Você está na página 1de 14

547 547

SULAWESI SELATAN
PROVINSI
A. Kondisi fisik daerah
1. Keadaan Geografis
Secara geografis Provinsi Sulawesi Selatan
terletak antara 012' sampai 8 Lintang
selatan dan 11648' sampai 12236' Bujur
Timur. Batas-batas wilayah provinsi
Sulawesi Selatan, sebelah Barat berbatasan
dengan Provinsi Sulawesi Barat dan Selat
Makassar, sebelah Utara berbatasan
dengan Provinsi Sulawesi Tengah dan
Sulawesi Barat, sebelah Timur berbatasan
dengan Teluk Bone dan Provinsi Sulawesi
Tenggara, dan sebelah Selatan dengan Laut
Flores.

2. Iklim
Iklim Sulawesi Selatan termasuk tropis basah. Suhu udara rata-rata 26,8C dengan
kelembaban udara 81,9C. sedangkan curah hujan rata-rata 289 mm
3
dengan rata-rata
hari hujannya 159 hari. Kecepatan angin 4 knots, tekanan udara 1011mb.

3. Topografi
Berdasarkan prosentase kemiringan lahan, daerah dengan lahan datar dan landai
masing-masing 43% dan 6% dari luas wilayah terdapat di bagian Selatan dan Timur,
terutama di Kabupaten Wajo, Bone, Barru, Sidrap, Soppeng, Pangkep, Bulukumba,
Jeneponto dan Takalar. Sedangkan daerah bergelombang, berbukit sampai bergunung
dengan kemiringan agak curam, curam dan sangat curam, masing-masing 17%, 16% dan
19%, terdapat di bagian Utara, meliputi Kabupaten Tana Toraja dan Pinrang, serta bagian
Utara Luwu

4. Luas wilayah
Luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan adalah 45.764,53 km
2
.

5. Pulau dan sungai
Jumlah pulau di Provinsi Sulawesi Selatan sebanyak 295 buah terdiri dari pulau yang
telah bernama sebanyak 190 buah, dan pulau belum bernama sebanyak 105 buah.
Jumlah sungai yang mengaliri Sulawesi Selatan tedapat 67 aliran sungai, terbanyak di
Kabupaten Luwu yakni 25 aliran sungai. Sungai terpanjang di daerah ini yaitu Sungai
Saddang dengan panjang 150 km yang melalui Kabupaten Tana Toraja, Enrekang dan
Pinrang. Selain aliran sungai, daerah ini juga memiliki sejumlah danau yaitu Danau
Tempe di Kabupaten Wajo dan Danau Sidenreng di Kabupaten Sidrap, serta Danau
Matana dan Danau Towuti di Kabupaten Luwu. Disamping memiliki sejumlah sungai dan
danau, di daerah ini juga memiliki wilayah pegunungan yakni Gunung Rantemario
sebagai gunung tertinggi yakni 3.470 m di atas permukaan laut.

I. KONDISI UMUM
548

B. Keadaan sosial ekonomi
1. Pemerintahan
Provinsi Sulawesi Selatan terdiri dari 21 kabupaten, 3 kota, 304 wilayah kecamatan, dan
2.993 desa/kelurahan definitif. Dari data BPS Sulawesi Selatan tahun 2011, jumlah
pegawai negeri sipil lingkup Pemerintah Provinsi pada tahun 2011 sebanyak 189.154
orang, jumlah PNS tersebut mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 8,96
persen.

2. Pendidikan
Ukuran atau indikator untuk melihat kualitas sumber daya manusia (SDM) terkait dengan
pendidikan antara lain pendidikan yang ditamatkan dan Angka Melek Huruf (AMH).
Berdasarkan hasil SP2010, persentase penduduk 5 tahun yang berpendidikan minimal
tamat SMP/Sederajat sebesar 38,55 persen, dan AMH penduduk berusia 15 tahun ke
atas sebesar 86,67 persen yang berarti dari setiap 100 penduduk usia 15 tahun ke atas
ada 87 orang yang melek huruf. Berdasarkan hasil SP2010, penduduk Provinsi Sulawesi
Selatan usia 5 tahun ke atas yang tamat SM/sederajat sebesar 18,06 persen, tamat
DI/DII/DIII sebesar 1,76 persen, tamat DIV/S1 sebesar 3,87 persen dan tamat S2/S3
sebesar 0,29 persen.

3. Tenaga Kerja
Jumlah penduduk yang merupakan angkatan kerja di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar
3.204.653 orang, di mana sejumlah 3.141.623 orang diantaranya bekerja, sedangkan
63.030 orang merupakan pencari kerja. Dari hasil SP 2010, Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK) di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 57,83 persen, di mana TPAK laki-laki
lebih tinggi daripada TPAK perempuan, yaitu masing-masing sebesar 78,03 persen dan
39,49 persen. Sementara itu, bila dibandingkan menurut perbedaan wilayah, TPAK di
perkotaan lebih rendah daripada perdesaan, masing-masing sebesar 50,23 persen dan
62,37 persen. Tiga kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan dengan TPAK tertinggi
berturut-turut adalah Kabupaten Jeneponto (74,00), Kabupaten Luwu Utara (69,62), dan
Kabupaten Bantaeng (68,75). Dengan jumlah pencari kerja sejumlah 63 030 orang,
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di provinsi ini mencapai 1,97 persen. Pada tahun
2011, terdapat 64 persen penduduk usia kerja yang terlibat secara produktif dalam
memproduksi barang dan jasa. Sedangkan pengangguran terbuka mengalami penurunan
yakni; tahun 2010 (299 jiwa) menurun menjadi 237 pada tahun 2011.

4. Penduduk
Jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Selatan sebanyak 8,1 juta jiwa (BPS, Juni 2011),
yang terdiri dari 3,96 juta laki-laki dan 4,15 juta jiwa perempuan. Tingkat kepadatan
penduduk provinsi Sulawesi Selatan 177 Jiwa/km dengan laju pertumbuhan penduduk
1,31% pertahun.

5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB merupakan salah satu pencerminan kemajuan ekonomi suatu daerah, yang
didefinisikan sebagai suatu keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan
dalam waktu satu tahun di wilayah tersebut, adapun PDRB Sulawesi Selatan dari sektor
kehutanan atas dasar harga berlaku tahun 2011 yaitu sebesar 138,05. (W^

6. Budaya dan Nilai
Banyak etnis dan bahasa daerah digunakan masyarakat Sulawesi Selatan, namun etnis
paling dominan sekaligus bahasa paling umum digunakan adalah Makassar, Bugis dan
Toraja. Salah satu kebudayaan yang terkenal hingga ke mancanegara adalah budaya dan
549
Sedangkan lagu Bugis adalah Indo Logo, dan Bulu Alaina Tempe dan untuk Tana Toraja
adalah lagu Tondo.

Dalam adat orang makassar kalimat ^ senantiasa melekat dalam diri setiap
individu. Dari segi definisinya Siri' artinya Rasa Malu. Sehingga dapat jelaskan bahwa siri'
itu merupakan rasa malu yang keluar dari diri seseorang ketika ia tidak bisa memberi
manfaat buat orang banyak.
Definisi W artinya pedih, sakit hati, rasa ingin memiliki. Sehingga pacce dapat di
definisikan sebagai sifat empati terhadap diri sendiri maupun orang lain. Sifat pacce ini
memiliki 3 nilai dasar yaitu :
^ artinya sifat salaing menegur, tolong menolong, memberi dalam hal
kebaikan.
^ artinya saling mengingatkan, saling menasehati antara satu dengan yang
lain.
^ artinya mengormati dan menghargai seseorang.





Rumah adat Balla Lompoa



550
II. ASPEK KAWASAN

A. Hutan Negara
1. Luas Kawasan Hutan
Luas Kawasan hutan di Provinsi Sulawesi Selatan sesuai SK Menhut No. 434/Menhut-
II/2009 tanggal 23 Juli 2009 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan
Provinsi Sulawesi Selatan adalah seluas 2.725.796 ha, sedangkan luas daratan
kawasan hutannya mencapai 2.118.992 ha. Kawasan hutan tersebut meliputi :

1. Hutan Konservasi seluas 851.267 ha
2. Hutan Lindung seluas 1.232.683 ha
3. Hutan Produksi Terbatas seluas 494.846 ha
4. Hutan Produksi Tetap seluas 124.024 ha
5. Hutan Produksi yang dapat dikonversi 22.976 ha


Luas Kawasan Hutan (Daratan) di Provinsi Sulawesi Selatan

Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa 45.22% kawasan hutan (daratan) yang
ada di Provinsi Sulawesi Selatan merupakan Hutan Produksi Terbatas, 31.23% Hutan
Konservasi, 18.15% hutan produksi terbatas, 4.55% Hutan produksi tetap dan 0.84%
hutan produksi yang dapat dikonversi.

2. Luas Penutupan Lahan
Kondisi penutupan lahan di Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan hasil penafsiran
Citra Landsat 7 ETM+ Tahun 2009/2010 adalah sebagai berikut :

Tabel 265. Luas Penutupan Lahan Dalam dan Luar Kawasan Hutan Provinsi Sulawesi Selatan
Penutupan
Lahan
KAWASAN HUTAN
APL
TOTAL
HUTAN TETAP
HPK Jumlah
KSA-KPA HL HPT HP Jumlah %
A. Hutan 184,3 833,4 362,2 37,9 10,7 1.428,5 89,4 1.518,0 34,3
-Hutan Primer 100,8 372,6 149,2 1,9 5,0 629,5 11,2 640,8 14,5
-Hutan
Sekunder
82,9 458,5 206,5 34,6 5,7 788,2 74,9 863,1 19,5
-Hutan Tanaman 0,6 2,3 6,5 1, - 10,8 3,3 14,1 0,3
B. Non Hutan 60,2 399,3 132,7 86,1 12,3 690,5 2.219,8 2.910,3 65,7
C. Tidak ada data - - - - - - - - -
Total 244,5 1.232,7 494,8 124,0 23,0 2.119,0 2.309,3 4.428,3 100,0
Sumber : Statistik Kementerian Kehutanan Tahun 2011




Hutan
Konservasi
31,23%
Hutan
Lindung
45,22%
Hutan
Produksi
Terbatas
18,15%
Hutan
Produksi
Tetap
4,55%
Hutan
Produksi
konversi
0.84%
551
3. Posisi kawasan hutan dalam DAS
Pembagian wilayah hutan berdasarkan DAS Makro maka Provinsi Sulawesi Selatan
terbagi ke dalam 3 (tiga) Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS Jeneberang, Bila
Walanae dan DAS Saddang.

4. Penggunaan dan tukar menukar kawasan hutan
Penggunaan dan tukar menukar kawasan hutan untuk penggunaan non kehutanan
melalui pinjam pakai kawasan hutan dengan kompensasi, seluas 38,51 ha kemudian
pinjam pakai pada hutan produksi terbatas seluas 227.440,50 ha pada kawasan
hutan produksi yg dapat dikonversi 215.800 ha. Penggunaan kawasan untuk usaha
budidaya perkebunan seluas 5.246 ha.



Sungai Jeneberang




Sungai Walanae

552
III. ASPEK SUMBERDAYA HUTAN

A. Potensi kayu atau non kayu

Potensi kayu yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan selain yang endemik yaitu jenis Jati
(d ) dan Mahoni (^ D), serta Pinus (W ) terdapat
pula potensi kayu Trembesi dan Uru, adapun potensi non kayu berupa bakau, getah pinus
dan yang sementara dalam pengembangan adalah resin yang dihasilkan dari damar.

B. Produksi kayu atau non kayu
1. Produksi Kayu
Produksi kayu bulat di Provinsi Sulawesi Selatan berasal dari Izin Usaha Pemanfaatan
Kayu (IUPHHK) Hutan Alam, Izin Usaha Pemanfaatan Kayu (IUPHHK) Hutan Tanaman,
Izin lainnya yang sah (IPK/ILS), Hutan Rakyat dan kayu perkebunan. Total produksi kayu
bulat pada tahun 2011 mencapai 347.208,73 m3. Produksi kayu bulat terbanyak berasal
dari IUPHHK-HA yaitu sebanyak 168.706,70 m3, kemudian dari hutan rakyat sebanyak
114.981,09m3, sari izin lainnya yang sah sebanyak 56.241,07m3, kayu perkebunan
sebanyak 4.685,87m3, dan IUPHHK-HT sebanyak 2.594m3.

2. Produksi Kayu Olahan
Produksi kayu olahan yang berasal dari IPHHK kapasitas diatas 6.000m3/tahun di
Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2011 berupa plywood&LVL mencapai
179.866,94m3, veneer sebesar 32.466m3, kayu gergajian mencapai 2.423,63 m3.

3. Produksi Non Kayu
Hasil lainnya yaitu rotan sebesar 483,65 ton, getah pinus 1.381,57 kg dan damar 542,83
ton. Melalui pengembangan aneka usaha kehutanan yang diperolah dari persuteraan
alam, produksi kokon sebesar 90,77 ton.

C. Flora dan fauna
Sulawesi Selatan yang terletak pada wallacean region yang merupakan zona transisi antara
benua Asia dan Australia. Tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dengan komposisi
266 jenis flora dan 200 jenis fauna sedangkan yang bersifat flora endemik misalnya, wanga,
leda dan beberapa jenis anggrek, dan bersifat fauna endemik misalnya anoa, babi rusa,
musang coklat Sulawesi dan kera hitam.


Pohon Lontar, flora identitas
Sulawesi Selatan

Burung Rangkong, fauna identitas Sulawesi
Selatan
553
D. Jasa lingkungan
Jasa lingkungan, meliputi jenis jasa lingkungan yang dikembangkan (jasa penyedia air, jasa
penyedia keanekaragaman hayati, jasa penyedia bentang alam/ekowisata) yaitu TN
Bantimurung Bulusaraung, TN TakaBonerate, TWA Malino, TWA Lejja, Tahura Abd. Latif.

Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung
Secara administrasi
pemerintahan, kawasan
Taman Nasional
Bantimurung Bulusaraung
terletak di wilayah
Kabupaten Maros dan
Kabupaten Pangkajene
Kepulauan (Pangkep),
Provinsi Sulawesi Selatan.
TN. Babul membentang
seluas 4.375 Km dan
dibagi dalam 3 kelompok,
pertama untuk kawasan suaka alam yang dilindungi karena meiliki keunikan flora
dan fauna yang khas seluas lebih dari 1000 km, kedua sebagai hutan lindung
karena memiliki fungsi vital sebagai areal reasapan air dan meningkatkan kesuburan
tanah dengan luas lebih dari 2.100 km, ketiga diperuntukkan sebagai kasawan
taman wisata alam seluas lebih dari 160 km, dan sisanya berfungsi sebagai hutan
produksi.

Taman Nasional Taka Bonerate
Taman Nasional Taka Bonerate merupakan kawasan terumbu karang atoll seluas
220.000 Ha. Kawasan ini diidentifikasi sebagai atoll terluas di Asia Tenggara, dan
ketiga terluas didunia setelah atoll Kwajifein di Kepulauan Marshall dan atoll
Suvadiva di Maldives. Sebagai kawasan terumbu karang atoll terluas di Indonesia
dengan tingkat biodiversitas yang sangat tinggi, dan habitat bagi berbagai biota laut
yang langka dan dilindungi, Taka Bonerate menjadi tujuan wisata alam yang sangat
menarik untuk dikunjungi.

Taman Wisata Alam Malino
Secara administratif kawasan
ini berada di Desa Malino, Kec.
Tinggimoncong Kab. Gowa,
Desa Bulutana, Kec.
Tinggimoncong Kab. Gowa dan
Desa Gantarang, Kec.
Tinggimoncong Kab. Gowa.
Nilai Keunikan dari kawasan
TWA Malino adalah kawasan
ini merupakan daerah
tangkapan air bagi Sungai
Jeneberang dan memiliki hawa
udara yang sejuk terutama di
lokasi hutan pinus yang merupakan daerah dataran tinggi. Kawasan ini masih
berstatus Penunjukkan berdasarkan SK. Menhut No. 420/Kpts-II/1991 tanggal
9/14/19 Juli 1991 seluas 3.500 ha.
554
E. Lahan kritis
Berdasarkan hasil inventarisasi pada tahun 2007, luas lahan kritis di Provinsi Sulawesi
Selatan sebesar 549.118 ha dengan kategori kritis 223.806 ha dan kategori sangat kritis
sebesar 325.312 ha. pada tahun 2011, luas hana kritis tersebut mengalami peningkatan
menjadi 920.452 ha dengan kategori kritis mencapai 810.504 ha dan sangat kritis 109.948
ha. Salah satu upaya untuk menghijaukan lahan kritis tersebut dilakukan kegiatan
rehabilitasi lahan di dalam dan diluar kawasan hutan. Sejak tahun 2003 s.d. 2008 kawasan
yang telah direhabilitasi seluas 132.554 ha, dimana seluas 69.925 ha berada dalam
kawasan dan seluas 62.629 ha diluar kawasan hutan. Melalui kegiatan penanaman satu
miliar pohon, pada tahun 2010 telah tertanam sebanyak 47.694.912 batang dan pada
tahun 2011 tertanam 74.113.780 batang.



TN. Takabonerate



Tahura Abdul Latief



555
IV. ASPEK KELEMBAGAAN

A. Model pengelolaan
Pengelolaan hutan di Sulawesi Selatan dilakukan dengan pengembangan Hutan Tanaman
Rakyat (HTR), Hutan Kemasyarakatan (HKm) dan Hutan Desa. Untuk Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu baik pada hutan alam maupun hutan tanaman tidak ada.

1. Hutan Tanaman Rakyat (HTR)
Areal pencadangan Hutan Tanaman Rakyat di provinsi Sulawesi Selatan seluas 40.535
ha, terletak di 11 (sebelas) kabupaten. Secara rinci seperti dibawah ini :

Tabel 266. Daftar Areal Pencadangan HTR Provinsi Sulawesi Selatan


2. Hutan Kemasyarakatan (HKm)
Areal pencadangan Hutan Kemasyarakatan di provinsi Sulawesi Selatan seluas 8.930
ha, terletak di 5 (lima) kabupaten. Secara rinci seperti dibawah ini :

Tabel 267. Daftar Areal Pencadangan HKm Provinsi Sulawesi Selatan


3. Hutan Desa
Areal pencadangan Hutan Desa di provinsi Sulawesi Selatan seluas 704 ha, terletak di
kabupaten Bantaeng. Secara rinci seperti dibawah ini :

Tabel 268. Daftar Areal Pencadangan Hutan Desa di Provinsi Sulawesi Selatan



556
B. Sumber Daya Manusia (SDM)

Tabel 269. SDM Pengelola Kawasan Hutan Lingkup Provinsi Sulawesi Selatan
No Instansi
Jumlah SDM Menurut Golongan
Jumlah
IV III II I
L P L P L P L P L P Tot
1 BPPHP Wil. XV Makassar 1 28 9 8 4 36 14 50
2
BPDAS Jeneberang
Walanae
2 1 43 13 10 5 55 19 74
3 BPDAS Saddang 19 11 4 4 23 15 38
4 Balai Persuteraan Alam 1 31 12 24 3 1 57 15 72
5 BPTH Sulawesi 3 23 15 4 4 30 19 49
6
Balai Besar KSDA Sulawesi
Selatan
3 2 111 28 46 9 160 39 199
7 Balai TN Taka Bone Rate 2 28 6 26 3 1 57 9 66
8
Balai TN Bantimurung
Bulusaraung
1 33 6 17 6 51 12 63
9 BPKH Wil. VII Makassar 1 38 18 11 4 50 22 72
10
Balai Penelitian
Kehutanan Makassar
4 4 42 17 21 2 67 23 90
11
Balai Diklat. Kehutanan
Makassar
15 2 25 8 18 6 58 16 74
12 SMK Kehutanan Makassar 1 1 16 9 5 6 1 22 17 39
13 Dishut Prov. Sul-Sel 10 3 82 48 28 17 3 1 123 69 192
Sumber : Statistik Kemenhut 2012 (diolah)


C. Prospek pengelolaan hutan
Telah ditetapkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.798/Menhut-II/2009 tanggal
7 Desember 2012 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung
(KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Provinsi Sulawesi Selatan seluas
1.814.490 ha, keseluruhan ada 10 (sepuluh) unit KPH yang terdiri dari 7 (tujuh) unit
KPHL dan 3 (tiga) unit KPHP. Selanjutnya juga telah ditetapkan juga ditetapkan 2 unit KPH
Model yaitu KPHL Model Larona Malili (Unit I) dan KPHP Model Jeneberang (Unit IX),
secara rinci sebagai berikut :

1. KPHL Model Larona Malili (Unit I)
Ditetapkan melalui SK Nomor : 722/Menhut-II/2011 dengan luas 241.992 ha. Tidak
ada izin IUPHHK-HTI, RE, pencadangan HTR, penetapan HKM dan HD. Luas kawasan
hutan yang belum dibebani izin pemanfaatan di KPHL Model Larona Malili (Unit I) :
241.893,90 ha. Areal yang sudah dibebani izin pemanfaatan pada KPHL Model La
Rona Malili yaitu PT Tiar Bungin Elok pada kawasan Hutan Alam seluas 98 ha melalui
SK Menhut No.412/Menhut-II/2006 tanggal 28 Juli 2006.


2. KPHP Model Jeneberang (Unit IX)
Ditetapkan melalui SK Nomor : 715/Menhut-II/2011 dengan luas 160.854 ha. Tidak
ada izin IUPHHK-HA dan RE. Luas kawasan hutan yang belum dibebani izin
pemanfaatan di KPHP Model Jeneberang (Unit IX) : 136.160 ha.
557
Tabel 270. Areal yang sudah dibebani izin pemanfaatan pada KPHP Model Jeneberang
No Nama Jenis No SK Tanggal SK Luas (ha)
1 Bulukumba HKM 363 /Menhut-II/2011 07/07/11 1.705,94
2 Campaga HD 55/Menhut-II/2010 21/01/10 22,94
3 Jeneponto HKM 59/Menhut-II/2010 21/01/10 895,34
4 Labbo HD 57/Menhut-II/2010 21/01/10 344,07
5 Pattaneteang HD 56/Menhut-II/2010 21/01/10 341,72
6
PT.INHUTANI I GOWA
MAROS
HTI 87/Kpts-V/1990 01/04/90 19.491,40
7 Takalar HTR 269/Menhut-VI/2008 08/08/08 1.892,75
Jumlah 24.694,16



D. Daftar UPT, LSM dan lembaga terkait di Provinsi
1. Dinas Provinsi dan Kabupaten /Kota
No Dinas Alamat
1 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi
Selatan
Jl. Bajiminasa No. 14 Makassar
Tlp : (0411) 873181, 854638
Fax : (0411) 873182
2 Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Bulukumba
Jl. Sultan Hassanuddin No. 43 Kab. Bulukumba
Tlp/Fax : (0413) 83097
3 Dinas Kehutanan Kabupaten Enrekang Jl. Sudirman No. 22 Enrekan - 91711
Tlp/Fax : (0420) 21719
4 Dinas Kehutanan Kabupaten Gowa Jl. Beringin No. 3 Sungguminasa - 92111
Tlp/Fax : (0411) 868261
5 Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Luwu
Komplek Perkantoran Pemkab Luwu
Jl. Jend. Sudirman - Belopa
Tlp/Fax : (0471) 3314513
6 Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Luwu Utara
Kantor Gab. Dinas Lt.1
Jl. Simpurusiang No.27 Masamba, Luwu Utara
Tlp/Fax : (0473) 21536
7 Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Majene
Jl. Jenderal Gatot Subroto No. 56
Tlp/Fax : (0422) 21657
8 Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Pinrang
Jl. Gatot Subroto No. 2 Pinrang
Tlp/Fax : (0421) 921071
9 Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Sinjai
Jl. Jl. Jend. Sudirman No. 21, Sinjai
Tlp : (0482) 21226
10 Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Soppeng
Jl. Salotungo Watan Soppeng
Tlp : (0484) 21421, 21842
11 Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Tana Toraja
Jl. Ichwan No. Makale Tana Toraja
Tlp : (0423)26450
Fax : (0423) 26448
12 Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Wajo
Jl. Veteran No. 33 Sengkang, Wajo
Tlp : (0485) 21852
13 Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Bantaeng
Jl. Andi Mannappiang
Tlp/Fax : (0413) 213373
14 Dinas Kehutanan dan Perkebunan
K b t J t
Jl. Abd. Djalil Sikki No. 9 Balang Toa Binamu,
J t 92315
558
16 Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Kep. Selayar
Jl. DR. Sam Ratulangi No. 26 Benteng
Tlp : (0414) 21058
17 Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Sindrap
Jl. Jend. Sudirman No. 115 Pangkajene, Sindrap
Tlp : (0421) 90390
18 Dinas Kehutanan Kabupaten Barru Jl. Sultan Hasanuddin No. 95 Barru
Tlp/Fax : (0427) 21564
19 Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Pangkep
Jl. Sultan Hasanuddin No. 7 Pangkajene
Tlp : (0410) 21200 Ext.144
Fax : (0410) 21004

2. UPT Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan
No Nama UPT Alamat
1.

Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 13,7 Makassar
90242
Tlp : (0411) 590371
Fax : (0411) 590370
2. Balai Taman Nasional Taka Bonerate,
Sulawesi Selatan
Jl. S. Parman No. 40 Benteng Selayar - 92812
Tlp/Fax : (0414) 21565
3. Balai Taman Nasional Bantimurung
Bulusaraung, Sulawesi Selatan
Jl. Poros Maros Bone Km,12 PO Box.4747,
Makassar - 90224
Tlp : (0411) 3880252, 3881699
Fax : (0411) 3880139
4. Balai Pengelolaan DAS Jeneberang Walanae,
Makassar
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.16,5 Makassar
90125
Tlp/Fax : (0411) 554167
5. Balai Pengelolaan DAS Saddang, Sulawesi
Selatan
Jl. Pongtiku No. 155 Makale Tana Toraja,
Sulawesi Selatan 91811
Tlp : (0432) 22112
Fax : (0432) 24050
6. Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH)
Wilayah Sulawesi
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 17 Sudiang,
Makassar
Tlp : (0411) 550076
Fax : (0411) 554501
7. Balai Persuteraan Alam (BPA) Makassar Jl. Poros Malino Km. 30 Desa Bili-bili Kec.
Bontomatannu Kab. Gowa
Tlp : (0411) 5069240
Fax : (0411) 2516219
8. Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan
Produksi (BPPHP) Wilayah XV Makassar
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 9 makassar
90245
Tlp : (0411) 4773044
Fax : (0411) 586044
9. Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH)
Wilayah VII Makassar
Jl. Racing Centre I Kotak Pos 1009, Panaikang,
Makassar
Tlp : (0411) 441233
Fax : (0411) 436059
10. Balai Penelitian Kehutanan Makassar Jl. Perintis Kemerdekaan Km.16,5 Makassar
90243
Tlp : (0411) 554049
Fax : (0411) 554058
11. Balai Diklat Kehutanan Makassar Jl.Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Makassar
Tlp : (0411) 554875
Fax : (0411) 554535
12. SMK Kehutanan Makassar Jl.Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Makassar
Tlp : (0411) 554447
Fax : (0411) 555173

3. LSM
559
V. POTENSI UNGGULAN PROVINSI

Sulawesi Selatan sampai saat ini masih merupakan daerah penghasil sutera alam,
khususnya di kabupaten Wajo. Kegiatan pengembangan persuteraan di Kabupaten Wajo
dapat ditemui disemua Kecamatan yang ada. Sampai saat ini, kabupaten Wajo masih
menjadi daerah sentra pengembangan sutera alam di Sulsel, diikuti Soppeng, Sidrap dan
Enrekang.
Kegiatan pengembangan persuteraan baik
Industri Hulu yang meliputi persuteraan alam
dengan penanaman tanaman Murbey,
Pemeliharaan Ulat Sutera ( ), dan
produksi kokon serta Industri Hilir yang
meliputi pemintalan benang sutera dan
pertenunan kain sutera.
Perkembangan kegiatan sampai sekarang ini
adalah kegiatan Hilir lebih menarik minat
para pemodal karena resiko kecil dan
mendapatkan keuntungan lebih besar namun
lambat laun disadari juga terjadi ketergantungan bahan baku dari luar setelah pasokan
tidak lancar yang menyebabkan kekurangan benang sehingga alat industeri pertenunan
menganggur.
Bertitik tolak dari sini para pihak mulai
membina petani budidaya murbei untuk
pakan ulat namun pada umumnya terjadi
kegagalan panen akibat bibit telur. Dari
kegagalan demi kegagalan panen kokon
ditarik suatu kesimpulan bahwa bibit telur
ulat dari luar tidak bisa menjamin
keberhasilan akibat transportasi dan
penyimpanan.
Berdasar kondisi-kondisi di atas maka
Pemerintah Kabupaten Wajo mengambil
suatu kebijakan yaitu Reformasi Persuteraan
Alam Kab. Wajo. dengan terlebih dahlu
berkonsultasi dengan pihak yang berwenang yaitu Balai Persuteraan Alam Sulawesi
Selatan. Kebijakan ini berfokus pada penanganan bibit ulat telur oleh Pemerintah
Kabupaten Wajo sebelum didistribusikan kepada Petani pemelihara ulat sutera.



Ulat Sutera ( )

Budidaya murbei
560
VI. FOTO-FOTO PENDUKUNG

Dokumentasi Launching Proses Penaburan Benih Tanaman Hutan dari Udara (Aerial
Seeding) untuk mendukung kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan














Penyerahan Benih tanaman hutan yang siap ditabur dari atas helikopter dan diterima
langsung oleh Bapak Gubernur Sulsel

Você também pode gostar