Você está na página 1de 12

CASE REPORT

PNEUMONIA
Pendahuluan
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian besar
disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh
penyebab non-infeksi (aspirasi, radiasi, dll). Pneumonia merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah lima tahun (balita). e!ala klinisnya berupa
demam, batuk dengan napas cepat, pernapsan cuping hidung, tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam, merintih, dan bunyi ronki pada auskultasi. "erapi pneumonia adalah
pemberian antibiotik sedini mungkin.
#
Laporan Kasus
Pasien bernama $y. %$ dengan tanggal lahir &akarta, ' %gustus '(#), ber!enis
kelamin laki-laki beralamat di &l. olden Park *+ ,o. -/ ."()/./ (0 1el. Pakansari,
*ibinong. %gama 2slam. 3asuk .S * melalui 45 pada tanggal 6 7ktober '(#).
.iwayat Per!alanan Penyakit
Pasien datang diantar oleh kedua orangtuanya ke 45 .S * dengan keluhan sesak
nafas se!ak ' hari lalu. Sesak nafas dirasakan hilang timbul dan terutama saat minum %S2 )-0
sedotan %S2 pasien terengah-engah. %walnya pasien saat #( hari lalu mengalami batuk, pilek
dan demam dan saat itu pasien langsung dirawat di .S S3. 5emam dirasakan setiap hari
menurut orangtuanya dan tidak diukur oleh orangtua hanya wa!ahnya tampak memerah.
$atuk dirasakan pasien timbul paling sering malam hari dan tidak dapat mengeluarkan dahak.
Pasien sempat mencret setelah ' hari dirawat di .S S3 selama kurang lebih - hari. 3encret
berbentuk cair, warna hi!au, ada lendir, # hari 8 09, #9 mencret kurang lebih #/' gelas a:ua.
Saat ini $%$ pasien sudah berbentuk dan berwarna kuning, tidak ada lendir dan frekuensi
sehari '-+ 9 $%$. .iwayat kelahiran pasien dilahirkan secara sectio caesar karena hipertensi
kehamilan dengan usia kehamilan ibu +(-+' minggu dengan $$; #6((gram dan sempat
dirawat di 2*4 selama # bulan. .iwayat ibu kandung memiliki alergi, penyakit kekentalan
darah dan menderita hipertensi.
Pasien dirawat di bangsal <. Saat pasien diperiksa di $angsal < didapatkan keadaan
umum tampak sakit sedang, kesadaran komposmentis, frekuensi nadi #)) 9/menit, suhu
+-,=
(
* (aksila), frekuesi pernafasan -( 9/menit. $erat badan pasien )+(( gram, pan!ang
badan 0#cm. Pemeriksaan kepala lingkar kepala pasien +6 cm (normocephali). Pemeriksaan
mata ditemukan kon!ungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada, mata cekung tidak
ada, pemeriksaan hidung didapatkan kedua cavum nasi lapang, sekret tidak ada, pernafasan
cuping hidung tidak ada, pemeriksaan telinga didapatkan liang telinga lapang. 1elen!ar getah
bening tidak teraba membesar. Pemeriksaan toraks pada inspeksi tampak dinding dada
1
laterolateral 8 anteroposterior, pergerakan dinding dada simetris, retraksi iga >/>, pada
palpasi stem fremitus suara, tidak dilakukan perkusi, pada auskultasi bunyi nafas dasar
bronkial, bunyi tambahan whe??ing tidak ada, ronki tidak ada. Pemeriksaan !antung pada
inspeksi tampak ictus cordis di intercostal 0 mid clavicula sinistra, pada bunyi !antung
didapat bunyi !antung # dan ' reguler, tidak ada murmur dan gallop. Pemeriksaan abdomen
pada inspeksi perut tampak datar, umbilikus membon!ol, pada auskultasi bising usus (>)
)9/menit, pada palpasi supel, tidak ada tahanan dan tidak ada pembesaran hepar, pemeriksaan
gin!al ballotemen tidak ada. Pemeriksaan alat kelamin didapatkan ostium uretra eksterna
ditengah, testis lengkap, lipatan skrotum !arang. Pemeriksaan ekstremitas akral hangat,
capillary refill time @ ' detik, turgor kulit baik. .efleks fisiologis >>/>>, refleks patologis
babinski >/>.
Saat pasien di bangsal <lamboyan diberikan 7ksigen ,asal 1anul sebanyak # lpm,
dipasang 2A line dan diberikan 1aen +$ +( tpm makro, diberikan medikamentosa *laforan '
9 '0( mg (2A). Pasien direncanakan untuk pemeriksaan laboratoriu darah perifer lengkap,
elektrolit natrium dan kalium, feses lengkap, dan foto toraks %P.
Basil laboratorium darah perifer lengkap tanggal 6 7ktober '(#), yaitu ;a!u Cndap
5arah ' mm/!am, Bb 6.D g/dl, ;eukosit #'.6((/u;, Critrosit '.6- 9 #(
-
/u;, Bt '-E,
.etikulosit 0# permil, "rombosit 0=0 9 #(
+
/u;, Bitung !enis leukosit F $asofil (E, Cosinofil
#E, ,eutrofil $atang (E, ,eutrofil Segmen #-E, ;imfosit =+E, 3onosit #(E. 3*A D( f;,
3*B +#,# pg, 3*B* +),6 g/d;. Clektrolit F ,atrium darah #+6 mC:/;, 1alium darah -,#
mC:/;. Basil pemeriksaan foto toraks %P tanggal 6 7ktober '(#) dengan kesan
$ronchopneumonie. Pemeriksaan feses tanggal D 7ktober '(#), yaitu 3akroskopik F warna
coklat, konsistensi lembek, lendir negatif, darah negatif. 3ikroskopik F amuba tidak
ditemukan, kista tidak ditemukan, leukosit - /;P$, eritrosit - /;P$, cacing negatif, telur
cacing negatif. Sisa makanan F amilum negatif, lemak negatif, kristal asam lemak negatif,
sisa sayuran negatif, serabut otot negatif.
Perawatan hari pertama tanggal D 7ktober '(#), pasien dalam keadaan sesak nafas,
batuk dan rewel. 1eadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran composmentis, nadi #')
9/menit, suhu +=,'
(
*, frekuensi nafas -( 9/menit. Pada pemeriksaan toraks didapatkan
retraksi sela iga >/>.
5iagnosis pasien adalah Pneumonia. "erapi yang diberikan adalah 1aen +$ '(tpm
(mikro), 7ksigen nasal kanul # lpm, *laforan '9#'0 mg 2A, 5e9amethasone + 9 (,0 mg 2A,
2nhalasi ,a*l (,DE 'cc.
Perawatan hari kedua tanggal #( 7ktober '(#), pasien dalam keadaan sesak nafas,
batuk, minum %S2 )-0 sedotan masih terengah-engah, dan sulit tidur. 1eadaan umum tampak
sakit sedang, kesadaran komposmentis, nadi #'( 9/menit, frekuensi nafas -' 9/menit. Pada
pemeriksaan toraks didapatkan retraksi sela iga >/>.
5iagnosis pasien adalah Pneumonia. "erapi yang diberikan adalah 1aen #$ '( tpm
(mikro), 7ksigen nasal kanul # lpm, *laforan ' 9 #'0 mg 2A, 5e9amethasone + 9 (,0 mg 2A.
Pasien dikonsulkan ke spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi dengan diagnosis ker!a
2
$ronkopneumonia dan diberikan terapi inhalasi Aentolin #/' neb > ,a*l #cc ' 9 sehari. Basil
foto rontgen %P pasien di .S * dan .S S3 dikonsulkan ke spesialis radiologi dengan
kecurigaan 5e9trocardia atau Situs 2nversus dan mendapat !awaban konsul, yaitu tidak
tampak Situs 2nversus ataupun 5e9trocardia dan hasil foto sangat asimetris ke kanan
sehingga ekspertise !antung lebih banyak ape9nya ke kanan. Pasien dilakukan suction dari
hidung setiap habis inhalasi dan didapatkan slem setiap suction.
Perawatan hari ketiga tanggal ## 7ktober '(#), pasien dalam keadaan sesak nafas,
batuk, minum %S2 masih terengah-engah namun masih sering minum %S2nya, dan sulit tidur.
1eadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran komposmentis, nadi #') 9/menit, suhu
+-.D
(
*, frekuensi nafas -0 9/menit. Pada pemeriksaan toraks didapatkan tampak adanya
retraksi sela iga >/>.
5iagnosis pasien adalah $ronchopneumonia dengan diagnosis banding Penyakit
&antung $awaan. Pasien direncanakan konsul ke 5.. dr. 3ulyadi 3. d!er, Sp. % (1) dengan
diagnosis ker!a Penyakit &antung $awaan %sianotik namun tidak dapat di!awab saat itu
karena tidak ada !adwal praktek konsultan tersebut sehingga ditunda. Pasien !uga dikonsulkan
ke spesialis "B" dengan diagnosis ker!a $ronchopneumonia pasca prematuritas dan
mendapat terapi $reathy tetes hidung +-) 9 sehari. "erapi lain yang diberikan, yaitu 1aen #$
'( tpm (mikro), 7ksigen nasal kanul ' lpm, *laforan ' 9 #'0 mg 2A, 5e9amethasone + 9 (,0
mg 2A, 2nhalasi Aentolin #/' neb > ,a*l (,DE # cc ' 9 sehari, dan $reathy tetes hidung +-) 9
sehari. Pasien dilakukan suction setiap habis inhalasi dan didapatkan slem.
Perawatan hari keempat tanggal #' 7ktober '(#), pasien dalam keadaan sesak nafas,
batuk, dan minum %S2 mulai berkurang karena %S2 ibunya mulai berkurang, dan ada demam.
2bu pasien baru mencoba memberikan susu soya secara bergantian dengan %S2. 1eadaan
umum tampak sakit sedang, kesadaran komposmentis, nadi #'6 9/menit, suhu +6
(
*,
frekuensi nafas -0 9/menit. Pada pemeriksaan toraks didapatkan retraksi iga >/>.
5iagnosis pasien adalah $ronchopneumonia. "erapi yang diberikan adalah 1aen #$
'( tpm (mikro), 7ksigen nasal kanul ' lpm, *laforan ' 9 #'0 mg 2A, 5e9amethasone + 9 (,0
mg 2A, Sanmol drop ) 9 (,) cc P7, 2nhalasi Aentolin #/' nebb > ,a*l (.DE #cc ' 9 sehari,
dan $reathy tetes hidung +-) 9 sehari. Pasien dilakukan suction slem setiap habis inhalasi.
Perawatan hari kelima tanggal #+ 7ktober '(#), keluhan sesak nafas pasien mulai
berkurang, batuk, dan minum susu soya sekali minum sampai #((cc dan masih dicampur
dengan %S2, demam sudah tidak ada. 1eadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran
komposmentis, nadi #') 9/menit, suhu +=,'
(
*, frekuensi nafas 0- 9/menit. Pada pemeriksaan
toraks didapatkan retraksi iga >/>.
5iagnosis pasien adalah $ronchopneumonia. "erapi cairan pasien sudah dihentikan.
"erapi yang diberikan adalah 7ksigen nasal kanul ' lpm, *laforan ' 9 #'0 mg 2A,
5e9amethasone + 9 (,0 mg 2A, Sanmol drop ) 9 (,) cc P7, 2nhalasi Aentolin #/' nebb > ,a*l
3
(.DE #cc ' 9 sehari, dan $reathy tetes hidung +-) 9 sehari. Pasien dilakukan suction slem
setiap habis inhalasi.
Perawatan hari keenam tanggal #) 7ktober '(#), keluhan sesak nafas pasien mulai
berkurang, batuk, dan minum susu soya sekali minum sampai #((cc dan masih dicampur
dengan %S2, pasien masih terengah-engah sehabis minum susu, demam sudah tidak ada.
1eadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran komposmentis, nadi #'' 9/menit, suhu
+-,6
(
*, frekuensi nafas 06 9/menit. Pada pemeriksaan toraks didapatkan retraksi iga >/>.
Pada visite pukul #).(( /2$ ditemukan pemeriksaan fisik genitalia eksterna pasien F skrotum
kanan tampak membesar, konsistensi kenyal, tidak teraba massa, transluminasi >. Pasien
didiagnosis adanya Bidrokel.
5iagnosis pasien adalah $ronchopneumonia. "erapi yang diberikan adalah 7ksigen
nasal kanul ' lpm, *laforan ' 9 #'0 mg 2A, 5e9amethasone + 9 (,0 mg 2A, Sanmol drop ) 9
(,) cc P7, 2nhalasi Aentolin #/' nebb > ,a*l (.DE #cc ' 9 sehari, dan $reathy tetes hidung
+-) 9 sehari. Pasien dilakukan suction slem setiap habis inhalasi. Pasien tetap direncanakan
untuk konsul ke 5.. dr. 3ulyadi 3. d!er, Sp. % (1) dengan diagnosis ker!a Penyakit &antung
$awaan, namun menunggu orangtua pasien siap.
Landasan Teori
Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru yang disebabkan oleh
infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi. 1lasifikasi
Pneumonia dibagi men!adi 0 bagian, yaitu berdasarkan lokasi lesi di paru, berdasarkan asal
infeksi, berdasarkan mikroorganisme penyebab, berdasarkan karakteristik penyakit dan
berdasarkan lama penyakit.
'
$erdasarkan lokasi lesi di paru dibagi men!adi +, yaitu F Pneumonia lobaris,
Pneumonia interstitialis, dan $ronkopneumonia. $erdasarkan asal infeksi Pneumonia dibagi
men!adi ', yaitu F Pneumonia yang didapat dari masyarakat (Community Acquaired
Pneumonia : CAP) dan Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (Hospital Based
Pneumonia). $erdasarkan mikroorganisme penyebab dibedakan men!adi ), yaitu F
Pneumonia bakteri, virus, mikoplasma, dan !amur. $erdasarkan karakteristik penyakit, yaitu
Pneumonia tipikal dan atipikal. Sedangkan berdasarkan lama penyakit, yaitu Pneumonia akut
dan persisten.
#,'
Epidemiologi
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak
di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
anak berusia di bawah lima tahun (balita). 3enurut /B7 '(#+ ada sekitar #,' !uta anak tiap
4
tahun dan setiap !am terdapat '+( anak di dunia meninggal karena Pneumonia. 3enurut data
dari .iset 1esehatan 5asar (.iskesdas) tahun '(#+, insidensi dan prevalensi 2ndonesia adalah
#.6E dan ).0E . ;ima provinsi yang memiliki insidensi dan prevalensi Pneumonia adalah
,usa "enggara "imur, Papua, Sulawesi "engah, Sulawesi $arat, dan Sulawesi Selatan.
)
Eiologi
"abel #. Ctiologi pada anak sesuai dengan kelompok usia di negara ma!u.
#
Usia
Lahir ! "# hari
$ minggu ! $ %ulan
) bulan - 0 tahun
Eiologi &ang ersering
'a(eri
E. coli
Streptococcus group B
Listeria monocytogenes
'a(eri
Chlamydia trachomatis
Streptococcus pneumonie
)irus
Airus %deno
Airus 2nfluen?a
Airus Parainfluen?a #,',+
Respiratory Syncytial Virus
'a(eri
Chlamydia pneumoniae
ycoplasma pneumoniae
Streptococcus pneumoniae
Eiologi &ang *arang
'a(eri
Ba!teri anaero"
Streptococcus group #
Haemophillus in$luen%a
Streptococcus pneumoniae
&reaplasma urealyticum
)irus
Virus Sitomegalo
Virus Herpes Simple!s
'a(eri
Bordetella pertusis
Haemophillus in$luen%a
tipeB
ora'ella catharalis
Staphylococcus aureus
&reaplasma urealyticum
)irus
Airus Sitomegalo
'a(eri
Haemophillus in$luen%a
tipeB
5
0 tahun - rema!a
)irus
Airus %deno
Airus 2nfluen?a
Airus Parainfluen?a
Airus .ino
Respiratory Syncytial (irus
'a(eri
Chlamydia pneumoniae
ycoplasma pneumoniae
Streptococcus pneumoniae
ora'ella catharalis
)eisseria meningitidis
Staphylococcus aureus
)irus
Airus Aarisela-Gooster
'a(eri
Haemophillus in$luen%ae
Legionella sp
Staphylococcus aureus
)irus
Airus %deno
Airus Cpstein $arr
Airus Parainfluen?a
Airus .ino
Airus Aarisela-Gooster
Respiratory Syncytial Virus
Sumber F 7pstapchuk 3, .oberts 53, Baddy .. *ommunity-ac:uired pneumonia in infants
and children. %m <am Physician '(()F=(F6DD-D(6
Paofisiologi
Pada keadaan yang normal, saluran respiratorik mulai dari area sublaring sampai
parenkim paru adalah steril. Paru terlindungi dari infeksi bakteri oleh berbagai mekanisme
perlindungan yang meliputi barier anatomi dan mekanis, serta faktor imunologi lokal dan
sistemik. 2nfeksi paru ter!adi apabila H # dari mekanisme tersebut berubah atau
mikroorganisme yang masuk sangat banyak dan virulen. 2nhalasi mikroorganisme atau
masuknya kuman flora normal saluran respiratorik atas, mula-mula ter!adi edema akibat
reaksi !aringan yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke !aringan sekitarnya.
$agian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu ter!adinya serbukan sel P3,, fibrin,
6
eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium ini disebut stadium
hepatisasi merah.
#,'
Selan!utnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit P3, di
alveoli dan ter!adi proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium hepatisasi
kelabu. Selan!utnya, !umlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan mengalami degenerasi,
fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut stadium resolusi. Sistem
bronkopulmoner !aringan paru yang tidak terkena akan tetap normal.
#,'
+am%aran Klinis
ambaran klinis Pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat-ringannya
infeksi, tetapi secara umum dibagi men!adi dua, yaitu ge!ala infeksi umum dan ge!ala
gangguan respiratori. e!ala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise,
penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare. Sedangkan
ge!ala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea, napas cuping
hidung, air hunger, merintih dan sianosis.
+
%kan tetapi pada neonatus dan bayi kecil ge!ala klinis umumnya tidak khas,
mencakup serangan apnea, takikardi atau bradikardi, napas cuping hidung, takipnea, letargi,
muntah, tidak mau minum, sianosis, merintih, retraksi subkosta, dan demam. Pada bayi
$$;. sering ter!adi hipotermi. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti
pekak perkusi, suara napas melemah, dan ronki. Pada neonatus dan bayi kecil perkusi dan
auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan.
+
Pemeri(saan Penun*ang
La%oraorium
Darah perifer leng(ap
Bitung ;eukosit dapat membantu membedakan antara pneumonia viral dan bakterial.
Pada virus didapatkan leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi '(.(((/mm
+
), limfosit
predominan. Sedangkan pada bakteri didapatkan leukosit meningkat (#0.((( - )(.(((/mm
+
),
neutrofil predominan.
#,+
Pemeri(saan mi(ro%iologis
Pemeriksaan mikrobiologik untuk diagnosis pneumonia anak tidak rutin dilakukan
kecuali pada pneumonia berat yang dirawat di .S. 5iagnosis definitif bila kuman ditemukan
dari darah, cairan pleura atau aspirasi paru. Pada masa neonatus, ke!adian bakteremia sangat
rendah sehingga kultur darah !arang yang positif. Pada pneumonia anak dilaporkan hanya #(-
+(E ditemukan bakteri pada kultur darah.
#,',+
Pemeri(saan C! rea,i-e Proein
7
Secara klinik, *.P digunakan sebagai alat diagnostik untuk membedakan antara
faktor infeksi dan non infeksi , infeksi virus dan bakteri, atau infeksi bakteri superfisialis dan
profunda. *.P kdang- kadang digunakan untuk evaluasi respons terapi antibiotik.
#
U*i Serologis
4!i serologi untuk mendeteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri tipik
mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang rendah . 4!i serologis tidak terlalu bermanfaat
dalam mendiagnosis infeksi bakteri tipik. %kan tetapi, untuk deteksi infeksi bakteri atipik
seperti 3ikoplasma dan 1lamidia serta beberapa virus seperti .SA , Sitomegalo , campak ,
Parainfluen?a #, ', + , 2nfluen?a % dan $, dan %deno, peningkatan antibodi 2g3 dan 2g
dapat mengkonfirmasi diagnosis.
#
Radiologis
<oto rontgen toraks posisi %P yang digunakan untuk membantu menegakkan
diagnosis Pneumonia. Basil gambaran secara umum foto toraks terdiri dari F infiltrat
interstisial, infiltrat alveolar, dan bronkopneumonia. 2nfiltrat interstisial, ditandai dengan
peningkatan corakan bronkovaskular, peri"ronchial cu$$ing, dan hiperaerasi. 2nfiltrat alveolar,
merupakan konsodilasi paru dengan air bronchogram. 1onsolidasi dapat mengenai # lobus
disebut dengan Pneumonia lobaris, atau terlihat sebagai lesi tunggal yang biasanya cukup
besar, berbentuk sferis, berbatas yang tidak terlalu tegas, dan menyerupai lesi tumor paru,
dikenal sebagai round pneumonia. $ronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus
merata pada kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah
perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.
#,'
Diagnosis
Pneumonia pada anak umumnya didiagnosis berdasarkan gambaran klinis yang
menun!ukkan keterlibatan sistem respiratori, serta gambaran radiologis. 1lasifikasi
pneumonia untuk bayi da anak berusia ' bulan - 0 tahun berdasarkan pedoman tersebut, yaitu
pneumonia berat, pneumonia, dan bukan pneumonia. Pneumonia berat yaitu !ika terdapat
sesak napas dan harus dirawat serta pemberian antibiotik.
+
Pneumonia ringan dengan kriteria bila tidak ada sesak napas, ada napas cepat dengan
la!u napas 8 0( 9/menit untuk anak usia ' bulan - # tahun dan 8 )( 9/menit untuk anak 8 #-0
tahun, tidak perlu dirawat dan diberikan antibiotik oral. Sedangkan bukan pneumonia, yaitu
bila tidak ada napas cepat dan sesak napas dan pasien tidak perlu dirawat dan tidak perlu
antibiotik, hanya diberikan pengobatan simptomatis.
+
Penaala(sanaan
Pneumonia ringan
Pada pneumonia ringan dapat diberikan antibiotik lini pertama secara oral dan pasien
dapat rawat !alan. %ntibiotik yang diberikan adalah 1otrimoksasol () mg "3P/kgbb/kali)
8
diberikan ' kali sehari selama + hari atau %moksisilin ('0 mg/kgbb/kali) diberikan ' kali
sehari selama + hari.
+
Pneumonia %era
Pada pneumonia berat pasien dirawat inap, terapi antibiotik terapi oksigen dan
perawatan penun!ang. Pada neonatus dan bayi kecil, terapi awal antibiotik intravena harus
dimulai sedini mungkin. %ntibiotik yang direkomendasikan adalah antibiotik spektrum luas
seperti kombinasi beta-laktam/klavulanat dengan aminoglikosid atau sefalosporin generasi
ketiga. $ila keadaan sudah stabil antibiotik dapat diganti oral selama #( hari.
#,+
Pera.aan Penun*ang
Perawatan penun!ang yaitu meliputi terapi oksigen pada semua anak dengan
Pneumonia berat, bila tersedia pulse o'imetry, gunakan sebagai panduan untuk terapi
oksigen. $ila anak disertai demam (H +D
(
*) yang dapat menyebabkan distress harus diberikan
parasetamol. $ila pasien terdapat sekret kental di tenggorokan yang tidak dapat dikeluarkan
oleh anak, hilangkan dengan alat penghisap secara perlahan. $ila ditemukan adanya whee?e,
beri bronkodilator ker!a cepat. %n!urkan untuk tetap memberikan %S2 ataupun cairan oral.
+
"abel.' Pilihan %ntibiotik 2ntravena untuk Pneumonia
0
%ntibiotik 5osis <rekuensi .elative cost 1eterangan
Penisilin 0(.(((
unit/kg/kali
5osis tunggal
maks. ).(((.(((
unit
"iap ) !am .endah S. pneumonia
%mpisilin #(( mg/kg/hari "iap - !am .endah
1loramfenikol #(( mg/kg/hari "iap - !am .endah
*eftria9one 0( mg/kg/kali
dosis tunggal
maks. ' gram
#9/hari "inggi S. pneumonia,
B. influen?a
*efuro9ime 0( mg/kg/kali
dosis tunggal
maks. ' gram
"iap 6 !am "inggi S. pneumonia,
B. influen?a
*lindamycin #( mg/kg/kali
5osis tunggal
maks. #,' gram
"iap - !am .endah roup %
Streptococcus,
S. aureus, S.
pneumoniae
(alternatif untuk
alergi beta
lactam, lebih
9
!arang
menimbulkan
flebitis pada
pemberian iv
dari pada
eritromisin)
Critromisin #( mg/kg/kali
5osis tunggal
maks. # gram
"iap - !am .endah S. pneumoniae,
*hlamydia
pneumonia,
3ycoplasma
pneumonia
Sumber F Pedoman Pelayanan 3edis 25%2 '((D
Analisis Kasus
Pada anamnesis pertama kali pasien masuk bangsal <, ada informasi lain yang perlu
ditanyakan untuk mencari faktor risiko dari keluhan pasien , yaitu adanya riwayat dalam
keluarga dimana kedua kakaknya sedang mengalami batuk dan pilek. .iwayat lingkungan
sekitar tempat tinggal pasien !uga perlu ditanyakan pada awal anamnesis , ternyata di sekitar
tempat tinggal pasien , beberapa tetangga pasien sedang membangun rumah.
Pada pemeriksaan fisik pada pasien ditemukan sesak nafas dan didapatkan retraksi iga
di intercostal bagian bawah. Pemeriksaan fisik pada paru sudah cukup lengkap untuk
menemukan ada tidaknya kelainan yang dicurigai. Sebaiknya, pada pemeriksaan !antung
dilakukan lebih lengkap untuk setiap katup !antung, yaitu mengenai bunyi !antung # dan '
serta ada tidaknya bunyi !antung tambahan di setiap katup !antung. Pada pemeriksaan bagian
kepala, sebaiknya dilaporkan ada tidaknya ubun-ubun yang cekung atau membon!ol.
Pemeriksaan penun!ang pada pasien dengan kecurigaan pneumonia adalah
laboratorium yaitu darah lengkap dan pemeriksaan mikrobiologi yaitu kultur darah ,
pemeriksaan * .eactive Protein dan 4!i Serologis serta pemeriksaan radiologis yaitu foto
thoraks. Pada kasus ini telah dilakukan darah perifer lengkap dan radiologis namun tidak
dilakukan pemeriksaan kultur darah . Penulis setu!u mengenai pemeriksaan penun!ang yang
dilakukan terhadap pasien ini , mengingat pemeriksaan kultur darah untuk pneumonia pada
anak dilaporkan hanya #(- +( E ditemukan bakteri pada kultur darah, dan pemeriksaan *.P
serta 4!i Serologis memang tidak terlalu diperlukan karena sensitivitas dan spesifisitasmya
rendah.
5asar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan antibiotik
berspektrum luas , serta tindakan suportif. Pemilihan antibiotik pada pasien ini adalah
*laforan ' 9 #'0 mg 2A, dosis cefota9im pada anak '0 mg / kg / #' !am. *efota9im
merupakan antibiotik berspektrum luas golongan sefalosporin/ 1emudian pasien ini diberikan
10
5e9amethasone + 9 (,0 mg, menurut sumber kepustakaan penulis pemberian kortikosteroid
tidak dian!urkan, namun pertimbangan untuk mengatasi peradangan akibat infeksi mungkin
sa!a. Pasien ini !uga sudah diberikan terapi suportif yang tepat, yaitu pemberian oksigen
dengan nasal kanul #-' lpm, tindakan penghisapan sekret kental sudah dilakukan dan terapi
inhalasi.
1eputusan pasien untuk dikonsultasikan ke konsultan !antung anak sudah tepat karena
ditemukan adanya keluhan yang dicurigai mengarah ke penyakit !antung bawaan, yaitu sulit
minum atau sesak nafas saat minum %S2, walaupun tidak ada tanda sianosis ataupun bunyi
!antung tambahan dalam pemeriksaan fisik. Selama perawatan terapi yang diberikan telah
memberikan hasil yaitu adanya perubahan sesak nafas berkurang.
Simpulan
Pemeriksaan dan terapi yang diberikan sudah tepat dan sesuai dengan prosedur
operasi standard. 5iagnosis pneumonia secara dini dan terapi antibiotik yang adekuat
memberikan hasil yang baik, mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitas penderita.
DA0TAR PUSTAKA
#. Said, 3. Pneumonia. 5alam F $uku %!ar .espirologi %nak Cdisi Pertama. Penyunting F
.aha!oe ,,, $ambang S, 5armawan $udi S 21atan 5okter %nak 2ndonesia '((6. &akarta.
$adan Penerbit 25%2. '(#'. h.+0(-+-).
'. arna B, Beda 3. Pneumonia. 5alam F Pedoman 5iagnosis dan "erapi 2lmu 1esehatan
%nak Cdisi ke-+. $andung. $agian 2lmu 1esehatan %nak <akultas 1edokteran 4niversitas
Pad!a!aran. '((0. h.)(+-(D.
11
+. /B7 '((0. Pneumonia. 5alam F Pelayanan 1esehatan %nak di .umah Sakit. Pedoman
$agi .umah Sakit .u!ukan "ingkat Pertama di 1abupaten/1ota. "im %daptasi 2ndonesiaI
editor. '((D. &akarta. /B7 2ndonesia. '((D. h.6--D+.
). .2S1CS5%S '(#+. 2nsidens Pneumonia per #((( $alita 3enurut 1elompok 4mur,
2ndonesia '(#+. 5iambil dari www.litbang.depkes.co.id. 5iakses pada tanggal #' 7ktober
'(#).
0. Pud!iadi %B, $adriul B, dkk. Pneumonia. 5alam F Pedoman Pelayanan 3edis 2katan
5okter %nak 2ndonesia. &akarta. $adan Penerbit 25%2. '((D. h.'0(-00.

12

Você também pode gostar