ANALISIS RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RPL)
TAHAP III TAHAP OPERASI
Pada tahap operasi ini ada 3 sub bab yaitu: penerimaan tenaga kerja, penanganan batubara dan operasional PLTU. 1. PENERIMAAN TENAGA KERJA Penerimaan tenaga kerja ini berhubungan dengan dampak sosial dari pembangunan PLTU tersebut. Pada sub bab penerimaan tenaga kerja ini menjelaskan tentang peningkatan kesempatan kerja, perubahan pola mata pencaharian dan pendapatan penduduk sekitar serta intensitas penanganan limbah yang dihasilkan PLTU tersebut. Tetapi, belum disebutkan tentang dampak yang akan ditimbulkan, karena masih menjelaskan tentang parameter yang digunakan dan sumber dampak dari kegiatan tersebut. 2. PENANGANAN BATUBARA Penanganan Batubara meliputi penurunan kualitas udara, peningkatan kebauan, penurunan kualitas air laut, dan perubahan persepsi masyarakat. Kegiatan penanganan batubara ini berpotensi mengganggu keseimbangan lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitar. a. Penurunan kualitas udara ini berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Berdasarkan lampiran dari Peraturan Pemerintah tersebut, TSP disebut juga debu. Namun, dalam dokumen AMDAL tersebut disebutkan dua parameter yaitu TSP dan Debu jatuh. Adapun baku mutu TSP atau debu adalah sebagai berikut: No Parameter Waktu Pemaparan Baku Mutu Metode Analisis Peralatan 1. TSP (Debu) 24 Jam 1 Thn 230 g/Nm 3
90 g/Nm 3
Gravimetric Hi Vol
b. Peningkatan kebauan dijelaskan dalam KEP - 50/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan. No Parameter Satuan Nilai Batas Metode Pengukuran Peralatan 1. Hidrogen Sulfida (H 2 S) ppm 0,2 a. Merkuri tiosianat b. absorpsi gas Spektrofotometer Gas Khromatograf c. Penurunan Kualitas Air Laut Berdasarkan lampiran yang terdapat dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor tahun 2004 tentang Baku Mutu Air laut untuk Biota Laut, parameter tentang klorin bebas dan sulfat tidak dijelaskan, sedangkan kromium total yang disebutkan dalam peraturan tersebut adalah Kromium heksavalen (Cr(VI)) dengan satuan mg/l dan baku mutu sebesar 0,005. Berikut adalah daftar baku mutu beberapa parameter yang terdapat dalam dokumen RPL tersebut. Parameter Satuan Baku mutu a. Kecerahan m coral: >5 mangrove: - lamun: >3 b. Kekeruhan NTU <5 c. Total Suspended Solids (TSS) mg/l coral: 20 mangrove: 80 lamun: 20 d. Suhu C alami3( c) coral: 28-30( c) mangrove: 28-32 ( c) lamun: 28-30( c) e. pH - 7 - 8,5 f. Dissolved Oxygen (DO) mg/l >5 g. BOD mg/l 20 h. Phosphat (PO4) mg/l 0,015 i. Minyak dan lemak mg/l 1 j. Tembaga (Cu) mg/l 0,008 k. Besi (Fe) mg/l l. Seng (Zn) mg/l 0,05 m. Klorin Bebas (Cl) - - n. Kromium Total (Cr) - - o. Salinitas %o alami p. Sulfida mg/l 0,01 q. Sulfat - -
3. OPERASIONAL PLTU Operasional PLTU di sini meliputi penurunan kualitas udara, penurunan kualitas air laut, perubahan garis pantai, gangguan terhadap biota laut, gangguan kesehatan masyarakat yaitu angka kesakitan penyakit saluran pernafasan, peningkatan peluang berusaha, perubahan persepsi masyarakat, perubahan tingkat pendapatan,serta peningkatan kegiatan ekonomi lokal dan regional. Adapun dampak yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan adalah: a. Penurunan Kualitas Udara Indikator atau parameter yang digunakan dalam dokumen RPL tersebut adalah parameter udara ambien yang meliputi: Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2), Karbon Monoksida (CO), O3 (Oksidan), dan TSP. Adapun baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara adalah sebagai berikut. No. Parameter Waktu Pemaparan Baku Mutu Metode Analisis Peralatan 1. SO 2
(Sulfur Dioksida) 1 Jam 24 Jam 1 Thn 900g/Nm 3
365 g/Nm 3
60 g/Nm 3
Perarosanilin
Spektrofotometer 2. CO (Karbon Monoksida) 1 Jam 24 Jam 1 Thn 30.000g/Nm 3
10.000 g/Nm 3
NDIR NDIR Analyzer 3. NO 2 1 Jam 24 Jam 1 Thn 400 g/Nm 3
Parameter emisi udara yang disebutkan dalam dokumen RPL tersebut yaitu Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2), Total Partikel, dan Opasitas. Hal tersebut terdapat dalam KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 13/MENLH/3/1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK. Khususnya dalam lampiran yang mengatur tentang Baku Mutu Emisi untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batubara. No. Parameter Batas Maksimum mg/m 3
1.
2.
3.
4.
Total Partikel
Sulfur Dioksida (SO 2 )
Nitrogen Oksida (NO 2 )
Opasitas
150
700
850
20 %
b. Penurunan Kualitas Air Laut Parameter kualitas air laut yang diukur adalah : Kecerahan, Kekeruhan, Total Suspended Solids (TSS), Suhu, pH, Dissolved Oxygen (DO), BOD, Phosphat (PO4-), Minyak dan Lemak, Tembaga (Cu), Besi (Fe), Seng (Zn), Klorin Bebas (Cl2), Kromium Total (Cr), Salinitas, Sulfida, Sulfat. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8 tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi usaha dan/ atau Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Thermal, dibedakan berdasarkan sumber proses utama, Blowdown Boiler, Blowdown Cooling Tower dan Sumber Demineralisasi/WTP. Namun, dalam peraturan tersebut tidak disebutkan tingkat Kecerahan, Kekeruhan, Dissolved Oxygen (DO), BOD, Sulfida. (terdapat dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor tahun 2004 tentang Baku Mutu Air laut untuk Biota Laut). Adapun baku mutu air limbah bagi usaha dan/ atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal sumber proses utama adalah sebagai berikut. No Parameter Satuan Kadar Maksimum 1. pH - 6-9 2. TSS mg/L 100 3. Minyak dan Lemak mg/L 10 4. Klorin Bebas (Cl2) mg/L 0,5 5. Kromium Total (Cr) mg/L 0,5 6. Tembaga (Cu) mg/L 1 7. Besi (Fe) mg/L 3 8. Seng (Zn) mg/L 1 9. Phosphat (PO4 ) mg/L 10
Adapun baku mutu air limbah bagi usaha dan/ atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal sumber kegiatan pendukung adalah sebagai berikut.
Parameter COD memiliki satuan mg/L dengan kadar maksimum 300. Parameter ini termasuk dalam baku mutu air limbah mengandung minyak (oily water). c. Gangguan Terhadap Biota Air Laut No Parameter Satuan Kadar Maksimum 1. Temperatur C 40 2. Salinitas o/oo Pada radius 30 m dari lokasi pembuangan air limbah ke laut, kadar salinitas air limbah sudah harus sama dengan kadar salinitas alami. 3. SO4 (2) % Kenaikan kadar maksimum parameter Sulfat 4% dibanding kadar Sulfat titik penaatan inlet air laut. Sudah dijelaskan tentang dampak lingkungan pada biota air laut yang ada yaitu dengan adanya kegiatan operasional PLTU dapat meningkatkan suhu perairan dari sistem pendingin dan akan semakin menurunkan kondisi kelimpahan plankton dan benthos. d. Gangguan Kesehatan Masyarakat Dampak mengenai kesehatan masyarakat sudah dijelaskan dalam dokumen tersebut. Hal tersebut sesuai dengan peraturan Keputusan Kepala Bapedal No. 124 Tahun 1997 Tentang : Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat Dalam Penyusunan AMDAL. Dalam dokumen RPL tersebut dijelaskan penyakit yang dapat dialami masyarakat antara lain ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut), iritasi, pneumonia.
Daftar Pustaka Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. KEP - 50/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor tahun 2004 tentang Baku Mutu Air laut untuk Biota Laut. http://hukum.unsrat.ac.id/men/menlh_51_2004_l3.pdf KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP 13/MENLH/3/1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8 tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi usaha dan/ atau Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Thermal. http://storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/LingkunganHidup/IND-PUU-7-2009 Permen%20No.08%20Tahun%202009-BMAL%20Termal.pdf