Você está na página 1de 14

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fenomena kesulitan belajar seorang mahasiswa biasanya tampak jelas dari
menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Prestasi belajar adalah hasil
yang diperoleh siswa atau mahasiswa setelah melakukan aktivitas belajarnya yang
dinyatakan dalam bentuk nilai angka atau huruf. Untuk mengetahui seberapa jauh
prestasi akademik tersebut, maka diperlukan pengukuran dan penilaian hasil belajar.
Pengukuran mencakup segala cara untuk memperoleh informasi mengenai hasil
belajar yang dapat dikuantifikasikan (Suryabrata dalam Ghufron, 2013). Lanjutnya,
Ghufron di dalam bukunya Gaya Belajar Kajian Teoritik mengatakan bahwa prestasi
belajar yang lebih jauh dapat diukur tinggi dan rendahnya berdasarkan nilai ujian
yang diperoleh, berupa nilai rapor atau IPK (indeks prestasi kumulatif).
Peningkatan prestasi belajar dapat dicapai dengan memerhatikan beberapa aspek,
baik internal maupun eksternal. Aspek internal meliputi aspek perkembangan anak,
dan keunikan personal individu anak (Ghufron, 2013). Keberhasilan proses belajar
mengajar itu sendiri tidak bisa lepas dari gaya belajar mahasiswa dan gaya mengajar
dosen. Masing-masing individu belajar dengan cara yang berbeda. Seorang individu
dapat merasa tertekan dan frustasi apabila dipaksa mempelajari sesuatu dengan
metode yang bukan gaya belajarnya. Satu gaya belajar tertentu belum tentu berhasil
pada semua individu.
Individu adalah suatu kesatuan yang masing-masing memiliki ciri khasnya, dan
karena itu tidak ada dua individu yang sama. Satu sama lainnya berbeda. Perbedaan
individu ini dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi horizontal dan vertical. Perbedaan
horixontal bahwa setiap individu berbeda dengan individu lainnya dalam aspek
psikologis. Seperti tingkat kecerdasan, abilitas, minat, ingatan, emosi, kemauan,
kepribadian dan sebagainya. Sedang perbedaan dari segi vertikal, bahwa tidak ada
dua individu yang sama dalam aspek jasmaniyah, seperti bentuk, ukuran, kekuatan,
2

dan daya tahan tubuh. Ada yang lamban dan ada yang cepat belajarnya. Perbedaan
juga terjadi pada gaya belajar individu. Ada individu yang lebih sesuai dengan gaya
belajar tertentu dan ada individu yang tidak sesuai dengan gaya tersebut (Ghufron,
2013).
Sebagaimana telah dipaparkan di atas bahwa setiap individu memiliki keunikan
tersendiri dan tidak pernah ada dua (2) orang yang memiliki pengalaman hidup yang
sama persis, hamper dipastikan bahwa gaya belajar masing-masing orang berbeda
satu dengan yang lain. Namun, di tengah keberagaman gaya belajar tersebut, banyak
ahli mencoba menggunakan klasifikasi atau pengelompokan gaya belajar untuk
memudahkan kita semua. Dua (2) anak yang tumbuh dalam kondisi dan lingkungan
yang sama dan meskipun mendapat perlakuan yang sama belum tentu akan memiliki
pemahaman pemikiran dan pandangan yang sama terhadap dunia sekitarnya. Masing-
masing memiliki cara pandang sendiri terhadap setiap peristiwa yang dilihat dan
dialaminya. Cara pandang inilah yang dikenal sebagai gaya belajar (Sidjabat dalam
Ghufron, 2013).
Apabila mahasiswa memahami gaya belajar diri sendiri, maka akan lebih mudah
bagi mereka dalam mempelajari sesuatu dan meningkatkan motivasi untuk
menampilkan kemampuan yang terbaik. Motivasi sangat berperan dalam belajar, hasil
belajar mahasiswa akan menjadi optimal jika ada motivasi yang kuat dan jelas. Makin
tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Motivasi akan
senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi mahasiswa. Motivasi merupakan
salah satu aspek psikis yang memiliki pengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar.
Dalam psikologi, istilah motif sering dibedakan dengan istilah motivasi. Kata motif
diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
(Sardiman, 2011).
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul Pengaruh Gaya Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Akademik
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Prof.DR.HAMKA.

3

1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh antara gaya belajar terhadap prestasi akademik?
2. Apakah ada pengaruh antara motivasi belajar terhadap prestasi akademik?
3. Apakah ada pengaruh antara gaya belajar dan motivasi belajar terhadap
prestasi akademik?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Melihat pengaruh antara gaya belajar terhadap prestasi akademik
2. Melihat pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi akademik
3. Melihat pengaruh antara gaya belajar dan motivasi belajar terhadap prestasi
akademik
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Praktis
a. Para orang tua, guna mengetahui gaya belajar anak agar orang tua bisa
memotivasi anaknya sesuai dengan gaya belajarnya;
b. Para dosen, memahami bahwa setiap mahasiswa berbeda gaya belajar
serta motivasi belajarnya sehingga tidak menggampangkan dalam
memberikan pengajaran;
c. Para mahasiswa, untuk mengetahui gaya belajar serta apa yang menjadi
motivasi belajarnya agar semakin efektif dalam belajar dan menghasilkan
prestasi akademik yang memuaskan.
1.4.2 Manfaat Teoritis
a. Untuk memberikan rekomendasi bagi peneliti yang akan datang;
b. Untuk media pengembangan ilmu di fakultas psikologi Universitas
Muhammadiyah Prof.DR.HAMKA;
c. Untuk menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang di alami oleh
mahasiswa.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gaya Belajar
Gaya belajar merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan mengenai
bagaimana individu atau cara yang ditempuh oleh masing-masing orang untuk
berkonsentrasi pada proses, dan menguasai informasi yang sulit dan baru melalui
persepsi yang berbeda. Gaya bersifat individual bagi setiap orang, dan untuk
membedakan orang yang satu dengan orang lain. Dengan demikian, secara umum
gaya belajar diasumsikan mengacu pada kepribadian-kepribadian, kepercayaan-
kepercayaan, pilihan-pilihan, dan perilaku-perilaku yang digunakan oleh individu
untuk membantu dalam belajar mereka dalam suatu situasi yang telah dikondisikan
(Ghufron, 2013).
Kolb (dalam Ghufron, 2013) mengatakan bahwa gaya belajar merupakan metode
yang dimiliki individu untuk mendapatkan informasi, sehingga pada prinsipnya gaya
belajar merupakan bagian integral dalam siklus belajar aktif. Kolb juga berpendapat
bahwa perbedaan gaya belajar yang dipilih individu menunjukkan cara tercepat dan
terbaik bagi setiap individu dalam upaya menyerap sebuah informasi dari luar
dirinya.
Pengertian gaya belajar yang lain dikemukakan oleh Kinsella sebagai sebuah
kemampuan genetis, walau dibantah oleh Prince, Dunn, Sanders, dan Reid yang
membuktikan bahwa gaya belajar dapat berubah, berkembang sesuai dengan usia
pembelajaran (Ghufron,2013).
Selama tiga dekade terakhir, para peneliti telah menemukan konsistensi antara
gaya belajar dengan sejumlah variabel lain, seperti tipe kepribadian, spesialisasi
pendidikan, karir profesional, peran dalam pekerjaan, serta kompetensi penyesuaian
diri (Kolb & Kolb, 2005). Namun demikian belum banyak alat tes yang
terstandarisasi dalam bahasa Indonesia yang dapat digunakan untuk mengetahui gaya
belajar mahasiswa. Salah satu instrumen untuk mengetahui gaya belajar telah
5

dikembangkan oleh David Kolb, Ph.D dan dinamakan LSI, Learning Style Inventory
pada tahun 1971. Hasil penelitian dan observasi klinis yang didasarkan pada LSI
telah menghasilkan kesimpulan adanya empat gaya belajar yang umum, yaitu
Diverging, Assimilating, Accomodating, dan Converging (dalam Pratiwi.dkk,2012:2).
2.2 Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan
kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh
energi, terarah dan bertahan lama (Agus Suprijono, 2009: 163). Winkel (1983: 270)
mendefinisikan bahwa Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan serta memberi arah pada kegiatan belajar.
Mulyasa (2008: 195) mengemukakan bahwa motivasi adalah tenaga pendorong atau
penarik yang menyebabkan adanya perilaku seseorang ke arah suatu tujuan tertentu
(dalam Widowati, 2013:10).
Dari berbagai pengertian di atas dapat diambil pengertian bahwa motivasi belajar
adalah suatu dorongan atau daya penggerak dari dalam diri individu yang
memberikan arah dan semangat pada kegiatan belajar, sehingga dapat mencapai
tujuan yang dikehendaki. Jadi peran motivasi bagi mahasiswa dalam belajar sangat
penting. Dengan adanya motivasi akan meningkatkan, memperkuat dan mengarahkan
proses belajarnya, sehingga akan diperoleh keefektifan dalam belajar.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 43-44) mengemukakan bahwa motivasi
dapat bersifat internal, artinya datang dari diri sendiri dan dapat juga bersifat
eksternal yakni datang dari orang lain. Motivasi juga dibedakan atas motif intrinsik
dan motif ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan
perbuatan yang dilakukan. Sedangkan motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang
ada diluar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi penyertanya. Menurut
Dimyati dan Mudjiono (2010: 97-100) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar yaitu :
1. Cita-cita atau aspirasi siswa
6

Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama, bahkan sepanjang
hayat. Cita-cita siswa untuk menjadi seseorang akan memperkuat semangat
belajar dan mengarahkan pelaku belajar.
2. Kemampuan Belajar.
Kemampuan belajar meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri
siswa. Misalnya pengamatan, perhatian, ingatan, daya pikir, dan fantasi. Didalam
kemampuan belajar ini, sehingga perkembangan berpikir siswa menjadi ukuran.
Siswa yang taraf perkembangan berpikirnya konkrit (nyata) tidak sama dengan
siswa yang berpikir secara operasioanl (berdasarkan pengamatan yang dikaitkan
dengan kemampuan daya nalarnya). Jadi siswa yang mempunyai belajar tinggi,
biasanya lebih termotivasi dalam belajar, karena siswa seperti tu lebih sering
memperoleh sukses oleh karena kesuksesan memperkuat motivasinya.
3. Kondisi Jasmani dan Rohani Siswa
Siswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Jadi kondisi siswa
yang mempengaruhi motivasi belajar disini berkaitan dengan kondisi fisik dan
kondisi psikologis, tetapi biasanya guru lebih cepat melihat kondisi fisik, karena
lebih jelas menunjukkan gejalanya dari pada kondisi psikologis.
4. Kondisi Lingkungan Kelas
Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datangnya dari luar diri
siswa. Lingkungan siswa sebagaimana juga lingkungan individu pada umumnya
ada tiga yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
5. Unsur-unsur Dinamis Belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya
dalam proses belajar yang tidak stabil, kadang lemah dan bahkan hilang sama
sekali.
6. Upaya Guru Membelajarkan Siswa
Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri
dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara
menyampaikannya, menarik perhatian siswa.
7

2.3 Prestasi Akademik
Prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran
di sekolah yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan
penilaian (Tuu dalam Waruwu.dkk, 2013:6). Menurut Kartono (1995) prestasi
adalah hasil keahlian dalam kerja akademis yang dinilai oleh para pengajar melalui
tes, ujian, dan ulangan yang dilakukan dalam satu semester. Prestasi akademik adalah
hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di sekolah yang bersifat
kognitif dan sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang sudah diberikan
serta dinilai oleh para pengajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990)
prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan).
Sedangkan akademik adalah pelajaran yang diperoleh dari kegiatan persekolahan
yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian.
2.4 Hubungan Gaya Belajar dengan Prestasi Akademik
Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh siswa atau mahasiswa setelah
melakukan aktivitas belajarnya yang dinyatakan dalam bentuk nilai angka atau huruf.
Untuk mengetahui seberapa jauh prestasi akademik tersebut, maka diperlukan
pengukuran dan penilaian hasil belajar. Pengukuran mencakup segala cara untuk
memperoleh informasi mengenai hasil belajar yang dapat dikuantifikasikan
(Suryabrata dalam Ghufron, 2013). Prestasi belajar lebih jauh dapat di ukur tinggi dan
rendahnya berdasarkan nilai ujian yang diperoleh, berupa nilai rapor atau IPK (indeks
prestasi kumulatif).
Peningkatan prestasi belajar dapat dicapai dengan memerhatikan beberapa aspek,
baik internal maupun eksternal. Aspek internal meliputi aspek perkembangan anak,
dan keunikan personal individu anak (Ghufron, 2013). Keberhasilan proses belajar
mengajar itu sendiri tidak bisa lepas dari gaya belajar mahasiswa dan gaya mengajar
dosen. Masing-masing individu belajar dengan cara yang berbeda. Seorang individu
dapat merasa tertekan dan frustasi apabila dipaksa mempelajari sesuatu dengan
8

metode yang bukan gaya belajarnya. Satu gaya belajar tertentu belum tentu berhasil
pada semua individu.
Pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa gaya belajar mempunyai hubungan erat
dengan prestasi akademik. Semakin tinggi motivasi belajar mahasiswa kemungkinan
semakin besar peluang untuk mencapai prestasi yang baik atau tinggi.
2.5 Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Akademik
Belajar merupakan proses aktif, karena belajar akan berhasil jika dilakukan secara
rutin dan sistematis. Ciri dari suatu pelajaran yang berhasil, salah satunya dapat
dilihat dari kadar belajar siswa atau motivasi belajar, makin tinggi motivasi belajar
siswa maka makin tinggi prestasi belajarnya. Prestasi merupakan nilai angka yang
menunjukan kualitas keberhasilan, sudah barang tentu semua siswa berhasil mencapai
dengan terlebih dahulu mengikuti evaluasi yang diselenggarakan guru atau sekolah.
Untuk mencapai prestasi maka diperlukan sifat dan tingkah laku seperti: aspirasi yang
tinggi, aktif mengerjakan tugas tugas-tugas, kepercayaan yang tinggi, interaksi yang
baik, kesiapan belajar dan sebagainya. Sifat dan ciri-ciri yang dituntut dalam kegiatan
belajar itu hanya terdapat pada individu yang mempunyai motivasi yang tinggi,
sedangkan yang mempunyai motivasi yang rendah tidak ada sehingga akan
menghambat kegiatan belajarnya. Jadi secara teoritis motivasi akan berhubunggan
dengan prestasi belajar yang dicapai siswa.
Dengan motivasi, diharapkan setiap pekerjaan yang dilakukan secara efektif dan
efesien, sebab motivasi akan menciptakan kemauan untuk belajar secara teratur, oleh
karena itu siswa harus dapat memanfaatkan setuasi dengan sebaik-baiknya. Banyak
siswa yang belajar tetapi hasilnya kurang sesuai dengan yang diharapkan, sebab itu
diperlukan jiwa motivasi, dengan motivasi seorang siswa akan mempunyai cara
belajar dengan baik. Dengan demikian betapa besarnya peranan motivasi dalam
menunjang keberhasilan belajar.
Apabila seorang memiliki motivasi dan kebiasaan yang baik maka setiap usaha
yang dilakukan akan memberikan hasil yang memuaskan, menurut Winkel (dalam
Widowati, 2013:12) mendefinisikan bahwa Motivasi belajar adalah keseluruhan
9

daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan serta memberi arah
pada kegiatan belajar.. Oleh karena itu yang penting bagaimana menciptakan kondisi
tertentu agar siswa itu selalu butuh dan ingin terus belajar.
Belajar dengan motivasi dan terarah dapat menghindarkan diri rasa malas dan
menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar, pada akhirnya dapat meningkatkan
daya kemampuan belajar siswa. Dengan demikian maka keberhasilan siswa akan
mudah tecapai.
Pada dasarnya prestasi belajar adalah hasil dari belajar, terutama belajar yang
mempunyai motivasi tinggi. Jadi uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar mempunyai hubungan erat dengan prestasi akademik. Semakin tinggi
motivasi belajar mahasiswa kemungkinan semakin besar peluang untuk mencapai
prestasi yang baik atau tinggi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka model kerangka berfikir antara ketiga variabel
yaitu :






2.6 Hipotesa
1. Ada hubungan positif signifikan antara gaya belajar dengan prestasi akademik
mahasiswa fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Prof.DR.HAMKA.
2. Ada hubungan positif signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi
akademik mahasiswa fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah
Prof.DR.HAMKA.
3. Ada hubungan positif signifikan secara bersama antara gaya belajar, motivasi
belajar, dengan prestasi akademik mahasiswa fakultas psikologi Universitas
Muhammadiyah Prof.DR.HAMKA.
Gaya Belajar
(X
1
)
Motivasi Belajar
(X
2
)
Prestasi
Akademik
(Y)
10

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional
3.1.1 Gaya Belajar
Kolb (dalam Ghufron, 2013) mengatakan bahwa gaya belajar merupakan
metode yang dimiliki individu untuk mendapatkan informasi, sehingga pada
prinsipnya gaya belajar merupakan bagian integral dalam siklus belajar aktif. Kolb
juga berpendapat bahwa perbedaan gaya belajar yang dipilih individu menunjukkan
cara tercepat dan terbaik bagi setiap individu dalam upaya menyerap sebuah
informasi dari luar dirinya.
Selama tiga dekade terakhir, para peneliti telah menemukan konsistensi antara
gaya belajar dengan sejumlah variabel lain, seperti tipe kepribadian, spesialisasi
pendidikan, karir profesional, peran dalam pekerjaan, serta kompetensi penyesuaian
diri (Kolb & Kolb, 2005). Namun demikian belum banyak alat tes yang
terstandarisasi dalam bahasa Indonesia yang dapat digunakan untuk mengetahui gaya
belajar mahasiswa. Salah satu instrumen untuk mengetahui gaya belajar telah
dikembangkan oleh David Kolb, Ph.D dan dinamakan LSI, Learning Style Inventory
pada tahun 1971. Hasil penelitian dan observasi klinis yang didasarkan pada LSI
telah menghasilkan kesimpulan adanya empat gaya belajar yang umum, yaitu
Diverging, Assimilating, Accomodating, dan Converging (dalam Pratiwi.dkk,2012:2).
3.1.2 Motivasi Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 43-44) mengemukakan bahwa motivasi
dapat bersifat internal, artinya datang dari diri sendiri dan dapat juga bersifat
eksternal yakni datang dari orang lain. Motivasi juga dibedakan atas motif intrinsik
dan motif ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan
perbuatan yang dilakukan. Sedangkan motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang
ada diluar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi penyertanya. Menurut
11

Dimyati dan Mudjiono (2010: 97-100) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar yaitu :
1. Cita-cita atau aspirasi siswa
Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama, bahkan sepanjang
hayat. Cita-cita siswa untuk menjadi seseorang akan memperkuat semangat
belajar dan mengarahkan pelaku belajar.
2. Kemampuan Belajar.
Kemampuan belajar meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam
diri siswa. Misalnya pengamatan, perhatian, ingatan, daya pikir, dan fantasi.
Didalam kemampuan belajar ini, sehingga perkembangan berpikir siswa
menjadi ukuran. Siswa yang taraf perkembangan berpikirnya konkrit (nyata)
tidak sama dengan siswa yang berpikir secara operasioanl (berdasarkan
pengamatan yang dikaitkan dengan kemampuan daya nalarnya). Jadi
mahasiswa yang mempunyai belajar tinggi, biasanya lebih termotivasi dalam
belajar, karena mahasiswa seperti itu lebih sering memperoleh sukses oleh
karena kesuksesan memperkuat motivasinya.
3. Kondisi Jasmani dan Rohani Siswa
Siswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Jadi kondisi
siswa yang mempengaruhi motivasi belajar disini berkaitan dengan kondisi
fisik dan kondisi psikologis, tetapi biasanya guru lebih cepat melihat kondisi
fisik, karena lebih jelas menunjukkan gejalanya dari pada kondisi psikologis.
4. Kondisi Lingkungan Kelas
Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datangnya dari luar diri
siswa. Lingkungan siswa sebagaimana juga lingkungan individu pada
umumnya ada tiga yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
5. Unsur-unsur Dinamis Belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang
keberadaannya dalam proses belajar yang tidak stabil, kadang lemah dan
bahkan hilang sama sekali.
12

6. Upaya Guru Membelajarkan Siswa
Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri
dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara
menyampaikannya, menarik perhatian siswa.
3.1.3 Prestasi Akademik
Prestasi akademik merupakan hasil belajar yang dicapai oleh mahasiswa
setelah mengalami suatu proses belajar yang telah di evaluasi dalam jangka waktu
tertentu. Selanjutnya menurut Suryabrata (2006) prestasi akademik adalah hasil
belajar terakhir yang dicapai oleh siswa dalam jangka waktu tertentu, yang mana di
sekolah prestasi akademik siswa biasanya dinyatakan dalam bentuk angka atau
simbol tertentu. Kemudian dengan angka atau simbol tersebut, orang lain atau siswa
sendiri akan dapat mengetahui sejauh mana prestasi akademik yang telah dicapai.
Dengan demikian, prestasi akademik di sekolah merupakan bentuk lain dari besarnya
penguasaan bahan pelajaran yang telah dicapai siswa, dan rapor bisa dijadikan hasil
belajar terakhir dari penguasaan pelajaran tersebut.
Menurut Azwar (1996) prestasi atau keberhasilan belajar dapat
dioperasionalkan dalam bentuk-bentuk atau indikator-indikator berupa:
1) Nilai raport
Dengan nilai rapor, kita dapat mengetahui prestasi belajar siswa. Siswa
yang nilai rapornya baik dikatakan prestasinya tinggi, sedangkan yang
nilainya jelek dikatakan prestasi belajarnya rendah.
2) Indeks Prestasi Akademik
Indeks prestasi akademik adalah hasil belajar yang dinyatakan dalam
bentuk angka atau simbol. Indeks prestasi dapat digunakan sebagai tolak ukur
prestasi belajar seseorang setelah menjalani proses belajar.
3) Angka kelulusan
13

Angka kelulusan merupakan suatu hasil yang diperoleh selama
melaksanakan suatu pendidikan dalam institusi tertentu, dan hasil ini juga
menjadi indikator penting prestasi belajar.
4) Predikat kelulusan
Predikat kelulusan merupakan status yang disandang oleh seseorang
dalam menyelesaikan suatu pendidikan yang ditentukan oleh besarnya indeks
prestasi yang dimiliki
5) Waktu tempuh pendidikan
Waktu tempuh pendidikan seseorang dalam menyelesaikan studinya
menjadi salah satu ukuran prestasi, yang menyelesaikan studinya lebih awal
menandakan prestasinya baik, sebaliknya waktu tempuh pendidikan yang
melebihi waktu normal menandakan prestasi yang kurang baik.
Dalam penelitian ini, keberhasilan belajar yang dilihat adalah nilai Indeks
Prestasi Kumulatif (IPK) semester ganjil.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa fakultas psikologi Universitas
Muhammadiyah Prof.DR.HAMKA, dengan ukuran populasi berjumlah 362 orang di
tahun akademik 2014/2015.
3.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa fakultas psikologi Universitas
Muhammadiyah Prof.DR.HAMKA semester 3 dan semester 5. Rinciannya adalah 90
mahasiswa semester 3 dan 85 mahasiswa semester 5. Sampel diambil dengan teknik
proporsional kelas. Pengambilan sampel mengacu kepada Roscoe (dalam Sugiyono,
2012) yang menyarankan ukuran sampel dalam penelitian adalah sebagai berikut :
a. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai
dengan 500.
14

b. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya :pria-wanita, pegawai
negeri-swasta, dan lain-lain) maka jumlah sampel setiap kategori minimal
30.
c. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate
(korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel
minimal 10 kali dari jumlah variable yang diteliti.
d. Untuk penelitian eksperimen sederhana yang menggunakan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-
masing antara 10 sampai dengan 20
3.3 Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Metode angket atau kuesioner
Yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia
ketahui (Suharsimi Arikunto dalam Setyowati 2007:35). Dari pengertian diatas dapat
diketahui bahwa angket adalah suatu cara pengumpulan informasi dengan
menyampaikan suatu daftar pertanyaan tentang hal-hal yang diteliti.
Gaya belajar diukur dengan menggunakan instrumen berupa angket KLSI
(Kolb Learning Style Inventory), sedangkan motivasi belajar diukur dengan
menggunakan instrumen kuesioner yang sudah teruji reliabilitas serta validitasnya.
3.3.2 Metode dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan atau transkrip nilai. Teknik ini digunakan untuk mengungkap data
tentang hasil belajar mahasiswa.
3.4 Metode Analisa Data
Metode analisis data yang digunakan adalah teknik regresi berganda atau multiple
regression untuk menguji pengaruh Gaya Belajar dan Motivasi Belajar, terhadap
Prestasi Belajar. Model regresi berganda adalah teknik analisis regresi yang
menjelaskan hubungan antara variabel dependen dengan beberapa variabel
independen.

Você também pode gostar