Você está na página 1de 15

ARTIKEL PENELITIAN

ANALISIS STRATEGI KEHUMASAN JAMINAN KESEHATAN ACEH (JKA)


DALAM MENSOSIALISASIKAN PROGRAM JKA KEPADA PUBLIK

Rahmat Saleh, Nur Anisah
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Analisis Strategi Kehumasan JKA dalam Mensosialisasikan
Program JKA kepada Publik. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan dirancang untuk
mendapatkan analisis mengenai strategi kehumasan khususnya program JKA dibawah payung
Dinas Kesehatan Aceh. Hasil temuan penelitian ini menunjukan bahwa Humas JKA belum
memanfaatkan media massa dengan maksimal dalam mensosialisasikan JKA kepada publik.
Fungsi media dalam mensosialisasikan JKA masih terbatas kepada inisiatif internal media dalam
menjalankan fungsi media dalam pengawasan dan memberikan informasi kepada publik bukan
karena hubungan yang terbangun dengan terencana antara Humas JKA. Fungsi sosialisasi yang
dilakukan oleh Humas JKA juga lebih banyak dengan cara-cara konvensional dan langsung
kepada unit-unit pelayanan JKA seperti Puskesmas dan Rumah Sakit.
Kata kunci: strategi kehumasan, sosialisasi, publik humas


ABSTRACT
This study entitled "An Anaysis of Public Relations Strategy of JKA in Socializing JKA to
Public". This study is a qualitative research and designed to obtain an analysis of the public
relations strategy of JKA program under the umbrella of the Provincial Health Office, Aceh .
The findings of this study indicated that JKAs PR has not utilized the mass media well in
disseminating JKA messages to the public. The function of the media in disseminating JKAs
messages still confined to the internal media initiative in carrying out the functions of the media
in monitoring and providing information to the public. JKAs PR, yet has not well developed
tight relationship with the media in attracting media to desiminate JKAs messages naturally.
Socialization functions that performed by JKAs PR is more conventional way and directly to the
JKAs service units such as health centers and hospitals.
Keywords: public relations strategy, socialization, public of PR



1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Sejak lima tahun terakhir, aspek kesehatan, terutama infrastruktur pelayanan kesehatan
dasar dan rumah sakit telah meningkat secara signifikan di Provinsi Aceh. Sumber Daya
Manusia (SDM) kesehatan juga meningkat terutama kuantitasnya. Implementasi otonomi daerah
dan pelaksanaan UUPA (Undang-Undang Pemerintahan Aceh), telah meningkatkan pendapatan
Pemerintah Aceh dan Kabupaten/Kota yang juga berdampak positif terhadap peningkatan
anggaran di bidang kesehatan. Namun, perbaikan infrastruktur, peningkatan jumlah SDM dan
pembiyaan kesehatan, ternyata belum sepenuhnya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Aceh. Setidaknya, tantangan terbesar masih berkisar pada upaya penurunan Angka Kematian
Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (MMR) dan status gizi masyarakat (gizi buruk) dan kualitas
pelayanan kesehatan. Sebuah survey kesehatan nasional dasar (Riskesda) baru-baru ini
melaporkan bahwa masyarakat Aceh mempunyai risiko untuk menderita beberapa penyakit
kronis dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia (Asnawi Abdullah, 2011:47).
Dalam hal pembiayaan keseahtan, terlepas dari masih banyak pro dan kontrak tentang
kualitas pelayanan Program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA), namun, program asuransi ini
merupakan satu-satunya program jaminan asuransi kesehatan yang diperuntukkan bagi
masyarakat Aceh tanpa membedakan kategori kelas sosial, pendidikan, dan status ekonomi.
Hanya dengan bermodalkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Aceh, maka siapapun akan dapat
menikmati fasilitas layanan JKA, kecuali bagi mereka yang sudah memiliki ASKES dan/atau
Jamsostek. Namun, dalam pelaksanaanya, program JKA kerapkali menuai permasalahan baik
dari sisi pelayanan, eksekusi teknis, bahkan minimnya informasinya yang dapat diakses oleh
masayarakat (publik) dalam mengakses pelayanan JKA mulai dari tingkat unit pelayanan
kesehatan terendah seperti di Puskesmas hingga ke Rumah Sakit Umum Daerah, sekelas RSUZA
Banda Aceh. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada sesuatu yang tidak berjalan dengan baik
antara pengelolaan program JKA khususnya dibawah jajaran Dinkes Aceh dalam berkomunikasi
dengan publik-publiknya. Atas dasar tersebut, penelitian ini memiliki urgensi untuk mengkaji
lebih jauh tentang program kehumasan JKA dalam membangun komunikasi dengan para
publiknya.

1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana program kehumasan yang telah dijalankan oleh Humas JKA?
2. Bagaimana hubungan-hubungan yang telah dan sedang dibangun oleh Humas JKA
dengan beragam publiknya?
3. Apa saja capaian dari program-program kehumasan tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui program kehumasan yang telah dijalankan oleh Humas JKA.
2. Mengetahui hubungan-hubungan yang telah dan sedang dibangun dengan beragam
publiknya oleh Humas JKA.
3. Mengetahui capaian dari program-program kehumasan tersebut dalam konteks eksposure
nya kepada publik.


1.4 Tinjauan Pustaka
Pengertian Hubungan Masyarakat (Public Relations)
Humas pada saat ini banyak dipraktekkan di berbagai organisasi dalam rangka menunjang
organisasi untuk mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Pelaksanaan PR dalam
organisasi atau perusahaan dititikberatkan pada keterampilan membina hubungan antar manusia
di dalam organisasi untuk mengatasi timbulnya masalah. Menurut International Public Relations
Association (IPRA), Humas adalah fungsi manajemen dari ciri yang terencana dan berkelanjutan
melalui organisasi dan lembaga swasta atau publik (public) untuk memperoleh pengertian,
simpati, dan dukungan dari mereka yang terkait atau mungkin ada hubungannya dengan
penelitian opini publik di antara mereka (Soemirat dan Elvinaro, 2007: 14). Sementara menurut
Philip Henslowe (2003), sebagai sebuah profesi seorang Humas bertanggung jawab untuk
memberikan informasi, mendidik, meyakinkan, meraih simpati, dan membangkitkan ketertarikan
masyarakat akan sesuatu atau membuat masyarakat mengerti dan menerima sebuah situasi.
Menurut Frank Jeffkins, humas merupakan sesuatu yang terdiri dari semua bentuk komunikasi
berencana baik ke dalam maupun ke luar antara organisasi dengan publiknya untuk mencapai
tujuan khusus, yakni pengertian bersama.

Pentingnya Humas Pemerintah
Mengutip definisi humas oleh Joice J Gordon yang diintisarikan dalam buku Effective
Public Relation, humas seharusnya memiliki fungsi dan peran mempertahankan hubungan yang
baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik. Gordon merangkum tugas-tugas seorang
humas pemerintah sebagai berikut:
1. Memberi informasi konstituen tentang aktivitas agen pemerintah.
2. Memastikan kerjasama aktif dalam program pemerintah; voting, curbside recycling, dan
juga kepatuhan kepada program aturan-kewajiban menggunakan sabuk pengaman, dll.
3. Mendorong warga mendukung kebijakan dan program yang ditetapkan; sensus, program
pengawasan keamanan lingkungan, kampanye penyadaran akan kesehatan personal,
bantuan untuk pertolongan bencana.
4. Melayani sebagai advokat publik untuk administrator pemerintah; menyampaikan opini
public kepada pembuat keputusan, mengelola isu publik di dalam organisasi serta
meningkatkan aksesibilitas public ke pejabat administrasi.
5. Mengelola informasi internal; menyiapkan newsletter organisasi, pengumuman
elektronik, dan isi situs internet organisasi untuk karyawan.
6. Memfasilitasi hubungan media-menjaga hubungan dengan pers local; bertugas sebagai
saluran untuk semua pertanyaan media; memberitahu pers tentang organisasi dan
praktiknya serta kebijakanya.
7. Membangun komunitas dan bangsa; menggunakan kampanye kesehatan publik dengan
dukungan pemerintah dan program keamanan publik lainnya serta mempromosikan
berbagai program social dan pembangunan.

Relasi Humas dan Media (Media Relations)
Hubungan pers (press relations) adalah upaya-upaya untuk mencapai publikasi atau
penyiaran yang maksimum atas suatu pesan atau informasi Humas dalam rangka menciptakan
pengetahuan dan pemahaman bagi publik. Dalam prakteknya, hubungan pers ternyata tidak
hanya terkait dengan kalangan pers (istilah yang populer bagi kalangan media cetak, khususnya
jurnalisme surat kabar) saja, melainkan juga semua bentuk media lainnya, media cetak, media
bioskop, media elektronik seperti halnya radio dan televisi, dan sebagainya.

Strategi dan Operasional Kehumasan
Kata strategi mempunyai pengertian yang terkait dengan hal-hal seperti kemenangan,
kehidupan atau daya juang. Artinya, menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan mampu atau
tidaknya perusahaan atau organisasi menghadapi teknan yang muncul dari dalam maupun di luar.
Sementara operasional merupakan perjalanan atau pengelolaan suatu program daru sebuah
strategi baik secara teknisi maupun majerial dengan tujuan yang diharapkan. Dengan ini peranan
Humas dalam organisasi atau perusahaan melakukan teknisi komunikasi (communication
Technician), maka Humas beserta staffnya memiliki tanggung jawab serta wewenang untuk
menyusun program atau kegiatan mulai dari pengumpulan data, menganalisa masalah, kemudian
perencanaan sampai pengawasan atau penilaian terhadap hasil dari sebuah kegiatan tersebut,
yang dicapai baik secara kualitas maupun kuantitas.

Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi adalah suatu proses pemindahan ide atau gagasan dari masyarakat kepada
individu sehingga ide atau gagasan tersebut menjadi ide atau gagasan individu. Soeroso
(2008:82) menyebutkan bahwa, sosialisasi dapat diartikan sebagai proses belajar individu untuk
mengenal dan menghayati norma-norma serta nilai-nilai sosial sehingga menjadi pembentukan
sikap untuk berprilaku sesuai dengan tuntutan atau perilaku masyarakatnya. Pada dasarnya teori-
teori yang dikemukakan oleh para ahli adalah mencoba menjelaskan bagaimana proses
sosialisasi tersebut terjadi. Sosialisasi adalah upaya untuk menciptakan sebuah keadaan yang
harmonis tanpa ada rintangan dalam menyikapi sebuah keadaan, dalam sosialisasi dibutuhkan
partisipasi yang efektif dari berbagai pihak, sehingga tujuan dari sosialisasi tersebut bisa
tercapai. Peran Humas JKA dalam mensosialisasi program JKA adalah mampu memberikan
pengertian serta pemahaman kepada masyarakat agar masyarakat mengerti dan memahami
prosedur untuk mendapatkan fasilitas layanan dari program JKA.

Fokus Penelitian
Korelasi dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya adalah sama-sama
mengkaji tentang JKA, namun dari sudut pandang yang berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh
peneliti-peneliti sebelumnya mengkaji bagaimana implementasi kebijakan JKA di Kab. Bireuen,
dan Peran Humas JKA dalam mensosialisasi JKA ke semua stakeholders. Sedangkan dalam
penelitian ini peneliti menganalis lebih dalam mengenai strategi kehumasan Jaminan Kesehatan
Aceh (JKA) dalam mensosialisasikan program JKA kepada publik.

2. Metode Penelitian
Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini akan menggunakan
pendekatan kualitatif dengan prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis ataupun lisan dari orang-orang yang perilakunya akan diamati. Tujuannya adalah untuk
memperoleh pemahaman yang otentik mengenai pengalaman orang-orang, sebagaimana
dirasakan oleh yang bersangkutan (Mulyana, 2001: 156). Creswell (1998:14) menyatakan
penelitian kualitataif adalah penelitian yang latar tempat dan waktu alamiah, peneliti merupakan
instrumen pengumpul data dan kemudian data dianalisisnya secra induktif kemudian
menjelaskan proses yang diteliti secara ekspresif. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian
kualitatif ini, menggunakan metode wawancara, pengamatan, penelahaan dokumen, survei dan
data apapun untuk menjelaskan subjek yang diteliti (Mulyana, 2001: 201). Metode-metode
tersebut kemudian disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

3. Hasil Penelitian
3.1 Sekilas Tentang Program JKA
Berdasarkan Keputusan Gubernur Aceh Nomor 420/483/2010 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Aceh (JKA), Program JKA dilaksanakan diseluruh Rumah Sakit
dan Pukesmas yang ada di Aceh, program ini menelan anggaran pada tahun 2010 berjumlah 241
miliar rupiah dari dana APBA. Kemudian tahun 2011 399 milyar rupiah, untuk mendukung
suksesnya program JKA 2012, maka Pemerintah Aceh telah mengusul anggaran sebesar 419
milyar rupiah. (Berita sore, 5 Januari 2012). Mantan Gubernur Provinsi Aceh, Drh. Irwandi
Yusuf M.Sc., menempatkan Program JKA sebagai salah satu upaya meningkatkan sumber daya
manusia di Provinsi Aceh. Program JKA bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan,
mendorong kreatifitas, dan produktifitas masyarakat Aceh untuk menggapai visi Aceh 2015
ACEH SEHAT YANG ISLAMI, MANDIRI, BERKEADILAN, DAN SEJAHTERA.
Tujuan umum program JKA adalah mewujudkan jaminan kesehatan bagi seluruh
masyarakat Aceh yang berkeadilan, tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, jenis
kelamin dan usia dalam rangka meningkatkan produktifitas dan kesejahteraan.

Dasar Hukum
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Aceh didasari oleh beberapa kekuatan
hukum, yaitu:
1. Qanun Aceh No. 4 Tahun 2010 tentang Kesehatan
2. Peraturan Gubernur Aceh No. 56 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan JKA.
3. Perjanjian Kerjasama antara Gubernur Aceh dengan PT. Askes (Persero) No.
05/PKS/2011 dan No. 100/KTR/0411 tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan
Aceh.
4. Undang_Undang Dasar 1945, Pasal 28 (1); 34 (1)
5. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.
7. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Badan Penyelenggara dan Peserta atau Pengguna Program JKA
Badan Penyelenggara Program JKA
Penyelenggaraa JKA dilaksanakan oleh PT. Askes (Persero). Tugas dan fungsi PT. Askes
(Persero) sebagai pengelola Program JKA tertuang dalam Perjanjian kerjasama antara Gubernur
Aceh dengan PT. Askes (Persero) tentang Penyelenggaraan JKA nomor 05/PKS/2011 dan nomor
100/KTR/0411. (www.jamsosindonesia.com/jamsosda/cetak12 diakses pada 04-11-2013)

Peserta atau Pengguna Program JKA
Berdasarkan Pergub Aceh nomor 56 tahun 2011 pasal 4 menyebutkan bahwa peserta
JKA adalah seluruh penduduk Aceh, kecuali:
1. Peserta Program Askes Sosial PT Askes (Persero) termasuk pejabat negara yang
iurannya dibayar pemerintah Pusat, Pemerintah Aceh, dan Pemerintah Kabupaten/Kota
2. Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Jamsostek.
Yang dimaksud Penduduk Aceh adalah seluruh masyarakat yang berdomisili di Aceh di
buktikan dengan memiliki KTP Aceh atau KK Aceh atau surat keterangan penduduk yang dibuat
oleh kepala desa berdasarkan persetujuan camat setempat.

3.2 Program Yang Telah Dijalankan Humas JKA
Peran Humas JKA
Humas JKA merupakan salah satu sub unit kerja yang bernaung di bawah Dinas Kesehatan
Provinsi Aceh (Dinkes), ruang humas JKA terletak dilantai dua gedung Dinkes dan dijabat oleh
Saifullah Abdulgani sebagai Kabag humas JKA. Humas berperan untuk membangun
komunikasi yang efektif terutama kepada masyarakat serta unsur-unsur terkait di wilayah kerja
humas, begitu pula yang diharapkan pada unit humas JKA, humas JKA dituntut dapat
membangun relasi ke semua pihak yang terkait dengan program tersebut.
Koordinasi merupakan poin penting yang perlu diperhatikan dalam menjalankan tugas
kehumasan, koordinasi berfungsi sebagai jembatan informasi dimana pihak-pihak yang
berwenang akan lebih mudah bekerja dengan terjalin koordinasi yang efektif. Berdasarkan
keterangan yang utarakan oleh humas JKA, bahwa pihak humas lebih memposisikan peran
mereka sebagai negosiator jika menghadapi setiap permasalahan yang muncul. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya pengaduan yang diterima tentang pelayanan, misalnya pasien JKA yang
diterlantarkan, tidak adanya dokter. Permasalahan teknis yang demikian sangat sering terjadi,
pihak humas tidak bisa mencampuri hal tersebut dikarenakan perbedaan wilayah kerja.
Salah satu peran penting dari humas adalah fungsi informasi dan pengawasan, dimana
informasi yang dibutuhkan akan terealisasi dengan ada unit humas yang bekerja secara
profesional. Pengawasan terhadap kinerja aparatur akan lebih terawasi apabila ada unit humas
yang membidangi tentang JKA. Peneliti berharap dengan adanya persoalan yang terjadi selama
program JKA ini berlansung, dapat menjadi acuan bagi Pemerintah Aceh untuk menambah
aturan yang dianggap perlu. Sehingga pelayanan untuk mendapatkan layanan kesehatan gratis
bagi masyarakat Aceh dapat berjalan maksimal.

Pesan kunci (key messages) Program Kehumasan
Pesan utama yang ingin disampaika oleh Pemerintah Aceh melalui Dinas Kesehatan
Provinsi Aceh antara lain mencakup kebijakan tentangrogram JKA, akses pelayanan kesehatan
secara gratis, sasaran peserta yang luas tanpa membedakan statu sosial, ekonomi, agama, jenis
kelamin, dan usia, dalam rangka menciptakan dan meningkatkan kesejahteraan serta kesehatan
bagi seluruh masyarakat Aceh. Sasaran dari program JKA adalah seluruh penduduk Aceh yang
memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Aceh dan atau yang namanya tercantum dalam Kartu
Keluarga (KK) Aceh, kecuali tidak berlaku bagi mereka yang telah memiliki atau penerima
jaminan kesehatan dari tempat mereka bekerja.

Media dan Materi Komunikasi Kehumasan JKA
Untuk menunjang program JKA ini agar berhasil dan sampai kepada masyarakat, maka
pihak humas JKA mengunakan beberapa jenis media komunikasi. Selain media, masyarakat atau
publik yang menjadi sasaran dari penerima informasi harus dilihat dan dianalisa oleh pihak
humas JKA. Hal ini dimaksudkan agar pemilihan media tepat dan sia-sia. Karena tujuan dari
penyampaian informasi adalah agar masyarakat mengetahui dan memahami, sehingga mereka
dapat menerima manfaat dan melaksanakan Program JKA dengan baik. Berdasarkan hasil
pengamatan peneliti, media komunikasi yang digunakan oleh humas Program JKA sudah
beragam, yaitu:
1. media yang digunakan sifatnya ditulis atau dicetak, seperti brosur, poster dan pamflet, berita
dan iklan di media cetak baik surat kabar maupun majalah.
2. media yang digunakan berbentuk ucapan atau lisan, seperti seminar, pelatihan, meeting, talk
show dan iklan di radio, dan press conference.
3. media yang digunakan sifatnya berupa gambar atau video, seperti, talk show dan berita
televisi, serta pameran.
Meski pihak humas JKA telah melakukan sosialisasi Program JKA melalui media-media
yang tersebut di atas, namun kenyataan di lapangan yang peneliti amati, informasi yang sampai
kepada masyarakat penerima manfaat belumlah maksimal. Hal tersebut dibuktikan masih ada
masyarakat yang kebingungan bahkan tidak mengerti tentang jalur dan prosedur dalam
memanfaat fasilitas dari Program JKA.
Beragamnya masyarakat seharusnya beragam pula cara pemilihan media serta bagaimana
menyampaikannya. Umumnya dari media yang sudah tersedia sebagaian besar informasinya baik
ditulis dan disampaikan secara lisan masih mengunakan bahasa Indonesia, tentu hal ini akan
menjadi kendala bagi masyarakat yang hanya mengerti bahasa lokal saja (Aceh, Gayo, dll).
Untuk seminar yang sudah dilakukan umumnya dilakukan terbatas bagi pegawai terkait saja, dan
kurang melibatkan masyarkat awam saja. Dalam hal ini diadakan penyuluhan-penyuluhan
langsung ke masyarkat sepertinya akan jauh lebih bermanfaat dari pada hanya mengandalkan
informasi yang disampaikan oleh petugas kesehatan Puskesmas saja.

3.3 Hubungan Humas JKA dengan Publiknya
3.3.1 Internal Public Relation
Internal Public atau publik internal adalah khalayak/publik yang menjadi bagian dari
kegiatan usaha pada suatu organisasi atau instansi itu sendiri. Dalam dunia bisnis Humas, Publik
Internal ini disesuaikan dengan bentuk daripada organisasi yang bersangkutan apakah organisasi
tersebut berbentuk suatu perusahaan dagang, instansi pemerintah ataupun lembaga pendidikan.
Jadi tergantung dari jenis, sifat atau karakter dari organisasinya. Jadi publik yang termasuk ke
dalamnya pun menyesuaikan diri dengan bentuk dari organisasinya dan umumnya khalayak atau
public tersebut adalah yang menjadi bagian dari kegiatan usaha dari badan/instansi/perusahaan
itu sendiri. Dalam hal ini peneliti mengklasifikasikan dua jenis publik internal, yaitu rumah sakit
sebagai pelaku utama yang berhubungan langsung dengan masyarakat penerima manfaat
program JKA, dan SKP terkait, dinas kesehatan.

3.3.2 Eksternal Public Relations
Eksternal Public Relations atau Publik Eksternal adalah publik yang berada di luar
organisasi/instansi/perusahaan yang harus diberikan penerangan/informasi untuk dapat membina
hubungan baik. Sama juga halnya dengan publik internal maka publik eksternal juga
menyesuaikan diri dengan bentuk atau sifat, jenis dan karakter dari organisasi yang
bersangkutan. Dengan demikian maka yang menjadi public eksternal suatu organisasi akan
berbeda dengan organisasi lainnya. Yang menjadi publik eksternal dalam penelitian ini adalah
media, universitas dan masyarakat sebagai penerima manfaat Program JKA.

3.4 Capaian-capaian Program Humas JKA
3.4.1 Sosialisasi Program JKA kepada Target Beneficiaries
Sosialisasi merupakan proses transfer informasi dan gagasan dari satu pihak ke pihak
lainnya. Sosialisasi juga dapat diartikan sebagai proses belajar individu untuk mengenal dan
menghayati norma-norma serta nilai-nilai sosial sehingga menjadi pembentukan sikap untuk
berprilaku sesuai dengan tuntutan atau perilaku masyarakatnya (Seoroso, 2008:82). Dalam
konteks JKA, humas JKA juga melakukan sosialisasi dengan memberikan pemahaman dan
informasi tentang prosedur penggunaan JKA. Sosialisasi tersebut dilakukan menurut tingkat
(layer) baik kepada petugas yang mengimplementasikan JKA, masyarakat sebagai user JKA, dan
media massa yang berfungsi mendesiminasi informasi tentang JKA lebih lanjut menjangkau
publik.
Dari hasil wawancara peneliti, dihimpun beberapa informasi bahwa salah satu penyebab
minimnya sosialisasi kepada amasyarakat tentang JKA dan layanannya adalah karena tidaknya
unit khusus yang menanggani masalah sosialisasi JKA kepada masayrakat. Unit inilah yang
seharusnya bisa dimaksimalkan dengan mempekerjakan tenaga penyuluh yang khusus di
tempatkan di Rumah Sakit dan Puskesmas untuk melayani informasi mengenai JKA. Menurut
Kabag Humas JKA, bagus tidaknya pemahaman masyarakat tentang JKA juga tidak bisa
diartikan dalam pengertian masyarakat memahami dengan begitu mendetil tentang JKA, seperti
mereka menghafal semua pedoman pelaksanaan dan pedoman teknis. Yang perlu dipastikan
adalah bahwa masyarakat paham tentang adanya layanan JKA, sementara untuk mendapatkan
informasi yang lebih mendetil, masyarakat dapat mengaksesnya kepada unit-unit yang
semestinya ada di Puskesmas dan Rumah Sakit. Sementara persepsi dari media lokal tentang
layanan JKA belum masuk kategori negatif, hanya saja media lokal seperti Serambi Indonesia
lebih menitikberatkan pemberitaannya tentang pengawasan program seperti apakah program
JKA sudah dipahami dengan baik oleh Dinas di tingkat dua dan unit layanan seperti Puskesmas
dan Rumah Sakit.

3.4.2 Pemahaman Publik (kelompok sasaran) Tentang JKA
Pemahaman mengenai JKA relatif hanya diketahui dengan baik oleh masyarakat perkotaan
(urban area), sementara di daerah pedesaan (rural dan sub-rural area), terlebih di daerah
terpencil (remote area), pemahaman masyarakat tentang layanan JKA masih sangat terbatas.
Sosialisasi pada tahap-tahap awal peluncuran JKA terasa belum memberikan hasil yang
maksimal, terutama pada kelompok masyarakat pengguna (user) dari kalangan masayarakat
pedesaan. Sementara itu, sosialisasi terhadap layer di atasnya juga tidak berjalan begitu mulus,
terutama pada petugas di tingkat Puskesmas dan Rumah Sakit di daerah terutama tentang
penggunaan Pedoman Pelaksanaan (Manlak).
Dengan demikian, pemahaman masyarakat dapat dibagi dalam dua kurun waktu. Pertama,
dalam kurun waktu awal peluncuran di Juni 2010 hingga 2011, pemahaman masyarakat masih
kurang tentang adanya layanan JKA dan prosedur penggunaanya. Namun pada 2011 sudah
meningkat pemahamannya dan dibantu oleh media dalam pemberitaannya, terlebih lagi ketika
munculnya kontroversi pembubuhan foto Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf saat itu pada kartu
JKA. Hal tersebut, membuat informasi tentang JKA menjadi lebih menyebar ke publik, terlepas
dari baik buruknya pelayanan JKA kepada masyarakat.


3.4.3 Akses Informasi Tentang JKA oleh Publik (kelompok Sasaran)
Akses informasi publik terhadap layanan JKA dapat dilihat dari dua aspek. Pertama, aspek
akses informasi tentang JKA dan kedua, aspek akses informasi publik tentang layanan JKA.
Dalam hal informasi publik tentang JKA sudah tergolong baik, artinya masyarakat sudah
memiliki akses tentang adanya informasi tentang JKA. Masyarakat sasaran pengguna JKA sudah
dapat mengakses informasi baik melalui berbagai media komunikasi yang ditempatkan di unit
layanan kesehatan seperti brosur, poster dan spanduk atau informasi lainnya yang bersumber dari
media massa dan informasi berupa words of mouth. Namun ketika berbicara lebih jauh tentang
akses informasi tentang layanan JKA yang menyangkut hak dan kewajiban pengguna JKA,
dalam hal ini lah permasalah mulai muncul. Hal ini juga sempat mencuat dalam pemberitaan
yang berujung dengan tuntutan dari Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA) yang melaporkan
Dinas Kesehatan Propinsi Aceh atas pengabaian terhadap kebebasan informasi publik.
Menurut YARA, Pemerintah Aceh telah membuat suatu program terhadap jaminan
kesehatan warga Aceh yang di sebut dengan Jaminan Kesetahan Aceh (JKA) dengan slogan
Warga Aceh gratis berobat, program ini diharapkan mampu mengakomodir segala persoalan
kesehatan warga Aceh sehingga masyarakat Aceh dapat berobat gratis. Namun dalam
pelaksanaannya Program JKA ini banyak bermasalah, mulai dari penanganan medis, masalah
obat-obatan ada yang harus dibeli oleh Pasien dan ketersediaan bahan habis pakai untuk
keperluan medis yang bertolak belakang dengan slogan JKA. Permasalahan ini kerap terjadi
karena ketidakpahaman masyarakat dan sebagian petugas medis terhadap program JKA ini.
Padahal manlak ini sangat penting karena didalamnya mengatur tentang hak dan kewajiban
perseta JKA dan teknis penanganan medis yang berdampak langsung pada masyarakat Aceh.

3.4.4 Dampak Program JKA kepada Kelompok Sasaran
Program JKA yang diluncurkan pada pertengahan 2010 silam menurut informan telah
memberikan dampak positif kepada masyarakat Aceh, terlepas dari masih banyaknya
kekurangan porgram tersebut dan berbagai kepentingan politis yang menyertainya. JKA adalah
salah satu kebijakan publik dari pemerintah Aceh yang hingga saat ini mendapat respon positif,
dan telah dijadikan referensi oleh propinsi lain di Indonesia. Responden menilai bahwa
implementasi kebijakan JKA sudah melalui tahapan penyempurnaan dari tahun ke tahun dengan
hasil utama adalah peningkatan kualitas kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat Aceh.
Hasil rangkuman pendapat dari informan penelitian ini menyimpulkan beberapa dampak positif
dari hadirnya JKA dan layanannya adalah:
1. Bisa diakses oleh seluruh warga Aceh yang tidak memiliki asuransi kesehatan lainnya
2. Tidak memandang status sosial atau profesi dan bahkan tingkatan ekonomi.
3. Mendapatkan biaya pengobatan secara gratis
4. Sudah banyak unit layanan yang melayani JKA, termasuk pada layanan persalinan di
bidang desa yang mencantumkan menerima JKA
Namun demikian, informan juga menilai masih banyak kekurangan JKA seperti:
1. Tidak ada target sasaran yang jelas, sehingga menyamaratakan semua calon peserta
2. Jadwal tunggu yang lama khususnya untuk operasi
3. Masih banyak daftar obat yang belum masuk dalam daftar obat yang ditanggung JKA

3.4.5 Analisis Strategi Humas JKA
Di dalam sebuah manajemen, baik di pemerintahan maupun swasta, Humas merupakan
subfungsi yang bekerja dalam hal mengidentifikasi segala kebijakan atau aturan main dan
prosedur antara organisasi atau juga pribadi dengan kepentingan publik. Selain itu, Humas
berfungsi dalam melakukan evaluasi segala bentuk opini, sikap, dan perilaku masyarakat. Jika
hal ini sudah dilalui, fase selanjutnya adalah melakukan rencana kerja nyata guna menarik
simpati dan dukungan publik.
Humas berhubungan langsung dengan publik, sehingga peranannya pun sangat lah penting
di sini. Untuk menghadapi publik itu tidaklah mudah, sebuah Program dan kebijakan tidak bisa
lepas dari pengaruh publik karena menyangkut pencintraan dari instansi. Bertahannya sebuah
perusahaan tidak hanya dilihat dari kinerjanya dan persembahan terbaiknya untuk masyarakat
saja, tetapi bagaimana cara instansi untuk tetap eksis mempertahakan citra di tengah-tengah
masyarakat. Di sinilah letak arti penting Humas berjalan, sebab tidak hanya sekedar menjalankan
internal perusahaan saja tetapi juga eksternal. Pihak Humas harus peka terhadap isu-isu sosial
yang terjadi di tengah masyarakat, serta peka terhadap tanggapan masyarakat mengenai Program
atau kebijakan yang telah dibuat. Selain itu juga pihak Humas juga tahu apa saja yang tidak
disukai oleh masyarakat atau bisa membuat masyarakat tidak nyaman.
Terkait dengan penyelenggaraan program JKA, karakteristik yang akan dibuat tentu saja
harus melihat segala kebutuhan dan keperluan Program. Meskipun banyak kebutuhan yang harus
dipenuhi antara pihak internal dengan pihak eksternal, Humas harus fokus pada apa yang
menjadi sasarannya. Dengan kata lain belum memiliki strategi komunikasi humas yang fokus
sehingga dapat mencapai sasaran publik yang tepat pula. Hal ini dilakukan guna untuk
menghindari hal-hal yang sifatnya tidak perlu atau membuang-buang waktu. Setelah empat tahun
berjalannya progran JKA pun, sampai hari ini sebagian besar masyarakat belum dapat menikmati
program pelayanan kesehatan gratis ini. Berapa jumlah angka yang jelas penerima manfaat yang
telah mendapatkan layanan program ini belum diketahui. Masih terjadi bias di masyarakat
mengenai Program ini dikarenakan kurangnya informasi masyarakat terhadap program JKA.
Sebagaimana fungsi Humas, strategi Humas yang dilakukan oleh para Humas biasanya tidak
jauh dari dari pemanfaatan dan perluasaan pesan, informasi, dan komunikasi terkait aktivitas
lembaga yang dikelolanya untuk disampaikan kepada publik sebagai sasarannya. Bahkan, pada
batas-batas tertentu, Humas bisa saja melakukan rekayasa opini guna mendapatkan perhatian.
Secara garis besar, strategi yang harus dimiliki dan diterapkan oleh Humas Program JKA
adalah sebagai berikut:
1. Harus memiliki standardisasi pesan untuk publik sasaran.
2. Harus memiliki fokus yang yang jelas terhadap publik sasaran
3. Memaksimalkan pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi
4. Membuat Program capacity building untuk para pelaku Program JKA termasuk humas
JKA
5. Memaksimalkan media Relations berdasarkan hubungan simbiosis muatalisme
6. Menyediakan akses informasi publik yang lebih komprehensif tentang JKA
7. Menyediakan information booth pada setiap unit layanan JKA.

4. Simpulan dan Saran
4.1 Simpulan
1. Humas JKA telah berperan mensosialisasikan informasi tentang JKA kepada pihak terkait;
unsur legislatif, unsur rumah sakit di seluruh Aceh, publik peserta JKA dan media massa.
Sosialisasi berfokus pada unit-unit layanan JKA di rumah sakit dan puskesmas, namun
belum ada divisi khusus yang membidangin informasi tentang JKA untuk melayani
informasi publik. Humas JKA masih lebih banyak berfokus kepada aktivitas kehumasan
namun belum memiliki sebuah grand strategy kehumasan dalam mendukung implementasi
aktivitas sosialisasi JKA.
2. Humas JKA telah menjalin hubungan dengan media lokal seperti Serambi Indonesia dan
media lokal pun telah menjalankan fungsi pengawasan dan diseminasi informasi kepada
publik tentang JKA. Namun hubungan yang terbangun belum didasarkan kepada
perencanaan yang strategis sehingga terlihat bahwa media menginformasikan tentang JKA
karena keharusan dari fungsi yang melekat padanya bukan dikarenakan hubungan resiprocal
yang dibangun untuk mendukung aktivitas kehumasan JKA dalam sosialisasi JKA.

4.2 Saran
Diperlukan kesadaran yang menyeluruh dari petugas kesehatan di Aceh untuk
memberikan pelayanan yang lebih komprehensif kepada pasien JKA, peningkatan kapasitas
petugas dapat dilakukan melalui penataran-penataran rutin yang di fasilitasi oleh Dinkes Aceh.
Perlu ditekankan kepada menajemen Rumah Sakit terutama RSUZA bahwa pentingnya
keterbukaan informasi kepada publik. Diperlukan unit pengaduan masyarakat yang independen
di setiap Rumah Sakit, tim tersebut dapat berasal dari kalangan wartawan, aktivis sosial,
akademisi perguruan tinggi, dan legislatif. Dengan ada tim yang independen tatanan birokrasi
check and balance antar lembaga akan tercipta dengan baik, sehingga hambatan-hambatan dalam
pelaksanaan JKA akan terminimalisir.

5. Ucapan Terima Kasih
Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada segala pihak yang telah mendukung untuk
selesainya penelitian ini, terutama kepad apihak pemberi dana yaitu Universitas Syiah Kuala,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

6. Daftar Pustaka
Campbell, Tom. 1994. Tujuh Teori Sosial. Kanisius, Yogyakarta.

Craib, IAN, 1994. Teori-Teori Sosial Modern. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Cresswell, John W. 1998. Qualitative Inquary and Research Design Choosing Among Five
Traditions. Sage Publications Inc, California.

Denzin, Norman K., Lincoln, Yvonna S., (ed), 1994. Handbook of Qualitative Recearch. Sage
Publications, Inc. New Delhi, India.

Fisher, B. Aubrey. 1986. Teori-Teori Komunikasi. Remaja Karya, Bandung.

H. A. W. Widjaja. (cet, kelima) 2008. Komunikasi; Komunikasi & Hubungan Masyarakat.
Bumi Aksara, Jakarta.

Henslowe, Philip. 2003. Public Relation A Practical Guide To The Basics. Crest Publishing
House.

Jefkins, Frank. (Ed. Keempat) 2007. Public Relations. Erlangga.

Keith Butterick. 2012. Pengantar Public Relations, Teori dan Praktik. Rajawali Pers: Jakarta.
Penerjemah: Nurul Hasfi.

Lindlof, Thomas R., 1995. Qualitative Communication Research Methods. Sage Publication,
California USA

Littlejhon, Stephen. W. 1996. Theories of Human Communications. Wadsworth Publishing
Company, USA.

Moore, F. 2005. Humas: Membangun Citra dengan Komunikasi. Rosdakarya, Bandung.

Mulyana, Deddy, (cet, keenam) 2004. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT Remaja
Rosdakarya, Bandung.

______________, (cet, keempat) 2010, Metode penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Ruslan, Rosady. 2005. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi: Konsepsi dan
Aplikasi. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

____________. (Ed; 5) 2007. Kampanye Public Relations. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Scott M. Cutlip, Allen H. Center & Glen M. Broom. (Ed; 9) 2007. Effective Public Relations.
Kencana, Jakarta.

Simandjuntak, John P & dkk. (cet. Pertama) 2003. Public Relations; Dilengkapi 7 Kasus dan
Alamat-Alamat Situs Web Penting Bagi Public Relations. Graha Ilmu, Jakarta.

Soemirat, S. & Elvinaro. 2007. Dasar-Dasar Public Relations. Rosdakarya, Bandung.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan, (edisi kedua, cet keempat),
1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Balai Pustaka, Jakarta.

Wiseman, Richard L, (ed), 1995. Intercultural Communication Theory. Sage Publications,
London.

Skripsi:
Fahluzi, Ridha. 2011. Implimentasi Kebijakan Gubernur Aceh Dalam Pemberlakuan
Program Jaminan Kesehatan Aceh (Studi kasus di RSUD dr.Fauziah Bireuen), Skripsi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala, Bnada Aceh.

Hilman. 2012. Peran Humas Program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) Dalam
Mensosialisasikan Program JKA Kepada Masyarakat. Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala, Bnada Aceh.

Você também pode gostar