Você está na página 1de 6

SEJARAH KASUS ENRON oleh Hafikahadiyanti

Enron dibentuk pada tahun 1985 oleh sebuah perusahaan Houston Natural Gas dengan
InterNorth (penyalur gas alam melalui pipa), sebuah Perusahaan lain dalam pemipaan minyak
sebagai hasil merger yang diwajibkan oleh peraturan perundangan Pemerintah federal
Amerika. Pada tahun 1997 Enron membeli perusahaan pembangkit listrik Portland General
Electric Corp senilai $ 2 milyar. Sebelum tahun 1997 berakhir, manajemen mengubah
perusahaan tersebut menjadi Enron Capital and Trade Resources yang menjadi perusahaan
Amerika terbesar yang memperjualbelikan gas alam serta listrik. Pendapatan meningkat drastis
dari $ 2 milyar menjadi $ 7 milyar dengan karyawan yang juga tumbuh dari 200 orang menjadi
2.000 orang.
Tidak cukup dengan prestasi tersebut, Enron membentuk pula Enron Online (EOL) pada bulan
oktober 1999. EOL merupakan unit usaha Enron yang secara online memasarkan produk energi
secara elektronik lewat website. Dalam sekejap, EOL berhasil melaksanakan transaksi senilai $
335 milyar pada tahun 2000. Pada Januari 2000, Enron mengumumkan sebuah rencana besar
yang amat ambisius untuk membangun jaringan elektronik broadbrand yang berkecepatan tinggi
(high speed broadbrand) dengan kapasitas jaringan penjualan brandwidth untuk melakukan
penjualan gas serta listrik. Enron membiayai ratusan juta dollar guna melaksanakan program ini,
walaupun keuntungannya belum nampak, namun harga saham Enron di Wall Street melonjak
menjadi $ 40, bahkan meningkat menjadi $ 90,56, sehingga Enron dinyatakan oleh majalah
Fortune maupun media lain sebagai one of the most admired and innovative companies in the
world (Perusahaan Amerika yang Paling Inovatif) selama enam tahun berturut-turut.
Enron menjadi sorotan masyarakat luas pada akhir 2001, ketika terungkapkan bahwa kondisi
keuangan yang dilaporkannya didukung terutama oleh penipuan akuntansi yang sistematis,
terlembaga, dan direncanakan secara kreatif. Operasinya di Eropa melaporkan kebangkrutannya
pada 30 November 2001, dan dua hari kemudian, pada 2 Desember, di AS Enron mengajukan
permohonan perlindungan Chapter 11. Saat itu, kasus itu merupakan kebangkrutan terbesar
dalam sejarah AS dan menyebabkan 4.000 pegawai kehilangan pekerjaan mereka. Tuntutan
hukum terhadap para direktur Enron, setelah skandal tersebut, sangat menonjol karena para
direkturnya menyelesaikan tuntutan tersebut dengan membayar sejumlah uang yang sangat besar
secara pribadi. Selain itu, skandal tersebut menyebabkan dibubarkannya perusahaan akuntansi
Arthur Andersen, yang akibatnya dirasakan di kalangan dunia bisnis yang lebih luas.
Kasus Enron mulai terungkap pada bulan Desember tahun 2001 dan terus menggelinding pada
tahun 2002 berimplikasi sangat luas terhadap pasar keuangan global yang di tandai dengan
menurunnya harga saham secara drastis berbagai bursa efek di belahan dunia, mulai dari
Amerika, Eropa, sampai ke Asia. Enron, suatu perusahaan yang menduduki ranking tujuh dari
lima ratus perusahaan terkemuka di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan energi terbesar
di AS jatuh bangkrut dengan meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31.2 milyar.
Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi laporan
keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan mengalami
kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati
investor, kasus memalukan ini konon ikut melibatkan orang dalam gedung putih, termasuk wakil
presiden Amerika Serikat.
Enron masih ada sekarang dan mengoperasikan segelintir aset penting dan membuat persiapan-
persiapan untuk penjualan atau spin-off sisa-sisa bisnisnya. Enron muncul dari kebangkrutan
pada November 2004 setelah salah satu kasus kebangkrutan terbesar dan paling rumit dalam
sejarah AS. Sejak itu, Enron menjadi lambang populer dari penipuan dan korupsi korporasi yang
dilakukan secara sengaja. Jeffrey Skilling menjelaskan kebangkrutan Enron disebabkan
terganggunya proses bisnis akibat credit rating perusahaan menurun pada November 2001. Hal
ini dikarenakan sebagai perusahaan trading, membutuhkan rating nilai investasi untuk
melakukan perdagangan dengan perusahaan lain. Tidak ada nilai yang baik, maka tidak akan ada
perdagangan (Eiteman, dkk, 2007).
Terjadinya penurunan nilai rating investasi perusahaan disebabkan hutangnya yang terlalu besar,
yang sebelumnya tidak tercatat dalam neraca (off balance sheet) kemudian diklasifikasikan ulang
sehingga tercatat dalam neraca (on balance sheet). Hutangnya tidak hanya sebesar $13 juta tetapi
bertambah hingga sebesar $38 juta. Klasifikasi ulang dilakukan karena terdapat banyak special
purpose entity (SPEs) dan kerjasama yang tidak tercatat dalam neraca yang memiliki banyak
hutang. Sehingga terjadi ketidakcocokan saat dilakukan konsolidasi ulang yang kemudian
menyebabkan nilai ekuitas perusahaan jatuh (Eiteman, dkk, 2007).
Pada kasus Enron ini, lembaga-lembaga eksternal juga ikut bertanggung jawab terjadinya kasus
tersebut. Diantaranya;
1. Auditor
Arthur Andersen (satu dari lima perusahaan akuntansi terbesar) adalah kantor akuntan Enron.
Tugas dari Andersen adalah melakukan pemeriksaan dan memberikan kesaksian apakah laporan
keuangan Enron memenuhi GAAP (generally accepted accounting practices). Andersen, disewa
dan dibayar oleh Enron. Andersen juga menyediakan konsultasi untuk Enron, dimana hal ini
melebihi wewenang dari akuntan publik umumnya. Selain itu Andersen mengalami konflik
kepentingan akibat pembayaran yang begitu besar dari Enron, $5 juta untuk biaya audit dan $50
juta untuk biaya konsultasi.
2. Konsultan hukum
Konsultan hukum Enron, khususnya Vinson & Elkins juga disewa oleh Enron. Konsultan hukum
ini bertanggungjawab untuk menyediakan opini hukum atas strategi, struktur, dan legalitas
umum atas semua yang dilakukan oleh Enron. Sama dengan Andersen, saat ditanyakan mengapa
tidak ikut menghalangi ide dan aktivitas ilegal Enron, konsultan hukum ini menjelaskan bahwa
Enron tidak memberikan informasi yang lengkap, khususnya tentang kepemilikan di SPEs.
3. Regulator
Enron sebagai perusahaan yang melakukan perdagangan di pasar energi diawasi oleh Federal
Energy Regulatory Commission (FERC), akan tetapi FERC tidak melakukan pengawasan secara
mendalam. Hal ini dikarenakan Enron melakukan aktivitasnya dalam perdagangan listrik tidak di
satu negara, yaitu antar negara.
4. Pasar ekuitas
Sebagai perusahaan publik, Enron diharuskan mengikuti peraturan dari SEC. Akan tetapi dalam
pengawasannya SEC, tidak melakukan investigasi secara mendalam atau melakukan konfirmasi
ulang terhadap Enron. SEC hanya mengandalkan pada testimoni yang dibuat oleh lembaga lain
seperti auditor perusahaan (Arthur Andersen). Sedangkan NYSE mengharuskan Enron
memenuhi peraturan perdagangan di NYSE. Berbeda dengan SEC, NYSE tidak hanya
melakukan verifikasi firsthand.
5. Pasar hutang
Enron, seperti perusahaan lainnya menginginkan dan membutuhkan sebuah nilai rating.
Sehingga Enron membayar Standard & Poors serta Moodys untuk memberikan nilai rating.
Rating ini dibutuhkan untuk sekuritas hutang perusahaan yang diterbitkan dan diperdagangkan di
pasar. Yang menjadi masalah, perusahaan rating tersebut hanya melakukan analisis sebatas pada
data yang diberikan kepada mereka oleh Enron, operasional dan aktivitas keuangan Enron.
Terjadi perdebatan apakah perusahaan rating harus memeriksa total hutang perusahaan atau
tidak. Khususnya yang berkaitan dengan SPEs. Meningkatnya defisit dalam arus kas perusahaan
menyebabkan timbulnya masalah manajemen keuangan yang mendasar pada Enron.
Pertumbuhan perusahaan membutuhkan adanya modal eksternal. Tambahan modal dapat
diperoleh dari hutang baru dan ekuitas baru. Ken Lay dan Jeff Skilling, enggan untuk
menerbitkan jumlah besar dari ekuitas baru. Karena akan mendilusi laba dan jumlah saham yang
dipegang oleh pemegang saham. Pilihan menggunakan utang juga terbatas, dengan tingkat utang
yang tinggi menyebabkan rating Enron hanya sebesar BBB, tingkat rating yang rendah oleh
lembaga pemberi rating (Eiteman, dkk, 2007). Andrew Fastow bersama dengan asistennya
membuat SPEs, alat yang digunakan dalam jasa keuangan. SPEs memiliki dua tujuan penting,
pertama; menjual aset-aset yang bermasalah ke rekanan. Enron menghilangkan aset tersebut dari
neraca, mengurangi tekanan akibat utang dan menyembunyikan kinerja buruk investasi. Hal ini
dapat mendatangkan dana tambahan untuk membiayai kesempatan investasi baru. Kedua;
memperoleh pendapatan untuk memenuhi laba yang disyaratkan oleh Wall Street.
SPEs dibiayai dari tiga sumber; (1) ekuitas dalam bentuk saham tresuri, (2) ekuitas dalam bentuk
minimum 3% dari aset yang berasal dari pihak ketiga yang tidak berhubungan, (3) jumlah yang
besar dari utang bank. Modal ini berada pada sisi kanan neraca SPEs, akan tetapi pada sisi kiri
modal digunakan untuk membeli aset dari Enron. Hal ini menyebabkan harga saham SPEs
berkaitan dengan harga saham Enron. Saat saham SPEs naik, maka saham Enron ter-apresiasi.
Sedangkan saat harga saham SPEs turun, maka harga saham Enron ter-depresiasi (Eiteman, dkk,
2007). Menurunnya harga saham Enron hingga $47 per lembar saham pada bulan Juli 2001,
menyebabkan investor curiga. Hal ini menyebabkan Sherron Watkins, wakil presiden Enron
mencoba memperingatkan Kenneth Lay dengan membawa 6 lembar surat yang menjelaskan
proses akuntan yang tidak wajar sehubungan dengan SPEs dan memperingatkan akan
kecurangan proses akuntan. Akan tetapi peringatan Sherron Watkins tidak dihiraukan oleh Ken
Lay, sehingga terjadilah tsunami di Enron. Harga sahamnya jatuh hingga tersisa $1 per lembar
saham yang menyebabkan Enron bangkrut (Velasquez, 2006).Pada Bulan Februari 2002,
Sherron Watkins dipanggil oleh DPR untuk menjelaskan skandal Enron, tentang aktivitas
akuntansi perusahaan. Kemudian Sherron Watkins menjelaskan semua permasalahan tersebut,
dan menyebabkan dirinya dijuluki sebagai courageous whistleblower (Velasquez, 2006).
Runtuhnya Enron
Enron Corporation adalah pencakar langit dalam dunia bisnis Amerika, sama seperti Gedung
World Trade Center yang menjulang tinggi di kota New York. Mirip Tragedi WTC, Enron
menguap jadi debu saat perusahaan itu menyatakan diri bangkrut pada 30 November 2001 lalu,
kebangkrutan terbesar dalam sejarah bisnis Amerika sepanjang masa.
Enron dipandang sukses menyulap diri dari sekadar perusahaan pipanisasi gas alam di Negara
Bagian Texas pada 1985 menjadi raksasa global dalam beberapa tahun terakhir. Dia membeli
perusahaan air minum di Inggris dan membangun pembangkit listrik swasta di India. Konsep
bisnisnya yang visioner dan futuristik membuat dia menjadi anak emas di lantai bursa Wall
Street. Harga sahamnya terus meroket.
Akhir 1999, Enron meluncurkan EnronOnline yang dianggap akan mengubah wajah bisnis
energi masa depan. Memanfaatkan Internet, divisi e-commerce itu membeli gas, air minum dan
tenaga listrik dari produsen dan menjualnya kepada pelanggan atau distributor besar. Enron
bahkan memperluas wilayah, membangun jaringan telekomunikasi berkecepatan tinggi serta
bertekad menjual bandwidth jaringan itu seperti dia menjual gas dan listrik. Setelah itu mungkin
dia akan jual-beli online untuk kertas daur ulang pabrik miliknya.
Tak lama setelah dia memasuki bisnis jasa video-on-demand dimana menjual tayangan video
kepada pelanggan via sambungan internet kecepatan tinggi, harga saham Enron mencapai
puncaknya, US$ 90 per lembar, pada Agustus 2000. Meski kemudian merosot bersama jatuhnya
saham-saham teknologi dan internet lain, nilai pasar Enron masih berkisar US$ 60 milyar.
Pada Oktober 2001 Enron menjatuhkan bom di Wall Street dengan melaporkan kerugian ratusan
juta dolar pada kwartal itu. Sangat mengejutkan karena Enron hampir selalu membawa berita
gembira ke lantai bursa dengan melaporkan keuntungan selama empat tahun berturut-turut.
Kabar buruk itu membanting harga saham Enron dari sekitar US$ 30 menjadi US$ 10 per
lembar, hanya dalam hitungan hari.
Securities Exchange Commission (SEC), badan pengawas pasar modal, membaui ada yang tidak
beres dan mulai menggelar penyidikan. Dalam kondisi terdesak, Enron menjatuhkan bom lebih
dahsyat lagi ke lantai bursa ketika pada 8 November 2001 mengakui bahwa keuntungannya
selama ini adalah fiksi belaka. Enron merevisi laporan keuangan lima tahun terakhir dan
membukukan kerugian US$ 586 juta serta tambahan catatan utang sebesar US$ 2,5 miliar.
Namun, pada akhir November 2001, Enron sedikit bisa bernafas lega ketika Dynegy Inc,
pesaingnya yang jauh lebih kecil, berniat membeli sahamnya dalam sebuah kesepakatan merger.
Harapan itu tak berumur lama. Dynegy mundur setelah Enron makin kehilangan kepercayaan
investor dan rating kreditnya jatuh ke titik terendah-berstatus junk-bond. Ketika tak kurang
seperempat milyar lembar sahamnya dipertukarkan di lantai bursa, harga Enron meluncur ke
dasar jurang. Saham Enron yang pada Agustus 2000 masih berharga US$ 90 per lembar,
terjerembab jatuh hingga tidak lebih dari US$ 45 sen. Akhirnya pada tanggal 2 Desember 2001
Enron menyerah dan mengajukan petisi bangkrut.
Kejatuhan Enron ternyata mengundang tanya dan rasa curiga yang besar bagi kalangan publik.
Dalam proses pengusutan sebab-sebab kebangkrutannya, belakangan Enron dicurigai telah
melakukan praktek window dressing. Manajemen Enron telah menggelembungkan (mark up)
pendapatannya US$ 600 juta, dan menyembunyikan utangnya sejumlah US$ 1,2 milliar.
Manipulasi ini telah berlangsung bertahun-tahun, sampai Sherron Watskin, salah satu eksekutif
Enron yang tak tahan lagi terlibat dalam manipulasi itu, mulai berteriak melaporkan praktek
tidak terpuji itu. Keberanian Watskin inilah yang membuat semuanya menjadi terbuka.
Sejak akhir tahun 2000, ketika harga saham Enron di posisi puncak, para eksekutif menjual
saham yang mereka miliki dengan total nilai US$ 1,1 milyar. Selama empat tahun terakhir,
Kenneth L. Lay, presiden komisaris sekaligus direktur Enron diperkirakan meraup untung US$
205 juta dari penjualan sahamnya. Dalam kurun yang sama dia membujuk karyawan dan investor
untuk membeli saham Enron, antara lain dengan iming-iming laporan keuangan yang
menjanjikan tapi palsu. Bahkan pada 26 September 2001, ketika harga saham jatuh menjadi US$
25 per lembar, Ken Lay masih mencoba menghibur karyawan untuk tidak menjualnya,
sebaliknya membujuk mereka membeli. Dalam e-mail yang dikirimkan kepada para karyawan
yang risau, dia mengatakan perusahaan dalam kondisi sehat secara keuangan dan bahwa harga
saham Enron luar biasa murah dalam posisi itu. Namun, hanya beberapa pekan kemudian,
Enron melaporkan kerugian yang bermuara pada kebangkrutannya. Para karyawan tak bisa
menjual saham mereka sampai semuanya sudah terlambat, Enron kehilangan nilai sama sekali.
Proses pengusutan juga membuahkan suatu penemuan yang menarik, yaitu kisah pemusnahan
ribuan surat elektronik dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan audit Enron oleh
petinggi di firma audit Arthur Andersen. Pada tanggal 12 Oktober 2001 Arthur Andersen
menerima perintah dari para pengacara Enron untuk memusnahkan seluruh materi audit, kecuali
berkas-berkas yang paling dasar. Kini, Arthur Andersen menghadapi berbagai tuntutan di
pengadilan. Diperkirakan tak kurang dari $ 32 miliar harus disediakan Arthur Andersen untuk
dibayarkan kepada para pemegang saham Enron yang merasa dirugikan karena auditnya yang
tidak becus. Ratusan mantan karyawan yang marah juga sudah melayangkan gugatan kepada
Andersen. Di luar itu, otoritas pasar modal dan hukum Amerika Serikat pasti akan memberi
sanksi berat jika tuduhan malapraktek itu terbukti. Belakangan, salah satu mantan petinggi
Enron, Cliff Baxter tewas bunuh diri karena tak tahan menghadapi tekanan bertubi-tubi.
Selain penghancuran dokumen, terungkap pula adanya kemitraan Enron dengan perusahaan
kosong, seperti Chewco dan JEDI. Perusahaan dengan nama yang terkesan main-main
(Chewco dan JEDI adalah karakter dalam Star Wars) ini membuat para eksekutif Enron yang
mengemudikannya kaya raya, dan Enron membuat pembukuan off balance sheet atas kerugian
ratusan juta dolar sehingga tersembunyi dari mata investor dan pihak lain.
Komplikasi skandal ini bertambah, karena belakangan diketahui banyak sekali pejabat tinggi
gedung putih dan politisi di Senat Amerika Serikat yang pernah menerima kucuran dana politik
dari perusahaan ini. Tujuh puluh persen senator, baik dari Partai Republik maupun Partai
Demokrat, pernah menerima dana politik. Menurut Center for Responsive Politics, Lay dan
istrinya, Linda, menyumbang 86.470 dollar AS ke Partai Republik. Perusahaan Enron dan
karyawannya menyumbang 3 juta dollar AS kepada Partai Republik periode 1998-2002 dan 1,1
juta dollar AS untuk Demokrat. Dalam Komite yang membidangi energi, 19 dari 23 anggotanya
juga termasuk yang menerima sumbangan dari perusahaan itu. Sementara itu, tercatat 35 pejabat
penting pemerintahan George W. Bush merupakan pemegang saham Enron yang telah lama
merupakan perusahaan publik. Dalam daftar perusahaan penyumbang dana politik, Enron
tercatat menempati peringkat ke-36, dan penyumbang peringkat ke-12 dalam penggalangan dana
kampanye Bush. Lembaga bernama The Center for Public Integrity menyatakan Lay telah
menyumbang 139.500 dollar AS untuk kampanye politik George W Bush selama bertahun-
tahun. Sumbangan Lay itu adalah bagian dari 602.000 dollar AS sumbangan karyawan Enron
atas berbagai kampanye politik Bush. Selain itu, Lay dan istrinya menyumbang 100.000 dollar
AS ketika Bush dilantik sebagai Presiden AS pada tahun 2001.
Penulis dan aktivis demokrasi di AS, Greg Palast, mengungkapkan bahwa George Bush pernah
menempatkan Pat Wood (orang kepercayaan Lay) sebagai pihak yang ditugasi meneliti
kecurangan Enron. Hasilnya, Pat Wood tidak melakukan apa pun. Palast menambahkan, Enron
pernah menggunakan sekitar 500.000 dollar AS dana pensiunan milik Negara Bagian Florida.
Dana-dana itu sudah lenyap dari catatan pembukuan Enron. Semua itu bisa terjadi karena Jeb
Bush (adik George Bush) adalah Gubernur Negara Bagian Florida. Akibat pertalian semacam itu,
banyak orang curiga pemerintahan Bush dan para politisi telah dan akan memberikan perlakuan
istimewa, baik dalam bisnis Enron selama ini maupun dalam proses penyelamatan perusahaan
itu.
Dampak Keruntuhan Enron
Keruntuhan perusahaan energi Enron cukup banyak berdampak bagi dunia bisnis internasional.
Akibat kebangkrutan Enron pada tahun 2001 sedikitnya 4.000 karyawan kehilangan pekerjaan.
Kolapsnya Enron juga mengguncang neraca keuangan para kreditornya yang telah mengucurkan
milyaran dolar (JP Morgan Chase dan Citigroup adalah dua kreditor terbesarnya). Para karyawan
Enron dan investor kecil-kecilan juga dirugikan karena simpanan hari tua mereka yang musnah.
Sebagian besar dana pensiun dan tabungan 20.000 karyawan Enron terikat dalam saham yang
kini tanpa nilai.
Banyak lembaga keuangan internasional juga ikut menderita kerugian akibat bangkrutnya Enron,
sehingga membuat mereka semakin berhati-hati dalam membidik peluang investasi. Perusahaan-
perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di pasar modal diharuskan memenuhi persyaratan
pembeberan (disclosure) yang luar biasa ketat.
Kasus Enron juga melatarbelakangi munculnya Sarbanes Oxley. Sarbanes Oxley adalah nama
lain dari undang-undang reformasi perlindungan investor (The Company Accounting Reform
and Investor Protection Act of 2002) yang ditandatangani George Bush bulan Juli tahun 2002
lalu. Banyak yang menyebutkan bahwa undang-undang ini adalah reaksi keras regulator AS
terhadap kasus Enron pada akhir tahun 2001. Inti utama dari undang-undang ini adalah upaya
untuk lebih meningkatkan pertanggungjawaban keuangan perusahaan publik (good corporate
governance). Undang-undang ini berpengaruh signifikan terhadap manajemen perusahaan
publik, akuntan publik (auditor), dan pengacara yang berparaktek di pasar modal. Mengingat
sifatnya yang sangat ketat dan berdampak luas, undang-undang ini terbilang kontroversial dan
menjadi polemik hingga sekarang.
Arthur Andersen LLP (member di Amerika Serikat) yang dianggap ikut bersalah dalam
kebangkrutan Enron juga terkena imbasnya. Member Arthur Andersen di beberapa negara
seperti, Jepang dan Thailand, telah membuat kesepakatan merger dengan KPMG, Australia dan
Selandia Baru dengan Ernst & Young, dan Spanyol dengan Deloitte Touche Tohmatsu. Di
Amerika sendiri, aktivitas seluruh member Andersen dibekukan pemerintah. Akibatnya, menurut
Asian Wall Street Journal klien-klien Andersen LLP beralih ke berbagai auditor. Antara lain
Delotte and Touche (10 persen), KPMG (11 persen), PriceWaterhouseCooper (20 persen), dan
Ernst & Young (28 persen). Dan yang berpindah ke auditor-auditor kecil lainnya atau mengaku
belum tahu berpindah kemana sebanyak 40 persen.
Masih banyak lagi hal-hal yang dipengaruhi oleh keruntuhan Enron, seperti munculnya trauma
dalam bursa saham terhadap efek domino skandal Enron. Hal ini membuat para investor
mengurangi aktivitasnya di bursa saham sehingga gairah bursa dunia menjadi lesu.

(Kasus diunduh dari http://hafikahadiyanti.wordpress.com/2013/09/10/sejarah-kasus-enron/)

Pertanyaan:
Sebutkan dan jelaskan ketentuan-ketentuan apa sajakah yang sudah dilanggar oleh KAP Arthur
Anderson terkait dengan pemberian jasa profesionalnya sebagai sebuah KAP dalam audit atas
Laporan Keuangan Enron (asumsi jika kasus Enron ini terjadi di Indonesia pada tahun ini)!

Você também pode gostar