Hingga tahun 60-an, hampir semua kasus fraktur dan dislokasi ditangani melalui teknik ortopedi non- operatif. Teknik ini dapat dilakukan dengan memberikan gips sirkuler atau dengan traksi skeletal pada ekstremitas tubuh yang cedera. Teknik non-operatif ini membutuhkan periode immobilisasi dan perawatan yang lama (2- bulan! sampai tercapai fase penyatuan fragmen tulang (clinical union!. "amun, immobilisasi yang lama pada persendian ekstremitas yang cedera ternyata menimbulkan efek-efek yang sangat merugikan. #ekakuan sendi, atrofi otot, nonunion/malunion, artritis pasca trauma, dan sebagainya merupakan komplikasi-komplikasi umum yang diderita pasien pasca perawatan dengan teknik ortopedi kon$ensional tersebut. Terbayang ketidakpuasan pasien yang tidak dapat menggunakan anggota tubuhnya secara maksimal, meski telah men%alani pengobatan dan perawatan yang cukup lama di rumah sakit. &emikian pula dengan immobilisasi dan perawatan yang lama di tempat tidur yang terbukti menimbulkan beberapa komplikasi sistemik seperti infeksi nosokomial, distres pernapasan, dan ulkus dekubitus. 'engenalan teknik operatif pada ()*+ oleh ,uller dkk. yang tergabung dalam kelompok ortopedi -wiss ./ (Arbeitsgemeinschaft fur Osteosynthefragen) membuka era baru dalam perkembangan ilmu ortopedi di dunia. #elompok ini secara terus-menerus melakukan studi reduksi terbuka dan fiksasi interna (Open Reduction and Internal Fixation, ORIF). -tudi ini dimaksudkan untuk menghindari hasil-hasil yang buruk atas kasus fraktur dan dislokasi yang ditangani secara kon$ensional. Teknik operasi ini ternyata secara gemilang dapat menghindari sekuele pasca reduksi fraktur kon$ensional seperti yang telah disebut di atas (joint stiffness, muscle atrophy, dll!, yang dikenal %uga sebagai fracture disease ,elalui operasi, fragmen fraktur diekspose dan direduksi sesuai dengan kedudukan anatomisnya, kemudian dilakukan fiksasi interna secara ketat (rigid) dengan menggunakan peralatan seperti compression plate atau compression !ire 0erbeda dengan teori penyembuhan tulang yang dia%arkan kepada mahasiswa kedokteran umum di 1ndonesia selama ini, penyembuhan tulang dengan teknik ./ dapat menyembuhkan tulang secara langsung (primary bone healing) tanpa pembentukan %aringan kalus. 2aringan ini tidak terbentuk karena tidak ada stimulus berupa 3geseran di antara fragmen fraktur4 untuk pembentukan kalus di dalam tulang. 'enyembuhan tulang secara primer dapat tercapai akibat fiksasi anatomis fragmen tulang yang ketat (rigid) &engan fiksasi tulang secara interna dan kuat, memungkinkan mobilisasi yang cepat pada sendi-sendi ekstremitas yang cedera sehingga sekuele fracture disease dapat terhindarkan. -ampai akhir abad ke-20, teknik rigid internal fixation dari grup ./ men%adi semacam pedoman baku bagi penatalaksanaan operatif kasus-kasus fraktur di dunia. "amun demikian, teknik operasi rigid internal fixation dari grup ./ ternyata %uga mempunyai kelemahan. 5ntuk mengekspose fraktur, kita terpaksa mengorbankan %aringan lunak, termasuk pembuluh darah di sekitar lokasi fraktur melalui sayatan insisi yang cukup pan%ang. .lat-alat fiksasi tulang seperti compression plate dari grup ./ memang harus diaplikasikan secara langsung (direct) pada fragmen fraktur. Tindakan manipulasi langsung terhadap fragmen fraktur ini membawa risiko kerusakan dari $askularisasi dan %aringan lunak yang menghidupi tulang yang fraktur tersebut. 5ntuk mengatasi problem tersebut, 6hristian #rettek dkk. memperkenalkan satu teknik operasi ortopedi baru, yaitu "inimally In#asi#e $latting Osteosynthesis ("I$O) &alam ,1'/, reduksi fraktur dan aplikasi peralatan fiksasi tulang dilakukan secara reduksi tidak langsung (bukan langsung pada lokasi fraktur! sehingga tindakan stripping dan insisi dapat dilakukan sekecil mungkin. Teknik ,1'/ dapat meminimalisasi kerusakan pembuluh darah7%aringan lunak dan de$italisasi fragmen fraktur. 0erbeda dengan teknik dari grup ./ yang menggunakan fiksasi anatomi (direct reduction and rigid fixation), teknik ,1'/ menggunakan fiksasi biologis (indirect reduction, ligamentotaxis, and bridge platting). 'enyembuhan tulang yang diharapkan ter%adi yakni penyembuhan melalui fase pembentukan %aringan kalus. -e%alan dengan perkembangan ilmu ortopedi dunia, di 1ndonesia %uga mulai dikembangkan teknik ,1'/ di samping teknik fiksasi interna dari grup ./ yang telah lama dikenal. 0erdasarkan keterangan dari &r. &%oko -imbard%o, -p.0/ dari -ub-0agian /rtopedi 8-5'" &r. 6iptomangunkusumo79#51 2akarta, mulai 2anuari 2000 teknik ,1'/ telah digunakan dalam operasi ortopedi terhadap pasien dengan fraktur dan dislokasi, di samping teknik dari grup ./. .walnya, pengembangan teknik ,1'/ di 8-5'"6, dimaksudkan untuk menolong pasien miskin atau golongan ekonomi lemah yang tidak mampu membeli peralatan fiksasi dari grup ./. "amun, kemudian -ub-0agian /rtopedi 8-5'"6, mengembangkan dan memodifikasi teknik-teknik ,1'/ beserta peralatannya, sehingga biaya yang dibutuhkan oleh pasien fraktur yang datang ke 8-5'"6, men%adi %auh lebih murah. &r. &%oko -imbard%o %uga menyatakan bahwa pengembangan teknik ,1'/ yang sekarang dipakai di 8-5'"6, (dikenal sebagai "inimally In#asi#e $rocedure For $latting Ostheosyntesis, "I$$O) memberikan hasil yang cukup memuaskan karena penyembuhan yang lebih cepat, perdarahan yang lebih sedikit, dan tentu sa%a biaya yang %auh lebih murah.(M. Arman/Hidayati W.B.!