ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA DI RUMAH SAKIT
UMUM BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2013
Oleh: Sitti Nur Afridasari, Juminten Saimin, Sulastrianah ABSTRAK Preeklampsia merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan bayi di seluruh dunia. Penyakit ini diklasifikasikan sebagai hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan. Keadaan ini ditandai oleh hipertensi, udema, dan proteinuria pada saat kehamilan. Profil penyakit ini bervariasi di seluruh Indonesia, yang kemungkinan dipengaruhi berbagai faktor berbeda di setiap daerah. Sampai saat ini terjadinya preeklampsia belum diketahui penyebabnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor kejadian umur kehamilan, gravida, dan hiperplasentosis sebagai faktor risiko kejadian preeklampsia, di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2010-2012. Jenis penelitian adalah studi deskriptif analitik dengan rancangan case control. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2010-2012. Penelitian ini dilakukan pengumpulan data sekunder yaitu rekam medis. Sampel kasus pada penelitian ini adalah ibu yang didiagnosa oleh dokter mengidap preeklampsia dan kontrol yaitu ibu hamil normal di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2010-2012. Sampel berjumlah 158 orang yang terdiri dari 79 kasus dan 79 kontrol yang diambil secara simple random sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa umur kehamilan merupakan faktor risiko kejadian preeklampsia dengan OR = 2,975 (1,557-5,683; 95%), gravida merupakan faktor risiko kejadian preeklampsia dengan OR = 2,881 (1,499-5,538; 95%) dan hiperplasentosis merupakan faktor risiko kejadian preeklampsia dengan OR =2,529 (1,333-4,799; 95%). Umur kehamilan, gravida dan hiperplasentosis merupakan faktor risiko kejadian preeklampsia di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2010- 2012. ABSTRACT Preeclampsia is one of the maternal and infant mortality causes in the world. The disease is classified as hypertension induced by pregnancy. This condition characterized with hypertension, edema, and proteinuria during pregnancy. Incidence of this disease varies in Indonesia, that may affected many different factors in each region. Until today, the occurrence of preeclampsia is unknown. This study aims to analyze the incidence of gestational age, gravida, and hyperplasentosis as risk factors of the incidence of preeclampsia in Bahteramas General Hospital in Southeast Sulawesi province in 2010-2012. This study is a descriptive analytic study with case-control design. The research was conducted at the Bahteramas General Hospital in Southeast Sulawesi Province in 2010-2012. The study conducted was secondary data collection like medical records. Cases sample in this study is preeclampsia mother that were diagnosed by a physician and controls sample is normal pregnant mother in Bahteramas General Hospital in Southeast Sulawesi Province in 2010-2012. The total of samples is 158 people, consisting of 79 cases and 79 controls that taken by simple random sampling. The result of this study show that gestation with OR 2,975 (1,557 to 5,683; 95%), gravida with OR 2,881 (1,499 to 5,538; 95%), and hyperplasentosis with OR 2,529 (1,333 to 4,799; 95%) are risk factor f incidence of preeclampsia. Gestasional age, gravida and hyperplasentosis is risk factors of the incidence of preeclampsia in Bahteramas General Hospital in Southeast Sulawesi Province in 2010-2012. Keywords : Preeclampsia, Gestasional Age, Gravid, Hyperplasentosis PENDAHULUAN Menurut WHO, hipertensi pada kehamilan mempengaruhi sekitar 10% semua wanita hamil di seluruh dunia. Penyebab diantaranya adalah preeklampsia atau eklampsia, hipertensi gestasional dan hipertensi kronis. Hipertensi pada kehamilan merupakan penyebab utama kematian pada ibu dan bayi. Di Asia dan Afrika, hampir sepersepuluh dari semua kematian ibu hamil di Amerika Latin merupakan komplikasi seluruh kematian ibu berhubungan dengan preeklampsia, sedangkan 25% dari preeklampsia dengan penyakit lainnya. Pada negara sedang berkembang frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3 % sampai 0,7 %, sedang di negara-negara maju angka eklampsia lebih kecil, yaitu 0,05 % sampai 0,1% (Prawirohardjo, 2009). METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini adalah studi deskriptif analitik dengan rancangan case control study secara retrospective, yaitu penelitian epidemiologis analitik yang menelaah hubungan antara efek (penyakit atau kondisi) tertentu dengan faktor risiko tertentu (Sastroasmoro dan Ismael, 2011). Penelitian ini merupakan penelitian analitik untuk menganalisis faktor risiko kejadian preeklampsia di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2013. Pendekatan case control study digunakan pada ibu hamil yang memeriksakan diri di Rumah Sakit Umum Bahteramas Povinsi Sulawesi Tenggara tahun 2013 dengan jumlah populasi populasi sebanyak 1518. Kriteria inklusi pada sampel penelitian ini yaitu Ibu hamil yang menderita preeklampsia yang telah di diagnosis oleh dokter dan ibu hamil normal yang tercatat dalam rekam medik di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2010-2012. Kriteria eksklusinya adalah Kejadian preeklamsia dengan data rekam medis yang tidak lengkap dan ibu hamil normal dengan data rekam medis tidak lengkap. Sampel yang memenuhi kriteria sebanyak 158 . Variabel bebas yaitu umur kehamilan, gravida dan hiperpasentosis sedangkan variable terikatnya adalah kejadian preeklampsia. Hasil yang diperoleh diolah dan dianalisis, disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai dengan interpretasi dalam bentuk narasi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari hasil penelitian analisis faktor risiko kejadian preeklampsia, maka dapat disimpulkan bahwa umur kehamilan merupakan faktor risiko kejadian preeklampsia di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2010-2012. Gravida merupakan faktor risiko kejadian preeklampsia di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2010-2012. Hiperplasentosis merupakan faktor risiko kejadian preeklampsia di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2010-2012. Penelitian ini dilakukan terhadap pasien rawat inap di Ruang perawatan penyakit kandunganRumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara yangtercatat dalam rekam medik pada tahun 2010sampai 2012. Data diperoleh dari rekam medik dimana sebelumnya telah dilakukan pencocokan nomor rekam medik pasien yang tercatat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara, kemudian dilakukan pencarian nomor rekam medik sesuai dengan nomor rekam medik yang telah didapatkan sebelumnya. Subyek penelitian adalah ibu hamil berdasarkan hasil pemeriksaan dokter yang datang memeriksakan kehamilannya yang tercatat dalam rekam medik serta memenuhi kriteria inklusi. Subyek penelitian diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling.Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 158 pasien. Dari sampel tersebut,79 kasus terdiagnosis preeklampsia dan 79 kontrol dari ibu hamil normal.
a. Analisis Faktor Risiko Umur Kehamilan Terhadap Kejadian Preeklampsia Tabel 8. Analisis faktor risiko umur kehamilan terhadap kejadian preeklampsia di Rumah Sakit Umum Bahteramas tahun 2010-2012 Umur kehamilan Status Preeklampsia Jumlah OR 95% Cl Kasus Kontrol n % n % n % LL UL Trimeter 3 51 32,3 30 19,0 81 51,3 2,975 1,557 5,683 Trimester 1-2 28 17,7 49 31,0 77 48,7 Jumlah 79 50 79 50 158 100 Data penelitian menunjukkan bahwa subyek kasus preeklampsia dengan status umur kehamilan trimester ke 3 (kasus dan kontrol) sebanyak 81 orang (51,3%) dan subyek dengan status umur kehamilan trimester 1-2 (kasus dan kontrol) sebanyak 77 orang (48,7%). Dari tabel diatas terlihat bahwa subyek dengan umur kehamilan trimester 3 pada kelompok kasus berjumlah 51 orang (32,3%) yang mengalami kehamilan dengan kasus preeklampsia dan pada kelompok kontrol berjumlah 30 orang (19,0%). Sedangkan subyek dengan umur kehamilan trimester 1-2 pada kelompok kasus berjumlah 28 orang (17,7%) dan pada kelompok kontrol berjumlah 49 orang (31,0%). Hasil uji statistik didapatkan nilai odds ratio sebesar 2,975 dengan tingkat kepercayaan 95% nilai OR berada pada interval 1,557-5,683 menunjukkan nilai antara upper limit dan lower limit yang tidak mencakup nilai 1 maka H 0 ditolak dan Ha diterima dan risiko yang ditimbulkan dikatakan bermakna. Nilai OR 2,975 menunjukkan bahwa ibu hamil dengan umur kehamilan pada trimester 3 mempunyai risiko mengalami preeklampsia 2,975 kali dibandingkan dengan subyek ibu hamil dengan umur kehamilan pada trimester 1-2. b. Analisis Faktor Risiko Gravida Terhadap Kejadian Preeklampsia Tabel 9. Analisis faktor risiko gravida terhadap kejadian preeklampsia di Rumah Sakit Umum Bahteramas tahun 2010-2012 Gravida Status Preeklampsia Jumlah OR 95% Cl Kasus Kontrol n % N % n % LL UL Primigravida 44 27,8 24 15,2 68 43 2,881 1,499 5,538 Multigravida 35 22,2 55 34,8 90 57 Jumlah 79 50 79 50 158 100 Dari tabel diatas terlihat bahwa subyek dengan status gravida (primigravida) berjumlah 44 orang (27,8%) pada kelompok kasus dan pada kelompok kontrol berjumlah 24 orang (15,2%). Sedangkan subyek dengan status gravida (multigravida), yang mengalami kasus preeklampsia sebanyak 35 orang (22,2%) dan pada kelompok kontrol berjumlah 55 orang (34,8%). Hasil uji statistik didapatkan nilai odds ratio sebesar 2,881dengan tingkat kepercayaan 95% nilai OR berada pada interval 1,499-5,538 menunjukkan nilai antara upper limit dan lower limit yang tidak mencakup nilai 1 maka H 0 ditolak dan Ha diterima dan risiko yang ditimbulkan dikatakan bermakna. Nilai OR 2,881 menunjukkan bahwa ibu hamil dengan status gravida (primigravida) mempunyai risiko mengalami preeklampsia 2,881 kali dibandingkan dengan subyek ibu hamil dengan status gravida (multigravida).
c. Analisis Faktor Risiko Hiperplasentosis terhadap Kejadian Preeklampsia Tabel 10. Analisis faktor risiko hiperplasentosis terhadap kejadian preeklampsia di Rumah Sakit Umum Bahteramas tahun 2010-2012 Hiperplasentosis Status Preeklampsia Jumlah OR 95% Cl Kasus Kontrol n % n % n % LL UL Ada 49 31,0 31 19,6 80 50,6 2,529 1,333 4,799 Tidak ada 30 19,0 48 30,4 78 49,4 Jumlah 79 50 79 50 158 100 Dari tabel diatas terlihat bahwa subyek dengan ada hiperplasentosis berjumlah 49 orang (31,0%) pada kelompok kasus dan 31 orang (19,6%) pada kelompok konrol. Sedangkan subyek dengan tidak ada hiperplasentosis, yang mengalami kasus preeklampsia sebanyak 30 orang (19,0%) dan 48 orang (30,4%) pada kelompok kontrol. Hasil uji statistik didapatkan nilai odds ratio sebesar 2,529 dengan tingkat kepercayaan 95% nilai OR berada pada interval 1,333-4,799 menunjukkan nilai antara upper limit dan lower limit yang tidak mencakup nilai 1 maka H 0 ditolak dan Ha diterima dan risiko yang ditimbulkan dikatakan bermakna. Nilai OR 2,529menunjukkan bahwa ibu hamil denganada hiperplasentosis mempunyai risiko mengalami preeklampsia 2,529 kali dibandingkan dengan subyek ibu hamil dengan tidak ada hiperplasentosis. Berdasarkan analisis data bivariat tersebut, maka variabel hiperplasentosis merupakan faktor risikokejadian preeklampsia di Rumah Sakit Umum Bahteramas tahun 2010-2012. PEMBAHASAN Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria, edema akibat kehamilan, umur kehamilan pada trimester 3 atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum memasuki umur kehamilan trimester 3 bila terjadi penyakit trofoblastik. Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori-teori dikemukakan para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya, oleh karena itu disebut the disease of theories. Teori yang sekarang ini dipakai sebagai penyebab preeklampsia adalah teori iskemia plasenta. Namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit ini, tidak hanya satu faktor yang menyebabkan preeklampsia dan eklampsia (Kandi, dkk., 2007). Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa variabel yang diteliti untuk melihat pengaruh terhadap kejadian preeklampsia yaitu umur kehamilan, gravida dan hiperplasentosis. 1. Faktor Risiko Umur Kehamilan dengan Kejadian Preeklampsia Umur kehamilan merupakan faktor risiko kejadian preeklampsia. Preeklampsia dapat terjadi pada usia kehamilan di trimester 3 atau mendekati saat kelahiran, dan berefek buruk pada sistem kekebalan tubuh termasuk pada plasenta yang menyediakan zat gizi bagi janin. Hasil penelitian 158 sampel menunjukkan bahwa terlihat subyek dengan umur kehamilan pada trimester 3 berjumlah 51 orang (32,3%) yang mengalami kehamilan dengan preeklampsia dan 30 orang (19,0%) dengan kehamilan normal. Sedangkan subyek dengan umur kehamilan pada trimester 1-2 yang mengalami preeklampsia pada kehamilannya berjumlah 28 orang (17,7%) dan 49 orang (31,0%) sisanya dengan kehamilan yang normal. Ini terlihat bahwa subyek ibu hamil yang umur kehamilannya pada trimester 3 kecenderungan mengalami preeklampsia bila dibandingkan dengan subyek ibu hamil yang yang umur kehamilannya pada trimester 1-2. Nilai OR = 2,975 (1,5575,683) artinya subyek ibu hamil dengan umur kehamilannya pada trimester 3 mempunyai risiko mengalami preeklampsia 2,975 kali dibandingkan dengan subyek ibu hamil pada trimester 1-2. Fakta tentang insiden preeklampsia eklampsia makin meningkat dengan makin tuanya umur kehamilan mendukung teori iskemia daerah implantasi plasenta untuk menerangkan berbagai gejala klinik dari preeklampsia eklampsia. Berdasarkan teori iskemi daerah implantasilasenta, bahan trofoblast akan diserap ke dalam sirkulasi yang dapat menyebabkan peningkatan sensitivitas terhadap angiotensin II, renin dan aldosteron, spasme pembuluh darah arteriol dan tertahannya garam serta air (Manuaba, 2007). Kadar plasma mineral kortikoid poten yang lainnya, deoksikortikosteron (DOC), di dalam plasma meningkat tajam pada trimester 3. Winkle, dkk (1983) melaporkan bahwa perubahan progesteron menjadi DOC akan meningkat secara nyata pada wanita hamil yang menderita hipertensi karena kehamilan.Namun produksi DOC yang berlebihan bukan merupakan satu-satunya faktor pencetus timbulnya hipertensi karena kehamilan (Cunningham, 2006). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wulan (2012) Karakteristik Penderita Preeklampsia dan Eklampsia Di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 20092011, dengan hasil bahwa kasus preeklampsia 56,2% dideterminasi pada usia kehamilan preterm (20-37 Minggu). 2. Faktor Risiko Gravida dengan Kejadian Preeklampsia Dari hasil penelitian terlihat bahwa subyek dengan status gravida (primigravida) berjumlah 44 orang (27,8%) yang mengalami kehamilan dengan kasus preeklampsia dan 24 orang (15,2%) pada status kehamilan normal. Sedangkan subyek dengan status gravida (multigravida), yang mengalami kasus preeklampsia sebanyak 35 orang (22,2%) dan 55 subyek (34,8%) sisanya berada pada kehamilan normal. Nilai OR = 2,881 (1,4995,538) artinya subyek ibu hamil dengan gravida tinggi (primigravida) mempunyai risiko mengalami preeklampsia 2,881kali dibandingkan dengan subyek ibu hamil dengan status gravida rendah (multigravida). Risiko hipertensi karena kehamilan dipertinggi pada keadaan dimana pembentukan antibodi penghambat terhadap tempat-tempat yang bersifat antigen pada plasenta terganggu, misalnya pada kehamilan pertama.Teori ini di dukung oleh peningkatan preeklampsia eklampsia pada ibu baru (pertama kali terpapar jaringan janin) dan pada ibu hamil dari pasangan yang baru atau pasangan materi genetik yang berbeda (Bobak, 2004). Hasil penilitian ini sesuai dengan yang dikemukakan Corwin bahwa pada primigravida sering mengalami stress dalam menghadapi persalinan. Stress emosi yang terjadi pada primigravida menyebabkan peningkatan pelepasan corticotropin- releasing hormone (CRH) oleh hipotalamus. Efek kortisol adalah mempersiapkan tubuh untuk berespons terhadap semua stresor dengan meningkatkan respon simpatis, termasuk respon yang ditujukan untuk meningkatkan curah jantung dan mempertahankan tekanan darah. 3. Faktor Risiko Hiperplasentosis dengan Kejadian Preeklampsia Hiperplasentosis atau kelainan trofoblas juga dianggap sebagai faktor predisposisi terjadinya preeklampsia, karena trofoblas yang berlebihan dapat menurunkan perfusi uteroplasenta yang selanjutnya mempengaruhi aktivasi endotel yang dapat mengakibatkan terjadinya vasospasme, dan vasospasme adalah dasar patofisiologi preeklampsia/eklampsia. Dari hasil penelitian terlihat bahwa subyek dengan ada riwayat hiperplasentosis (kehamilan multipel, diabetes melitus, hidrops fetalis, bayi besar) yang mengalami kasus preeklampsia berjumlah 49 orang (31,0%) dan 31 orang (19,6%) dengan status ada riwayat hiperplasentosis berada pada status kehamilan normal. Sedangkan subyek dengan status tidak ada riwayat hiperplasentosis, berjumlah 30 orang (19,0%) yang mengalami kasus preeklampsia dan 40 orang (30.4%) berada pada status kehamilan normal. Nilai OR = 2,529 (1,333 4,799) yang artinya subyek ibu hamil dengan ada riwayat hiperplasentosis mempunyai risiko mengalami preeklampsia 2,529 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak ada riwayat hiperplasentosis, atau dengan kata lain, hiperplansentosis merupakan faktor risiko kejadian preeklampsia. Saran Rekam medis merupakan catatan dokter berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang pada pasien. Jadi, pencatatan rekam medis yang lengkap sangat diperlukan untuk status pasien. Maka, dokter atau tenaga kesehatan yang bertugas disarankan mencatat dengan terperinci tentang diagnosis pasien serta mencatat riwayat-riwayat penyakit yang pernah diderita oleh pasien. Sistem organisasi rumah sakit juga harus lebih teratur bagi mengelakkan adanya data-data pasien yang hilang. DAFTAR PUSTAKA Akbar. U. 2011. Hubungan Status Gravida dan Hipertesi dalam Kehamilan di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2011. Fakultas Kedokteran Univesitas Sumatera Utara. Alkaff. T.R, Hartini.T.S, Hakimi.M. 2008.Hubungan variasi musim dengan kejadian preeklampsia di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta, 1999-2003. Maj Obstet Ginekol Indones.Vol 32.No 3.Juli 2008. Hal: 139-142. Collet, D. 1991. Modelling Binary Data . University of Reading .Uk. Dahlan, M.S. (2009), Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Guidotti. R dan Jobson.D., 2005. Detecting Preeclampsia: A Practical Guide. WHO Safe Motherhood. Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Indrian, S dan Kumala, F." Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kejadian Preeklampsia pada Ibu Hamil".Jurnal Keperawatan, Agustus 2010. Vol III. Kandi, E., Ridwan, A., Wahyu, A., Chaerunnisa., Wirdati A., Afifah. 2007. Issu Mutakhir Tentang Komplikasi Kehamilan (Preeklampsia dan Eklampsia). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar. Kumar, Vinay, dkk. 2007.Sistem Genitalia Perempuan dan Payudara. Robbins Buku Ajar Patologi.Volume 2.Edisi 7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Lemeshow, S, dkk. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kessehatan. Jakarta: Penerbt Gadjah Mada University Press. Pilu.G,dkk. 2002. Hidrops fetalis. Diagnosa of Fetal Abnormaities. Diploma of Fetal Medicine & ISUOG Educational Series London. Prawirohardjo, S.2009. .Ilmu Kebidanan. Jakarta: Penerbit PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Raras, A.A. 2011. Pengaruh Preeklamsia Berat Pada Kehamilan Terhadap Keluaran Maternal Dan PerinatalDi RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2010. Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika. Sastroasmoro,S dan Ismael,S. 2011. Dasar- dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi IV. Jakarta : Penerbit Sagung Seto. Sudinaya, P.I. 2007. Insiden Preeklampsia Eklampsia di Rumah Sakit Umum Tarakan Kalimantan Timur - tahun 2000. Cermin Dunia Kedokteran, No. 139. Tsania, Qurrata. 2011. Hubungan Antara Primigravida Muda Dengan Kejadian Preeklamsia Di RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak Tahun 2010. Program Studi Pend. Dokter Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Wagner, L.K., 2004. Diagnosis and Management of Preeclampsia. Am Fam Physician, 70 (12): 2317 2324. WHO, 2011.Prevention and Treament of Preeclampsia and Elampsia. Geneva. Wulan, K.S. 2012.Karakteristik Penderita Preeklampsia Dan Eklampsia Di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2009 2011. Fakultas Kedokteran Univesitas Sumatera Utara.