise dan lethargi akibatnya anak
cenderung gelisah sehingga kebutuhan tidur tidak terpenuhi (Three Rivers 2009).


5) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum anak tampak sakit ringan sampai sedang, namun dalam keadaan
dapat juga tampak sakit berat. Anak tampaklemah, rewel, merah di tangan kaki dan
lesi di mulut dan tenggorokkan
(1) Tanda-tanda vital: suhu tinggi 38,0
0
C atau bisa> 39
0
C, nadi tachikardi,
pernapasan terkadang normal, namun dalam keadaan gawat dapat terjadi
Tachipnea atau apnea, TD dapat normal dapat juga meningkat
(2) Kepala: bentuk kepala normal,tidak ada nyeri tekan, pertumbuhan rambut
merata
(3) Mata: sklera putih, konjungtiva merah (ini terjadi pada anak yang demam tinggi),
pada palpasikelenjar lakrimalis diperiksa adanya nyeri tekan/ tidak.
(4) Hidung: inspeksi adanya sekret dan pernapasan cuping hidung
(5) Mulut: terdapat macula, papula dan vesikel. Vesikel yang telah pecah
menyebabkan stomatitis. Tampak kemerahan pada pangkal lidah dan uvula
(6) Leher: bentuk leher simetris, tidak ada bnejolan, tidak ada nyeri tekan
(7) Dada: bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat suara nafas
tambahan/ ada suara nafas tambahan jika anak pilek berkepanjangan;Dapat
terjadi pernapasan cepat dan dalam jika anak mengalami edema paru
(8) Perut: inspeksi normal ( tidak tegang, tidak icterus, tidak adanya pelebaran
pembuluh darah abdomen), BU normal 5-35x/menit atau meningkat bisa juga
menurun, pada palpasi tidak ada pembesaran hepar. Perkusi timpani.
(9) Anggota gerak atas dan bawah
Inspeksi ada merah-merah di telapak tangan dan kaki, saat dipalpasi tidak ada
nyeri tekan . Lesi di telapak tangan dan kaki mulai dari bentuk macula sampai
vesikula. Pada keadaan berat lesi bisa sampai pada tungkai kaki.
(10) Integumen: terdapat merah-merah di tangan dan kaki, bisa juga di lengan dan
betis dan di bokong
(11) Genitalia: tidak mengalami kelainan/normal.
2.2.2 Diagnosa keperawatan (Wong, 2004)
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum
2) Hipertermi berhubungan dengan viremia
3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat
demam
4) Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan degradasi vesikel pada
mukosa oral


5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan asupan sekunder akibat stomatitis.
6) Kerusakan integritas kulit behubungan dengann proses penyakit akibat virus
7) Ansietas orang tua berhubungan dengan hospitalisasi anak, kurang pengetahuan
orangtua tentang penyakit anak
8) Ansietas pada anak berhubungan dengan perubahan dalam lingkungan actual
akibat hospitalisasi, tindakan traumatik
9) Defisit pengetahuan orang tua dan keluarga tentang penyakit HFMD
(penularan, penanganan awal dan pencegahan) berhubungan dengan kurangnya
informasi
2.2.3 Intervensi keperawatan
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum
Tujuan: jalan napas anak kembali efektif selama diberikan perawatan dengan
kriteria hasil:
a. RR dalam batas normal (usia 3-4 tahun RR 20-30x/menit)
b. Ronkhi berkurang/tidak terdengar ronkhi
c. Sesak nafas berkurang/tidak sesak lagi
d. Produksi sputum berkurang
e. Batuk efektif
Intervensi:
(1) Jelaskan pada orangtua penyebab ketidakefektifan bersihan jalan nafas dan
tindakan yang akan dilakukan seperti memberikan nebulazer, suction atau
fisioterapi nafas
R/ jalan napas anak tidak efektif disebabkan oleh stasis atau penumpukan sekret
di jalan napas tersebut sehingga menghambat aliran udara yang masuk ke paru.
Selain itu penjelasan dapat menigkatkan pengetahuan orang tua sehingga
kooperatif dalam tindakan yang akan dilakukan
(2) Anjurkan orang tua untuk memberi minum susu hangat atau air hangat
R/ uap panas yang diperoleh dari air hangat atau susu hangat dapat membantu
mengencerkan secret
(3) Lakukan kolaborasi nebulizer dengan terapi mukolitik dan bronkodilator.
R/ mukolitik membantu mengencerkan sekret dan bronkodilator dapat
melebarkan bronkus/jalan nafas.
(4) Berikan clapping dan fibrasi pada daerah paru yang terdapat sekret
R/ clapping dan fibrasi membantu merontokkan sekret pada dinding paru dan
membawanya ke saluran nafas yang lebih besar.


(5) Lakukan penghisapan/suction
R/ Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik pada pasien
yang tidak mampu batuk efektif.
(6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antivirus atau agen mukolitik
atau broncodilator
R/ antivirus membantu menghambat replikasi virus di jalan napas.
(7) Observasi RR, suara nafas tambahan dan karakteristik sputum.
R/ menunjukkan keberhasilan tindakan keperawatan sehingga perlu dilakukan
tindakan.
2) Hipertermi berhubungan dengan viremia
Tujuan: suhu tubuh anak normal setelah diberikan dengan kriteria hasil :
a. Pasien panasnya turun (36,5-37,5
o
C)
b. Kulit tidak tampak kemerahan
c. Akral hangat
d. Nadi normal (70-110x/menit)
Intervensi:
(1) Jelaskan kepada orang tua penyebab demam dan tindakan yang akan dilakukan
untuk mengatasi demam.
R/ penyebab demam adalah proses infeksi dimana ada reaksi perlawanan
pertahanan tubuh terhadap virus yang masuk sehingga memicu terjadinya
peningkatan suhu tubuh selain itu pengetahuan yang cukup dapat membantu
orang tua lebih kooperatif dalam tindakan yang dilakukan.
(2) Berikan kompres dengan menggunakan air hangat
R/ kompres air hangat membantu melebarkan pembuluh darah sehingga
meningkatkan pengeluaran panas melalui evaporasi
(3) Anjurkan orangtua memberikan pakaian tipis dan menyerap keringat.
R/ Pakaian tipis mempercepat penurunan suhu dengan cara radiasi.
(4) Anjurkan orang tua untuk menggunakan kipas angin atau meningkatkan suhu AC
R/ membantu pengeluaran panas secra konveksi
(5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antivirus dan antipiretik (10-
15mg/kgBB)
(6) R/ antipiretik membantu menghambat pembentukan atau produksi panas yang
berlebihan sedangkan antivirus dapat menghambat reprilasi virus dalam tubuh
(7) Observasi kondisi pasien: suhu tubuh 36,5 37,5
o
C, akral hangat, badan tidak
panas
R/ Hasil Observasi menunjukkan keberhasilan dari tindakan keperawatan yang
dilakukan dan membantu menentukan terapi selanjutnya.


3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat
demam
Tujuan: Anak tidak mengalami kekurangan cairan setelah dilakukan tindakan
keperawatan dengan kriteria hasil:
a. Mukosa bibir lembab
b. Mata tidak cowong
c. Turgor kulit elastis
d. Produksi urine 1-2 cc/kg BB/jam
e. Nadi 70-110x/mnt
f. Fontanela anterior tidak cekung ( pada bayi fonanela mayor masih belum
menutup)
Intervensi:
(1) Jelaskan pada ibu tentang pentingnya masukan oral yang adekuat bagi anak.
R/ Masukan oral yang adekuat dapat mengganti kehilangan cairan akibat demam.
(2) Jelaskan dan anjurkan ibu untuk tetap memberikan air atau susu.
R/ASI penting untuk mencegah kekurangan cairan,sebagai sumber nutrisi dan
sebagai antibodi untuk mencegah infeksi lanjut.
(3) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan melalui IV sesuai ketentuan
untuk dehidrasi.
R/ Cairan IV mengganti cairan yang hilang karena muntah agar terjadi
keseimbangan cairan. Kebutuhan cairan dihitung denga menggunakan rumus
holiday segar 10 kg I =100cc/kg BB, 10 kg II = 50 cc/kg/BB dan sisanya 20cc/
kg BB. Jumlah ditotal merupakan kebutuhan cairan dalam 24 jam.
(4) Observasi intake dan output mukosa, turgor kulit, fontanela, nadi, mata tidak
cowong.
R/ untuk mengetahui status hidrasi anak dan menentukan kebutuhan penambahan
cairan dan kemungkinan terjadinya syok.
4) Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan degradasi vesikel pada
mukosa oral
Tujuan: Anak mengungkapkan nyeri pada mulut berkurang setelah diberikan
perawatan dengan kriteria hasil:
Keluhan nyeri berkurang saat memmbuka mulut, saat mengunyah dan menelan
Intervensi
(1) Jelaskan penyebab nyeri pada mukosa mulut dan tenggorokan anak dan tindakan
yang akan dilakukan untuk membantu mengurangi nyeri
R/ adanya invasi virus ke mukosa oral, yang mana akan membentuk vesikel atau
lepuhan pada mulut, saat lepuhan ini pecah akan menyebabkan stomatitis atau


sariawan yang mengakibatkan adanya rasa nyeri
(2) Anjurkan orang tua untuk memberikan mainan yang disukai anak.
R/ Distraksi dengan mengalihkan perhatian pasien dari rasa sakit, misalnya
dengan menonton tv, membaca buku kesukaannya
(3) Anjurkan orang tua untuk menjaga agar mukosa mulut anak tetap lembab dengan
cara berkumur atau mengolesi air putih pada mukosa bibir atau oral
R/ Mukosa bibir yang lembab membantu menghambat terkupasnya mukosa bibir
(4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesic topikal dan antivirus
per oral
R/ Obat analgesic membantu mengahmbat transmisi nyeri sehingga nyeri yang
dirasakan anak berkurang. Selain itu antivirus yang diberikan peroeal membantu
menghambat replikasi virus pada mukosa oral
(5) Observasi keluhan nyeri pasien.
R/ Keluhan dapat membantu menentukan terapi selanjutnya
5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan asupan sekunder akibat stomatitis
Tujuan: Anak menunjukkan perbaikan nutrisi setelah dilakukan tindakan
keperawatan dengan kriteria hasil:
a. BB dalam batas normal:
Menurut Behrman: - Pada usia < 1 tahun rumus usia (bulan)+ 9
2
Pada usia > 1 tahun rumus usia (tahun)x2+8
b. Hasil lab normal : Hb 11.5-16.5 g/dL, Albumin 3.5-5.0 g/dL.
c. Pasien dapat menghabiskan porsi makan yang telah disediakan
Intervensi
(1) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat dan tipe diet yang dibutuhkan pada
orang tua pasien.
R/ Intake nutrisi yang adekuat memberikan kalori untuk tenaga dan protein untuk
proses penyembuhan.
(2) Berikan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering, jika mungkin kombinasikan
dengan makanan yang disukai anak.
R/ Makanan dalam jumlah sedikit namun sering akan menambah energi.
Makanan yang menarik dan disukai dapat meningkatkan selera makan.
(3) Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik dan antijamur.
R/ Mengurangi nyeri stomatitis dan perkembangan stomatitis.



(4) Observasi BB dengan alat ukur yang sama, jumlah makanan yang dihabiskan
serta keluhan pasien .
R/ Peningkatan berat badan menandakan indikator keberhasilan tindakan.
6) Kerusakan integritas kulit behubungan dengann proses penyakit akibat virus
Tujuan anak menunjukan penyembuhan jaringan progresif setelah dilakukan
tindakan keperawatan denga kriteria hasil:
a. Pasien mengungkapkan tubuh tidak gatal
b. Tidak ada lecet
c. Eritema berkurang
Intervensi:
(1) Jelaskan kepada anak dan keluarga tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
masalah.
R/ Pengetahuan yang cukup membantu meningkatkan pengetahuan sehingga
keluarga lebih kooperatif saat dilakukan tindakan.
(2) Anjurkan orang tua untuk menjaga kebersihan area kulit yang mengalami erupsi,
dan membersihkan area tersebut dengan sabun
R/ Kebersihan mambantu menjaga luka tetap bersih dan mencegah kontaminasi.
(3) Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan obat secara topikal.
R/ membantu mengurangi bakteri atau kuman yang menginvasi.
(4) Observasi keadaan kulit dan keluhan pasien.
R/ Untuk mengetahui perkembangan luka dan menentukan terapi selanjutnya.
7) Ansietas orang tua berhubungan dengan hospitalisasi anak, kurang pengetahuan
orangtua tentang penyakit anak .
Tujuan: Ansietas pada orangtua berkurang setelah dilakukan tindakan
keperawatan dengan kriteria hasil: wajah orang tua tampak rileks, orang tua dan
anak menunjukkan perilaku yang kooperatif dalam proses pengobatan dan
perawatan, anak tidak menangis ketika didekati perawat.
Intervensi:
(1) Jelaskan kepada orangtua tentang penyebab HFMD.
R/ penyakit yang disebabkan oleh virus coxakie dan entero virus yang lain
dengan ujud kelainan yang khas yaitu enanthem (erupsi pada kulit) dan vesikel di
mulut dan eksanthem (erupsi pada mukosa oral) dan vesikel di tangan dan kaki.
(2) Jelaskan kepada orang tua mengenai kondisi anaknya
R/ meningkatkan pengetahuan orang tua dan orang tua menjadi kooperatif dalam
tindakan yang dilakukan




(3) Libatkan orang tua dalam proses perawatan anak
R/ keterlibatan dalam proses perawatan membantu orang tua memahami
peerkembangan kesehatan anak
(4) Fasilitasi orang tua untuk bertemu dengan dokter yang merawat
R/ membantu memberikan dukungan kepada orang tua dan membantu
mengurangi kecemasan orang tua
(5) Observasi tingkat kecemasan orangtua meliputi ekspresi dan tingkah laku orang
tua.
R/ Mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan yang dilakukan.
8) Ansietas pada anak berhubungan dengan perubahan dalam lingkungan actual
akibat hospitalisasi, tindakan traumatik .
Tujuan : Ansietas pada anak berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan
dengan kriteria hasil:
a. Wajah anak tampak rileks
b. Anak tidak menangis saat didatangi petugas
c. Anak menunjukkan perilaku yang kooperatif dalam proses pengobatan dan
perawatan
Intervensi :
(1) Bina hubungan saling percaya dengan anak.
R/ meningkatkan rasa nyaman pada anak.
(2) Berikan dukungan kepada anak dengan mengajak anak kenalan
R/ Dukungan dapat menurunkan kecemasan.
(3) Anjurkan orangtua untuk membawakan mainan kesukaan anak.
R/ Membawakan mainan kesukaan anak membantu anak untuk mengalihkan
ketakutan anak ke mainan.
(4) Ciptakan lingkungan yang kondusif.
a. Kenalkan dengan teman sekamar
b. Orientasikan lingkungan kamar
c. Kenalkan dengan petugas
R/ menurunkan ansietas anak dan anak tidak merasa asing dengan lingkungan.
(5) Libatkan orangtua dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
R/ keikutsertaan orangtua dalam memonitor anak, dapat mengurangi kecemasan
anak berhubungan tindakan keperawatan yang diberikan.
(6) Observasi tingkat kecemasan anak.
R/ mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan yang dilakukan.



9) Defisit pengetahuan orang tua dan keluarga tentang penyakit HFMD (penularan,
penanganan awal dan pencegahan) berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan: Pasien atau keluarga mampu mengungkapkan pemahaman tentang
penyakit (penularan, penanganan dan pencegahan) setelah dilakukan tindakan
dengan kriteria hasil:
a. Pasien atau keluarga mampu menjelaskan cara penularan, penanganan awal
dan pencegahan HFMD.
b. Pasien atau keluarga dapat melaksanakan tindakan penanganan dan
pencegahan selanjutnya dengan menyebut contoh konkritnya.
Intervensi :
(1) Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakitnya.
R/mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan pasien tentang
penyakitnya.
(2) Berikan penjelasan pada pasien /keluarga tentang penyakitnya (penularan dan
penanganan).
R/ penularan HFMD dapat melalui kontak langsung dengan pasien yang
menderita HFMD maupun melalui kontak tidak lansung seperti penggunaan
barang-barang pribadi seperti pakaian, handuk, maunan, peralatan makan atau
minum dll.
(3) Anjurkan keluarga untuk menjaga kebersihan lingkungan.
R/ lingkungan rumah yang bersih membantu mencegah penularan virus.
(4) Observasi pemahaman tentang materi penulayang diberikan.
R/ keluarga mampu menjelaskan kembali materi yang diberikan, menunjukkan
pemahaman tentang penyakit.



BAB 3
LAPORAN KASUS

3.1 Pengkajian Tanggal: 9 Juni 2014
Pengumpulan Data
3.1.1 Identitas Kepala Keluarga
1) Nama kepala keluarga : Tn.A
2) Umur : 58 Tahun
3) Pekerjaan : Swasta
4) Pendidikan : SMA
5) Agama : Islam
6) Suku, Bangsa : Jawa, Indonesia
7) Alamat : Surabaya

3.1.2 Jarak dengan pelayanan kesehatan terdekat
1) Puskesmas : 500 m
2) Puskesmas pembantu : -
3) Posyandu : 300 m
4) Poliklinik : -

3.1.3 Susunan anggota kelurga
No Nama L/P Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Hub. kel Ket
1.
2.
3.
4.
5.

Tn. A
Ny. M
Tn. M
Ny. N
An. M.R
L
P
L
P
L
58 thn
56 thn
32 thn
32 thn
13
bulan
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Tamat SMA
Tamat SMA
Sarjana
Sarjana

Peg. Swasta
IRT
PNS
Swasta


KK
Istri
Menantu
Anak
Cucu
Sehat
Sehat
Sehat
Sehat
Sakit
HFMD










3.1.4 Genogram











= laki-laki

= perempuan

= pasien

= tinggal dalam satu rumah
3.1.5 Tipe keluarga
Keluarga ini tergolong dalam tipe keluarga ekstandet yang terdiri dari bapak,
ibu, anak dan cucu dalam satu rumah.
3.1.6 Status sosial ekonomi
Tn. A bekerja sebagai pegawai swasta dengan penghasilan 2 juta perbulan.
Rumah yang digunakan sebagai tempat tinggal merupakan milik dari anaknya
sedangkan rumahnya sendiri dikontrakkan. Tn. M bekerja sebagai PNS di Lumajang
dengan penghasilan 3 juta dan Ny. N bekerja sebagai pegawai swasta dengan
penghasilan 3 juta. Dalam keluarga memiliki 2 kendaraan sepeda motor, 1 televisi,
1 lemari es dan perabotan rumah tangga lain.
3.1.7 Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga ini sering menghabiskan waktu libur untuk bepergian ke tempat
saudara di Lumajang. Semua keluarga baru bisa berkumpul setelah pukul 18.00 WIB
dan biasa menonton TV bersama karena Tn. A dan Ny. N sibuk bekerja.
3.1.8 Kegiatan dalam kehidupan sehari hari
1) Kebiasaan kebersihan perorangan: An.M.R mandi 2x/hari, keramas 1x/hari
dibantu oleh neneknya. Nenek mengungkapkan sudah melatih cucunya untuk
mencuci tangan sebelum makan.

An. M.R
13 bulan


2) Kebiasaan aktivitas, istirahat/tidur: nenek mengungkapkan An.M.R tidur siang
mulai jam 12.00-15.00, sedangkan malam mulai jam 21.00-06.00. An. M R
biasa tidur siang dengan neneknya dan tidur malam dengan ibunya. An. M.R
biasa langsung tidur di kamar tanpa harus digendong dulu. Sehari-hari An. M.F
bermain dengan teman di sebelah rumah. Permainan yang biasa dimainkan
adalah bermain pistol-pistolan dan menyusun balok. An. M.R jarang digendong
dan sering main di depan TV atau di teras rumah. Saat dikaji klien minta untuk
keluar rumah
3) Eliminasi
Nenek mengungkapkan An. M.R BAK 7-9 kali. Anak masih sering ngompol.
BAB setiap hari dengan konsistensi lembek.
4) Kebiasaan makan: klien makan 3x/hari dengan komposisi nasi tim, lauk dan
sayur. Lauk yang biasa diberikan adalah daging ayam, telur, hati ayam, dan
tahu tempe. Sayur yang diberikan adalah bayam, wortel, sawi. An. M.R tidak
memiliki alergi terhadap makanan. Lauk yang disukai oleh An. M.R adalah
telur ayam. An. M.R biasa menghabiskan makanan yang sudah disiapkan oleh
neneknya. Klien minum susu 1000 cc/ hari dengan pengenceran susu 1:30.
Minum air putih kadang-kadang bila minta saja. Saat dikaji, nenek
mengungkapkan An. M.R saat ini susah makan dan makan hanya 2-3 sendok
saja karena mengeluh mulutnya sakit.
3.1.9 Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
3.1.9.1 Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Keluarga ini memasuki tahap VI dengan anak sudah menikah dan
mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan mempersiapkan diri untuk kepergian
anaknya.
3.1.9.2 Tugas pada tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Masih terdapat tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi yaitu Ny. N
masih tinggal dengan orang tuanya dan belum bisa hidup mandiri.
3.1.9.3 Riwayat kesehatan setiap anggota keluarga (yang serumah) sekarang dan
sebelumnya.
1) Riwayat kelahiran
BBL: 3300 gram
TB Lahir: 48 cm
Anak lahir normal dibantu oleh bidan.





2) Imunisasi
Anak M.R sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap yaitu BCG, Hepatitis 1-
3, DPT 1-3, Polio dan campak dan tidak mengikuti imunisasi tambahan selain
imunisasi dasar.
3) Tumbuh kembang
Pertumbuhan:
BB: 9,5 kg (berat badan turun 200 gram dari sebelum sakit)
BB anak usia 13 bulan normal: 2n+8= (2.1) + 8= 10 kg
LILA: 15 cm
Gigi susu sudah mulai tumbuh 4 gigi.
Perkembangan:
Motorik halus: nenek mengungkapkan bahwa cucunya sudah bisa memegang
sendok dan mencoba makan sendiri meskipun terkadang makanannya banyak
yang tumpah. An. M.R sudah bisa memegangi mainan.
Motorik kasar: Anak M.R belum bisa berjalan sendiri tetapi sudah bisa berdiri
dan berjalan dengan bantuan.
Sosialisasi: An. M.R tidak menangis dan takut saat didekati oleh orang asing
dan mau berjabat tangan.
Bahasa: Anak M.R sudah bisa mengucapkan satu kata seperti mama dan
maem.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
An. M.R sering menderita sakit batuk-pilek ringan yang sembuh saat minum
obat dari Puskesmas. Dalam keluarga tidak ada yang sedang menderita penyakit
flu Singapura.
5) Riwayat Penyakit Sekarang
An. M.R sakit batuk-pilek dan demam sejak 1 minggu terakhir (2 Juni 2014)
dan sudah berobat ke Puskesmas dan diberikan obat Parasetamol, GG dan
Demacolin dalam bentuk puyer. Sejak 2 hari yang lalu (7 Juni 2014) batuk
pileknya belum sembuh dan kadang-kadang masih demam dan mulai timbul
bintik-bintik merah di telapak tangan dan kaki. Akhirnya nenek klien membawa
An. M.R ke Puskesmas. Pasien mendapat terapi Mycostatin Drop 3x6 tetes
sebelum makan, obat Parasetamol, GG dan Demacolin dalam bentuk puyer 3x1
dan mendapat pesanan dari dokter untuk tetap memberikan makan apa yang
anak mau, untuk sementara jangan biarkan An. M.R bermain dengan temannya
karena nanti dapat menularkan kepada teman-temannya.




6) Pemeriksaan Fisik
(1) Keadaan umum pasien: agak lemah, tidak rewel.
(2) Tanda tanda vital:
Suhu 37
0
C, RR 28x/mnt, Nadi 106x/mnt
NRS: 2
(3) Kepala dan leher: Rambut bersih, warna hitam dan terlihat beberapa helai
rambut yang rontok, konjungtiva merah muda, sklera putih. Tidak terdapat
polip pada hidung, terdapat sariawan di seluruh permukaan mulut, mukosa
bibir lembab, keadaan kedua telingga bersih.
(4) Dada: Bentuk dada simetris, suara perkusi dada sonor. Saat di auskultasi
terdengar suara vesikuler di semua lapang paru dan terdengar jelas bunyi lup-
dup di mid clavicula ICS 4-5.
(5) Abdomen: Perut supel tidak ada nyeri tekan, saat diperkusi terdengar bunyi
suara timpani, saat diauskultasi bising usus 25 x/menit. Kandung kemih
kosong.
(6) Ekstremitas: Tidak ada kelemahan pada ektremitas, CRT < 2 detik.
(7) Punggung: Tidak terdapat kelainan tulang belakang.
(8) Integument: Kulit lembab, turgor kulit < 2 detik, terdapat vesikula pada
telapak tangan dan kedua tungkai klien.
3.1.10 Lingkungan
1) Karakteristik rumah (termasuk denah rumah)
Rumah yang dimiliki keluarga ini merupakan rumah milik anaknya sendiri
dengan panjang rumah 13 m2 dan lebar 6,5 m2 dinding rumah terbuat dari tembok,
tembok samping menempel dengan rumah tetangga, ruangan rumah terdiri dari ruang
tamu, 2 kamar tidur, dapur, kamar mandi, saptic terletak disamping rumah. Lantai
rumah terbuat dari keramik. Ventilasi sinar matahari cukup masuk ruangan, masing-
masing kamar tidur ada jendela dan diruang tamu juga ada jendela. Penataan rumah
rapi dan bersih. Terdapat satu tempat sampah yang tertutup di dapur dan di depan
rumah. Sampah diambil oleh petugas pengambil sampah 2 hari sekali. Terdapat
kamar mandi dengan bak air yang setiap hari air selalu diganti. Keadaan lantai kamar
mandi tidak licin. Keluarga mencuci alat makan dengan menggunakan bak kecil.








Keterangan:
1. ruang tamu
2. ruang tidur
3. dapur
4. kamar mandi/ WC




2) Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Keluarga Tn. A tinggal di lingkungan yang padat penduduk, antara satu rumah
dengan rumah lain salin berhimpitan. Keluarga Tn.A tinggal di lingkungan RT yang
memiliki kerukunan hidup antar warga. Dalam kehidupan sehari hari mereka saling
bantu dan tolong menolong. Hubungan antar keluarga Tn.A dan tetangga terjalin
baik. Terdapat balita di samping kanan-kiri rumah Tn. A
3) Mobilitas Geografis Keluarga
Tn.A tinggal di rumah ini sejak 3 tahun yang lalu.
4) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Tn. A rajin mengikuti kegiatan di masjid dekat rumah, sedangkan Ny.M rutin
dan aktif dalam kegiatan PKK di RT dan guru mengaji. Ny. M rutin mengikuti
kegiatan di masyarakat dan selalu mengikuti penyuluhan yang ada di masyarakat.
Penyuluhan terakhir yang didapatkan pada posyadu balita pada Bulan Juni adalah
tentang Flu Singapura. Anak M.R sering bermain dengan anak-anak tetangga yang
lain. Ny. M mengungkapkan bahwa di sekitar rumahnya belum ada yang menderita
Flu Singapura.
5) Sistem Pendukung Keluarga
Tn. A mengungkapkan bahwa biaya pengobatannya di puskesmas gratis karena
Tn. A dan keluarga terdaftar dalam BPJS In Health Silver.
3.1.11 Struktur Keluarga
1) Pola Komunikasi Keluarga
Pola komunikasi keluarga ini bersifat terbuka, apabila ada masalah selalu
dibicarakan bersama sama dan berusaha mencari jalan keluar tanpa melibatkan
emosi. Tn.A mengatakan komunikasi dilakukan secara musyawarah. Dimana
keluarga saling tukar menukar informasi, menerima gagasan, dan memiliki batasan-
batasan dalam menyaring informasi yang diterima oleh keluarga dan segala
keputusan akan dipertimbangkan dan diputuskan oleh Tn.A sebagai kepala keluarga.

2

3
4
2
1


2) Struktur kekuatan keluarga
Sebagai kepala keluarga Tn.A paling berperan dalam pengambilan keputusan
meskipun bila ada masalah dibicarakan bersama istri dan anaknya. Tn. A juga
melibatkan Tn. M dalam pengambilan keputusan
3.1.12 Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Sikap dan kebutuhan kasih sayang antar anggota keluarga dapat terjalin dan
terpenuhi dengan baik, keluarga saling memperhatikan. An. M.R bertemu dengan Tn.
M setiap satu bulan sekali.
2) Fungsi Social
Hubungan antar anggota keluarga baik dan saling membantu dalam
melaksanakan tugas dalam keluarga. Keluarga Tn.A juga membina hubungan yang
baik dengan tetangga sekitar rumahnya. Ny. M mengajarkan kepada cucunya untuk
berjabat tangan dengan orang lain yang bertamu di rumahnya.
3) Fungsi Perawatan Keluarga
Keluarga mengungkapkan bahwa seseorang dikatakan sakit apabila benar
benar tidak dapat melakukan aktivitas apa apa sedangkan sehat merupakan suatu
keadaan yang mampu melakukan aktivitas tanpa ada keluhan. Ny. M mengetahui
sakit yang diderita cucunya adalah sakit yang dapat menular dan harus segera diatasi
oleh tenaga kesehatan.
(1) Kemampuan Keluarga Mengenal Masalah Kesehatan
Ny. M mengungkapkan sudah pernah mendapat informasi tentang penyakit
anaknya dari dokter saat penyuluhan di Posyandu dan saat ditanya kembali nenek
bisa menjawab tentang sakit yang diderita anaknya yaitu penyakit flu Singapura yang
disebabkan kerane virus yang dapat menular ke anak-anak lain tetapi Ny. M
mengungkapkan masih bingung tentang tanda dan gejala, penanganan penyakit flu
Singapura dan cara pencegahan Flu Singapura. Ny. M mengungkapkan bahwa
cucunya dibelikan vitamin penambah napsu makan oleh Ny. N.
(2) Kemampuan Keluarga dalam Mengambil Keputusan
Ny. M mengungkapkan saat cucunya mulai sakit batuk-pilek dan panas maka
keputusan yang diambil Ny.M dan Ny. N adalah membawa anaknya berobat ke
Puskesmas atau ke dokter.
(3) Kemampuan Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit
Ny. M mengungkapkan bahwa saat ini merasa cucunya masih perlu banyak
istirahat dan untuk sementara tidak dapat bermain dengan anak tetangga karena dapat
menularkan penyakitnya ke anak tetangga. Ny. M mengungkapkan ingin membelikan
vitamin pada cucunya supaya cepat sembuh. Perawatan yang diberikan oleh Ny.M


dan Ny. N saat An. M.R sakit demam adalah memberikan kompres air hangat.
Keluarga selalu memberikan obat sesuai dengan yang dipesan oleh dokter.
(4) Kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan
Tn.A tinggal di rumah yang cukup nyaman. Ny. M mengungkapkan menutup
pintu rumahnya karena cucunya selalu minta untuk keluar rumah dan bermain dengan
teman-temannya. Ny. M tidak mengikuti kegiatan di Masjid karena takut cucunya
ikut dan menulari anak-anak yang di Masjid.
(5) Kemampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan
Jarak puskesmas dari rumah Ny. M 500 m, jika ada keluarga yang sakit
langsung dibawa ke puskesmas. Dan keluarga ini juga tidak memiliki pengalaman
yang tidak menyenangkan dengan pelayanan kesehatan.
4) Fungsi reproduksi
Keluarga mengungkapkan bahwa tidak ada masalah dengan alat reproduksinya.
Ny.N mengikuti KB suntik 1 bulan sekali yang didapatkan dari Puskesmas.
3.1.13 Stres dan Koping keluarga
1) Stresor jangka panjang dan jangka pendek
(1) Stresor jangka panjang
Ny. M takut jika penyakit flu Singapur kambuh lagi.
(2) Stresor jangka pendek
Ny.M mengungkapkan takut cucunya tidak segera sembuh dari sakitnya dan
takut jika anaknya susah makan dan menulari anak-anak yang lain.
2) Strategi koping yang digunakan
Ny. M mengungkapkan apabila keluarga tidak dapat memecahkan masalah
maka akan dirundingkan dengan anggota keluarga lain untuk menemukan jalan
keluar.
3.1.14 Harapan Keluarga
Keluarga berharap An. M.R segera sembuh dan dapat bermain dengan teman-
teman di sekitar rumahnya.




3.2. Analisa Data
No Data Masalah Kemungkinan
penyebab
1 S: Nenek mengungkapkan
An.M.R makan hanya 2-3
sendok.
O:
- KU An.M.R lemah
- Terdapat sariawan di semua
permukaan mulut
- BB: 9,5 kg dengan usia 13
bulan (berat badan turun
200 gram dari sebelum
sakit)
- LILA: 15 cm

Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
HFMD

Infasif ke mukosa oral

Terbentuknya vesikel

Nyeri saat
makan/minum

Intake kurang adekuat

Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
2 S: nenek klien
mengungkapkan An. M.R
ingin keluar rumah dan
bermain dengan teman-
temanya, An. M.R sering ikut
neneknya pergi mengajar
mengaji di Masjid. Ny. M
mengungkapkan bahwa di
sekitar rumahnya belum ada
yang menderita Flu
Singapura. Ny. M
mengungkapkan An. M.R
sering bermain dengan anak-
anak tetangga yang lain.
O:
- Saat dikaji klien minta
untuk keluar rumah
Resiko penularan
penyakit
HFMD

Penyakit menular

Resiko penularan
penyakit

3.3. Prioritas Diagnosa Keperawatan
3.3.1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1. Sifat masalah
(aktual)
3/3x1=1 1 An.M.F makan hanya 2-3 sendok
saat makan. Pemenuhan asupan
makanan yang tidak adekuat akan
dapat mempengaruhi proses
penyembuhan penyakit dan
menggaggu proses tumbuh
kembang anak
2. Kemungkinan
masalah dapat diubah
(sebagian)
1/2x2=1 1 Ibu klien menyadari anaknya perlu
intake nutrisi yang adekuat untuk
mempercepat kesembuhan.
3. Potensial masalah
dapat dicegah
(cukup)
2/3x1=2/3

2/3 Keluarga mendukung perawatan
klien yaitu dengan mau
membelikan vitamin penambah


napsu makan.
4. Menonjolnya
masalah
(masalah dirasakan
harus segera
ditangani)
2/2x1=1 1 Klien mengalami masukan nutrisi
yang kurang adekuat, sedangkan
nutrisi diperlukan untuk
mempercepat kesembuhan.
Total skor 3

3.3.2. Resiko penularan
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1. Sifat masalah
(resiko)
2/3x1=1 2/3 Nenek klien mengungkapkan An.
M.R ingin keluar rumah dan
bermain dengan teman-temanya,
An. M.R sering ikut neneknya
pergi mengajar mengaji di Masjid.
Saat dikaji klien minta untuk
keluar rumah
2. Kemungkinan
masalah dapat diubah
(sebagian)
1/2x2=1 1 Nenek klien mengungkapkan tau
bahwa penyakit yang diderita oleh
cucunya dapat menular ke anak
lain. Nenek sudah melarang
cucunya untuk keluar rumah.
3. Potensial masalah
dapat dicegah
(cukup)
2/3x1=2/3

2/3 Keluarga mendukung perawatan
klien untuk mencegah penularan .
4. Menonjolnya
masalah
(masalah dirasakan
harus segera
ditangani)
2/2x1=1 1 HFMD adalah penyakit
yangdisebabkan oleh virus dan
dapat menular.
Total skor 3 1/3

3.4. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko penularan penyakit berhubungan dengan adanya agen penularan dari
infeksi virus.
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan keinginan
napsu makan sekunder akibat anoreksia ditadai dengan nenek mengungkapkan
An.M.R hanya makan 2-3 sendok saja, An. M.R tampak lemah, BB sekarang
9,5 kg dengan usia 13 bulan, Lila 15 cm.


2
9

3.5. Perencanaan Asuhan Keperawatan Keluarga
No Diagnose
Keperawatan
Keluarga
Tujuan Creteria/Evaluasi Rencana Tindakan
Umum Khusus Criteria Standart
1 Resiko penularan
penyakit
berhubungan
dengan adanya agen
penularan dari
infeksi virus.

Tidak terjadi
penularan
penyakit setelah
dilakukan 3x
tindakan
kunjungan dengan
interval 1-2 hari
1. Keluarga mengerti
tentang pengertian
Flu Singapura,
penyebab, gejala,
cara penularan,
dan
penanganannya
serta cara
pencegahan dari
Flu Singapura
2. Keluarga tidak
menemukan
adanya tanda dan
gejala seperti tanda
dan gejala dari Flu
Singapura pada
anggota keluarga
atau tetangga
sekitar
Verbal
dan
observasi





Psikomot
or
1. Keluarga dapat
mengetahui tentang
pengertian Flu
Singapura, penyebab,
gejala, cara penularan
dan cara penanganan.
2. Keluarga dapat
menjelaskan tentang cara
pencegahan penularan
penyakit
3. Keluarga dapat
menerapkan tindakan
mencegahan penularan
penyakit
4. Keluarga dapat
mengetahui tentang
tanda dan gejala adanya
penularan Flu Singapura
1. Jelaskan kepada keluaga bahwa
penyakit yg diderita An. M.R adalah
penyakit menular
2. Jelaskan kepada keluarga tentang
cara-cara pencegahan penularan
penyakit.
3. Motivasi keluarga untuk melakukan
tindakan pencegahan penularan
penyakit
4. Jelaskan kepada keluarga tentang
adanya tanda dan gelaja dari
penularan penyakit Flu Singapura
5. Observasi pengetahuan dan tindakan
keluarga tentang cara pencegahan
penularan penyakit.
2. Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan penurunan
keinginan napsu
Kebutuhan nutrisi
An. M.F
terpenuhi setelah
dilakukan 3x
kunjungan dengan
1. Keluarga mengerti
tentang pentingnya
asupan nutrisi
2. Keluarga mengerti
tentang pemberian
Verbal &
observasi

1. Keluarga mengerti
bahwa nutrisi sangat
penting untuk
pemenuhan gizi pada
anak sehingga anak
1. Jelaskan pada keluarga tentang
pentingnya asupan nutrisi yaitu
untuk memenuhi gizi pada anak
sehingga imunitas anak menjadi baik
dan anak tidak mudah sakit.


3
0

makan sekunder
akibat anoreksia
ditadai dengan
nenek
mengungkapkan
An.M.R hanya
makan 2-3 sendok
saja, An. M.R
tampak lemah, BB
sekarang 9,5 kg
dengan usia 13
bulan, Lila 15 cm.

interval 1-2 hari makanan yang
bervariasi
3. Keluarga mampu
memberikan
makanan yang
bervariasi
4. Keluarga mampu
memberikan
makan sesuai
dengan jam makan
5. Keluarga dapat
menangani
penyulit makan
pada anak
6. Terjadi
peningkatan nafsu
makan pada anak







Psikom
otor
menjadi tidak mudah
sakit.
2. Keluarga dapat
menjelaskan kembali
tentang jadwal
pemberian makan dan
variasi makanan yang
diberikan
3. Keluarga dapat
memberikan makanan
yang bervariasi
4. An. M.R dapat
menghabiskan minimal
porsi makan yang
disediakan.
5. Keluarga dapat
memberikan obat sesuai
dengan resep dokter
6. Keluarga
mengungkapkan bahwa
nafsu makan anak
meningkat
2. Sarankan pada keluarga untuk
memberi makan pada klien dengan
porsi sedikit tapi sering.
3. Motivasi keluarga untuk membujuk
klien makan jika tidak mau makan
4. Ajarkan kepada keluarga dalam
pembuatan modisko.
5. Sarankan kepada keluarga untuk
menyajikan makanan dalam keadaan
menarik dan bervariasi
6. Motivasi keluarga untuk
menimbangkan anaknya di posyandu
secara rutin.
7. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian Mycostatin 3x 6 tetes dan
pemberian vitamin 1x1/2 cth
8. Observasi keluhan dan kemampuan
keluarga dalam memberikan makan,
nafsu makan anak.








3
1

3.6. Pelaksanaan
No Tujuan Khusus Tanggal Implementasi Evaluasi
1. 1. Keluarga mengerti tentang
cara penularan penyakit
2. Keluarga mengerti tentang
cara pencegahan penularan
penyakit
3. Keluarga dapat mengerti
tentang gejala terjadinya
penularan
9 Juni
2014
1. Jam 16.05 menjelaskan bahwa penyakit Flu Singapura disebabkan
karena virus yang dapat menular. Penularan dapat disebabkan karena
kontak dengan penderita, lewat udara dan lewat air liur. Tidak ada
penanganan secara khusus, hanya sesuai dengan gejala yang muncul,
seperti jika panas dilakukan kompres dengan air hangat.
2. Jam 16.27 menjelaskan kepada keluarga untuk tidak mengajak anak
keluar rumah dan bermain dengan temannya dulu, selalu cuci tangan
dan menjaga kebersihan sebelum dan sesudah memegang An. M.R
3. Jam 16.35 menjelaskan kepada keluarga tanda dan gejala adanya
penularan penyakit Flu Singapura yaitu jika anak mengalami tanda dan
gejala seperti Flu Singapura yaitu pada awal gejala akan terjadi demam
dan seperti batuk pilek, akan muncul bintik-bintik merah pada kaki dan
tangan sertja munculnya sariawan.
4. Jam 16.45 menanyakan kembali kepada keluarga tentang penjelasan
yang sudah diberikan
Tanggal 11 juni 2014
S: Nenek klien
mengungkapkan sudah
tahu kalau penyakit yang
diderita oleh An M.R
dapat menular, nenek klien
mengungkapkan An. M.R
sudah jarang keluar rumah
dan jarang bermain dengan
teman. Nenek
mengungkapkan selalu
mencuci tangan. Nenek
mengungkapkan tidak ada
anggota keluarga dan
tetangga sekitar yang
mengalami gejala seperti
Flu Singapura
O: anak berada di dalam
rumah
A: masalah tidak terjadi
2. 1. Keluarga mengerti tentang
pentingnya asupan nutrisi
2. Keluarga mengerti tentang
pemberian makanan yang
bervariasi
9 Juni
2014
1. Jam 16.00 menjelaskan pada keluarga pentingnya asupan makanan dan
minuman yang cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan gizi anaknya
sehingga kekebalan anak menjadi lebih baik dan anak menjadi tidak
mudah sakit.

Tanggal 11 Juni 2014
S: Nenek klien
mengungkapkan sariawan
pada mulut anaknya sudah
berkurang, nafsu makan


3
2

3. Keluarga mampu
memberikan makanan yang
bervariasi
4. Keluarga mampu
memberikan makan sesuai
dengan jam makan
5. Berat badan An. M.R
meningkat atau tidak
mengalami penurunan.
2. Jam 16.10 menyarankan pada nenek untuk memberi An. M.R asupan
makanan dengan porsi sedikit tapi sering dan bervariasi. Seperti
contohnya jam 7 pagi memberi makan nasi tim semampu klien
menghabiskan kemudian jam 10 pagi memberi biskuit atau roti untuk
camilan, kemudian jam 13.00 kembali memberi makan nasi atau bubur
dan seterusnya diberikan makanan dan camilan sacara selang-seling dan
lauk bisa bervariasi seperti telur, tahu tempe, atau daging yang yang
dihaluskan.
3. Jam 16.13 Menyarankan pada nenek untuk memberikan makanan
pengganti nasi seperti roti atau biskuit bila anak sama sekali tidak bisa
mengkonsumsi nasi atau bubur.
4. Jam 16.20 menjelaskan kepada keluarga untuk memberikan modisko
yaitu dengan membuatkan agar-agar tetapi dapat ditambahkan dengan
susu.
5. Jam 1623 Memotivasi keluarga untuk membujuk anaknya supaya tetap
mau menghabiskan makan.
6. Jam 16.25 menganjurkan kepada keluarga untuk tetap memberikan obat
Mycostatin 6 tetes setelah makan dan tetap memberikan vitamin 1x
sendok obat
7. Jam 16.30 menganjurkan kepada keluarga untuk tetap rutin
menimbangkan An. M.R ke posyandu yaitu pada tanggal 2 Juli 2014
8. Jam 16.45 menanyakan kembali kepada keluarga tentang penjelasan
yang sudah diberikan.
anak M.R sudah mulai
meningkat, anaknya sudah
bisa menghabiskan
porsi makanan yang biasa
disediakan. Keluarga
mengungkapkan
memberikan makan 3x
sehari dan menberikan
selingan makanan ringan.
Keluarga mengungkapkan
tetap sabar dan mencoba
untuk menyuapi anaknya
meskipun agak susah,
nenek mengungkapkan
bahwa akan berusaha
untuk selalu
menimbangkan cucunya
di posyandu.
O: sariawan pada mukosa
mulut berkurang
A: masalah teratasi
33
3.7. Catatan Perkembangan
Diagnosa
Keperawatan
Tanggal S.O.A.P.I.E
Resiko penularan
penyakit
berhubungan
dengan adanya
agen penularan dari
infeksi virus.

10 Juni
2014
Jam 16.00
S: nenek klien mengungkapkan sudah tahu bahwa
penyakit yang diderita oleh cucunya adalah
penyakit menular, nenek mengungkapkan tidak
mengijinkan cucunya untuk keluar rumah dan
bermain dengan temannya, nenek mengungkapkan
tidak mengajak cucunya pergi ke Masjid untuk
mengaji. Nenek mengungkapkan selalu mencuci
tangan setelah menolong BAB dan BAK, sebelum
dan setelah makan, keluarga mengungkapkan tidak
ada anggota keluarga dan tetangga sekitar yang
memiiki gejala seperti Flu Singapura
O: anak M.R berada di dalam rumah
A: masalah tidak terjadi
P: hentikan intervensi 1-2, lanjutkan intervensi 3-6
I:
- Pukul 16.20 tetap memotivasi keluarga untuk
tetap melakukan cuci tangan dan tidak
mengajak anak keluar rumah dan bermain
dengan temannya dulu.
E: jam 17.00 Anak M.R berada di dalam rumah,
nenek tidak mengijinkan cucunya untuk keluar
rumah.
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan penurunan
keinginan napsu
makan sekunder
akibat anoreksia
ditadai dengan
nenek
mengungkapkan
An.M.R hanya
makan 2-3 sendok
saja, An. M.R
tampak lemah, BB
sekarang 9,5 kg
dengan usia 13
bulan, Lila 15 cm.




10 Juni
2014



















Jam 16.00
S: nenek klien mengungkapkan sariawan pada
mulut anaknya sudah berkurang tetapi anaknya
masih sulit untuk makan, keluarga mengungkapkan
anak hanya bisa menghabiskan porsi dari yang
biasa. Keluarga mengungkapkan bahwa belum
membuatkan agar-agar
O: KU An. M.R masih agak lemah, vesikula pada
mukosa mulut berkurang.
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi diteruskan kecuali no: 1
I:
- Pukul 16.20 Tetap menyarankan pada ibu untuk
memberikan makanan dalam porsi sedikit tapi
sering dan memberikan biskuit, roti atau agar-
agar sebagai pengganti nasi.
- Pukul 16.23 Mendampingi keluarga saat
memberikan makan kepada anak M.R
- Pukul 16.25 Memotivasi keluarga untuk tetap
membujuk anaknya untuk menghabiskan
makanan
- Mengobservasi cara keluarga dalam
memberikan obat Mycostatin 6 tetes setelah
makan
E: jam 17.00 keluarga tampak antusias dalam
memberi makan dan minum pada An. M.R.
An.M.R mau menghabiskan porsi makan yang
disediakan. Keadaan vesikula pada mukosa mulut
berkurang, nenek dapat memberikan obat

34
Mycoctatin 6 tetes setelah makan
Resiko penularan
penyakit
berhubungan
dengan adanya
agen penularan dari
infeksi virus.

Jam 16.00
S: nenek klien mengungkapkan sudah tahu bahwa
penyakit yang diderita oleh cucunya adalah
penyakit menular, nenek mengungkapkan tidak
mengijinkan cucunya untuk keluar rumah dan
bermain dengan temannya, nenek mengungkapkan
tidak mengajak cucunya pergi ke Masjid untuk
mengaji. Nenek mengungkapkan selalu mencuci
tangan setelah menolong BAB dan BAK, sebelum
dan setelah makan, keluarga mengungkapkan tidak
ada anggota keluarga dan tetangga sekitar yang
memiiki gejala seperti Flu Singapura
O: anak M.R berada di dalam rumah
A: masalah tidak terjadi
P: hentikan intervensi 1-2, lanjutkan intervensi 3-6
I:
- Pukul 16.20 tetap memotivasi keluarga untuk
tetap melakukan cuci tangan dan tidak
mengajak anak keluar rumah dan bermain
dengan temannya dulu.
E: jam 17.00 Nenek klien mengungkapkan An. M.R
sudah jarang keluar rumah dan jarang bermain
dengan teman. Nenek mengungkapkan selalu
mencuci tangan. Nenek mengungkapkan tidak ada
anggota keluarga dan tetangga sekitar yang
mengalami gejala seperti Flu Singapura
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan penurunan
keinginan napsu
makan sekunder
akibat anoreksia
ditadai dengan
nenek
mengungkapkan
An.M.R hanya
makan 2-3 sendok
saja, An. M.R
tampak lemah, BB
sekarang 9,5 kg
dengan usia 13
bulan, Lila 15 cm.

11 Juni
2014
Jam 16.00
S: keluarga mengungkapkan sariawan pada mulut
anaknya sudah berkurang, An.M.R mampu makan
porsi makanan yang biasa disediakan. Keluarga
mengungkapkan memberikan makan 3x sehari dan
menberikan selingan makanan ringan. Keluarga
mengungkapkan tetap sabar dan mencoba untuk
menyuapi anaknya meskipun agak susah.
O: KU An. M.R tampak segar, sariawan pada
mukosa mulut berkurang.
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dihentikan.
I:
- Pukul 16.10 mengingatkan keluarga untuk
menimbangkan anak M.R pada pertemuan
posyandu bulan Juli yaitu pada tanggal 2 Juli
2014.
- Pukul 16.15 menyarankan kepada keluarga
untuk mencoba menbuatkan agar-agar
- Pukul 16.20 memotivasi keluarga untk tetap
memberikan makan sedikit tapi sering dan
bervariasi kepada anak.
E: nenek mengungkapkan bahwa akan berusaha
untuk selalu menimbangkan cucunya di posyandu.
Sariawan pada mukosa mulut anak berkurang.



35
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1. Biodata
Pada kasus, pasien berumur 13 bulan. Menurut teori Judarwanto Widodo
(2009), HFMD sering menyerang anak-anak usia 2 minggu 5 tahun (kadang
samapai 10 tahun). Terdapat kesesuaian antara fakta dan teori. HFMD sering
menyerang pada anak-anak dikarenakan antibody pada anak masih belum terbentuk
dengan baik sehingga mudah terserang oleh virus.
4.2. Riwayat Penyakit Sekarang
An. M.R sakit batuk-pilek dan demam sejak 1 minggu terakhir (2 Juni 2014)
Sejak 2 hari yang lalu (7 Juni 2014) batuk pileknya belum sembuh dan kadang-
kadang masih demam dan mulai timbul bintik-bintik merah di telapak tangan dan
kaki. Berdasarkan teori, tanda dan gejalanya adalah diawali dengan demam dengan
suhu 38,3
0
C dengan durasi 2-3 hari, exathem (erupsi pada kulit) dan enathem (erupsi
pada mukosa oral), nyeri telan atau pharingitis, kehilangan nafsu makan, pilek dan
gejala seperti flu, malaise (Widodo Judarwanto, 2009). Terdapat kesesuaian antara
fakta dan teori. Anak M.R mengalami demam pada awal gejala dikarenakan masih
dalam masa inkubasi dan respon tubuh terhadap serangan virus. Erupsi pada kaki,
tangan dan mukosa oral muncul setelah hari 6 yaitu setelah masa inkubasi.
4.3. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari (Activity Daily Life)
Anak M.R mengalami penurunan napsu makan. Saat dikaji, nenek
mengungkapkan An. M.R saat ini susah makan dan makan hanya 2-3 sendok. Klien
minum susu 1000 cc/ hari dengan pengenceran susu 1:30. Menurut teori,
kebanyakan dari kasus yang ada ditemukan akan terjadi penurunan gizi dan terjadi
perubahan status gizi dikarenakan adanya lesi di mulutnya dan tenggorokkan
(Jayakar, e-journal 2009). Terdapat kesesuaian antara fakta dan teori. anak M.R
mengalami penurunan nafsu makan dikarenakan adanya lesi pada mukosa mulut yang
dapat menurunkan napsu makan.
4.4. Pemeriksaan Fisik
Pada saat pemeriksaan fisik didapatkan adanya lesi pada kaki dan tangan,
adanya stomatitis, suhu 37
0
C, Saat di auskultasi terdengar suara vesikuler di semua
lapang paru, Menurut teori, penyakit virus dengan tanda-tanda klinis yang jelas pada
mulut dan lesi khusus pada ekstremitas bagian bawah, demam dengan suhu 38,3
0
C
dengan durasi 2-3 hari (Jayakar, e-journal 2009). Terdapat kesesuaian antara fakta
dan teori. Anak M.R sudah tidak demam karena pada saat pemeriksaan fisik anak
sudah melewati masa inkubasi yaitu pada hari ke-6. Anak M.R didiagnosa oleh

36
dokter menderita Flu Singapura disebabkan karena tanda dan gejala yang muncul
sesuai dengan tanda dan gejala pada Flu Singapura.
4.5. Lingkungan
Anak M.R tinggal di lingkungan yang padat penduduk, antara satu rumah
dengan rumah lain salin berhimpitan. Menurut teori Judarwanto Widodo (2009),
penyakit ini sering terjadi pada masyarakat yang padat penduduknya dengan sanitasi
lingkungan yang buruk. Terdapat kesesuaian antara fakta dan teori. Cara penularan
dari penyakit ini dapat melalui kontak langsung dari orang ke orang yaitu melalui
droplet aerosol, pilek, air liur (saliva), tinja, vesikel, atau ekskreta. Sedangkan
penularan secara tidak langsung melalui baranGg handuk, baju, peralatan makan, dan
mainan yang terkontaminasi oleh sekresi tersebut. Kepadatan penduduk sangat
mempengaruhi penyebaran penyakit karena penyebaran dapat terjadi dengan droplet
aerosol, penyebaran akan semakin mudah dengan udara. Selain itu, semakin padat
penduduk akan semakin banyak kemungkinan kontak dengan penderita dan
lingkungan sehingga virus dapat menyebar dengan mudah.
4.6. Terapi
Pasien mendapat terapi Mycostatin Drop 3x6 tetes sebelum makan, obat
Parasetamol, GG dan Demacolin dalam bentuk puyer 3x1. Menurut teori, tidak ada
pengobatan khusus dan spesifik. Belum ada vaksinasi yang tersedia dan
pengobatannya secara simptomatik. Terdapat kesesuaian antara fakta dan teori. Anak
M.R mendapatkan terapi simtomatik saja. Anak M.R mendapatkan parasetamol
karena pasien sempat mengalami demam. Pasien mendapatkan obat Demacolin dan
GG karena ada tanda batuk pilek. Anak M.R mendapat obat Mycostatin untuk
mengobati lesi pada mukosa oral.
4.7. Masalah Keperawatan
Pada kasus didapatkan 2 masalah yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan
resiko penularan. Menurut teori, masalah yang bisa terjadi adalah: ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum; hipertermi
berhubungan dengan viremia; kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan sekunder akibat demam; perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan
dengan degradasi vesikel pada mukosa oral; ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakadekuatan asupan sekunder akibat
stomatitis; kerusakan integritas kulit behubungan dengan proses penyakit akibat
virus; ansietas orang tua berhubungan dengan hospitalisasi anak, kurang pengetahuan
orangtua tentang penyakit anak; Ansietas pada anak berhubungan dengan perubahan
dalam lingkungan actual akibat hospitalisasi, tindakan traumatic; defisit pengetahuan
orang tua dan keluarga tentang penyakit HFMD (penularan, penanganan awal dan

37
pencegahan) berhubungan dengan kurangnya informasi. Ada beberapa masalah
keperawatan yang tidak muncul pada kasus, hal ini dikarenakan anak M.R sudah
melewati masa inkubasi sehingga sudah tidak mengalami demam dan kekurangan
volume cairan. Anak tidak mengalami ketidakefektifan bersihan jalan nafas
dikarenakan anak sudah mendapatkan terapi dari Puskesmas sejak pertama anak
berobat ke Puskesmas. Masalah gangguan rasa nyaman tidak diangkat karena data
dari pemeriksaan tidak mendukung untuk diangkat masalah gangguan rasa nyaman
dan tidak ada terapi khusus untuk masalah nyeri. Tidak diangkat kerusakan integritas
kulit karena lesi yang muncul tidak menimbulkan gatal dan akan hilang pada hari 7-
10. Keluarga tidak mengalami kurang pengetahuan dan ansietas karena keluarga
sudah pernah mendapatkan penyuluhan tentang Flu Singapura baik di Posyandu
maupun di Puskesmas. Terdapat masalah baru yang tidak terdapat pada teori yaitu
resiko penularan. Masalah tersebut diangkat karena keluarga tinggal di daerah yang
padat penduduk dan cara penularan juga dapat terjadi melalui udara.
4.8. Intervensi
Pada masalah Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh diberikan intervensi: Jelaskan
pada keluarga tentang pentingnya asupan nutrisi yaitu untuk memenuhi gizi pada
anak sehingga imunitas anak menjadi baik dan anak tidak mudah sakit, Sarankan
pada keluarga untuk memberi makan pada klien dengan porsi sedikit tapi sering,
Motivasi keluarga untuk membujuk klien makan jika tidak mau makan, Ajarkan
kepada keluarga dalam pembuatan modisko, Sarankan kepada keluarga untuk
menyajikan makanan dalam keadaan menarik dan bervariasi, Motivasi keluarga
untuk menimbangkan anaknya di posyandu secara rutin, Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian Mycostatin 3x 6 tetes dan pemberian vitamin 1x1/2 cth, Observasi
keluhan dan kemampuan keluarga dalam memberikan makan, nafsu makan anak.
Menurut teori, intervensi yang dapat diberikan adalah: Jelaskan pentingnya nutrisi
yang adekuat dan tipe diet yang dibutuhkan pada orang tua pasien, Berikan makanan
dalam jumlah sedikit tapi sering, jika mungkin kombinasikan dengan makanan yang
disukai anak, Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik dan antijamur, Observasi
BB tiap hari dengan alat ukur yang sama, jumlah makanan yang dihabiskan serta
keluhan pasien. Tidak semua intervensi dapat dilakukan, yaitu pengukuran berat
badan karena pada saat dilakukan evaluasi masih 2 hari dari intervensi. Evaluasi yang
dilakukan adalah dengan mengobservasi napsu makan anak dan cara keluarga dalam
memberikan makan anak.




38
4.9. Evaluasi
Pada kasus didapatkan masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat
teratasi dan masalah resiko penularan tidak terjadi. Secara teori masalah nutrisi akan
teratasi saat sudah tidak terdapat lesi pada mukosa mulut. Penyakit ini akan membaik
dalam 7-10 hari (Jayakar, e-journal 2009). Evaluasi akhir dilakukan pada hari 9 dan
sudah anak sudah dalam proses penyembuhan. Keadaan lesi pada mukosa mulut
sudah berkurang sehingga intake nutrisi sudah mulai kembali seperti sebelum sakit.
Untuk masalah resiko penularan tidak terjadi karena keluarga dapat melakukan
tindakan pencegahan seperti melakukan isolasi pada pasien, gerakan gemar mencuci
tangan.


39
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Jual. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Alih bahasa:
Monica Ester. 2006. Jakarta: EGC.

Dr. Widodo Judarwanto.SP.A. Kesehatan Anda dan Keluarga. Sent. April, 2009.
http://xa.yimg.com/kq/groups/15673815/389249912/name/18+QHSE+Tips+_Flu
+singapura_.pdf diakses selasa 1 Mei 2012

e-Journal of the Indian Society of Teledermatology, 2009;Vol 3, No.4 e-Jurnal
Masyarakat India Teledermatology, 2009; Vol 3, No.4. Prof. Jayakar Thomas,
MD., DD., MNAMS., PhD., FAAD.,Prof Jayakar Thomas, MD, DD..,
MNAMS., PhD., Faad.,
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.inst
ed.in/ejournal/review34.pdf. Akses jam 19.42 2 mei 2012

Jabatan Kesehatan Negeri Serawak. 2006.
http://jknsarawak.moh.gov.my/en/uploads/Poster%20%28English%29.pdf
Diakses Selasa, 1 Mei 2012 Pukul 07.00 WIB

Travira Air & Safety Dept. Health, Safety, Environtment information FLU
SINGAPURA. 4 Januari 2009.
http://xa.yimg.com/kq/groups/21873903/207936553/name/Flu+Singapura,.pdf
Diakses senin, 30 April 2012, pukul 00.30 WIB

Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa: Monica
Ester. 2004. Edisi 4. Jakarta: EGC

Você também pode gostar