Você está na página 1de 10

NASKAH AKADEMIK RAPERDA HOTEL PROVINSI DIY

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu dari 34 provinsi yang ada di
Indonesia yang terkenal banyak memiliki keistimewaan didalamnya. Kekayaan kuliner
yang beragam dan tempat yang amat menarik untuk dikunjungi dengan harga yang relatif
murah menjadikan daya tarik tersendiri bagi para turis baik lokal maupun asing sebagai
destinasi liburan. Yogyakarta bukan hanya sebagai kota wisata yang menyenangkan,
tetapi juga sebagai sentra pendidikan yang sangat bagus di Indonesia, wajar saja jika
Yogyakarta juga dijuluki dengan sebutan kota pendidikan. Kota yang satu ini memang
berbeda dengan kota lainnya di Indonesia, suasana tenang, alam yang indah, masyarakat
yang sangat ramah, dan kuliner yang lezatlah yang sekiranya menjadi daya tarik utama
dari sebuah kota bernama Yogyakarta.
Dahulu Yogyakarta adalah ibukota dari Indonesia. Wajar saja Yogyakarta
menjadi ibukota karena kota ini memang memiliki kemajuan yang lebih baik dibanding
kota yang lain, baik dari segi pendidikan, kreativitas masyarakat, keindahan kota, dan lain
sebagainya. Terbentuk dari peleburan antara negara Kesultanan Yogyakarta dengan
negara Kadipaten Paku Alaman. Dimana peninggalan kebudayaan tersebut masih
dipertahankan hingga sekarang.
Seribu tahun silam, Yogyakarta merupakan pusat kerajaan Mataram Kuno yang
makmur dan memiliki peradaban tinggi. Kerajaan inilah yang mendirikan Candi
Borobudur yang merupakan candi Buddha terbesar di dunia, Peninggalan lainnya adalah
Candi Prambanan, Istana Ratu Boko, dan puluhan candi lainnya yang sudah direstorasi
maupun yang masih terpendam di bawah tanah.
Enam ratus tahun kemudian, Panembahan Senopati mendirikan Kerajaan
Mataram Islam di wilayah ini. Kerajaan Mataram Islam ini meninggalkan jejak berupa
reruntuhan benteng dan makam kerajaan di Kotagede yang kini dikenal sebagai pusat
kerajinan perak di Yogyakarta.
Perjanjian Giyanti pada tahun 1755 membagi Kerajaan Mataram Islam menjadi
Kasunan Surakarta yang berpusat di Kota Solo dan Kesultanan Yogyakarta yang
mendirikan istananya di Kota Jogja. Kraton (istana) tersebut masih berdiri hingga kini
dan masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan keluarganya, lengkap dengan
ratusan abdi dalem yang secara sukarela menjalankan tradisi di tengah perubahan jaman.
Di Kraton, setiap hari ada pagelaran budaya berupa pertunjukan wayang kulit, gamelan,
sendratari Jawa, dsb yang hingga saat ini masih rutin diadakan.
Di ujung utara Yogyakarta, terdapat Gunung Merapi yang berdiri dengan gagah
setinggi 9738 kaki. Gunung ini adalah salah satu dari gunung berapi yang paling aktif di
Indonesia. Jejak ganasnya letusan Gunung Merapi tahun 2006 dapat dilihat di Desa
Kaliadem, 30 km dari Kota Yogyakarta.
Di bagian selatan Yogyakarta, Terdapat banyak pantai.Salah satu pantai yang
paling terkenal adalah Pantai Parangtritis dengan legenda Nyi Roro Kidul, tak hanya itu,
Yogyakarta juga memiliki pantai-pantai alami seperti Pantai Sadeng yang merupakan
muara Sungai Bengawan Solo purba sebelum kekuatan tektonik yang dahsyat
mengangkat permukaan Pulau Jawa bagian selatan sehingga aliran sungai tersebut
berbalik ke utara seperti saat ini. Juga Pantai Siung yang memiliki 250 jalur panjat tebing,
Pantai Sundak, Pantai Baron, Pantai Krakal dan masih banyak lagi pantai lainnya.
Kombinasi yang unik antara candi-candi kuno, sejarah, tradisi, budaya, dan
kekuatan alam menjadikan Yogyakarta menjadi ketertarikan tersendiri bagi para
pelancong untuk dijadikan sebagai tempat berlibur. Meningkatnya wisatawan yang
datang, mengakibatkan adanya konsekuensi untuk meningkat-kan akomodasi bagi
wisatawan. Pertumbuhan kebutuhan akomodasi dan trasnportasi sangatlah pesat, ini
menjadikan peluang yang baik bagi para pengusaha untuk mengembangkan usahanya,
salah satunya adalah usaha penginapan.
1

Tingginya jumlah wisatawan yang datang di Yogyakarta ini menjadi penyebab
utama pula banyaknya pengusaha yang mendirikan tempat penginapan, khususnya hotel,
pembangunan hotel di Yogyakarta dari tahun ke tahun terus meningkat. Mudahnya izin
pembangunan hotel ini juga sebagai penyebab maraknya pembangunan hotel yang ada di
Yogyakarta ini, sehingga tak heran di sepanjang jalan banyak hotel yang didirikan hanya
berjarak beberapa puluh meter saja, padahal jalanan sudah padat merayap karna
banyaknya bangunan rumah, pusat perbelanjaan dan jalan raya.
Akibat dari maraknya pembangunan hotel ini, menyebabkan semakin berkurangnya
daerah resapan air yang ada di Yogyakarta, sehingga tak jarang saat musim

1
http://www.yogyes.com/id/ diakses pada tanggal 6 Oktober 2014 pukul 20.34
penghujanpun Yogyakarta mengalami banjir. Didalam Perda Yogyakarta no.2 th 2002,
Syarat-syarat permohonan Izin Usaha Hotel yang terdapat dalam pasal 20 ini hanya
menyantumkan:
- bukti diri yang sah;
- melampirkan Izin Mendirikan Bangun-bangunan (IMBB);
- melampirkan Izin Gangguan;
- melampirkan rencana tapak dan studi kelayakan;
- melampirkan Akte Pendirian Perusahaan, kecuali untuk usaha perorangan; dan
- Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD)
saja sebagai syarat dalam permohonan Izin Pembangunan Hotel, tidak ada penyertaan
AMDAL yang di dalamnya terdapat pengaturan mengenai pengelolaan limbah serta
daerah resapan air sebagai salah satu prasayarat perizinan pembangunan hotel. Padahal
AMDAL adalah hal yang penting dan sala satu upaya untuk pencegahan kerusakan
lingkungan yang terjadi, AMDAL merupakan suatu alat atau cara yang digunakan dalam
mengendalikan perubahan lingkungansebelum suatu tindakan kegiatan pembangunan
dilaksanakan. Hal ini dilakukan karena setiap kegiatan pembangunan selalu
menggunakan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidupnya, sehingga secara
langsung (otomatis) akan terjadi perubahan lingkungan. Dengan demikian perlu
pengaturan pengelolaan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup, serta cara
mengeliminer dampak, supaya pembangunan-pembangunan yang lainnya dan berikutnya
dapat tetap dilakukan.
AMDAL merupakan reaksi terhadap kerusakan lingkungan akibat aktivitas
manusia yang semakin meningkat. Reaksi ini mencapai keadaan ekstrem sampai
menimbulkan sikap yang menentang pembangunan dan penggunaan teknologi tinggi.
Dengan ini timbullah citra bahwa gerakan lingkungan adalah anti pembangunan dan anti
teknologi tinggi serta menempatkan aktivis lingkungan sebagai lawan pelaksana dan
perencana pembangunan. Karena itu banyak pula yang mencurigai AMDAL sebagai
suatu alat untuk menentang dan menghambat pembangunan.

AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia.
AMDAL ini dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan
memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Yang dimaksud
lingkungan hidup di sini adalah aspek Abiotik, Biotik, dan Kultural. Dasar hukum
AMDAL adalah Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang "Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup".
Hasil studi AMDAL dinyatakan dalam bentuk Rencana Pengelolaan Lingkungan
(RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Dengan adanya RKL dan RPL ini
maka pelaksanaan kegiatan pembangunan akan terikat secara hukum untuk melaksanakan
pengelolaan dan pemantauan lingkungannya, karena dalam RKL dan RPL terdapat
prosedur pengembangan dampak positif dan penanggulangan dampak negatif, serta
prosedur pemantauan lingkungannya.
Salah satu cara mengelola sumberdaya alam dan lingkungannya dalam pembangunan,
yaitu melalui AMDAL atau dapat dikatakan AMDAL dapat membantu pelaksanaan
pembangunan dengan pendekatan lingkungan, sehingga dampak-dampak negatif yang
ditimbulkan dapat diminimasi atau dihilangkan dengan mencarikan teknik penyelesaian
dampaknya. Perubahan-perubahan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh kegiatan
pembangunan dapat diperkirakan sebelum pelaksanaan kegiatan, sehingga dapat diduga
atau diperkirakan akibat-akibat atau dampak-dampak yang akan terjadi. Dengan demikian
dapat dicarikan teknik penyelesaian dalam mengantasisipasi dampak yang timbul dan
meminimasi dampak. Tetapi apabila dampak yang akan timbul diperkirakan akan
merusak lingkungan hidup dan masyarakat luas dan pengantisipasian dampaknya
memakan waktu yang sangat lama dan sulit dalam pembiayayaannya, maka rencana
kegiatan tersebut dapat dianggap tidak layak untuk dilakukan.
Diharapkan dengan adanya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan untuk setiap
rencana kegiatan pembangunan dapat membantu tercapainya tujuan yang maksimal dari
pembangunan dan dapat menjaga kelestarian lingkungan, sehingga pembangunan-
pembangunan yang berikutnya dapat dilaksanakan dan diwujudkan, karena keadaan
lingkungan hidup yang terjaga sehingga dapat dilaksanakannya lagi pembangunan yang
lainnya atau disebut juga dengan pembangunan yang berkelanjutan.
2

Tingginya kebutuhan masyarakat akan adanya tempat penginapan khususnya bagi
para wisatawan yang ada di Yogyakarta yang mendorong terus terjadinya pembangunan
hotel, AMDAL menjadi sangat diperlukan sebagai prasyarat dalam izin pembangunan
hotel (khususnya), mengingat manfaat dan pentingnya AMDAL sebagai pencegahan
kerusakan lingkungan yang dapat terjadi akibat dari pembangunan hotel yang tidak
memerhatikan tata ruang kota, dan terlal banyak serta tidak memerhatikan dampak
kerusakan lingkungan dan kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah, yang

2
http://sitiyuliani-arsitekturr.blogspot.com/2013/01/pentingnya-amdal-terhadap-pembangunan.html diakses
pada tanggal 6 Oktober 2014 pukul 22.45
merupakan hal penting dari dapat tercegahnya kerusakan lingkungan. Hal ini sesuai
dengan salah satu teori The 4 Ps yaitu policy, dimana peraturan dan kebijakan yang
seharusnya menjadi hal penting yang bisa mencegah kerusakan lingkungan malah
berfungsi sebaliknya menjadi salah satu penyebab kerusakan, dikarenakan mudahnya izin
pembangunan hotel yang tidak mencantumkan AMDAL sebagai salah satu upaya
preventif dan represif kerusakan lingkungan.

Pemerintah Kota Yogyakarta telah memiliki Peraturan Daerah (Perda) Kota
Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2002 tentang Perizinan Usaha Hotel dan Penginapan. Perda
tersebut dimaksudkan untuk mengatur upaya pembangunan hotel dan penginapan yang
ada di Kota Yogyakarta. Akan tetapi didalam Perda tersebut tidak mencantumkan
AMDAL sebagai salah satu prasyarat izin pembangunan hotel, dan tidak adanya
pengawasan dari pemerintah setempat terkait kualitas lingkungan dan pelayanan hotel.
Sehingga diperlukan peninjauan kembali Peraturan Daerah (Perda) Kota Yogyakarta
Nomor 2 Tahun 2002 tentang Perizinan Usaha Hotel dan Penginapan sebagai bentuk
perhatian serius pemerintah daerah terhadap pembangunan hotel dan penginapan ini
dalam rangka menjaga kualitas dan pelestarian lingkungan hidup.
B. Identifikasi Masalah
1. Permasalahan yang muncul terkait dengan pentingnya segera melakukan
pengaturan yang komprehensif mengenai izin pembangunan hotel karena
perkembangan pembangunan hotel kondisinya saat ini sudah sangat
memprihatinkan akibat kurangnya perhatian dari pemilik usaha hotel terhadap
lingkungannya yang mengakibatkan tidak terjaganya lingkungan yang berujung
pada kerusakan lingkungan, serta kurangnya pengawasan pemerintah dalam
mengawasi pembangunan hotel dan pengelolaan lingkungan oleh pihak hotel,
juga mudahnya izin pembangunan hotel yang tidak menyertai AMDAL sebagai
prasyarat dalam pembangunannya, itu semua menjadi penyebab kerusakan
lingkungan dan berkurangnya daerah resapan air di Yogyakarta karena
pembangunan hotel yang terus terjadi dengan tidak memerhatikan tata ruang kota
yang menimbulkan polusi dan bencana alam yang diakibatkan oleh ulah tangan
manusia sendiri.
2. Permasalahan yang muncul berkenaan dengan cagar budaya tersebut tidak dapat
diselesaikan dengan menggunakan Perda lama, karena pengaturannya masih
kurang ketat sehingga memudahkan izin pembangunan hotel yang mengakibatkan
banyak dampak negatif. Jika hanya menyandarkan pada Perda yang berlaku maka
pembangunan hotel akan terus berlanjut dengan mudahnya, kerusakan lingkungan
pun akan terus semakin parah, Sementara problematika yang terjadi di
Yogyakarta membutuhkan penyelesaian melalui pengaturan yang lebih ketat lagi
sebagai bentuk pencegahan dari kerusakan lingkungan tersebut.
3. Peraturan Daerah (Perda) Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Perizinan Usaha Hotel dan Penginapan hanya mengatur beberapa prasayarat
pembangunan hotel dan penginapan sebagai berikut:
a. bukti diri yang sah;
b. melampirkan Izin Mendirikan Bangun-bangunan (IMBB);
c. melampirkan Izin Gangguan;
d. melampirkan rencana tapak dan studi kelayakan;
e. melampirkan Akte Pendirian Perusahaan, kecuali untuk usaha perorangan; dan
f. Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD)
Tidak ada AMDAL yang sebagai prasyarat dalam pembangunannya, mengingat
pentingnya AMDAL sebagai usaha preventif kerusakan lingkungan.
4. Belum adanya pengaturan yang mencantumkan kategorisasi hotel, juga
pengawasan dari pemerintah setempat terhadap usaha khususnya hotel mengenai
pengelolaan lingkungan, sarana dan prasarana, pelayanan terhadap konsumen dan
kevalidan izin hotel dalam jangka waktu yang tertentu secara rutin. Serta sanksi
pelanggarannya.
5. Perlunya pengaturan segera dalam bentuk Perda baru yang menggantikan
Peraturan Daerah (Perda) Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Perizinan Usaha Hotel dan Penginapan yang mencantumkan:
- AMDAL yang sebagai prasyarat dalam izin pembangunannya,
- Kategorisasi hotel
- Pembagian wilayah Yogyakarta yang dibagi menjadi 2 yaitu wilayah wisata dan
non- wisata untuk pemerataan hotel
- Pengawasan dari pemerintah setempat mengenai pengelolaan lingkungan, sarana
dan prasarana, pelayanan terhadap konsumen dan kevalidan izin hotel dalam
jangka waktu yang tertentu secara rutin
- Sanksi- sanksi pelanggarannya.
6. Sasaran yang ingin diwujudkan:
- Tercapainya kelestarian dan terjaganya kulitas lingkungan hidup yang baik.
- Terjegahnya kerusakan lingkungan hidup yang lebih parah
- Menekan laju pembangunan hotel
- Terjaganya daerah resapan air di Yogyakarta.
- Menertibkan proses perizinan sehingga menutup peluang timbulnya korupsi
administrasi.
- Adanya pengawasan dari pemerintah sehingga jaminan mutu hotel terjamin.
- Persebaran hotel memenuhi prinsip-prinsip tata ruang.

C. Tujuan Dan Kegunaan Penyusunan Naskah Akademik

Você também pode gostar