Tugas Ujian 1. Jelaskan mengapa Audit Lingkungan diperlukan ? 2. Bagaimana prinsip-prinsip audit lingkungan ? 3. Bagaiman mekanisme pelaksanaan Audit? 4. Berikan contoh Audit Lingkungan yang dilaksanakan pada suatu perusahaan. Lakukan pembahasan. 5. Apa tindak lanjut hasil temuan audit ? 6. Jelaskan mengapa suatu organisasi perlu menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan ? 7. Mengapa bila suatu organisasi telah menerpkan SML namun kinerja lingkungannya masih belum baik? 8. Apa hubungan antara AMDAL, SML, dan PROPER? Penyelesaian 1. Audit Lingkungan diperlukan karena merupakan sistem evaluasi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif terhadap pengelolaan dampak yang ada maupun potensial dampak dari kegiatan suatu organisasi atas lingkungan yang juga berpengaruh terhadap kinerja suatu organisasi. Apa yang dievaluasi biasanya termasuk pengelolaan lingkungan dari organisasi itu, pentaatan terhadap peraturan dalam pengelolaan lingkungan seperti emisi ke udara, pembuangan ke air, pengelolaan limbahnya, sistim dokumentasi, pelaporan, indikator kinerja, sistim tanggap darurat termasuk pula tanggung jawab manajemen, komunikasi dan kursus-kursus yang diberikan kepada stafnya. Alasan lain audit lingkungan diperlukan adalah untuk meningkatkan efektifitas manajemen dan rasa memperbaiki aktifitas pengelolaan lingkungan yang ada. Selain itu audit lingkungan memberikan manfaat sebagai berikut. a. Memastikan dan mengkonfirmasi ditaatinya persyaratan peraturan perundangundangan lingkungan hidup; b. Menentukan tingkat kinerja pengelolaan lingkungan hidup; c. Membuktikan tanggungjawab dan komitmen manajemen terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; d. Memastikan resiko lingkungan telah dikelola dan dikendalikan dengan baik; Audit dan Sistem Manajemen Lingkungan Pristiadi Utomo (30000212510012) Page 1
e. Mengidentifikasi peluang penghematan sumberdaya dan biaya, perbaikan/peningkatan kinerja proses, mencegah kehilangan/kerugian (loss prevention) dan peningkatan efi siensi; f. Menyediakan informasi yang objektif dan mandiri yang dibutuhkan oleh pihakpihak yang berkepentingan.
2. Prinsip-prinsip Audit Lngkungan. Audit lingkungan merupakan komponen dari sistem manajemen lingkungan, sebagai salah satu alat pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat sukarela (voluntary) yang mana telah diatur dalam Undang-undang No.23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kep-42/MENLH/11/1994 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan. Audit Lingkungan mempunyai prinsip dasar sebagai berikut: a. Metodotogi yang komprehensif; Audit lingkungan memerlukan tata laksana dan metodologi yang rinci. Audit lingkungan harus dilaksanakan dengan metodologi yang komprehensif dan prosedur yang telah ditentukan, untuk menjamin pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan serta dokumentasi dan pengujian informasi tersebut. Metodologi tersebut harus fleksibel sehingga tim auditor dapat menerapkan teknik-teknik yang tepat. Audit lingkungan harus berpedoman kepada penggunaan rencana yang sistematik dan sesuai dengan prosedur pelaksanaan audit lapangan dan penyusunan laporan. b. Konsep pembuktian dan pengujian; Konsep pembuktian dan pengujian terhadap penyimpangan pengelolaan lingkungan adalah hal yang pokok dalam audit ingkungan. Tim audit harus mengkonfirmasikan semua data dan informasi yang diperolehnya melalui pemeriksaan lapangan secara langsung. c. Pengukuran dan standar yang sesuai; Penetapan standar dan pengukuran tertib kinerja lingkungan harus sesuai dengan usaha atau kegiatan dan proses produksi yang diaudit. Audit lingkungan tidak akan berarti kecuali kinerja usaha atau kegiatan dapat dibandingkandengan standar yang digunakan. d. Laporan tertulis. Laporan harus memuat hasil pengamatan dan fakta-fakta penunjang serta dokumentasi terhadap proses produksi. Seluruh data dan hasil temuan harus disajikan dengan benar dan akurat, serta dilandasi dengan bukti yang sahih dan terdokumentasi.
Audit dan Sistem Manajemen Lingkungan Pristiadi Utomo (30000212510012) Page 2
3. Mekanisme Pelaksanaan Audit. Pelaksanaan audit lingkungan mengikuti kaidah dan azas proses audit pada umumnya, yaitu terdiri dari 3 (tiga) tahap kegiatan utama, yaitu: a. Persiapan dan perencanaan audit (pre-audit), merupakan tahap awal kegiatan audit yang terdiri dari serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mempersiapkan dan merencanakan kegiatan audit lapangan agar dapat terlaksana dengan efektif dan efisien, serta tercapainya tujuan audit. b. Kegiatan audit lapangan (site audit), merupakan kegiatan pengumpulan dan verifikasi data dan/atau informasi di lapangan untuk memperoleh bukti audit yang objektif. c. Pelaporan audit (post audit), merupakan tahap akhir dari kegiatan audit, yang terdiri dari kegiatan penyusunan dan penyelesaian laporan audit, distribusi laporan audit, dan pendokumentasian rekaman audit.
4. Contoh Audit Lingkungan yang dilaksanakan pada suatu perusahaan. PT. Barito Pasific Timber Tbk, dan PT. Binajaya Roda Karya telah memperoleh akreditasi ISO 14001, standar internasional untuk sistem manajemen lingkungan (EMS). Akreditasi diberikan pada tanggal 20 maret 2000 dan berlaku selama 3 tahun dari tanggal tersebut sesuai dengan implementasi berkesinambungan yang memuaskan dari sistem manajemen operator (BVQIISO 14001 Sertifikat 66596). BVQI (Bureau Verlitas Quality Internasional) melaksanakan audit sertifikasi dan akan terus melaksanakan audit-audit eksternal EMS pada interval 6 bulanan. Audit berikutnya dijadwalkan pada bulan February 2001. Sebagai bagian dari proses ISO 14001, perusahaan ini memperbaiki penyelanggaraan lingkungan perusahaannya dan menyusun prosedur kerja untuk mencapai tujuan ini. Juga sebagai bagian dari proses tersebut, perusahaan telah melaksanakan dan akan terus melaksanakan audit internal untuk memastikan EMS diimplementasikan secara efektif, untuk mengidentifikasi cara-cara yang menjamin perbaikan yang berkesinambungan dari penyelenggaran lingkungan perusahaan. Meskipun tinjauan lingkungan awal (Initial Environmental Review) yang dilaksanakan sebagai bagian dari proses ISO 14001, departemen lingkungan perusahaan mengeluarkan laporan foto yang memperinci contoh-contoh dari kegiatan manajemen tidak baik yang mendapat perhatian selama pemeriksaan. Laporan ini didistribusikan kepada kepala-kepala departemen dengan instruksi agar memperbaiki Audit dan Sistem Manajemen Lingkungan Pristiadi Utomo (30000212510012) Page 3
keadaan ini. Audit internal dilaksanakan bulan Juli 2000 yang berlaku sebagai mekanisme untuk menjamin bahwa semua perbaikan telah dilakukan dan mengidentifikasi perbaikan yang masih belum selesai atau baru. Tujuannya adalah untuk membuat laporan foto lanjutan berdasarkan audit bulan Juli. Tetapi sejauh ini belum tercapai. Selama audit juga banyak contoh pelaksanaan manajemen tidak bagus yang didapat dari laporan foto, ternyata masih dijumpai di lingkungan perusahaan. BVQI melaksanakan audit eksternal EMS selama bulan Agustus 2000, dan selama itu ada beberapa poin persoalan yang mendapat perhatian, yaitu: a. Kontrol debu yang tidak layak, b. Total Padatan Tersuspensi (TSS) di log pond masih terlalu tinggi. Rencana-rencana kerja untuk mengurangi polusi logpond perlu diperbaiki, c. Mengurangi limbah kayu dan memperbaiki tingkat pemulihan kayu di areal utama yang memerlukan perbaikan segera, dan d. Tidak adanya bukti pengawasan emisi cerobong asap, bau atau pengawasan vibrasi. Temuan Audit : a. Limbah Kayu Limbah kayu merupakan persoalan kritis di PT. Barito Pacific Timber Tbk. dan PT. Binajaya Rodakarya, dan diidentifikasi BVQI sebagai salah satu dari persoalan- persoalan utama yang memerlukan perhatian melalui EMS ISO 14001. Selama tinjauan lapangan terdapat banyak buangan dari sumber alamiah, yaitu kayu, selama proses produksi. Hal ini meliputi: Kayu yang dibuang selama proses penggergajian dalam jumlah banyak. Jumlah kayu gelondongan yang membusuk sebelum dipakai. Kebijakan pertama datang, pertama diolah (first in first out) harus diimplementasikan agar kayu digunakan sebelum rusak. Kerusakan kayu gelondongan karena kulit kayu dibiarkan melekat, membiarkan vetebrata merusak log-log yang menyebabkan tingkat pemulihan rendah. Sejumlah besar produk akhir, terutama kayu papan, ditumpuk di tempat terbuka dalam jangka waktu yang lama dan kemungkinan tidak bisa dijual. Kebanyakan kulit kayu dan beberapa limbah kayu lain saat ini dibuang ke tanah Audit dan Sistem Manajemen Lingkungan Pristiadi Utomo (30000212510012) Page 4
rawa untuk mereklamasi tanah tersebut. Areal ini kelihatannya tidak memiliki tumbuhan dan dari segi estetika tidaklah menarik. Selain itu, areal-areal yang sebelumnya dipakai untuk pembuangan limbah kayu nampaknya tidak ber- regenerasi dengan cepat, dan pembakaran secara bebas menimbulkan persoalan kualitas udara. b. Air Fasilitas perusahaan PT. Barito Pacific Timber Tbk. dan PT. Binajaya Rodakarya letaknya berdekatan dengan sejumlah anak sungai. Di sebelah timur, pabrik berbatasan dengan, dan menggunakan, sungai Barito. Di sebelah utara adalah sungai Andjir Soebardjo. Handil Sungai Barito, anak sungai kecil dari sungai Barito, mengalir ke arah timurlaut dari pabrik. Areal pabrik dan daerah luar kota di sekelilingnya rendah letaknya dan mudah kebanjiran. Kepada auditor ditunjukkan keseimbangan air semua areal pengolahan pabrik (kecuali penggergajian yang tidak menggunakan air dalam aktifitasnya). Keseimbangan air menunjukkan bahwa sebagian air pengolahan dipompa dari sungai Barito. Staf lapangan menunjukkan bahwa mereka tidak menemukan adanya kontaminasi air permukaan yang berhubungan dengan pabrik. Namun demikian, selama tinjauan ke lokasi tercatat adanya kontaminasi hidrokarbon sungai Barito di sekitar log pond dan areal penggergajian. Lapisan minyak di permukaan air berasal dari derek, rel conveyor dan chainsaw tarik. Terdapat sejumlah minyak dan pelumas di bawah peralatan ini, yang tidak mempunyai tempat pengeringan lain selain log pond dan sungai. Sungai Barito juga dipakai para staf untuk mandi dan mencuci. Sabun dan deterjen akan mengkontaminasi sungai. Selain itu, di sungai juga ditemukan sampah. Tidak jelas darimana asalnya, bisa saja berasal dari lokasi-lokasi lain. c. Kualitas Udara Debu merupakan persoalan diberbagai lokasi, tetapi yang terparah terdapat di areal pembuatan particleboard dan pabrik kayu lapis. Tidak ada pengawasan debu yang dilaksanakan saat ini, walaupun debu membahayakan lingkungan dan kesehatan serta keamanan. Selain itu, bahan kimia yang digunakan dalam proses pembuatan lem dan penggunaan lem, baik di pabrik kayu lapis atau di areal pembuatan particleboard menimbulkan persoalan kualitas udara. Sejumlah cerobong asap di lapangan berhubungan dengan ketel yang menjalankan Audit dan Sistem Manajemen Lingkungan Pristiadi Utomo (30000212510012) Page 5
diesel, pembakaran limbah kayu dan debu gergajian, dan juga tempat pembakaran buangan limbah. Cerobong-cerobong ini menghasilkan asap pencemar dalam jumlah yang besar dan karenanya memerlukan pengawasan. Program pengawasan cerobong asap telah tertinggal oleh program EMS saat audit. Pengawasan dilakukan oleh BPPI tetapi hasilnya belum tersedia. Areal luas yang sebelumnya digunakan sebagai lahan penimbunan kulit kayu dan limbah kayu, sebagai bagian dari upaya reklamasi sebagian tanah rawa di lokasi, dibakar. Aktifitas ini menyebarkan banyak asap ke atmosfer. BVQI mencatat tidak ada pengawasan vibrasi atau bau yang dilaksanakan saat ini. Perusahaan mengalami kesulitan dalam mengorganisasi pengawasan karena hanya dua organisasi di Indonesia yang dianggap mampu melakukan monitoring jenis ini. Organisasi-organisai ini didekati dan diminta untuk melaksanakan pengawasan tersebut pada tanggal 20 Oktober 2000. Tanggal itu telah berlalu tetapi monitoring tersebut tidak pernah dilaksanakan. Rekomendasi Audit ( Laporan No. 16 - Januari 2001) a. Rekomendasi 1 : Impelementasi dari Rekomendasi-rekomendasi Audit Perkembangan EMS ISO 14001 menjamin bahwa pertimbangan signifikan telah diberikan pada manajemen lingkungan di PT. Barito Pacific Timber Tbk. dan PT. Binajaya Rodakarya. Pada dasarnya ISO 14001 menyiratkan bahwa akreditasi bukanlah tujuan akhir, lebih dari itu terdapat proses peninjauan dan perbaikan yang berkelanjutan. Proses peninjauan ini kini tengah dilaksanakan melalui sistem audit internal dan eksternal dan laporan-laporan dibuat baik secara internal maupun eksternal, juga dibuat rekomendasi-rekomendasi perbaikan dalam manajemen lingkungan. Tercatat selama audit banyak rekomendasi dari laporan ini belum diimplementasikan, meskipun ada rencana-rencana dan orang-orang yang dianggap mampu untuk membuat perbaikan-perbaikan yang disyaratkan. Penting sekali bahwa temuan-temuan dari audit-audit ini dilaksanakan untuk menjamin perbaikan berkesinambungan yang vital dalam menjaga status akreditasi ISO 14001. b. Rekomendasi 2 : Limbah Kayu Manajemen seharusnya menanggapi persoalan limbah kayu sebagai sesuatu yang bersifat mendesak karena hal ini merupakan persoalan yang berhubungan langsung dengan kelangsungan akreditasi ISP 14001. Hal ini harus menggabungkan tinjauan Audit dan Sistem Manajemen Lingkungan Pristiadi Utomo (30000212510012) Page 6
menyeluruh dari rata-rata pemerolehan kayu berdasarkan semua proses dari saat kedatangan kayu sampai pada pengolahan akhir, dan juga keefektifan mesin pengolahan yang digunakan. Hasil-hasil tinjauan ini bisa dipakai untuk mengidentifikasikan areal-areal yang mempunyai buangan terbesar dan bisa dipakai untuk meningkatkan rata-rata pemerolehan. Distribusi kayu harus juga diperhatikan, karena sejumlah besar kayu olahan di lapangan nampaknya ditimbun dalam jangka waktu lama, yang terbuka bagi elemen-elemen tersebut. Akibatnya, tumpukan- tumpukan ini akan berkurang nilainya. c. Rekomendasi 3 : Polusi Log Pond Ada program untuk menanggulangi polusi di log pond dengan melewatkan air melalui pemisah minyak/air di lokasi. Tetapi sistem yang diprogramkan beroperasi pada bulan Agustus 2000 saat ini baru selesai 50%. Persoalan ini harus ditanggapi sebagai sesuatu yang bersifat mendesak karena BVQI menyoroti polusi di log pond dan akan melaksanakan audit eksternal EMS lanjutan pada bulan Februari 2001. d. Rekomendasi 4 : Fenol Pengujian kualitas air di sungai Barito telah mengindikasikan bahwa konsentrasi fenol di dekat pabrik lem meningkat. Ini memberikan kesan bahwa telah terjadi kontaminasi sungai dari pabrik lem. Meskipun tingkatan fenol masih dalam batas yang diperbolehkan menurut kriteria yang digunakan oleh penguji, langkah-langkah untuk menemukan dan menghentikan sumber kontaminasi harus dilaksanakan. e. Rekomendasi 5 : Pengujian Kualitas Air di Saluran Air Pengujian kualitas air di saluran air permukaan dekat areal-areal pemrosesan menunjukkan tingkat polutan yang meninggi. Persoalan ini memerlukan perhatian segera untuk mengembalikan tingkatan tersebut ke batas-batas yang diperbolehkan. Sebagai alternatif, air limbah dari parit-parit penampungan ini harus menjadi bagian dari sistem drainase yang tertutup dan dialihkan ke pusat pengolahan limbah cair di lapangan untuk perlakuan. f. Rekomendasi 6 : Pemeliharaan Saluran Air Permukaan Saluran air permukaan di lokasi pabrik diketahui memiliki kotoran dan lapisan berminyak di beberapa tempat. Saluran-saluran ini langsung berhubungan ke sungai Barito dan mudah kebanjiran. Dimana saluran ini ditutup, penutup betonnya harus diperbaiki, dan langkah-langkah lanjutan harus diambil untuk menjamin bahwa saluran-saluran ini tidak tercemar. Jika terdapat polusi di saluran-saluran ini, air limbah harus dipindah dan diolah di pusat pengolahan air limbah. Audit dan Sistem Manajemen Lingkungan Pristiadi Utomo (30000212510012) Page 7
g. Rekomendasi 7 : Rencana Penanggulangan Tumpahan Untuk Tangki-tangki Rencana penanggulangan tumpahan harus diformulasikan untuk tangki-tangki penyimpanan atas tanah dan didistribusikan kepada staf yang terlibat dalam menangani isi-isi tangki. Harus diberikan pelatihan dalam menggunakan peralatan penanggulangan tumpahan. Peralatan ini, seperti bahan-bahan pengisap dan alat penampung tumpahan, harus dibeli dan disediakan di semua lokasi dimana ada potensi terjadinya tumpahan. h. Rekomendasi 8 : Penyimpanan di Fasilitas Workshop Penyimpanan besi tua dan suku cadang di bengkel harus diperbaiki untuk menjamin bahwa barang-barang tersebut tidak diletakkan langsung di atas tanah terbuka. Hal ini untuk mencegah kerusakan pada suku cadang dan untuk menghindari potensi kontaminasi pada lahan sekitar dan air permukaan. i. Rekomendasi 9 : Kebocoran pada Ketel Lem Kebocoran di ketel-ketel lem harus diperbaiki secepat mungkin, baik dipandang dari segi kualitas udara lingkungan dan dari segi kesehatan dan keselamatan kerja. j. Rekomendasi 10 : Rencana Penanggulangan Tumpahan untuk Bahan Kimia Kering Rencana penanggulangan tumpahan harus diformulasikan untuk areal-areal penyimpanan bahan kimia kering dan harus didistribusikan kepada anggota staf yang bersangkutan. Peralatan penanggulangan tumpahan harus disediakan di semua lokasi dimana terdapat potensi tumpahan, dan harus diberikan pelatihan dalam menggunakan peralatan ini. k. Rekomendasi 11 : Penyimpanan Drum Lokasi penyimpanan semua drum yang berisi hidrokarbon dan bahan kimia harus ditinjau dan langkah-langkah untuk menjamin bahwa lokasi-lokasi penyimpanan tidak menimbulkan resiko bahaya lingkungan harus segera dilaksanakan. Selain itu, penampung sekunder seperti peti kemas penyimpanan pada bund dan rak-rak penampung tumpahan (spill trays) harus disediakan di semua lokasi, terutama jika ada resiko material tumpahan yang berpindah ke sungai Barito atau ke dalam areal rawa-rawa sekitar. Rencana penanggulangan tumpahan harus dipikirkan dan peralatan serta pelatihan harus tersedia untuk menanggulangi tumpahan. l. Rekomendasi 12 : Debu Debu dipandang sebagai masalah di lapangan, baik selama audit ini dan selama audit BVQI. Direkomendasikan agar pengawasan debu dilaksanakan dengan mengimplementasikan prosedur-prosedur pengurangan emisi debu di udara. Audit dan Sistem Manajemen Lingkungan Pristiadi Utomo (30000212510012) Page 8
m. Rekomendasi 13 : Pengawasan Kualitas Udara Pengawasan kualitas udara harus dilaksanakan dan hasilnya ditindaklanjuti seperti yang ditentukan, dengan mengurangi jumlah bahan kimia yang dilepaskan ke atmosfer, terutama formalin. n. Rekomendasi 14 : Bau dan Vibrasi Persiapan yang mantap dengan dua organisasi yang dianggap potensial sebagai pengawas bau dan vibrasi harus dibuat agar pengawasan bisa dilaksanakan sesegera mungkin. o. Rekomendasi 15 : Pengawasan Cerobong Asap Hasil-hasil dari pengawasan cerobong asap yang dilaksanakan bulan Oktober 2000 harus diperoleh dan ditindaklanjuti sebagaimana diharuskan. Program pengawasan cerobong harus meliputi pengambilan sampel dari (inter alia) generator, alat pembakaran, dan ketel. p. Rekomendasi 16 : Kebakaran di Areal Pembuangan Kebakaran yang saat ini membakar areal pembuangan kulit kayu dan limbah kayu harus dipadamkan, dan harus disediakan peralatan dan pelatihan untuk menjamin tidak lagi terjadi kebakaran di masa mendatang. q. Rekomendasi 17 : Laporan Foto Laporan disertai foto yang dibuat setelah tinjauan lingkungan awal memberi staf lapangan contoh-contoh jelas dari pelaksanaan manajemen yang tidak baik dan instruksi-instruksi untuk memperbaiki keadaan ini. Laporan serupa harus dibuat setelah setiap interval audit, dan didistribusikan kepada anggota staf yang bersangkutan. Jika sudah terdistribusikan, harus ada pemeriksaan lanjutan untuk menjamin bahwa semua persoalan yang dibahas dalam laporan itu telah diperbaiki secara memuaskan. Jika persoalan-persoalan tersebut belum diselesaikan, langkah- langkah untuk menjamin bahwa persoalan-persoalan ini diselesaikan dengan segera harus cepat dilaksanakan. r. Rekomendasi 18 : Penggunaan Keahlian EMS Mengikuti kesuksesan akreditasi ISO 14001, pertimbangan untuk menggunakan pengalaman dan keahlian anggota staf harus diberikan di tempat Barito Pacific Group yang lain. Hal ini akan sangat relevan dalam pengusahaan hutan dimana hanya sedikit pertimbangan yang saat ini diberikan pada masalah-masalah lingkungan. Pencatatan dari serangkaian pemeliharaan adalah elemen penting dalam produk-produk kayu eko-label. Penggunaan keterampilan dan pengalaman seperti ini Audit dan Sistem Manajemen Lingkungan Pristiadi Utomo (30000212510012) Page 9
untuk memperbaiki manajemen lingkungan di tingkat supplier kayu gelondongan akan menjadi satu cara untuk menangani persoalan ini.
5. Tindak lanjut hasil temuan audit. Semenjak audit eksternal telah ada tinjauan internal dari persoalan-persoalan ini, yang menghasilkan saran perbaikan dan mengidentifikasi orang-orang yang bertanggung jawab melaksanakan perbaikan tersebut. Manajemen puncak PT. Barito Pacific Timber Tbk. dan PT. Binajaya Roda Karya sebagai penerimaan ISO 14001 menjamin peningkatan penyelenggaraan lingkungan dan mengambil langkah untuk meningkatkan kegiatan-kegiatan manajemen di lapangan secara berkesinambungan, terutama di tempat-tempat dimana limbah kayu menjadi perhatian. Manajemen puncak juga mengambil kebijakan lingkungan terkait beberapa pokok persoalan yang mendapat perhatian dalam laporan BVQI yang masih memerlukan penyelesaian seperti tingkat pemerolehan kembali yang lambat dari kayu yang dipakai dan pembuangan sumber daya alam masih menjadi persoalan yang paling mendesak, termasuk persoalan pengawasan debu, udara dan vibrasi, dan polusi di log pond tetap menjadi perhatian untuk diatasi. Langkah-langkah untuk menyelesaikan pokok-pokok persoalan ini telah dilaksanakan sebelum audit eksternal selanjutnya di bulan Februari 2001. Manajemen puncak selalu mengembangkan kerangka kerja yang harus dipantau terus menerus dan dikaji secara periodik dan memberikan arahan yang efektif bagi kegiatan lingkungan organisasi dalam upaya perubahan faktor internal dan eksternal. Setiap staff/ orang dalam organisasi menerima tanggung jawab peningkatan lingkungan PT. Barito Pacific Timber Tbk. dan PT. Binajaya Roda Karya .
6. Mengapa suatu organisasi perlu menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan.
Ada beberapa alasan suatu organisasi perlu menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan, diantaranya adalah agar organisasi tersebut : a. Mengenali bahwa sistem manajemen lingkungan merupakan bagian dari prioritas perusahaan. b. Menentukan persyaratan hukum dan aspek lingkungan yang terkait dengan kegiatan, produk dan jasa. c. Membuat proses untuk mencapai kinerja lingkungan yang direncanakan. Audit dan Sistem Manajemen Lingkungan Pristiadi Utomo (30000212510012) Page 10
d. Menyediakan sumber daya yang memadai dan mencukupi, termasuk pelatihan untuk mencapai kinerja yang ditetapkan secara berkelanjutan. e. Membuat dan memelihara komunikasi dengan pihak terkait internal dan eksternal. f. Mengevaluasi kinerja lingkungan terhadap kebijakan organisasi, tujuan dan sasaran dan mencari peningkatan jika memungkinkan. g. Membuat proses manajemen untuk mengaudit dan mengkaji SML dan mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan system. h. Mendorong kontraktor dan pemasok dalam menyusun SML. Skema SML di suatu organisasi digambarkan sebagai berikut.
7. Mengapa bila suatu organisasi telah menerapkan SML namun kinerja lingkungannya masih belum baik ?
Suatu organisasi telah menerapkan SML namun kinerja lingkungannya masih belum baik. Alasannya begini. Ketika organisasi berupaya untuk menerapkan SML, maka organisasi tersebut telah memiliki komitmen untuk memperbaiki secara menerus kinerja lingkungannya. Namun, satu hal perlu dingat bahwa SML merupakan standar yang memadukan dan menyeimbangkan kepentingan bisnis dengan lingkungan hidup. Sehingga, upaya perbaikan kinerja yang dilakukan oleh organisasi akan disesuaikan dengan sumberdaya organisasi, apakah itu sumberdaya manusia, teknis, atau finansial. Adakalanya, perbaikan kinerja lingkungan tidak dapat dicapai dalam waktu singkat karena keterbatasan finansial. Misalnya, sebuah organisasi yang proses bisnisnya menimbulkan limbah cair yang mencemari lingkungan berupaya untuk menerapkan SML di organisasinya. Setelah kajian dilakukan, ternyata keterbatasan finansial membuat Audit dan Sistem Manajemen Lingkungan Pristiadi Utomo (30000212510012) Page 11
organisasi tersebut sukar untuk mengelola limbahnya sehingga mencapai baku mutu limbah cair yang disyaratkan oleh pemerintah. Berdasarkan analisis finansial, ternyata organisasi tersebut baru akan mampu membangun sistem pengolahan limbah yang memadai kira-kira beberapa tahun ke depan. Sehingga sebelum masa tersebut terlampaui, organisasi tidak akan pernah memenuhi baku mutu lingkungan. Namun, seharusnya organisasi tersebut mengembangkan SML terus menerus dan kontinyu. Uraian di atas menunjukkan bahwa pada prinsipnya, penerapan SML tidak berarti tercapainya kinerja lingkungan dalam waktu dekat. Namun, organisasi dalam memiliki komitmen untuk melakukan perbaikan secara menerus (continual improvement). Dengan perbaikan secara terus menerus inilah kinerja lingkungan akan sedikit demi sedikit diperbaiki. Dengan kata lain SML bersifat conformance (kesesuaian), bukan melulu performance (kinerja).
8. Hubungan antara AMDAL, SML, dan PROPER
AMDAL adalah upaya untuk mencegah, meminimalkan, dan atau menangani dampak negatif suatu usaha (proyek pembangunan) terhadap lingkungan, sehingga kualitas lingkungan terjaga baik, dilakukan oleh pemilik proyek, sehingga terjamin penataan hukum lingkungan, dapat mengoptimalisasi dampak positif dan minimalisasi dampak negatif, dampak negatif besar dan penting dapat ditanggulangi sejak dini, dan sebagai alat/instrumen pengelolaan lingkungan hidup (LH). AMDAL dalam UU 23/1997, Pasal 18 (1), merupakan syarat perizinan bagi rencana usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting (persyaratan penataan LH). AMDAL juga merupakan dokumen penting untuk penyelesaian sengketa LH atau pencemaran/kerusakan LH. Hubungannya dengan SML bahwa, AMDAL merupakan sumber data dan informasi bagi pelaksanaan Sistem Manajemen Lingkungan (SML), fungsi tertampungnya aspirasi dan kepentingan para pihak (stake holder) tentang kondisi LH yang dikehendaki/diterima, dan diperolehnya pilihan teknologi selaras lingkungan, eco-efficiency, pemanfaatan limbah, pencegahan bahaya dan kecelakaan dsb. PROPER merupakan salah satu bentuk kebijakan pemerintah, untuk meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan perusahaan sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundangan-undangan. Selanjutnya PROPER juga merupakan perwujudan transparansi dan demokratisasi dalam pengelolaan lingkungan di Indonesia. Penerapan instrumen ini merupakan upaya Kementerian Negara Lingkungan Hidup untuk Audit dan Sistem Manajemen Lingkungan Pristiadi Utomo (30000212510012) Page 12
menerapkan sebagian dari prinsip-prinsip good governance (transparansi, berkeadilan, akuntabel, dan pelibatan masyarakat) dalam pengelolaan lingkungan. Pelaksanaan program ini dilakukan secara terintegrasi dengan melibatkan berbagai stakeholder. Mulai dari tahapan penyusunan kriteria penilaian PROPER, pemilihan perusahaan, penentuan peringkat, sampai pada pengumuman peringkat kinerja kepada publik. Diharapkan para stakeholder dapat menyikapi secara aktif informasi tingkat penaatan ini, dan mendorong perusahaan untuk lebih meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungannya. Dengan demikian, dampak lingkungan dari kegiatan perusahaan dapat diminimalisasi. Dengan kata lain, PROPER merupakan Public Disclosure Program for Environmental Compliance. PROPER bukan pengganti instrumen penaatan konvensional yang ada, seperti penegakan hukum lingkungan perdata maupun pidana. Program ini merupakan komplementer dan bersinergi dengan instrumen penaatan lainnya. Dengan demikian upaya peningkatan kualitas lingkungan dapat dilaksanakan dengan lebih efisien dan efektif. Kredibilitas organisasi pelaksana sangat menentukan tingkat kepercayaan para stakeholder terhadap informasi peringkat kinerja perusahaan yang disampaikan kepada publik. Para stakeholder hanya akan percaya terhadap informasi yang dihasilkan oleh lembaga yang kredibel dan independen. Untuk menjamin kredibilitas, PROPER melibatkan tokoh-tokoh masyarakat dari berbagai elemen dalam Dewan Pertimbangan PROPER. Dewan Pertimbangan PROPER mewakili berbagai unsur, antara lain dari Perguruan Tinggi, LSM Lingkungan, LSM perlindungan konsumen, media massa, perbankan, dan lembaga internasional. Langkah komunikasi yang telah dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup, baik dalam bentuk below the line, maupun above the line antara lain, sosialiasi dengan pemerintah daerah, perusahaan, perbankan, dan penyerahan penghargaan PROPER kepada perusahaan yang berperingkat Hijau melalui acara Malam Anugerah Lingkungan. Untuk mendorong efektivitas PROPER sebagai instrumen penaatan lingkungan, pelaksanaan PROPER telah disinergikan dengan beberapa program, antara lain: Perusahaan yang berperingkat Hitam dua kali dan belum menunjukkan kemajuan berarti dalam pengelolaan lingkungan akan ditindaklanjuti dengan penegakan hukum lingkungan. Bank Indonesia telah mensyaratkan pihak perbankan untuk menggunakan PROPER sebagai salah satu acuan dalam penentuan kualitas aktiva bagi debitur. Kebijakan dilakukan melalui penerbitan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/2/2005 tentang Audit dan Sistem Manajemen Lingkungan Pristiadi Utomo (30000212510012) Page 13
Penilaian Kualitas Aktiva bagi Bank Umum. Tindak lanjut dari peraturan ini adalah diterbitkannya Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/3/DNPP tahun 2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum. Langkah ini dilakukan untuk mewujudkan peran aktif perbankan nasional dalam melestarikan lingkungan hidup, sekaligus meminimalisasi resiko lingkungan terhadap perbankan. Bagi perusahaan yang memerlukan dana untuk melakukan investasi di bidang pengelolaan lingkungan hidup, Kementerian Negara Lingkungan Hidup menyediakan fasilitas Pinjaman Lunak Lingkungan dan rekomendasi pembebasan bea masuk untuk peralatan pengendalian dan pencegahan pencemaran.