Cidera otak merupakan kerusakan atau degenerasi sel otak yang disebabkan oleh berbagai faktor
internal dan eksternal (http://en.wikipedia.org/wiki/Brain_injury). Traumatic Brain Injury (TBI)
bukan merupakan gangguan tunggal, terpadu dengan gejala yang jelas dan konsisten tapi suatu sindrom multi-dimensi yang menyebabkan suatu kognitif, fisik, emosi, sosial, dan fungsi tingkah laku yang luas. Cidera otak (BI) berdampak pada tiap individu secara unik, dengan konsekuensi yang bergantung kepada banyak faktor seperti kekerasan (severitas) dan tempat terjadinya cidera, umur, riwayat cidera otak sebelumnya, penggunaan senyawa, dan kemampuan serta fungsi sebelumnya (National Association of State Head Injury Administrators, 2006).
Berdasarkan etiologinya, cidera otak dikelompokkan menjadi 2, sebagai berikut (SIGN, 2009): 1. Traumatic Brain Injury, merupakan suatu cidera pada kepala yang muncul dari 1) trauma benda tumpul atau benda keras, seperti terjatuh atau luka tembakan, atau 2) insiden yang berkaitan dengan percepatan-penurunan kecepatan, seperti kecelakaan berkendara atau sindrom shaken baby. 2. Non-Traumatic Brain Injury, merupakan suatu hasil dari kondisi medik, yang meliputi gangguan cerebrovascular (semisal stroke), penyakit neurologis (misal, multiple scelerosis), tumor otak, dan reaksi senyawa kimia atau obat. Kehilangan oksigen pada otak (misal, anoxia) dapat terjadi pada sub tipe ini.
Patofisiologi cidera otak Mekanisme fisik brain injury diklasifikasikan berdasarkan kategori berikut (SIGN, 2009): 1. Impact loading Tabrakan kepala dengan objek solid pada kecepatan yang nyata (terukur) 2. Impulsive loading gerakan tiba-tiba tanpa kontak fisik yang signifikan 3. Static or quasistatic loading Loading dimana pengaruh kecepatan yang terjadi tidak terlalu signifikan
Skema terjadinya cidera otak yaitu sebagai berikut (Lynda Jual Carpenito, 2010 dalam http://mekejangabout-we.blogspot.com/2012/01/cedera-otak-ringan-cor.html) :
Komplikasi (cidera otak sekunder) merupakan kerusakan sela yang lebih jauh sebagai akibat dari cidera otak primer. Komplikasi ini dimediasi oleh mediator neurochemical berikut: Peningkatan tekanan intrakranial (ICP) Keparahan BI cenderung meningkat karena tingginya ICP, terutama jika tekanan melebihi 40 mmHg. Peningkatan tekanan juga dapat mengeyabkan hipoksia otak, iskemia otak, edema otak, hidrosefalus, dan herniasi otak. Benturan kepala Tengkoran bergerak Terjadi benturan Perubahan intra sel Kelemahan otak Iskemik pada jaringan otak Perubahan ekstra sel Peningkatan intra kranial Kesadaran menurun Pusing, mual, muntah Gangguan aktivitas Gangguan rasa nyaman nyeri kejang Gangguan keseimbangan cairan Edema otak Edema dapat disebabkan oleh pengaruh pemancar neurochemical dan peningkatan ICP. Gangguan penghalang penghalang darah-otak, dengan penurunan autoregulasi vasomotor yang menyebabkan dilatasi pembuluh otak juga berkontribusi. Hidrosefalus Jenis communicating of hydrocephalus lebih sering terjadi pada brain injury dibandingkan jenis non- communicating. Jenis communicatingsering diakibatkan kehadiran produk darah yang menyebabkan terhalangnya aliran Cerebral Spinal Fluid (CSF) dalam ruang sub-arachnoid dan penyerapan CSF melalui vili arachnoid. Jenis non-communicating seringkali disebabkan oleh penyumbatan gumpalan darah pada foramen interventriculare, ventrikel ketiga, cerebral aquaduct, atau ventrikel ke empat. Herniasi otak Herniasi supratentorial dapat disebabkan oleh tekanan mekanik langsung oleh suatu akumulasi massa atau meningkatnya tekanan intrakranial. Jenis herniasi supratentorial dibedakan sebagai berikut: o Subfalcine herniation Cingulate gyrus dari lobus frontal didorong di bawah cerebri falx ketika massa luka meluas menyebabkan pergeseral belahan medial ipsilateral. Jenis ini merupakan jenis herniasi yang paling umum. o Central transtentorial herniation Jenis cidera ini ditandai dengan perpindahan inti basal dan hemisfer otak ke bawah sedangkan diencephalon dan otak tengah yang berdekatan didorong melalui tentorial notch. o Uncal herniation - Jenis cidera ini melibatkan perpindahan medial tepi uncus dan medial gyrus hippokampus dan pada tepi ipsilateral dari foramen tentorium otak, menyebabkan kompresi otak tengah; saraf ketiga ipsilateral atau kontralateral dapat diregangkan atau dikompresi. o Cerebellar herniation Cidera ini ditandai oleh herniasi infratentorial dimana tonsil otak kecil didorong melalui foramen magnum dan memadatkan medula, yang menyebabkan bradycardia dan terhentinya pernafasan. http://emedicine.medscape.com/article/326510-overview#a30
Symptom Berdasarkan tingkat keparahannya, brain injury dibagi menjadi 3 tingkatan: 1. Cidera otak ringan adalah suatu trauma pada kepala yang menyebabkan kebingungan atau kehilangan kesadaran kurang dari 30 menit, Glaslow Coma Scale awal 13-15, dan amnesia pasca trauma berlangsung kurang dari 24 jam. 2. Cidera otak sedang merupakan suatu trauma pada kepala yang menyebabkan hilangnya kesadaran selama 30 menit hingga 24 jam, Glaslow Coma Scale awal 9-12, dan amnesia pasca trauma berlangsung setidaknya 24 jam hingga 7 hari. 3. Cidera otak berat adalah suatu trauma pada kepala yang menyebabkan hilangnya kesadaran lebih dari 24 jam, Glaslow Coma Scale awal 3-8, dan amnesia pasca trauma berlangsung lebih dari 7 hari.
Gejala brain injuri mungkin tidak terlihat hingga beberapa hari atau minggu pasca cidera atau mungkin terlewatkan karena korban terlihat baik-baik saja meskipun tindakan atau pun perasaan mereka berbeda. Berikut adalah tanda-tanda dan gejala umum traumatik brain injury (Centers for Disease Control and Prevention, 1999) : Sakit kepala atau nyeri leher yang tidak kunjung hilang; Kesulitan mengingat, berkonsentrasi, atau membut keputusan; Lamban dalam berpikir, berbicara, bertindak, atau membaca; Tersesat atau mudah bingung; Merasa kelelahan sepanjang waktu, tidak memiliki energi atau motivasi; Perubahan suasana hati (merasa sedih atau marah tanpa alasan); Perubahan pola tidur (tidur lebih lama atau susah tidur); Kepala terasa ringan, pusing, atau kehilangan keseimbangan; Muncul dorongan untuk muntah (mual); Peningkatan sensitivitas terhadap cahaya, suara, atau gangguan; Pengelihatan kurang jelas atau mata mudah lelah; Kehilangan sensasi penciuman dan rasa ; Telinga berdenging. Centers for Disease Control and Prevention. 1999.http://www.brainline.org/content/2008/07/signs- and-symptoms.html
Komplikasi Cidera Otak Perubahan Kesadaran (Altered Consciousness) TBI yang parah dapat menyebabkan lama perubahan atau pergantian kesadaran seseorang yang meliputi: Coma. Seseorang yang koma tidak sadarkan diri, tidak menyadari apa-apa dan tidak dapat menanggapi rangsangan apapun. Hal ini disebabkan oleh kerusakan yang luas pada bagian otak. Setelah beberapa hari atau minggu, seseorang dapat sadar dari koma atau memasuki fase vegetatif. Vegetatif State. Kerusakan yang luas pada otak dapat mengakibatkan pada keadaan vegetatif. Meskipun orang tersebut tidak menyadari keadaan disekelilingnya, dia dapat membuka matanya, bersuara, menanggapi refleks, atau bergerak. Minimally conscious state. Fase kesadaran minimal merupakan suatu kondisi kesadaran yang berubah-ubah tapi dengan beberapa bukti kesadaran diri atau kesadaran lingkungan. Hal ini seingkali merupakan konsidi transisi dari suatu keadaan koma atau fase vegetatif menuju kondisi pemulihat yang lebih baik. Lcked-in Syndrome. Seseorang berada dalam fase terkunci menyadari lingkungan sekelilingnya dan terjaga, akan tetapi ia tidak mampu berbicara atau bergerak. Kejang (Seizures) Beberapa penderita cidera otak traumatis akan mengalami kejang dalam mingu pertamanya. Beberapa luka serius dapat berakibat kejang berulang yang disebut post-traumatic epilepsy. Terbentuknya Cairan (Fluid Buildup) Cairan cerebrospinal dapat terbentuk pada ruang di otak (ventrikel otak) dari beberapa orang yang mengalami cidera kepala traumatis, yang menyebabkan pembengkakan dan peningkanan tekanan di otak. Infeksi (Infection) Patah tulang tengkorak atau luka penetrasi dapat merobek lapisan jaringan pelindung (meninges) yang mengelilingi otak. Ini memungkinkan bakteri masuk ke otak dan menyebabkan infeksi. Infeksi meninges dapat menyebar keseluruh sistem saraf jika tidak diobati. Kerusakan Pembuluh Darah (Blood Vessel Damage) Beberapa pembuluh darah besar dan kecil pada otak dapat mengalami kerusakan pada kasus cidera otak traumatis. Kerusakan ini dapat menyebabkan stroke, pembekuan darah atai masalah lainnya. Kerusakan Saraf (Nerve Damage) Cidera pada dasar tengkorak dapat merusak saraf yang timbul langsung dari otak (saraf kranial). Kerusakan pada saraf kranial dapat menyebabkan kelumpuhan otot wajah, kerusakan pada saraf yang bertanggung jawab terhadap pergerakan mata, yang dapat menyebabkan pengelihatan ganda, kerusakan pada saraf yang memberikan sensasi pada penciuman, hilang pengelihatan, hilang sensai wajah, dan masalah sewaktu menelan. Masalah Kognitif (Cognitive Problems) Kebanyakan orang yang mengalami cidera kepala signifikan akan mengalami perubahan pada kemapuan berpikir (kognitif) mereka. Cidera kepala traumatis dapat menyebabkan masalah pada banyak keahlian, termasuk mengingat, belajar, mempertimbangkan, menyelesaikan masalah, kecepatan proses mental, perhatian atau konsentrasi, multitasking, mengorganissi, membuat keputusan, dan memulai atau menyelesaikan pekerjaan. Masalah Komunikasi (Communication Problems) Masalah bahasa dan komunikasi merupakan masalah umum yang mengikuti cidera otak traumatis. Masalah ini dapat menyebabkan frustasi, konflik dan kesalahpahaman bagi penderitanya,termasuk anggota keluarganya, teman dan provider kesehatan. Perubahan Perilaku (Behavioral Changes) Orang yang memiliki pengalaman cidera otak sering mengalami perubahan perilaku. Hal ini meliputi kesulitan dalam pengendalian diri, kurangnya kesadaran atas kemampuan, berperilaku membahayakan, citra diri tidak akurat, kesulitasn dalam situasi sosial, dan kesulitan fisik dan verbal. Perubahan Emosi (Emotional Change) Perubahan emosional dapat berupa depresi, gelisah, perubahan suasana hati, mudah marah, kurang empati terhadap orang lain, kemarahan, insomnia, dan perubahan harga diri. Masalah Sensoris (Sensory Problems) Masalah yang melibatkan indera meliputi telinga berdengung, kesulitan mengenali benda, gangguan koordinasi mata, titik buta (blind spot) atau pengelihatan ganda, rasa pahit atau bau, kulit kesemtan, sakit, atau gatal, dan masalah dengan keseimbangan atau pusing. Penyakit Otak Degeneratif (Degenerative Brain Disease) Cidera otak traumatik dapat meningkatkan risiko penyakit yang mengakibatkan degenerasi bertahap sel otak dan kehilangan fungsi otak secara bertahap. Hal ini meliputi a) alzheimer, menyebabkan hilangnya progresi otak dan kemampuan berpikir lainnya, b) parkinson, kondisi progresif yang menyebabkan masalah gerakan, seperti tremor, kekakuan, dan pergerakan lambat, c) Dementia puglistica, yang menyebabkan gejala demensia dan masalah pergerakan.
Daftar Pustaka http://en.wikipedia.org/wiki/Brain_injury http://emedicine.medscape.com/article/326510-overview#a30 Centers for Disease Control and Prevention. 1999. http://www.brainline.org/content/2008/07/ signs-and-symptoms.html Scottish Intercollegiate Gudelines Network. 2009. Early Management of Patient with a Head Injury. SIGN, Edinburgh. http://mekejangabout-we.blogspot.com/2012/01/cedera-otak-ringan-cor.html