1.1 Dalam persyaratan ini bertindak sebagai pemberi tugas ialah Pejabat Pembuat Komitmen sebagai Pemilik Pekerjaan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang dan jasa yang diangkat oleh Kuasa Pengguna Anggaran dalam hal ini adalah Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkayang. 1.2 Pengawas lapangan ialah petugas-petugas yang ditunjuk oleh Pejabat Pembuat Komitmen melalui Surat Keputusan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkayang yang bertindak untuk dan atas nama Pejabat Pembuat Komitmen. 1.3 Pemborong / Penyedia Jasa Ialah Perusahaan atau Badan Usaha Berbadan Hukum yang diserahi tugas untuk melaksanakan pembangunan Proyek atas dasar pelelangan/ penunjukan dengan syarat-syarat sebagaimana tercantum dalam persyaratan ini.
Pasal 02 : PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
2.1 Kontraktor Wajib meneliti semua gambar dan rencana kerja dan syarat-syarat (RSK) termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan ( Aanwijzing )
2.2 Bila Gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat- syarat ( RSK ), maka yang mengikat / berlaku adalah ketentuan yang ada dalam RKS. Bila suatu gambar yang tidak cocok dengan gambar yang lain, maka gambar yang mempunyai skala besar yang berlaku.
2.3 Bila perbedaan-perbedaan tersebut menimbulkan keragu-raguan sehingga dalam pelaksanaan menimbulkan kesalahan maka kontraktor wajib menanyakan kepada Konsultan Pengawas / Direksi dan Kontraktor wajib mengikuti keputusannya.
CV.RUKUN | [SPESIFIKASI TEKNIS]
2
PASAL 03 : JADWAL PELAKSANAAN
3.1 Sebelum memulai pekerjaan yang nyata dilapangan pekerjaan , Kontraktor wajib membuat rencana pekerjaan pelaksanaan dan bagian-bagian berupa Bart- Chart dan Curva S yang telah mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas / Direksi Teknis.
3.2 Kontraktor wajib memberikan salinan rencana kerja rangkap 4 ( Empat ) kepada Direksi Teknis / Konsulatan Pengawas . Satu salinan dilapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan pekerjaan ( prestasi kerja ) dilapangan.
3.3 Konsultan Pengawas/Direksi Teknis akan menilai prestasi pekerjaan kontraktor berdasarkan rencana kerja tersebut.
3.4 Selambat-lambatnya 7 ( Tujuh ) hari setelah penandatanganan kontrak, penyedia jasa harus mengajukan penyesuaian pelaksanaan pekerjaan kepada Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) untuk mendapat persetujuan jadwal dan rencana pelaksanaan pekerjaan.
PASAL 04 : TEMPAT TINGGAL ( DOMISILI) KONTRAKTOR
4.1 Untuk menjaga kemungkinan diperlukannya kerja diluar jam kerja ( Lembur ) apabila terjadi hal hal yang mendesak, kontraktor wajib memberitahukan secara tertulis kepada Pengelola Proyek dan Direksi Teknis / Konsultan Pengawas.
4.2 Alamat Kontraktor atau Pelaksana diharapkan tidak berpindah pindah selama pekerjaan , bila terjadi perubahan alamat Pelaksana/ kontraktor wajib memberitahukan secara tertulis.
PASAL 05 : PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN / PEKERJAAN
5.1 Kontraktor wajib menjaga keamanan dilapangan terhadap barang barang milik proyek , Direksi/ Konsulatan Pengawas dan dan milik pihak ketiga yang ada dilapangan.
CV.RUKUN | [SPESIFIKASI TEKNIS]
3
5.2 Apabila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah dipasang atau belum , menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambahan.
5.3 Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya baik yang berupa barang barang maupun keselamatan jiwa. Untuk itu kontraktor wajib menyediakan alat alat pemadam kebakaran yang siap dipakai, yang ditempatkan pada tempat yang mudah dijangkau.
5.4 Penyedia jasa harus membuat dan memelihara bangunan berupa lampu isyarat/ tanda bahaya atau rintangan yang cukup dan sesuai,serta mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk keamanan dan keselamatan umum.
PASAL 06 : SITUASI DAN UKURAN
6.1 SITUASI
a. Kontraktor wajib meneliti situasi lapangan, terutama keadaan tanah, sifat panjang dan lebar / luas pekerjaan dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi harga penawarannya.
b. Kelalaian atau kurang telitian kontraktor dalam hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk mengajukan tuntutan.
6.2 UKURAN
a. Ukuran satuan yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam CM , kecuali ukuran ukuran untuk baja yang diinyatakan dalam inchi atau mm.
b. Ketebalan atau ketinggian bangunan ( Tanah Timbunan ) adalah sesuai dengan gambar kerja, atau detentukan kemudian oleh Pengelola Teknis dan Direksi atas persetujuan kontraktor.
PASAL 07 : SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN BAHAN
CV.RUKUN | [SPESIFIKASI TEKNIS]
4
7.1 Semua Bahan bahan / material yang didatangkan atau yang digunakan harus memenuhi syarat - syarat yang telah ditentukan.
7.2 Pengawas berwenang menanyakan asal bahan / material, dan kontraktor wajib memberitahukan.
7.3 Kontraktor wajib memperlihatkan contoh bahan sebelum digunakan. Contoh contoh ini harus mendapatkan persetujuan dari Pengawas.
7.4 Bahan / material yang telah didatangkan kontraktor dilapangan pekerjaan. Tetapi ditolak pemakaiannya oleh Pengawas, harus dikeluarkan dan selanjutnya dibongkar atas biaya kontraktor dalam waktu 2 x 24 jam, terhitung dari jam penolakannya.
7.5 Pekerja atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan tetapi ditolak oleh Pengawas, maka pekerjaan tersebut harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya kontraktor dalam waktu yang telah ditetapkan oleh konsultan Pengawas / Direksi.
CV.RUKUN | [SPESIFIKASI TEKNIS]
5
PASAL 08 : PEMERIKSAAN PEKERJAAN
8.1 Sebelum memulai pekerjaan lanjutannya yang apabila pekerjaan ini telah selesai, akan tetapi belum diperiksa oleh pengawas, Kontraktor wajib meminta persetujuan kepada pengawas. Baru apabila pengawas telah menyetujui bagian pekerjaan tersebut, kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya.
8.2 Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam ( dihitung dari terima Surat Permohonan Pemeriksaan, tidak dihitung hari raya / libur) tidak dipenuhi oleh pengawas, kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa, dianggap telah setuju.
8.3 Bila Kontraktor melanggar ayat 1 pasal ini, pengawas berhak menyuruh membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki. Biaya pembongkaran dan pemasangan kembali menjadi tanggung jawab Kontraktor.
PASAL 09 : PEKERJAAN TAMBAH KURANG
9.1 Tugas mengerjakan pekerjaan tambah / kurang diberitahukan secara tertulis dalam buku harian oleh Pengawas serta persetujuan Pemberi Tugas.
9.2 Pekerjaan tambah / kurang hanya berlaku bila memang nyata nyata ada perintah tertulis dari Pengawas atau atas persetujuan Pemberi Tugas.
9.3 Biaya Pekerjaan tambah / kurang akan diperhitungakan menurut daftar harga satuan pekerjaan, yang dimasukkan oleh Kontraktor AV. 41 artikel 50 dan 51 yang pembayarannya diperhitungkan bersama dengan angsuran terakhir.
9.4 Untuk pekerjaan tambah yang harga satuannya tidak tercamtum dalam harga satuan yang dimasukan dalam penawaran harga satuannya akan ditentukan lebih lanjut oleh pengawas bersama sama kontraktor dengan persetujuan Pemberi tugas.
CV.RUKUN | [SPESIFIKASI TEKNIS]
6
9.5 Adanya pekerjaan tambah tidak dapat dijadikan alasan penyebab kelambatan penyerahan pekerjaan, tetapi Pengawas / Bimbingan Teknis Pembangunan ( BTP ) dapat mempertimbangkan perpanjangan waktu karena adanya pekerjaan tambah tersebut.
CV.RUKUN | [SPESIFIKASI TEKNIS]
7
PASAL 10 : GAMBAR PELAKSANAAN
10.1 Gambar yang dipakai pada pelaksanaan tercamtum dalam Spesifikasi Khusus / Teknis.
PASAL 11 : SPESIFIKASI DASAR
11.1 Kecuali ditentukan lain bahan bahan dan hasil pekerjaan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam Spesifikasi Standart Nasional Indonesia atau Standar lainnya yang disetujui.
PASAL 12 : PERALATAN
12.1 Segera setelah penandatangan Kontrak, penyedia Jasa harus sudah memobilasi peralatan yang akan dibawa dan digunakan dilokasi pekerjaan kepada Direksi Lapangan, sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan sebagaimana tertulis dalam daftar peralatan yang telah disepakati sebelumnya.
PASAL 13 : PERUBAHAN PELAKSANAAN / REDESAIN
13.1 Bila mana selama pekerjaan ditemukan masalah teknis yang mengharuskan terjadinya perubahan dari gambar pelaksanaan, maka Penyedia Jasa harus membuat gambar yang diubah lengkap dengan perhitungannyadan harus berkonsultasi dengan asisten Perencanaan serta disetujui oleh pihak yang terkait .........................
PASAL 14 : PENGUKURAN
14.1 Penyedia jasa harus melakukan pengukuran ( uitzet ) sebelum pekerjaan fisik dimulai . Segala biaya yang berkaitan dengan pengukuran uitzet tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
PASAL 15 : PEMBERITAHUAN PELAKSANAAN
15.1 Penyedia jasa harus memberitahukan kepada Pengawas lapangan sebelum suatu pekerjaan dimulai, guna diukur dan ditentukan elevasi tanah asal dan elevasi serta dimensi dari pekerjaan yang akan dilaksanakan. Tidak boleh ada pekerjaan baru yang dapat dimulai sebelum mendapat mendapat instruksi Pengawas lapangan
CV.RUKUN | [SPESIFIKASI TEKNIS]
8
ataupun persetujuan bersama antara Pengawas lapangan dan Penyedia jasa.
15.2 Apabila menurut Pengawas Lapangan keadaan lapangan telah banyak berubah sejak melakukan pengukuran ( Uitzet ), atau hasil pengukuran uitzet meragukan , maka Pengawas lapangan dapat memerintahkan kepada Penyedia Jasa untuk mengukur ulang sebagai atau seluruhnya. Pengukuran harus dilakukan pada seluruh rencana panjang seluruh bangunan.
15.3 Potongan melintang harus diambil pada setiap jarak sekitar maksimum 50 meter ,kecuali ditentukan lain. Seluruh hasil pengukuran harus disetujui oleh Direrksi Lapangan secara tertulis sebelum dipakai untuk keperluan perhitungan dan pembayaran.
PASAL 16 : URAIAN PEKERJAAN A.UMUM Sebelum pekerjaan dimulai Kontraktor harus mempelajari Gambar asli untuk dikonsultasikan dengan Direksi Pekerjaan, dan harus memastikan dan memperbaiki setiap kesalahan atau perbedaan yang terjadi, terutama yang perhubungan dengan dimensi lebar dan tebal jalan lama, lokasi setiap pelebaran dan struktur drainase atau bangunan pendukung lainnya. Kontraktor dan direksi Pekerjaan harus mencapai kesepakatan dalam menentukan ketepatan setiap perubahan yang dibuat dalam gambar ini.
Kuantitas dalam Daftar Kwantitas dan harga dapat diubah oleh Direksi Pekerjaan setelah revisi terhadap seluruh rancangan telah selesai, dimana revisi ini harus berdasarkan data survey lapangan yang dikumpulkan oleh kontraktor sebagai dari cakupan pekerjaan dalam Kontrak.
CV.RUKUN | [SPESIFIKASI TEKNIS]
9
B.PEKERJAAN PERSIAPAN
1) Kantor Sementara Dilapangan
Penyedia Jasa harus menyediakan dan memelihara kantor sementara dilapangan ,lengkap dengan alat alat untuk Pengawas Lapangan beserta Stafnya sesuai dengan yang ditetapkan pada Spesifikasi khusus.
Penyedia jasa boleh menyewa rumah penduduk sebagai kantor Direksi Lapangan, lengkap dengan alat alat untuk Pengawas Lapangan yang sesuai dan atas persetujuan Direksi Lapangan. Kantor dan perlengkapannya harus disiapkan dalam waktu paling lama 7 ( Tujuh ) hari dari tanggal Surat Perintah Mulai Kerja ( SPMK ) diterbitkan.
Jika penyedia jasa belum menyiapkan kantor Pengawas Lapangan dalam waktu diatas, maka Direksi Lapangan akan menyewa rumah penduduk sebagai kantor Pengawas Lapangan, sewa tersebut
CV.RUKUN | [SPESIFIKASI TEKNIS]
10
dibebankan kepada penyedia jasa dan berlaku selama waktu pelaksanaan.
2) Bantuan Tenaga Kerja untuk Direksi Lapangan
Penyedia jasa harus memberi bantuan kepada Pengawas Lapangan berupa tenaga kerja yang diperlukan sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan apabila dibutuhkan dari waktu ke waktu.
3) Peralatan Pengukuran
Penyedia jasa harus menyediakan dan memelihara peralatan pengukuran beserta tenaga ukur yang baik dan handal untuk dipakai sendiri oleh Direksi Lapangan Seperti Terdaftar dalam Spesifikasi Khusus
Alat dan perlengkapanbeserta tenaga yang digunakan dilapangan pengukuran terlebih dahulu mendapat persetujuan Pengawas Lapangan, semua alat dan perlengkapan tetap menjadi milik penyedia.
4). Transportasi.
Penyedia jasa harus menyediakan kendaraan untuk di pakai oleh pengawas lapangan dan stafnya pada setiap waktu yang dikehendaki, seperti yang terdaftar dalam spesifikasi khusus untuk tugas yang berhubungan dengan pekerjaan dalam kontrak ini. Apabila menurut Direksi lapangan kendaraan tersebut tidak biasa dipakai, penyedia jasa harus menggantinya dengan tanpa penundaan.
Penyedia jasa harus menyediakan pengemudi yang baik serta keperluan yang lainnya sepeerti bahan baker, oli dan sebagainya dan harus menanggung biaya yang berhubungan dengan jalannya, pemeliharaan, perijinan, dan asuransi. Setelah selesainya pekerjaan kendaraan tersebut dapat di kembalikan pada penyedia jasa. Kendaraan tersebut tidak boleh di tukar dalam waktu pelaksanaan kecuali dengan ijin dari Direksi Lapangan.
5). Dokumentasi
CV.RUKUN | [SPESIFIKASI TEKNIS]
11
Penyedia jasa harus melakukan pemotretan untuk laporan progress pekerjaan pada lokasi yang di tentukan oleh pengawas. Minimal tiga buah foto yang harus diambil pada setiap lokasi yang memperlihatkan keadaan yang sebelum dimulai pekerjaan, sedangkan pelaksanaan kontruksi, serta selesai pelaksanaan. Foto pada setiap lokasi diambil dengan arah tertentu dengan dalam dan arah tertentu dan dalam posisi dan latar belakang yang tetap dan mudah dikenali sebagai tanda.
Ketiga foto dalam tahapan tersebut harus disusun dalam album yang diserai dengan negative dan album.
Album foto tersebut harus dibuat dua rangkap (2) harus diserahkan kepada Direksi Lapangan pada penyelesaian pelaksanaan.
6). Pembuatan As Built Drawing
As Built Drawing menjadi tanggung jawab penyedia jasa, As Built Drawing harus mendapat persetujuan dari pimpinan bagian proyek atas usulan pengawas usulan pengawas lapangan dan diketahui pemimpin proyek, serta harus diserahkan sebelum serah terima pekerjaan selesai.
7). Pembersihan Lapangan / Lokasi
Sebelum melalui pekerjaan utama (Peninbunan Badan Jalan), Penyedia jasa harus membersihkan lokasi kerja / lapangan dari rumput rumput, kayu kayu / bekas tebangan kayu dan kotoran yang dianggap tidak perlu dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Rumput- rumput. Kayu-kayu / bekas tebangan kayu dan kotoran tersebut dibuang / diangkut keluar lokasi pekerjaan atau dibakar agar tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan.
8) Papan Nama Proyek
Penyedia harus membuat Papan Nama Proyek dilokasi yang strategis dan mudah dibaca.
CV.RUKUN | [SPESIFIKASI TEKNIS]
12
Papan Nama Proyek tersebut harus lengkap, minimal meliputi :
Nama Proyek Jenis Pekerjaan Waktu Pelaksanaan Total Biaya Sumber Dana Nama Pelaksana / Kontraktor
9) Pelaporan
9.1 Laporan Harian
Penyedia jasa berkewajiban membuat laporan harian untuk setiap bagian pekerjaan yang ditetapkan oleh pengawas lapangan, Laporan ini memuat antara lain :
a. Kondisi Cuaca b. Peralatan, material dan tenaga kerja c. Hambatan-hambatan pelaksanaan pekerjaan d. Kemajuan Pekerjaan e. Data pengujian laboratorium ( Jika ada ) f. Kecelakaan dalam pekerjaan g. Semua informasi mengenai kemajuan pekerjaan h. Persiapan-persiapan pekerjaan berikutnya i. Hal-hal lain yang dianggap perlu
9.2 Laporan Kemajuan Mingguan dan Bulanan
Penyedia jasa harus membuat Laporan kemajuan pekerjaan mingguan untuk diserahkan pada Pengawas Lapangan sebanyak 2 ( Dua ) rangkap.
C. PEK TANAH DAN PONDASI
1. Penggalian Tanah
1.1. Pada pekerjaan penggalian tanah termasuk juga pembuangan semua benda dalam bentuk apapun yang dapat mengganggu pelaksanaan pembuangan.
CV.RUKUN | [SPESIFIKASI TEKNIS]
13
1.2. Pekerjaan galian tanah untuk pondasi sebelum bouplank serta tanda tinggi dasar 0.00, sumbu dinding dan tiang di setujui oleh direksi.
1.3. Kemiringan pada penggalian harus harus pada sudut kemiringan yang aman.
1.4. Galian dan penyanggah harus sedemikian rupa sehingga terdapat ruang yang cukup untuk bekerja, bekisting dan hal lainnya selain untuk produksi.
1.5. kontraktor harus menyediakan, menempatkan dan menjaga penyangga dan penumpukan yang mungkin di perlukan untuk bagian samping bagian.
1.6. Kontraktor harus menjaga agar seluruh galian agar tidak di genangi air dengan jalan menimba, memompa atau dengan cara-cara lain yang di anggap baik atas beban dan biaya kontraktor. 1.7. Galian tanah tidak boleh di biarkan sampai lama, tetapi setelah galian di setujui dirksi segera mulai dengan tahap yang berikutnya.
2. Pengurugan Kembali
2.1. Pengurungan kembali tidak boleh dijatuhkan langsung pada struktur pondasi.
2.2. Bahan pengurugan kmbali harus bahan terpilih yaitu bahan galian semula yang tidak terdiri batu atau benda padat yang lebih besar dari 5 Cm dan juga tidak mengandung bahan organik seperti rumput, akar dan bahan lainnya.
2.3. pengurugan kembali dilakukan sampai ke permukaan tanah asal galian.
3. Perkuatan tanah dengan cerucuk Kayu Bulat
a) Perkuatan Tanah dengan cerucuk adalah susunan kayu cerucuk baik yang di susun horizontal di atas tanah dasar apapun cerucuk yang di tanah dasar. Kegiatan yang dilaksakan adalah mengadaan material, mengangkut, menyusun, merancang cerucuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi yang di butuhkan.
CV.RUKUN | [SPESIFIKASI TEKNIS]
14
b) Konstruksi perkuatan tanah dasar ini di maksudkan untuk perbaikan tanah dasar yang kondisinyasecara teknis memerlukan perbaikan, baik pada tanah dasar maupun lerang badan jalan dan bangunan jalan lainnya juga memerlukan perkuatan tanah.
Kegiatan yang di laksanakan adalah :
1) Menyiapkan cerucuk sesuai dengan keperluan perencanaan 2) Tiang cerucuk : o Menyiapkan cerucuk dan menempatkan pada sesuai gambar rencana. o Memancang cerucuk dengan peralatan yang sesuai dengan kondisi lapangan. o Merapikan dan merapikan permukaan atas cerucuk yang berada di atas permukaan tanah.
c). Jenis material
Cerucuk kayu bulat dengan diameter minimal 10 Cm, panjang sesuai keperluan teknis sebagaimana di terntukan di dalam gambar rencana. d). Persyaratan material.
Cerucuk yang di gunakan relative harus lurus, dengan jenis kayu yang mempunyai kekuatan dan daya tahan terhadap pengauh lingkungan/cuaca relative baik.
e). Pelaksanaan
1. Cerucuk di runcingkan pada bagian ujung yang akan di tanamkan di dalam tanah 2. Cerucuk yang telah di runcingkan, di letakan pada posisinya dengan jarak antara cerucuk sesuai ketentuan dalam gambar rencana. 3. Cerucuk di pancang dengan peralatan yang sesuai sampai kedalaman yang di syaratkan, pemancang di lakukan sedemikian rupa sehingga tiang terpasang tegak dengan jarak sesuai yang di rencanakan.
CV.RUKUN | [SPESIFIKASI TEKNIS]
15
4. Setelah selesai di pancang, agar tidak tajam di bagian atas cerucuk diratakan dengan cara memotong bagian yang runcing dan pecah akibat pemancangan.
4. Pengurugan Pasir Bawah Pondasi.
a) Pengurukan pasir harus sesuai dengan syarat-syarat yang telah di tetapkan dan tercantum pada gambar rencana untuk mendapatkan kedudukan, kemiringan pada bagian-bagian dimensi-dimensi berdasarkan petunjuk Direksi/Konsultan. b) Material untuk timbunan harus berkualitas baik, dengan persetujuan Direksi. c) Material untuk pengurungan lapis demi lapis secara horizontal dengan tebal yang sama dengan meliputi lebar yang sesuai dengan gambar rencana. d) Urungan di dapatkan dengan membasahi atau menyiram dengan air sampai di capai kepadatan dengan setebal sesuai gambar.
5. Pekerjaan Lantai Kerja
a) Pekerjaan lantai kerja harus sesuai dengan syarat-syarat pekerjaan beton yang di tetapkan dan tercantum pada gambar rencana berdasarkan peetunjuk direksi/konsultan pengawas. b) Digunakan batu beton K.225 camp 1:3:5. diaduk dengan molen atau manual dengan terlebih dahulu memberikan data-data spesifikasi mutu beton.
CV.RUKUN | [SPESIFIKASI TEKNIS]
16
6. Pekerjaan Pondasi Batu / Batu Pasangan
6.1. Persyaratan Bahan.
Lingkup pekerjaan pada pondasi lajur sebagai dinding penutup kolong dengan bentuk dan dimensi sesuai gambar.
1. Portland Cemen (PC)
a) Semen yang dipakai harus semen yang telah disetujui oleh konsultan perencana, dan memenuhi syarat standard Indonesia (SNI - 8 1972). b) Untuk seluruh pekerjaan beton harus menggunakan mutu semen yang baik dari satu jenis merk. c) Semen yang telah mengeras sebagian / seluruhnya tidak di perkenankan dipergunakan. d) Penyimpanan semen Portland harus di usahakan sedemikian rupa sehingga bebas dari kelembapan dimana gudang tempat penyimpanan mempunyai ventilasi cukup dan tidak kena air, diletakan pada tempat yang di tinggikan paling sedikit 30cm dari lantai, tidak boleh ditumpukan sampai tingginya melampaui 2 M sesuai dengan syarat penumpukan semen dan setiap pengiriman semen baru harus di pisahkan dari semen yang lama dan diberi tanda dengan maksud agar pemakaian semen di lakukan menurut urutan pengirimannya.
2. Pasir / Split
a) Pasir harus keras, tahan lama dan bebas dari bahan bahan organik, Lumpur, zat zat alkalidan substansi tersebut lebih dari 5% b) Pasir laut tidak boleh di gunakan untuk beton c) memenuhi SNI 1978 1989 F d) Menggunakan batu pecah Uk.5/7
CV.RUKUN | [SPESIFIKASI TEKNIS]
17
3. Air
Air harus bersih dari bahan organik, alkali, garam, dan kotoran lain dalam jumlah yang cukup besar sebaiknya dipakai air yang dapat di minum.
CV.RUKUN | [SPESIFIKASI TEKNIS]
18
6.2. Pedoman Pelaksanaan
Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu diadakan pengukuran. Pengukuran untuk as as pondasi sesuai dengan gambar konstruksi dan dimintakan persetujuan tentang kesempurnaan galian. Campuran yang di gunakan 1 : 4
7. Beton Bertulang
1. Lingkup Pekerjaan
Termasuk didalamnya adalah pekerjaan pembetonan struktur bangunan maupun struktur praktis yang menggunakan beton bertulang dengan spesifikasi sesuai dengan gambar kerja yaitu pondasi, sloof, balok, dan kolom.
2. Persyaratan Bahan
a) Beton ; beton yang di gunakan dalam pekerjaan ini adalah beton dengan kuat tekan karakteristik 225 kg/cm2 atau K.225. b) Tulang ; tulang yang digunakan untuk struktur bangunan adalah baja dengan mutu U24, Tulangan pokok BJTP diameter 8-15cm atau ssesuai dengan gambar atau petunjuk dari konsultan pengawas.. c) Bekisting ; adalah cetakan untuk beton dengan ukuran dan bentuk sesuai dengan ukuran struktur bentuk beton yang di inginkan, bekesting terbuat dari kayu, dan papan kayu kelas III. Bekesting harus kuat dan kokoh serta tidak bocor. Pemasangan bekesting harus sedah direncanakan untuk kmudahan pembongkarannya agar tidak merusak beton yang telah dicor.
3. Pedoman Pelaksanaan
a) Pekerjaan ini dilaksanakan sesuai dengan standard spesifikasi dari bahan dan campuran yang digunakan sesuai dengan petunjuk direksi / konsultan pengawas. b) Pekerjaan ini dapat dilaksanakan apabila bidang yang akan dikerjakan telah disetujui oleh direksi. Dan pelaksanaan pekerjaan ini harus mengikuti petunjuk dalam gambar, terutama pada gambar detil dan gambar potongan mengenai ukuran tebal / tinggi peil dan bentuk profilnya. c) Pengecoran Kolom menerus antara lantai harus diukur dengan alat
CV.RUKUN | [SPESIFIKASI TEKNIS]
19
waterpass atau unting-unting agar pengecoran kolom dapat tegak lurus bidang lantai dan letak as kolom antara lantai sama. d) Pengecoran lantai harus rata dan tidak bergelombang untuk itu diperlukan alat pengontrol.
CV.RUKUN | [SPESIFIKASI TEKNIS]
20
e) Kontraktor bersama konsultan pengawas memeriksa dengan teliti semua sisi cor beton, bagian yang tidak rat a harus diisi dengan baik agar diperoleh permukaan yang licin, seragam dan merata. f) Beton yang menunjukkan rongga, lubang, keropos atau cacat harus dibongkar dan diganti. Pembongkaran dan penggantian harus dilakukan secepatnya oleh kontraktor dengan biaya sendiri.
4. Pencampuran.
a) Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang merata dari seluruh bahan. b) Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan ju lah air yang digunakan dalam setiap penakaran. c) Pertama-tama alat pencampur harus diisi dengan agregat dan semen yang telah ditakar, dan selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air ditambahkan. d) Waktu Pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan kedalam campuran bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus dimasukkan sebelum waktu pencampuran telah berlangsung seperempat bagian. Waktu pencampuran untuk mesin berkapasitas m atau kurang haruslah 1,5 menit, untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m. e) Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Direksi Pekerjaan dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara manual, sedekat mungkin dengan cara manual harus dibatasi pada beton non - struktural.
5. Pelaksanaan Pengecoran
1) Penyiapan Tempat kerja
a) Kontraktor harus membongkar struktur lama yang akan diganti dengan beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton yang baru. Pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan syarat yang diisyaratkan dalam seksi 7.15 dari Spesifikasi ini. b) Kontraktor harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau formasi
CV.RUKUN | [SPESIFIKASI TEKNIS]
21
untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam Seksi 3.1 dan 3.2 dari spesifikasi ini, dan harus membersihkan dan menggaruk tempat disekeliling pekerjaan beton yang cukup luas sehingga dapat menjamin dicapainya seluruh sudut
CV.RUKUN | [SPESIFIKASI TEKNIS]
22
pekerjaan. Jalan kerja yang stabil juga harus disediakan jika diperlukan untuk menjamin bahwa seluruh sudut pekerjaan dapat diperiksa dengan mudah dan aman. c) Seluruh telapak pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harusdijaga senantiasa kering dan beton tidak boleh dicor didalam air dengan dengan cara dan peralatan khusus untup menutup kebocoran seperti pada dasar sumuran atau cofferdam. d) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain yang harus dimasukkan ke dalam beton ( seperti Pipa atau selongsong ) harus sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran. e) Bila diisyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan , bahan landasan untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan kektentuan dari Seksi 2.4 dari spesifikasi ini. f) Direksi pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk pondasi sebelum menyetujui pemasangan acuan atau baja tulangan atau pengecoran beton dan dapat meminta kontraktor untuk melaksanakan pengujian penetrasi kedalaman tanah keras, pengujian kepadatan atau penyidikan lainnya untuk memastikan cukup tidaknya daya dukung dari tanah di bawah pondasi. Bilamana dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi ketentuan, kontraktor dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi atau kedalaman dari pondasi dan/atau menggali dan mengganti bahan ditempat yang lunak, memadatkan tanah pondasi atau melakukan tindakan stabilisasi lainnya sebagai mana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
2) Acuan
a) Acuan dari tanah, bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan harus dibentuk dari galian dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara manual sesuai dimensi yang diperlukan . Seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum pengecoran beton. b) Acuan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan dari adukan yang kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan, dan perawatan.
CV.RUKUN | [SPESIFIKASI TEKNIS]
23
c) Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk permukaan akhir struktur yang tidak terekspos, tetapi kayu yang diserut dengan tebal yang merata harus digunakan untuk permukaan beton yang terekspos. Seluruh sudut-sudut tajam acuan harus dibulatkan. d) Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak beton.
CV.RUKUN | [SPESIFIKASI TEKNIS]
24
3) Pengecoran
a) Kontraktor harus memberitahukan Direksi Pekerjaan sevcara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran beton bilamana pengecoran beton telah ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton. Direksi pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan akan memeriksa acuan, dan tulangan dan dapat mengeluarkan persetujuan tertulis maupun tidak untuk memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Kontraktor tidak boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. b) Tidak Bertentangan dengan diterbitkannya suatu persetujuan untuk memulai pengecoran. Pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan bilamana Direksi Pekerjaan atau Wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan. c) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau minyak di sisi dalamnya dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas. d) Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak dicor sampai posisi akhirdalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran, atau dalam waktu yang lebih pendek sebagaimana yang dapat diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan Berdasarkan pengamatan lkarekteristik pada saat pengerasan ( setting Time ) semen yang digunakan, kecuali diberikan bahan tambah ( aditif ) untuk memperlambat proses pengerasan ( retarder ) yang disetujui oleh Direksi. e) Pengecoran beton harus dilanjutkan tanapa berhenti sampai dengan sambungan kontruksi ( construction joint ) yang telah disetujui sebelumnya atau dampai pekerjaan selesai. f) Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel kasar dan halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah pengaliran yang tidak boleh melampui satu meter dari tempat awal pengecoran. g) Bilamana beton dicor dalam acuan struktur yang memiliki bentuk yang rumit dan
CV.RUKUN | [SPESIFIKASI TEKNIS]
25
penulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapisan -lapisan horisontal dengan tebal tidak melampaui 15 cm. Untuk dinding beton, tinggi pengecoran dapat 30 cm menerus sepanjang seluruh keliling struktur. h) Beton tidak boleh jatuh bebas ke cetakan dengan ketinggian lebih dari 150 cm. Beton tidak boleh dicor langsung dalam air. Bilamana beton dicor didalam air dan pemompaan tidak dapat dilakukan alam waktu 48 jam setelah pengecoran, maka beton harus dicor dengan metode Tremi atau metode drop-bottom-bucket, dimana bentuk dan jenis yang khusus digunakan untuk tujuan ini harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.
CV.RUKUN | [SPESIFIKASI TEKNIS]
26
Tremi harus kedap air dan mempunyai ukuran yang cukup sehingga memungkinkan pengaliran beton. Tremi harus selalu diisi penuh selama pengecoran, bilamana aliran beton terhambat maka Tremi harus ditarik sedikit dan diisi penuh terleih dahulu sebelum pengeoran dilanjutkan. Baik Tremi atau Drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan campuran beton dibawah permukaan beton yang telah dicor sebelumnya. i) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa sehingga campuran beton yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu dengan campuran beton yang baru. j) Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan rapuh dan telah disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelu m pengecoran beton baru ini , bidang-bidang kontak beton lama harus disapu dengan adukan semen dengan campuran yang sesuai dengan betonnya. k) Air tidak boleh dialirkan diatas atau dinaikkan ke permukaan pekerjaan beton selam 24 jam setelah pengecoran.
4) Sambungan Konstruksi ( Construction Joint )
a) Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis struktur yang diusulkan dan Direksi Pekerjaan harus menyetujui lokasi sambungan konstruksi pada jadwal tersebut, atau sambungan konstruksi tersebut harus diletakkan seperti yang ditunjukkan pada gambar. Sambungan Konstruksi tidak boleh ditempatkan pada pertemuan elemen-elemen struktur terkecuali diisyararkan demikian. b) Sambungan konstruksi pada tembok sayap harus dihindari. Semua sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan pada umumnya harus diletakkan pada titik dengan gaya geser minimum. c) Bilamana sambungan Vertikal diperlukan , baja tulangan harus menerus melewati sambungan sedemikian rupa sehingga membuat struktur lebih monolit. d) Lidah alur harus disediakan pada sambungan konstruksi dengan kedalaman paling sedikit 4 cm untuk dinding, pelat dan antara telapak pondasi dan dinding. Untuk pelat yang terletak di atas permukaan, sambungan konstruksi harus diletakkan sedemikian sehingga pelat-pelat mempunyai luas tidak melampaui 40m, dengan dimensi yang lebih besar tidak melampaui 1,2 kali dimensi yang lebih kecil.
CV.RUKUN | [SPESIFIKASI TEKNIS]
27
e) Kontraktor harus menyediakan pekerja dan bahan tambahan sebagaimana yang diperlukan untuk membuat sambungan konstruksi tambahan bilaman pekerjaan terpaksa mendadak harus dihentikan akibat hujan atau terhentinya pasokan beton atau penghentian pekerjaan oleh direksi pekerjaan. f) Atas Persetujuan Direksi Pekerjaan, bahan tambah ( aditif ) dapat digunakan untuk pelekatan pada sambungan konstruksi, cara pengerjaannya harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya. g) Pada air asin atau mengandung garam, sambungan konstruksi tidak diperkenankan pada tempat-tempat 75 cm dibawah muka air terendah atau 75 cm diatas muka air tertinggi kecuali ditentukan lain dalam Gambar.
5) Pembongkaran Acuan
a) Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal dinding, kolom yang tipis dan struktur yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton. Cetakan yang ditopang oleh perancah dibawah pelat, balok, gelegar, atau struktur busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian menunjukkan bahwa paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan beton telah dicapai b) Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk pekerjaan ornamen, sandaran ( Railing ), dinding pemisah ( Parapet ), dan permukaan Vertikal yang terekspos harus dibongkar dalam waktu paling sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak lebih dari 30 jam, tergantung pada keadaan cuaca.