Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DAN TOKOH-TOKOHNYA
-----------------------------------------------------------
Oleh : H. Abd. Halim K
I. PENDAHULUAN
Bahasa Arab merupakan wahana komunikasi yang sangat penting, tidak
hanya untuk memahami kultur bangsa-bangsa yang menggunakannya, tetapi
lebih dari itu untuk memahami dan mengkaji sejarah bangsa-bangsa yang
memainkan peranan dalam pengembangan ajaran Islam pada masa-masa awal.
Ini berarti bahwa bahasa Arab mempunyai kaitan historis yang sangat erat lahir
dan berkembangya agama Islam.
Salah satu komponen bahasa Arab adalah ilmu nahwu, dan penguasaan
terhadap ilmu nahwu ini adalah syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang
mufassir dalam menginterpretasikan ayat-ayat al-Quran.
&ihat 'al(l al-%)n al-Suy*tiy, al-Itqn f Ulm al-Qurn, ju+ I ",esir- al-Baby al-
.alab wa Awl(duh, /0#, h. 01.
3ingkatan kedua, antara lain al-2is(i "Ab* al-.asan Ali bin .am+ah#.
Beliau berkebangsaan $arsi. 2etika ditanya mengapa beliau digelari al-2is(i,
dia mengatakan - : ?: @* ,A) < artinyaF saya haramkan
memakai pakaian yang mewah. 5amun ada juga yang berpendapat bukan hal
yang demikian sebabnya.
,enurut SyauKi %aif, al-2isai adalah termasuk tokoh utama aliran
nahwu 2ufah bahkan dialah imamnya. .al ini dipahami dalam kutipan berikut
bahwaF B C D !,A E ,* 20* 2 .
7
%emikian pula, al-2isai ini adalah ahli Kiraat, yang dalam sejarahnya beliau
lahir tahun / . dan wafat tahun 0/ ..
3ingkatan ketiga, tokohnya adalah Abu .asan Ali bin al-.asan, yang
dikenal dengan al-Ahmar "w. /B .#. 3okoh lain yang menonjol adalah al-
farra, yakni Abu Hakaria ?ahya bin Hiyad "w. 71> .#. al-3ahtawi menukilkan
bahwa pendapat sebagian ulama, al-=arra artinya rajanya orang-orang mumin
dalam bidang ilmu nahwu " % *- *; $ #.
3ingkatan keempat, tokohnya antara lain Ibn Sadan, yakniAbu 'afar
al-%hahiri ,uhammad bin Sadan "w. 79 .#, juga Abu Abdullah ,uhammad
bin Ahmad "w. 7B9 .#.
Ibid2
7
Ibid2
>
Selanjutnya tingkatan kelima, tokohnya adalah antara lain Abu al-
Abb(s Ahmad bin ?ahya. 3okoh ini sebelumnya, telah banyak belajar di
sejumlah guru di Bashrah, karena itu praktis bahwa tokoh ini banyak mengenal
kaidah-kaidah nahwu aliran Basrah.
2embali pada uraian sebelumnya dikemukakan bahwa al-Auasi adalah
termasuk tokoh pada tingkatan pertama. 2arya pertama tentang nahwu di
aliran 2ufah dan disusun sendiri oleh al-Au(si adalah kitab al-3aishal. %alam
karya aliran 2ufah ini, terdapat perbedan dengan aliran Basrah dan selainnya.
Sebagai !ontoh kasus yang dikemukakan Sa)d al-Afg(ni adalah, segala yang
terdapat dalam kitab Sibawaih dikatakan oleh aliran 2ufah begini " F)# maka
yang dimaksudkan menurut al-2as(i adalah ini "FG#.
9
$erbedaan seperti ini,
sebenarnya bukanlah yang esensial tetapi memiliki pengaruh tersendiri.
8alaupun demikian, di kalangan tokoh-tokoh aliran Basrah justeru
menilai bahwa apa yang dikatakan aliran 2*fah sebagai kelemahan dalam
masalah-masalah tertentu dan hal demikian terjadi pada diri al-Au(si.
B
$enilaian seperti ini mungkin saja dapat dibenarkan dalam satu sisi, karena
bila dilihat dari segi kredibilitasnya, Sibawaih memiliki pemahaman yang
lebih mendalam dalam ilmu nahwu dibandingkan dengan al-Au(si. 3idak
dapat disangkal bahwa Imam Sibawaih yang telah menyusun suatu buku
nahwu dengan judul al-kitab, oleh kebanyakan ulama dianggapnya sebagai
9
Sa)d al-Afgh(ni, )+2 *it2, h. B
B
Ibid2
0
kitab utama ilmu nahwu "Quran al-Nah!i#, yang belum ada taranya baik
sebelum maupun sesudahnya.
%i sisi lain, tokoh al-Au(si dalam menhadapi tantangan yang
demikian, mema!u dirinya untuk lebih giat lagi sehingga di belakangan hari
dia menyusun berbagai kitab, dan para tokoh aliran 2ufah mendalaminya.
Buku-buku al-Au(si dalam hal ini terdiri atas beberapa judul, yakni kitb al-
tash1r, al-afrd, al-#amu, al-!aqfu !a al-ibtid, mani al-Qurn.
C
Bahkan salah satu keberhasilan al-Au(si yang !emerlang, adalah ia telah
melahirkan murid terkenal, yakni al-2as(i dan al-=arr( dan murid inilah yang
mengembangkan lebih lanjut pemikiran al-Au(si.
$ada gilirannya, al-Au(si mendapat simpatisan dan dianggap seleLel
dengan tokoh aliran Bashrah semisal al-2hal)l. Al-Au(si dan al-2halil adalah
dua tokoh yang shaleh terhomat. Setiap terjadi diskusi ilmiah di antara mereka
tentang suatu materi, menghasilkan pemikiran yang baik dan !emerlang.
G
%engan demikian, dapat dipahami bahwa kedudukan aliran Basrah dan 2ufah
pada hakikatnya memiliki derajat yang sama. 8alaupun tetap harus diakui
bahwa sering terjadi perbedaan pemikiran.
$erbedaan pemikiran dalam dua aliran tersebut, antara lain dapat
disimak lebih lanjut dalam diagram berikut -
>
C
Ibid2, h. B7
G
Ibid2, h. BC
>
%iagram ini dikutip dari 'arjay Haid(n, )+2 *it2, h. C
/
H0B I* * H0 H0B I* * A
2E* ?,*
,0: 2A 2E*
D,*
I* * JE% JE% I* *
H0B K6 ,
L?4 2$&9) B
, D
ME* JE *: K*
- +E N - %5* B,
O
N DP D,) ,0
,N* B O
,8
B ,8 ,8* JQ,%
RS *
3 E%
D,0 HE? TU DVE D,*
* 3A W,
B JE CE *
D:
B X
X 85 ' T
,6&Q
X B X 85 ,(0B
- V ,8 Y"
1
2AN Q ,G3
X B ,8 2AN ,G3
III. PENUTUP
Berdasar dari uraian-uraian yang telah dikemukakan maka dapat
dirumuskan kesimpulan bahwa latar belakang lahirkan aliran-aliran nahwu
terkait dengan sejarah kelahiran bahasa Arab itu sendiri yang mengalami fase
perkembangan dari masa ke masa. Bahasa Arab ini, tumbuh dan berkembang
jauh sebelum agama Islam didakwahkan oleh 5abi ,uhammad saw.
%i sisi lain, lahirnya aliran "madrasah# disebabkan faktor daerah. Bagi
ahli nahwu yang menetap di Basrah disebutlah sebagai aliran Basrah,
sementara yang menetap di 2ufah disebutlah sebagai aliran 2ufa. ?ang
mempelopori aliran nahwu di 2ufah adalah Ab* 'afar al-Au(si, dan
dikembangkan lebih lanjut oleh dua orang muridnya yakni al-2as(i dan al-
=arr(. Aliran 2ufah ini mulai eksis di masa pemerintahan .arun al-Aasyid dan
masa itu ilmu nahwu mengalami pertumbukan dan perkembangan yang
diistilahkan dengan : <.
2arya pertama tentang nahwu di aliran 2ufah adalah kitab al-3aishal
yang disusun oleh al-Au(si, kemudian masa berikutnya mun!ul lagi karyanya
yang berjudul kitb al-tash1r, al-afrd, al-#amu, al-!aqfu !a al-ibtid,
mani al-Qurn. %alam keadaan demikian, pemikiran al-Au(si dalam
bidang nahwu mendapat simpatisan, dan dia disederajatkan dengan dengan
tokoh aliran Basrah. %alam keadaan demikian juga, tetap harus diakui bahwa