Você está na página 1de 11

ALERGI MAKANAN

3.Etiologi
Terdapat 3 faktor penyebab terjadinya alergi makanan, yaitu faktor genetik,
imaturitas usus, pajanan alergi yang kadang memerlukan faktor pencetus.
Faktor genetik
Alergi dapat diturunkan dari orang tua atau kakek/nenek pada penderita . Bila
ada orang tua, keluarga atau kakek/nenek yang menederita alergi kita harus
mewaspadai tanda alergi pada anak sejak dini. Bila ada salah satu orang tua
yang menderita gejala alergi maka dapat menurunkan resiko pada anak sekitar
17 40%,. Bila ke dua orang tua alergi maka resiko pada anak meningkat
menjadi 53 - 70%.
Untuk mengetahui resiko alergi pada anak kita harus mengetahui
bagaimana gejala alergi pada orang dewasa. Gejala alergi pada orang dewasa
juga bisa mengenai semua organ tubuh dan sistem fungsi tubuh.
Disamping tanda dan gejala alergi yang berkaitan dengan organ tubuh
manusia, terdapat beberapa tanda umum pada penderita alergi. Menurut
Richard Mackarness tahun 1992 berpendapat terdapat 5 gejala kunci pada
alergi dewasa adalah :
1. Berat badan yang berlebihan atau sebaliknya berat badan kurang.
2. Kelelahan terus menerus dalam beberapa saat dan tidak lenyap
walaupun telah beristirahat.
3. Terjadi pembengkakan di sekitar mata, tangan, abdomen,
pergelangan kaki.
4. Denyut jantung yang cepat dan berdebar-debar, khususnya setelah
makan
5. Keringat yang berlebihan walupun tidak berolahraga.
Kriteria tersebut berlaku bila dokter tidak menemukan penyebab atau
gangguan penyakit lain yang mengakibatkan gejala tersebut.
Imaturitas usus
Secara mekanik integritas mukosa usus dan peristaltik merupakan pelindung
masuknya alergen ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim
pencernaan menyebabkan denaturasi allergen. Secra imunologik sIgA pada
permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat menangkal allergen
masuk ke dalam tubuh. Pada usus imatur system pertahanan tubuh tersebut
masih lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan alergen masuk ke
dalam tubuh.
Pajanan alergi
Pajanan alergi yang merangsang produksi IgE spesifik sudah dapat terjadi sejak
bayi dalam kandungan. Diketahui adanya IgE spesifik pada janin terhadap
penisilin, gandum, telur dan susu. Pajanan juga terjadi pada masa bayi.
Pemberian ASI eksklusif mengurangi jumlah bayi yang hipersensitif terhadap
makanan pada tahun pertama kehidupan. mPewmberian PASI meningkatkan
angka kejadian alergi
PENYEBAB ALERGI
Gejala dan tanda alergi pada anak dapat ditimbulkan oleh adanya alergen
sebagai penyebab yang diterima oleh di antaranya dapat dilihat pada table 2.
Beberapa makanan yang berbeda kadang menimbulkan gejala alergi yang
berbeda pula, misalnya pada alergi ikan laut menimbulkan gangguan kulit
berupa urtikaria, kacang tanah menimbulkan gangguan kulit berupa papula
atau furunkel. Sedangkan buah-buahan menimbulkan gangguan batuk atau
pencernaan. Meskipun demikian ada beberapa pakar alergi makanan yang
berpendapat bahwa jenis makanan tidak spesifik menimbulkan gejala tertentu.
Beberapa hal yang menyulut atau mencetuskan timbulnya alergi disebut
faktor pencetus. Faktor pencetus tersebut dapat berupa faktor fisik seperti
dingin, panas atau hujan, kelelahan, aktifitas berlebihan tertawa, menangis,
berlari,olahraga. Faktor psikis berupa kecemasan, sedih, stress atau ketakutan.
Faktor pencetus sebetulnya bukan penyebab serangan alergi, tetapi
menyulut terjadinya serangan alergi. Bila terdapat pencetus alergi disertai
terpapar penyebab alergi maka keluhan atau gejala alergi yang timbul jadi
lebih berat. Tetapi bila tidak terkena penyebab alergi meskipun terdapat
pencetus, keluhan alergi tidak akan muncul. Hal ini yang dapat menjelaskan
kenapa suatu ketika meskipun dingin, kehujanan atau kelahan seorang
penderita asma tidak kambuh. Berarti saat itu penderita tersebut sementara
terhindar dari penyebab alergi seperti makanan, debu dan sebagainya.
Makanan yang paling umum yang menyebabkan reaksi alergi adalah
1. Susu sapi
2. Telur
3. Daging
4. Legume: kacang tanah,kedelai
5. Tree nuts:almond,kacang brazil,kacang mede,kemiri
6. Biji-bijian:biji bunga matahari,biji kapas
7. Crustacea:lobster,kepiting,udang,dan udang karang
8. Kerang-kerangan:tiram,keong/siput,gurita,cumi-cumi
9. Sayuran:seledri,wortel,tomat,kentang
10. Buah-buahan:apel,pir,melon,semangka,pisang,alpukat
11. Sereal:gandum,gandum hitam
12. Protein bukan makanan:polen

4.Patofipologi
Alergi adalah suatu proses inflamasi yang tidak hanya berupa reaksi
cepat dan lambat tetapi juga merupakan proses inflamasi kronis yang
kompleks dipengaruhi faktor genetik, lingkungan dan pengontrol
internal. Berbagai sel mast, basofil, eosinofil, limfosit dan molekul
seperti IgE, mediator sitokin, kemokin merupakan komponen yang
berperanan inflamasi.
Alergen di dalam makanan adalah protein, glikoprotein atau polipeptida
dengan berat molekul lebih dari 18.000 dalton, tahan panas dan tahan
ensim proteolitik. Alergen makanan dapat menimbulkan reaksi alergi.
Menurut cepat timbulnya reaksi maka alergi terhadap makanan dapat
berupa reaksi cepat (Immediate Hipersensitivity/rapid onset reaction)
dan reaksi lambat (delayed onset reaction).
Immediate Hipersensitivity atau reaksi cepat terjadi berdasarkan reaksi
hipersensitifitas tipe I (Gell& Coombs). Terjadi beberapa menit sampai
beberapa jam setelah makan atau terhirup pajanan alergi.
Delayed Hipersensitivity atau reaksi lambat terdapat 3 kemungkinan,
yaitu terjadi berdasarkan reaksi hipersensitifitas tipe I fase lambat, reaksi
hipersensitifitas tipe III dan reaksi hipersensitifitas tipe IV. Terjadi lebih
dari 8 jam setelah terpapar allergen.
Reaksi tipe III dihubungkan dengan bukti ditemukannya IgG terhadap
susu dalam sirkulasi anak yang alergi susu. Sedangkan reaksi tipe IV
secara invitro terbukti dengan reaksi selular terhadap fraksi protein susu
melalui uji stimulasi limfosit, uji tranformasi blast dan uji hambatan
migrasi leukosit.
Gejala klinis terjadi karena reaksi imunologik melalui pengeluaran
mediator yang mengganggu organ tertentu yang disebut organ sasaran.
Organ sasaran tersebut misalnya paru-paru maka manifestasi klinisnya
adalah batuk atau asma bronchial, bila sasarannya kulit akan terlihat
sebagai urtikaria, bila organ sasarannya saluran pencernaan maka
gejalanya adalah diare dan sebagainya.
Ketika protein makanan melewati sawar mukosa,terikat dan bereaksi
silang dengan antibodi tersebut,akan memicu IgE yang telah berikatan
dengan sel mast dan basofil.Kemudian sel mast akan melepaskan
berbagai mediator(histamin,prostaglandin,leukotrien)yang akan
menyebabkan vaodilatasi,sekresi mukus,kontraksi otot polos,dan influks
sel inflamasi lain sebagai bagian reaksi hipersensitivitas cepat.Sel mast
yang teraktivasi tersebut juga mengeluarkan berbagai sitokin lain yang
dapat menginduksi reaksi tipe lambat.Selama 4-8 jam pertama,neutrofil
dan eosinofil akan dikeluarkan ke tempat reaksi alergi.Neutrofil dan
eosinofil yang teraktivasi akan mengeluarkan berbagai mediator seperti
platelet activiting factor,peroksidase,eosinofil major basic protein dan
eosinofil cationic protein.Sedangkan 24-48 jam berikutnya,limfosit dan
monosit menginfiltrasi lokasi tersebut dan memici reaksi inflamatorik
kronik.

5.manifestasi klinis
Keluhan alergi sering sangat misterius, sering berulang, berubah-
ubah datang dan pergi tidak menentu. Kadang minggu ini sakit
tenggorokan, minggu berikutnya sakit kepala, pekan depannya diare
selanjutrnya sulit makan hingga berminggu-minggu. Bagaimana keluhan
yang berubah-ubah dan misterius itu terjadi. Ahli alergi modern
berpendapat serangan alergi atas dasartarget organ (organ sasaran).
Reaksi alergi merupakan manifestasi klinis yang disebabkan
karena proses alergi pada seseorang anak yang dapat menggganggu
semua sistem tubuh dan organ tubuh anak.. Organ tubuh atau sistem
tubuh tertentu mengalami gangguan atau serangan lebih banyak dari
organ yang lain. Mengapa berbeda, hingga saat ini masih belum banyak
terungkap. Gejala tergantung dari organ atau sistem tubuh , bisa
terpengaruh bisa melemah. Jika organ sasarannya paru bisa
menimbulkan batuk atau sesak, bila pada kulit terjadi dermatitis atopik.
Tak terkecuali otakpun dapat terganggu oleh reaksi alergi. Apalagi organ
terpeka pada manusia adalah otak. Sehingga dapat dibayangkan
banyaknya gangguan yang bisa terjadi.












6.Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan diagnosis klinis, yaitu anamnesa dan
pemeriksaan yang cermat tentang riwayat keluarga, riwayat pemberian
makanan, tanda dan gejala alergi makanan sejak bayi dan dengan
eliminasi dan provokasi.
Jenis alergi makanan di tiap Negara berbeda tergantung usia dan
kebiasaan makan makanan tertentu. Alergi makanan pada bayi di
Amerika Serikat terbanyak disebabkan karena protein susu sapi, sereal,
telur, ikan dan kedelai. Pada usia lebih tua coklat, kacang tanah lebih
berperanan.
PROVOKASI MAKANAN SECARA BUTA (DOUBLE BLIND PLACEBO
CONTROL FOOD CHALENGE = DBPCFC)
Berbagai klinik alergi berbeda dlam melakukan eliminasi dan provokasi.
Cara tersering dipakai adalah provokasi makanan secara buta. Makanan
penderita dieliminasi selama 2-3 minggu dalam diet sehari-hari. Setelah
3 minggu bila keluhannya menghilang maka dilanjutkan dengan
provokasi makanan yang dicurigai.
Setelah itu dilakukan diet provokasi 1 bahan makanan dalam 1
minggu bila timbul gejala dicatat. Disebut allergen bila dalam 3 kali
provokasi menimbulkan gejala alergi.

7.Pemeriksaan penunjang
UJI KULIT ALERGI
Uji kulit dapat dilakukan dengan uji gores (scratch test), uji tusuk (prick
test) dan uju suntik intradermal (intrademal test). Dapat dilakukan
sebagai pemeriksaan penyaring dengan menggunkan ekstrak allergen
yang ada di lingkungan penderita seperti debu, bulu kucing, susu, telur,
coklat, kacang dan lain-lain. Uji kulit sangatlah terbatas nilai
diagnostiknya, karena hanya bisa mendiagnosis alergi makanan tipe 1
(tipe cepat). Hasil uji kulit bukanlah hasil ahkir atau penentu diagnosis.
DARAH TEPI, FOTO TORAKS, IgE TOTAL DAN SPESIFIK DAN PEMERIKSAAN
PENUNJANG LAINNYA (lemak tinja, immunoglobulin, antibody
monoclonal dalam sirkulasi, pelepasan histamine oleh basofil (Basofil
histamine release assay/BHR), kompleks imun dan imunitas seluler,
Intestinal mast cell histamine release (IMCHR), provokasi intra gastral
melalui endoskopi, biopsy usus setelah dan sebelum pemberian
makanan)

8.Penatalaksanaan
Penanganan alergi pada anak haruslah dilakukan secara benar,
paripurna dan berkesinambungan. Pemberian obat terus menerus
bukanlah jalan terbaik dalam penanganan alergi, tetapi yang paling ideal
adalah menghindari penyebab yang bisa menimbulkan keluhan alergi
tersebut.
Penghindaran makanan penyebab alergi pada anak harus
dicermati secara benar, karena beresiko untuk terjadi gangguan gizi.
Sehingga orang tua penderita harus diberitahu tentang makanan
pengganti yang tak kalah kandungan gizinya dibandingklan dengan
makanan penyebab alergi. Penghindaran terhadap susu sapi dapat
diganti dengan susu soya, formula hidrolisat kasein atau hidrolisat
whey., meskipun anak alergi terhadap susu sapi 30% diantaranya alergi
terhadap susu soya. Sayur dapat dipakai sebagai pengganti buah. Tahu,
tempe, daging sapi atau daging kambing dapat dipakai sebagai pengganti
telur, ayam atau ikan. Pemberian makanan jadi atau di rumah makan
harus dibiasakan mengetahui kandungan isi makanan atau membaca
label makanan.
Obat-obatan simtomatis, anti histamine (AH1 dan AH2), ketotifen,
ketotofen, kortikosteroid, serta inhibitor sintesaseprostaglandin hanya
dapat mengurangi gejala sementara, tetapi umumnya mempunyai
efisiensi rendah. Sedangkan penggunaan imunoterapi dan natrium
kromogilat peroral masih menjadi kontroversi hingga sekarang.

Ada beberapa upaya pencegahan yang perlu diperhatikan supaya
anak terhindar dari keluhan alergi yang lebih berat dan berkepanjangan :
Hindari atau minimalkan penyebab alergi sejak dalam
kandungan, dalam hal ini oleh ibu.
Hindari paparan debu di lingkungan seperti pemakaian
karpet, korden tebal, kasur kapuk, tumpukan baju atau
buku. Hindari pencetus binatang (bulu binatang piaraan
kucing dsb, kecoak, tungau pada kasur kapuk.
Tunda pemberian makanan penyebab alergi, seperti telor,
kacang tanah dan ikan di atas usia 2-3 tahun. Bila membeli
makanan dibiasakan untuk mengetahui komposisi makanan
atau membaca label komposisi di produk makanan tersebut.
Bila bayi minum ASI, ibu juga hindari makanan penyebab
alergi.Bila ASI tidak memungkinkan atau kalau perlu kurang
gunakan susu hipoalergenik formula.
Bila timbul gejala alergi, identifikasi pencetusnya dan
hindari.

RINGKASAN
Permasalahan alergi pada anak tampaknya tidak sesederhana
seperti yang telah diketahui. Sering berulangnya penyakit, demikian
luasnya sistem tubuh yang terganggu dan bahaya komplikasi yang terjadi
tampaknya merupakan akibat yang harus lebih diperhatikan demi
terbentuknya tumbuh dan kembang Anak yang optimal.
Penatalaksanaan Alergi pada anak diharapkan dilakukan
dengan paripurna dan menyeluruh sehingga kesalahan diagnosis atau
kesalahan penanganan serta komplikasi yang dapat ditimbulkan dapat
dicegah.
Pemeriksaan alergi berupa tes kulit, dan RAST sangat
terbatas sebagai alat diagnosis. Sehingga tidak boleh menghindari
makanan penyebab alergi berdasarkan karena tes kulit alergi. Pemberian
obat terus menerus bukanlah jalan terbaik dalam penanganan alergi.
Paling ideal dalam mencegah timbulnya alergi adalah menghindari
pencetus atau penyebabnya. Hal ini memerlukan pengamatan yang
cermat dan kerjasma yang baik antara dokter, pasien dan keluarga.
Resiko dan gejala alergi bisa diketahui dan di deteksi sejak dalam
kandungan dan sejak lahir, sehingga pencegahan gejala alergi dapat
dilakukan sedini mungkin kalau perlu sejak dalam kandungan. Resiko
terjadinya komplikasi dan gangguan organ atau sistem tubuh diharapkan
dapat dikurangi.

Você também pode gostar