Você está na página 1de 63

ASKEP IBU POST PARTUM

SRI HANDAYANI
APA ITU POST PARTUM ?
Masa sesudah persalinan berakhir hingga
pulihnya kembali organ-organ reproduksi
(external dan internal).

Masa pulihnya kembali ibu yang melahirkan
bayi sejak sesaat setelah bayi lahir sampai
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil.
Lanjutan
dimulai setalah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil.

Lamanya 6-8 minggu, pulih sempurna seperti
sebelum hamil dalam 3 bulan

Konsep Keperawatan post partum
Konsep lama

1. Partus dianggap kondisi sakit sehingga
butuh waktu istirahat lama (> 10 24 hari)
2. Ketergantungan sangat tinggi
3. Askep diberikan sampai 6 minggu
Lanjutan .
Konsep baru

1. Partus merupaka proses normal waktu
istirahat yang dibutuhkan hanya sekitar 2
3 hari (rawat)
2. Self care ibu bayi
3. Teaching Learning : Kolaborasi, istirahat,
Lebih ditingkatkan hubungan ibu bayi
keluarga, nyaman dan pemulihan
Periode post partum
1. Immediate Post partum
yaitu 24 jam pertama post patum
2. Early Post partum
yaitu minggu petama post partum
3. Late Post Partum
yaitu minggu II VI post partum
Perubahan Fisiologi Post Partum
A. Tanda tanda Vital

Tanda tanda Vital Penyimpangan
a. Temperatur
24 jam pertama akan meningkat
38 C karena dehidrasi,
perubahan hormonal dan
eksersi otot selama melahirkan

Bila > 24 jam dan menetap dalam 2
hari suhu 38 C sepsis puerperalis
atau mastitis. Endometritis, infeksi
tractus urinarius, infeksi lain
Lanjutan .
b. Nadi / Pulse
6 8 hari post partum terjadi
bradikardi karena penurunan
cardiac out put dan stroke
volume, Nadi : 50 - 70 x/mnt
masih dianggap normal, nadi
akan kembali normal dalam 3
bln post patum

Nadi cepat hipovolume,
hemorrhagi. Cemas, infeksi atau
penyakit jantung
c. Respirasi
Akan kembali normal dalam
periode post partum
Hipoventilasi hipotensi gejala
penyerta blok anestesi
d. Tekanan Darah
24 jam pertama hipotensi
orthostatik
Penurunan TD indikasi hipovolemi
sekunder hemorrhagi
TD tinggi menetap Pre / eklamsi
B. Cardio Vaskuler

Volume darah 5,5 ltr antepartum 5 ltr persalinan 4,5 ltr pada minggu ke-1
4 ltr minggu ke-3
Hematokrit Hemokonsentrasi (pada hari ke-3-15 pasca persalinan) perdarahan >20%
volume, maka dapat terjadi hemodelusi
Eritrosit Hamil; bertambah 30% dibandingkan tidak hamil, postpartum:
bertambah 15% dibandingkan tidak hamil
Leukosit Leukositosis pada persalinan & awal nifasPada persalinan kadar
leukosit>10.000 belum dianggap infeksi. Pada ibu hamil kadar leukosit
sekitar 20.000-25.000, bila>25.000 telah terjadi infeksi
Faktor pembekuan darah Umumnya meningkat seiring dengan terjadinya hemokonsentrasi
Cardiac output 80% peningkatan segera setelah persalinan dan kembali normal dalam
beberapa hari
CVP Meningkat segera setelah persalinan, kembali normal dalam beberapa
hari
PH Alkalosis respiratorik pada saat kehamilanAsidosis metabolik pada saat
awal persalinan sampai nifas
Glucosa menurun
C. Sistem Pernapasan

Volume tidal, kapasitas inspirasi, dan volume residual
meningkat
Akan kembali normal secara bertahap dalam periode post
partum

d. Sistem Perkemihan

GFR dan volume urine meningkat
Proteinuria (2 hari postpartum)
Glukosuri (hamil) meningkat
BUN meningkat
E. Sistem Endokrin
Berubah secara tiba-tiba selama kala IV s.d plasenta lahir :
estrogen turun, progesteron turun dan prolaktin naik untuk
proses laktasi. Pada ibu yang tidak menyusui menstruasi
akan terjadi 12 mg post partum dan pada ibu yang
menyusui menstruasi terjadi 36 mg post partum, pertama
kali mens anovulatory

F. Sistem Gastro Intestinal

Penurunan motilitas usus dan tonus otot abdomen,
kehilangan cairan, rasa tidak nyaman pada perineum,
penggunaan enema kala I menurunkan tonus otot,
hemorroid merupakan predisposisi konstipasi.
Minggu pertama post partum fungsi usus besar akan
kembali normal, nafsu makan meningkat, intake cairan
cukup dan kondisi perineum membaik sehingga b.a.b
lancar
G. Sistem Integumen

Chloasma gravidarum tidak tampak pada akhir kehamilan,
hiperpigmentasi areola mammae dan linea nigra belum
menghilang dengan sempurna, palmar erithema, spider
angioma (nevi) berkurang seiring dengan penurunan
estrogen

H. Kehilangan Berat Badan
Setelah partus akan kehilangan BB 5 6 kg, terdiri dari
750 gr plasenta, 1000 gr darah dan cairan amnion dan
sisanya berat bayi, dalam 2 4 hari terjadi diuresis
mengakibatkan kehilangan BB 2,5 kg, setelah involusi
lengkap akan kehilangan BB 900 gr
I. Sistem Muskuloskeletal

Selama hamil otot abdomen secara bertahap melebar dan
terjadi penurunan tonus otot.
Periode post partum penurunan tonus otot jelas terlihat,
abdomen lunak, lembut dan lemah, musculus rectus
abdominalis memisah (diastasis recti abdominis).
Proses bersalin menyebabkan trauma musculus pubo
coccygeal dan sfingter mayor pelvis.
24 jam PP sebagian klien mengeluh nyeri, lemah pada
kaki akibat tegangan otot dan penggunaan tenaga
sewaktu partus, apabila dalam persalinan dilakukan
anesthesi lokal sensasi selama 24 jam pertama PP akan
turun.
Terjadi tromboplebitis karena aktivitas turun dan
protrombin naik

Adaptasi Organ Reproduksi
a. Involusi Uterus
Involusi adalah kembalinya ukuran uterus ke keadaan semula,
sebelum hamil.

Mekanisme involusi tergantung :

Kontraksi miometrium
Uterus 90% massa terberatnya terdiri dari miometrium
sehingga proses pengecilan uterus sebagian besar terjadi di
miometrium dan sel-selnya menjadi lebih sedikit serta
beberapa serabut miometrium terfagositosis sehingga menjadi
kecil.
Pemberian uterotonika (ergometrin, orgonivimaleat) ditujukan
untuk mempercepat terjadinya involusi, dipergunakan sebagai
terapi pada kasus subinvolusi. Subinvolusi : involusi yang
terhambat
Kerja enzim proteolitik terhadap sitoplasma sel
miometrium

Proses otolisis sel miometrium (aktomiosin)

Fagositosis serabut kolagen dan jaringan lemak
inter-miometrium
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uteri
Bayi lahir
Uri lahir
1 minggu

2 minggu

6 minggu
8 minggu
Setinggi pusat
2 jari di bawah pusat
Pertengahan pusat
simfisis
Tidak teraba di atas
simfisis
Bertambah kecil
Sebesar normal
1000 gr
750 gr
500 gr

350 gr

50 gr
30 gr
Lochia

adalah cairan/discharge yang dikeluarkan dari uterus
pada wanita setelah melahirkan
Lochia rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-
sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
kaseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari PP.
Lochia sanguinolenta : berwarna merah kuning
berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 PP
Lochia serosa : berwarna kuning, cairan tidak
berdarah lagi, pada hari ke 7-14 PP
Lochia Alba : cairan putih, setelah 2 minggu
Lochia purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan
seperti nanah berbau busuk
Lochiostasis : lochia tidak lancar keluarnya
b. Endometrium
(pada masa kehamilan, endometrium diganti dengan
jaringan desidua)
Nekrotisasi dan eksfoliasi desidua superfisialis
(sampai minggu ke-6), akibat tersumbatnya arteria
spiralis.
Proliferasi struktur epitelial pada desidua basalis
Plasental bed, yaitu tempat perlekatan atau
implantasi plasenta, biasanya ikut terlepas pada
saat persalinan. Plasental bed mengeluarkan darah
dan berlanjut sampai masa nifas.

Berhentinya perdarahan pada plasental bed
disebabkan oleh karena :
1. kontraksi miometrium. Kontraksi tersebut menyebabkan
cabang-cabang terminal dari sistem arteriola uterus yang
tumbuh diantara serabut-serabut miometrium akan menutup.
2. koagulasi / trombositosis dari ujung-ujung arteriola
3. proliferasi sel-sel permukaan (epitel)
plasental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke
kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu
menjadi 3,5 cm, pada minggu ke-6 menjadi 2,4 cm dan
akhirnya pulih.
c. Cerviks
Setelah bersalin bentuk serviks agak menganga seperti
corong berwarna merah kehitaman, konsistensi lunak,
kadang terdapat perlukaan kecil, edema dan tipis. Setelah
bayi lahir tangan masih bisa masuk rahim, 2 jam kemudian
dapat dilalui 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1
jari. Osteum uteri externa Fish Mouth

d. Vagina, Vulva dan Perineum
Pada immediate : edema, luka dan biru-biru, laserasi, ruggae
tidak ada, akan kembali pada minggu ke-3, luka epis sembuh
5-6 minggu, timbul rasa tidak nyaman, tergantung pada
bentuk insisi, repair (perbaikan), lamanya kala II, multipara
dan efektifnya penanganan. Introitus vagina : eritema, edem
terutama pada epis / laserasi.

Dinding vagina yang lembut akan kembali 6-8 minggu PP,
ruggae kembali dalam 4 minggu PP (tidak sama dengan
wanita yang belum pernah melahirkan)
Hipoestrogen akan menurunkan produksi mukus vagina
sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman saat coitus.
Kadang dijumpai haemorrhoid

e. Dinding Abdomen
Hari I PP otot tidak mampu menampung isi, tampak seperti
masih hamil ajarkan senam nifas

f. Ligamen-ligamen
Ligamen, fasia dan diafragma pelvis meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur menjadi ciut
dan pulih kembali, kadang uterus jatuh ke belakang dan
menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum kendor.
g. Perubahan Payudara

Selama kehamilan dibawah pengaruh estrogen dan progesteron
payudara disiapkan.
Colostrum keluar pada kehamilan trimester III, colostrum pada
minggu pertama PP banyak mengandung protein, lemak dan
antibodi.
Produksi ASI pada hari ke-3 PP.
Pembesaran payudara karena penambahan sistem vaskuler
dan limfatik sekitar payudara, produksi ASI oleh sel-sel alveolar
di bawah pengaruh prolaktin (let down reflex)
Adaptasi Psikologis Post Partum
Proses adaptasi menjadi orang tua
Menurut STEELE and POLLACK (1968), proses menjadi
orang tua mencakup 2 komponen yaitu :
1. Cognitif motor skills
Berkaitan dengan perawatan bayi : menyusui,
menggendong, memakaikan baju, memandikan dsb.
Kemampuan tersebut tidak timbul otomatis, dipengaruhi
oleh budaya danpengalaman individu, sehingga beberapa
ortu per;u belajar bagaimana melaksanakan tugas
perawatan bayi kepada : teman, tetangga, baca buku,
nenek dsb
2. Cognitif afektif skills
Merupakan komponen psikologik baik
ayah maupun ibu sebagai dasar menjadi
ortu
Aspek kecintaan menerima sebagai figur
ortu mencakup sikap kehalusan /
kelembutan, kesadaran dan perhatian
terhadap kebutuhan bayi berpengaruh
terhadap lingkungan bayi
BENEDEK (1950) : hubungan ibu anak
yang positif sebagai dasar untuk
perkembangan rasa percaya diri

ERICSON (konsep basic trust) : individu
yang mendapat pengalaman positif dalam
berhubungan dengan orang tuanya
cenderung akan dapat bersosialisasi dengan
orang lain secara baik. Tetapi bila sebaliknya
akan mengisolasi diri
Parental Attachment (kasih sayang orang tua)
MERCER (1982) : ada 5 pre kondisi yang
mempengaruhi kasih sayang
1. Kesehatan mental orang tua (termasuk kemampuan
percaya terhadap orang lain)
2. Sistem support dari lingkungan sosial, teman
orang tua
3. Kemampuan berkomunikasi dan merawat bayi
4. Pendekatan-kedekatan ortu terhadap bayi
5. kecocokan ortu-bayi (status bayi, temperamen dan
sex)
FREUD (teori psikoanalisa) : perkembangan
ikatan anak-ibu, sebagai hasil dari
pemenuhan kepuasan bayi oleh ibu dalam
hal kebutuhan bayi

BOWLBY (1958) : Konsep attachment
merupakan identifikasi keluarga terhadap
bayi secara bertahap, dimulai dari : proses
mengklaim, mirip siapa (dibandingkan
anggota keluarga yang lain, perbedaannya /
keunikan /kekhasannya)
Sensual Responses :
1. Touch (raba)
Digunakan secara meluas oleh orang tua / pengasuh sebagai
cara untuk mengenal dengan bayi sebagai anggota baru. Jari-jari
merupakan alat raba yang sensitif untuk meraba
danmenggendong
2. Eye to eye contact (kontak mata)
Membantu perkembangan awal untuk pembentukan hubungan
saling percaya
3. Suara (voice)
Orang tua-bayi saling mengenal melalui suara, misal ibu
mengenal keinginan bayi melalui suara tangis
4. Bau (odor)
Ibu berkomentar terhadap bau bayinya yang unik
Bayi belajar dengan cepat mengenal bau ibunya terutama bau
ASI
Kontak Awal
Sangat penting di dalam perkembangan
hubungan di masa yang akan datang
Segera dilakukanpada jam-jam pertama
sesudah kelahiran merupakan waktu yang
sangat sensitif untuk interaksi ibu-bayi
Keuntungan : Bagi ibu dapat
meningkatkan kadar prolaktin-oxytosin
Bagi bayi mempercepat reflek menghisap
Mempercepat proses attachment
Peran orang tua sesudah kelahiran anak
Dimulai sejak kehamilan, misal ibu makan
bergizi, istirahat cukup, senam untuk
mendapatkan bayi yang sehat. Ayah
memberi dukungan pada ibu
Pada periode post partum tugas baru dan
tanggung jawab baru meningkat sehingga
perlu modifikasi perilaku lama
Tugas dan tanggung jawab orang tua
1. Menerima anak apa adanya (kondisi fisik, sek, temperamen)
2. meyakini bahwa bayi sebagai orang terpisah dari dirinya
sehingga memerlukan ketergantungan dan perlu
pemeliharaan
3. Perlu mengadaptasi di dalam perawatn bayi dalam :
Aktivitas perawatan
Komunikasi
Memberi respon yang sesuai terhadap kebutuhan bayi
4. Mengetahui kriteria keberhasilan atau kegagalan dalam
perawatan bayi :
Respon bayi
Aktivitas dalam merawat bayi
Pendapat orang-orang yang berarti
5. Menetapkan sesuatu tempat untuk bayi di
dalam kelompok keluarga
6. Menetapkan perannya yang paling utama :
Perawatan bayi
Peran sexual
Peran ganda (karir)

Penyesuaian Ibu (Maternal Adjusment)
Menurut RUBIN, ada 3 fase :
1. Fase Dependent (Taking in)
Terjadi pada hari ke-1 s.d 2 post partum,
ketergantungan sangat dominan pada ibu (pasif)
Fokus pada diri sendiri
Verbalisasi : butuh tidur dan makan
Melepas tanggung jawab dan mempercayakan
kapada orang lain untuk memenuhi rasa nyaman
istirahat pada immediate post partum
Kegembiraan berlebih
Menceritakan pengalaman kehamilan melahirkan
Rasa tidak nyaman akibat : episiotomi, hemorroid
dan after pain
2. Fase dependent-independent (Taking hold)
Ibu mulai muncul keinginan untuk tidak bergantung
Terjadi setelah hari ke 2-3
Fokus meluas ke bayinya, mulai antusias
melakukan perawatan bayi
Dalam perawatan diri mulai tidak ketergantungan
Mulai terbuka untuk belajar tentang perawatan
dirinya dan bayi
Ibu ibu yang memerlukan dorongan : primipara,
wanita karir, ibu yang tidak punya keluarga
3. fase Independent (Letting Go)
Peningkatan kemampuan independensi
dalam perawatan diri dan bayi
Ibu dan keluarga berinteraksi sebagai suatu
sistem
Penerimaan adanya bayi sebagai bagian dari
dirinya
Sering terjadi stress dalam menentukan karir
atau merawat bayi
Post Partum Blues and depresi
Perubahan emosi tiba-tiba, hari ke-10 sering
terjadi pada primipara
Menangis, iritabel, gangguan makan dan
tidur
Konflik peran
Fluktuasi hormonal
Kelelahan
Rasa tidak puas tentang penampilan post
partum
Penyesuaian Ayah
Ayah mulai melibatkan diri dalam perawatan
bayi
Ayah terpikat pada bayi
Sering mengadakan kontak dengan sentuhan
atau kontak mata
Merasa meningkat harga dirinya
Merasa lebih besar, lebih matur dan lebih tua
Merasa bangga sebagai laki-laki terhadap
peran ayah
Bonding Attachment
Hubungan ibu-anak atas dasar kasih sayang
(bonding)
Keterikatan (attachment)
Pada kala IV (pada jam I) sesudah kelahiran waktu
paling optimal untuk bonding perlu kontak lebih
dekat berguna untuk perkembangan selanjutnya
Timbul respon spesifik ketika pertama kali bayi
diberikan
Perlu umpan balik antara respon ortu-bayi melalui
tingkah lakunya gerakan tubuh, mata, senyum
Ortu yang menyaksikanproses persalinan timbul
keterikatan dengan bayi
Bonding attachment penting untuk mencapai
kesehatan bayi yang optimal. Peran perawat
adalah memfasilitasi. Bonding attachment
dilakukan segera di kamar bersalin dan catat
reaksi tingkah laku penolakan tergantung
pada : pengalaman prenatal
Pada jam I yang terpenting :
Menyentuh
Memeriksa
Bicara
Letakkan di dada
Reaksi bayi bangun, muka merah, mata berbinar
seolah-olah melihat
Bonding attachment dapat melibatkan ayah
Komplikasi bonding attachment :
Pada ibu yang mengalami persalinan resiko tinggi
dan komplikasi akan kontradiksi bonding
attachment, karena : sakit sehingga bayi dituduh
sebagai penyebab, komplikasi sehingga berpisah
dengan bayi
Kecemasan tinggi : bayi dibenci, benci diri dan benci
dengan suami
Attachment merupakan prioritas I
Adaptasi Sibling
Memperkenalkan bayi kepada keluarga
terutama pada kakaknya
Orang tua harus mampu membagi kasih
sayang perhatian pada semua anak
Reaksi cemburu sering sekali terjadi pada
kakaknya, terutama jika bayi menyita
waktu dan perhatian
Cara adaptasi sibling
Menjenguk ke rumah sakit
Telepon
Waktu pulang : Ayah dan bayi sementara inu
dengan sibling
Beri hadiah dari bayi untuk sibling
Anjurkan pengunjung menegur sibling
Sibling terlibat waktu perawatan bayi misal
meniru dengan boneka
Jangan mengurangi waktu kontak dengan
sibling
Tugas ortu dalam mengurangi sibling rivalry
Upayakan anak yang besar (sibling) merasa
tetap dicintai dan diperhatikan
Monitor perilaku sibling dari kemungkinan
melakukan perilaku agresif
Atur waktu dan ruang dalam perawatan anak
Perkenalkan sibling dengan anggota baru
(bayi) sejak dalam kandungan
Perawatan Nifas
1. Pemantauan keadaan umum dan tanda-tanda vital
Meliputi pemeriksaan nadi, tekanan darah, frekuensi
nafas
Keadaan tersebut terus dipantau setiap hari

2. Pemantauan involusi
Dilakukan dengan meraba tinggi fundus uteri (TFU) dan
melihat perubahan warna lochia, dipantau setiap hari
2 minggu / 15 hari post-partum : 1 jari diatas os simpisis pubis
40 hari post-partum, tidak teraba sama sekali
dapat terjadi gangguan involusi (subinvolusi) karena produk
kehamilan yang tertinggal, infeksi, nutrisi yang kurang baik
(terutama protein), anemia, atau pada multigravida, dimana
fungsi uterus tidak sebaik sebelumnya
3. Perawatan perineum dan perlukaan persalinan
Perlu dijaga agar luka bekas episiotomi tetap kering
dan bersih, dengan cara ditutup dengan pembalut,
jika sudah terasa lembab atau basah langsung
diganti (minimal 2 kali sehari)
Perlu diberi antiseptik lokal dan antibiotik topikal
(golongan sulfat) untuk mencegah infeksi sekunder
Perlu pengawasan tiap hari
Luka jalan lahir jika tidak disertai infeksi akan
sembuh dalam 5-7 hari
4. Pengawasan fungsi miksi dan defekasi
Biasanya dalam 2 hari ibu postpartum belum bisa
BAB, karena :
Rektum kosong karena menjelang persalinan
dilakukan enema
Ibu takut jongkok karena takut merasa nyeri dan
kawatir jahitan episiotominya robek
BAB harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan.
Bila sulit BAB dan terjadi obstipasi apalagi berak
keras dapat diberikan laksan per-oral atau per-
rektal.
Jika masih belum bisa dilakukan klisma.

Miksi hendaknya dapat dilakukan sendiri
secepatnya.
Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing
karena sfinter uretra ditekan kepala janin dan
spasme oleh iritasi musculus sfingter ani selama
persalinan, juga karena adanya edema kandung
kemih yang terjadi selama persalinan.
Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing,
sebaiknya dikateterisasi untuk mengistirahatkan
otot kandung kencing. Mobilisasi secepatnya,
kadang dapat mengatasi masalah ini.

5. Mobilisasi dan latihan
Setelah melahirkan ibu harus istirahat, tidur terlentang selama
8 jam pasca persalinan.
Setelah itu boleh miring kekanan dan kekiri untuk mencegah
terjadinya trombosis dan tromboemboli.
Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk, hari ke-3 boleh jalan.
Mobilisasi diatas mempunyai variasi, tergantung komplikasi
persalinan nifas dan sembuhnya luka-luka.
Latihan mobilisasi ini baik bagi ibu untuk mencegah komplikasi
jika ibu berbaring terus.
Setelah partus ibu suka merasa sakit jika tidur miring karena
rahim berada diluar panggul sehingga ikut berpindah-pindah
ketika ibu melakukan gerakan.
Hal tersebut dapat diatasi dengan memakai gurita. Perlu
diperhatikan gurita bermanfaat langsung pada saat rahim
masih besar, karena gurita ini berfungsi untuk fiksasi perut si
ibu.
Setelah 4 bulan rahim sudah kembali berada di dalam panggul,
jadi tidak perlu lagi difiksasi.
Ibu perlu malakukan latihan otot perut dan panggul
dengan cara sebagai berikut:
Tidur terlentang dengan lengan disamping, menarik otot
perut selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan
angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai 5
kemudian rilex. Ulangi sebanyak 10 kali.
Untuk melatih kekuatan otot jalan lahir dan dasar panggul
dengan cara berdiri dengan tungkai tidak tegang. Kerutkan
dubur tahan dalam hitungan 1 sampai 5 kemudian
kendorkan dan ulangi latihan tersebut sebanyak 5 kali.
Kedua latihan tersebut dimulai dengan mengerjakan 5 kali
latihan untuk setiap kali gerakan. Setiap minggu naikkan
jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6
setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan
sebanyak 30 kali.

6. Perawatan payudara dan proses laktasi,
dilakukan perawatan kebersihan, massage
Perawatan payudara harus sudah dimulai sejak masa
kehamilan, supaya puting susu lemas, tidak keras dan
kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.

Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan
cara :
Pembalutan payudara sampai tertekan
Pemberian estrogen untuk supresi LH seperti lynoral
dan parlodel
Menyusui
ASI harus diberikan setiap kali bayi merasa lapar
atau setidaknya 10 sampai 12 kali dalam 24 jam.
Jika bayi tidur lebih dari 3 4 jam bayi harus
dibangunkan dan diberikan ASI.
Jika payudara tidak dikosongkan dengan baik tiap
kali menyusui maka ASI yang dikeluarkan lebih
sedikit.
Jaga payudara agar tetap bersih dan kering
terutama putting susu dan gunakan BH yang
menyokong payudara.
Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum agar
produksi ASI tetap banyak.
Bayi baru lahir harus diberikan ASI harus diberikan
ASI 2 jam pertama setelah kelahiran
7. Keluarga berencana (KB)

Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-
kurangnya sebelum ibu hamil kembali.
Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan
bagaimana mereka ingin merencanakan keluarganya.
Namun petugas kesehatan dapat membantu
merencanakan keluarganya dengan mengajarkan
kepada mereka tentang mencegah kehamilan yang
belum diinginkan.
Memberikan edukasi bagi ibu mengenai jenis
kontrasepsi dan memberikan motivasi bagi ibu yang
sudah mempunyai banyak anak untuk melakukan
kontrasepsi mantap (kontap).
Biasanya kontrasepsi permanen lebih mudah
dilakukan pada masa nifas karena rahim masuh tinggi.

8. Nutrisi pada nifas dan laktasi
Sama dengan masa kehamilan yaitu 15% diatas kebutuhan
sebelum hamil.
Intake makanan harus tinggi protein, kalsium, dan asam folat.
Intake caian juga harus ditingkatkan, setelah ibu menyusui harus
minum 2 gelas air
Karena ibu saat ini sedang menyusui bayinya maka ibu harus:
mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari (1 piring nasi)
makananan yang dimakan harus seimbang yang terdiri dari
nasi, sayur, lauk pauk, buah serta susu.
Minum sedikitnya 3 liter (12 gelas) perhari dan ibu sebaiknya
minum setiap kali akan menyusui.
Pil zat besi harus di minum setidaknya selama 40 hari setelah
persalinan.
Minum kapsul vitamin A agar bisa memberikan vitamin A kepada
bayi melalui ASI.
9. Pemecahan masalah imunologik
Darah bayi membawa protein-protein ayah yang
belum tentu cocok dengan ibu.
10. Istirahat
Ibu harus istirahat yang cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan.
Untuk kembali kepada kegiatan-kegiatan rumah
tangga harus dilakukan secara bertahap dan
perlahan-lahan.
Manfaatkan waktu untuk istirahat pada saat bayi
tidur karena kurang istirahat akan mempengaruhi
produksi asi, proses pengecilan rahim dan
memperbanyak perdarahan.

11. Seksual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan
suami istri begitu darah merah berhenti dan
ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jarinya ke
dalam kemaluan tanpa merasa nyeri.
Banyak budaya yang mempunyai tradisi
menunda hubungan suami istri sampai 40
hari setelah persalinan.
Keputusan tergantung kepada kesepakatan
pasangan.

KEBIASAAN-KEBIASAAN YANG DAPAT
MEMBAHAYAKAN PADA MASA NIFAS
Menghindari makanan yang berprotein seperti
ikan, ayam dan telur akan merugikan karena ibu
menyusui perlu tambahan makanan sebesar 500
kalori perhari.
Mengurangi tindakan atau kebiasaan yang tidak
bermanfaat seperti penggunaan bebat perut
(setagen) pada 2-4 jam pertama masa nifas.
Memisahkan bayi dari ibunya untuk masa yang
lama pada 1 jam pertama setelah kelahiran karena
masa transisi adalah masa krisis untuk ikatan batin
bayi dan ibu dan memulai menyusui.
Memijat daerah perut tidak disarankan karena
dapat menyebabkan posisi rahim.

Komplikasi Post-partum
Perdarahan pasca persalinan
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan
lebih dari normal (normal 500 cc) dan terjadi
dari kelahiran sampai 42 hari (setelah kala 3),
dengan ditandai sistolik < 90 mmHg, nadi >
100, Hb < 8 g %. Perdarahan post-partum ini
terbagi 2 :
1. perdarahan post-partum dini, terjadi setelah
lahir sampai 24 jam
2. perdarahan lanjut, terjadi setelah 24 jam
sampai 42 hari
Perdarahan pasca persalinan dapat disebabkan :

1. Retensio plasenta, plasenta tertinggal didalam uterus
2. Retensio sisa plasenta, plasenta sudah keluar tapi masih ada
sisa selaput yang tertinggal di dalam uterus.
3. Robekan jalan lahir, terjadi karena bayi lahir terlalu cepat, bayi
besar, malformasi.
4. Atonia yteri, apabila bayi telah keluar dan uterus tidak
berkontraksi. Hal ini disebabkan pada saat uterus kontraksi
terjadi penjepitan arteri-arteri spiralis sehingga perdarahan
akan berhenti.
5. koagulopati, terdapat pada ibu dengan kelainan patologis pada
fungsi pembekuan darah, contohnya hemofilia dan
hipofibinoginemia.
Infeksi nifas
Adalah infeksi pada dan melalui traktus genitalis
yang terjadi setelah melahirkan.

Tanda 48 utama yang bisa dideteksi adalah adanya
demam. Kenaikan suhu sampai 38C atau lebih.

Infeksi nifas terjadi pada hari kedua, tidak hari ke-1
post-partum karena infeksi membutuhkan waktu
inkubasi kurang lebih jam.

Jadi infeksi nifas dimulai hari kedua postpartum.

Bila infeksi terjadi pada hari pertama kemungkinan
infeksi terjadi sebelum persalinan.
Apabila terjadi kenaikan suhu tubuh yang
terjadi pada masa nifas tetapi tidak
ditemukan sebab-sebab ekstragenital maka
dianggap sebagai infeksi nifas
Faktor predisposisi :
daya tahan tubuh menurun, kurang gizi,
malnutrisi, anemia, kelelahan, sedang sakit
hygiene buruk
proses persalinan bermasalah
tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban
dan bekuan darah
Kelainan dan penyakit lain dalam masa nifas
Kelainan ini berupa :
Kelainan pada mammae, berupa bendungan air
susu, mastitis, galaktocele, kelainan putting susu
Kelainan pada uterus, yakni subinvolusi (bisa
dicegah dengan menyusui bayi), metritis,
perdarahan post-partum lanjut (perdarahan
setelah 24 jam pasca persalinan)
Kelainan-kelainan lainnya, berupa trombosis dan
embolisme, nekrosis hipofisis (sindrom sheehan),
depresi post-partum.

Diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul :
1. Cemas
2. Kurang pengetahuan
3. Ketidakefektifan menyusui
4. Resiko infeksi
5. Proses parenting

Você também pode gostar