Kesadaran berpolitik bagi pemilih pemula perlu diaktualisasikan melalui pembelajaran yang melibatkan secara langsung pemilih pemula. Pemilih pemula merupakan sasaran yang potensial untuk mendulang suara bagi partai politik dan para calon legislative. Pemilih pemula Indonesia memiliki anatomi yang paling seksi, diantaranya adalah karakter politik yang cenderung masih polos dan dinilai belum terpola. Mereka cenderung berpikir terbuka, meskipun di sisi lain tetap berkeinginan kritis, kosmopolitan, dan mengikuti sejumlah perkembangan politik nasional, hal ini menjadi sangat menarik untuk dijadikan ajang perebutan suara. Pemilih pemula merupakan kategori pemilih yang diharapkan bersifat aktif. Sehingga yang dapat meraih simpati pemilih pemula, mencerminkan partai sebagai sosok yang dinamis. Selain itu, jika sukses menarik suara mereka maka identik dengan investasi politik di masa depan dan memunculkan image partai politik masa depan. Berdasarkan data Sensus Penduduk 2010 (BPS), didasarkan pada asumsi bahwa pemilih pemula di 2014 yang berusia antara 17 s/d 21 tahun, angkanya cukup besar yaitu hampir 13% dari penduduk yang memiliki hak pilih. Jumlah ini juga akan lebih besar jika kita mengasumsikan bahwa pemilih pemula berusia antara 17 s/d 23 tahun. Pada 2014 jumlah kelompok umur tersebut diproyeksikan 30,2 juta orang atau sekitar 17% dari proyeksi penduduk yang memiliki hak pilih. Pemilih pemula adalah pemilih masa depan yang harus digarap menjadi pemilih yang berstruktur positif. Pemilih berstruktur positif adalah pemilih yang dididik menjadi sosok pemilih yang mengerti akan hak dan kewajiban demokratis. Sehingga jika dia harus berpartisipasi, maka akan memahami partisipasi politiknya dan bukanlan menjadi partisipasi kosong yang habis mencoblos selesai sudah. Generasi muda yang apatis harus segera dibenahi agar tidak berkembang karena minimnya minat generasi muda dalam persoalan politik berbangsa dewasa ini menjadi persoalan bersama. Keberadaan generasi muda yang mulai memasuki usia produktif secara politik amatlah penting dalam pembangunan bangsa, sehingga kesadaran dan kepedulian mereka terhadap perkembangan politik harus dibina sejak dini. Pendidikan politik yang konstruktif dan benar menjadi sesuatu yang mutlak untuk pemilih pemula, karena di sinilah salah satu proses pembentukan karakter politik seorang anak bangsa terletak. Penulis : Winda Rachelina