PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN GOWA 2014
Value Chain (Rantai Nilai) Analisis rantai nilai adalah sebuah metode untuk menganalisis, mengklafisikasi, dan memahami perubahan sumber daya melalui proses menjadi produk dan jasa akhir. Hal ini digunakan sebagai mekanisme untuk menganalisis bagaimana meningkatkan struktur biaya (produktivitas) dan nilai tambah (diferensiasi produk). Konsep rantai nilai pertama kali dikenalkan dan dipopulerkan oleh Michael E. Porter pada tahun 1985 dalam bukunya. Rantai nilai terdiri dari sekumpulan aktivitas utama dan pendukung. Dalam rantai nilai yang umum, aktivitas pendukung terdiri dari infrastruktur perusahaan, pengelolaan sumber daya manusia, pengembangan teknologi dan usaha memperolehnya. Sedangkan dalam aktivitas utama terdiri dari logistik masuk, operasi, logistik keluar, pemasaran dan penjualan serta pelayanan, seperti tertera pada gambar berikut:
Gambar. 1. The Generic Value Chain Aktivitas Utama (Primary Activities) Logistik Masuk (Inbound Logistics), adalah aktivitas atau kegiatan yang dihubungkan dengan penerimaan, penyimpanan dan penyebaran input/bahan baku, seperti penanganan bahan baku, pergudangan, kontrol inventory, jadwal kendaraan dan pengembalian kepada supplier. Operasional (Operations), adalah kegiatan yang dihubungkan dengan mengubah input atau bahan baku menjadi bentuk produk akhir, seperti permesinan, pengemasan, perakitan, perawatan perlengkapan, testing, pencetakan dan yang lainnya yang berkaitan dengan prose operasi atau produksi. Logistik Keluar (Outbound Logistics), adalah kegiatan yang diasosiasikan dengan pengumpulan, penyimpanan dan distribusi produk ke pembeli , seperti pergudangan produk jadi, penanganan material, operasi pengiriman, proses pemesanan dan penjadwalan. Pemasaran dan penjualan (Marketing and Sales), adalah kegiatan dalam membujuk atau menarik pembeli untuk membeli, seperti pengiklanan, promosi, tenaga penjual, quota dan harga. Pelayanan (Service), adalah kegiatan yang diasosiasikan dengan penyediaan layanan untuk meningkatkan dan mempertahankan nilai produk, seperi instalasi, perbaikan, pelatihan dan penambahan produk. Masing-masing kegiatan/aktivitas mungkin sangat penting, tergantung pada industrinya. Untuk perusahaan dibidang jasa, pelayanan terhadap pelanggan menjadi sesuatu yang sangat vital dalam operasi perusahaan tersebut. Aktivitas Pendukung (Support Activities) Secara umum, aktivitas pendukung dalam rantai nilai terbagi dalam 4 kategori kegiatan : 1. Procurement, mengacu pada fungsi pembelian seperti pembelian bahan mentah, persedian dan jenis jenis barang lainnya yang dapat dijadikan aset seperti mesin- mesin, perlengkapan laboratorium, kantor dan bangunan. 2. Technology Development, terdiri dari berbagai kegiatan yang dapat dikelompokkan ke dalam usaha untuk meningkatkan produk dan proses. Pengembangan teknologi sangat penting untuk keunggulan kompetitif dalam semua industri. 3. Human Resource Management, pengelolaan sumberdaya manusia meliputi kegiatan rekrutmen, pelatihan, pengembangan SDM. 4. Firm Infrastructure , aktivitas infrastruktur perusahaan terdiri dari sejumlah aktivitas termasuk pengelolaan umum, perencanaan, keuangan, accounting dan manajemen kualitas. Dalam setiap kategori kegiatan/aktivitas, baik itu yang utama maupun yang pendukung, ada tiga jenis kegiatan yang memiliki peran berbeda dalam kegiatan tersebut: Langsung (direct), aktivitas yang melibatkan langsung dalam pembuatan nilai kepada pembeli, seperti perakitan, iklan, desain produk, rekrutmen dan lain sebagainya. Tidak langsung (indirect), aktivitas yang memungkinkan untuk melakukan kegiatan langsung secara berkelanjutan, seperti perawatan, penjadwalan, administrasi penelitian dan lain sebagainya Jaminan kualitas (Quality Assurance), adalah aktivitas yang menjamin kualitas dari aktivitas lain seperti, monitoring, inpeksi, testing, pemeriksaan dan lain sebagainya Enam fungsi bisnis rantai nilai, yaitu : Penelitian dan pengembangan, desain produk, layanan atau proses, produksi, pemasaran dan penjualan, distribusi, dan layanan pelanggan.
Supply Chain Analysis (Analisis Rantai Nilai) Supply Chain Analysis adalah sebuah sistem yang melibatkan proses produksi , pengiriman, penyimpanan , distribusi dan penjualan produk dalam rangka memenuhi permintaan akan produk tersebut.Supply chain didalamnya termasuk seluruh proses dan kegiatan yang terlibat didalam penyampaian produk tersebut sampai ketangan pemakai (konsumen). Semua itu termasuk proses produksi pada manufaktur,sistem transportasi yang menggerakkan produk dari manufaktur sampai ke outlet retailer,gudang tempat penyimpanan produk tersebut , pusat distribusi tempat dimana pengiriman dalam party besar dibagi kedalam party kecil untuk dikirim kembali ke toko-toko dan akhirnya sampai ke retailer yang menjual produk-produk tersebut. Tujuan dari supply chain adalah untuk memastikan sebuah produk berada pada tempat dan waktu yang tepat untuk memenuhi permintaan konsumen tanpa menciptakan stok yang berlebihan atau kekurangan. Sebuah operasi yang effisien dari supply chain tergantung pada lengkap dan akuratnya aliran data yang berhubungan dengan produk yang diminta dari retailer kepada buyer , sistem transportasi dan kembali ke manufaktur. Menurut Chopra and Meindl (2007, 20), rantai pasok memiliki sifat yang dinamis namun melibatkan tiga aliran yang konstan, yaitu aliran informasi, produk dan uang. Disamping itu, Chopra and Meindl juga menjelaskan bahwa tujuan utama dari setiap rantai pasok adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan menghasilkan keuntungan. Sementara itu, Ling Li (2007, 3) memaparkan bahwa rantai pasok lebih menekankan pada semua aktivitas dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang di dalamnya terdapat aliran dan transformasi barang mulai dari bahan baku sampai ke konsumen akhir dan disertai dengan aliran informasi dan uang. Setelah mengetahui beberapa definisi rantai pasok, maka selanjutnya akan dijelaskan definisi dari manajemen rantai pasok (supply chain management) itu sendiri. Seperti rantai pasok yang memiliki beberapa definisi, manajemen rantai pasok juga memiliki beberapa definisi. Berikut ini dua buah definisi manajemen rantai pasok di dalam Hugos (2003, 3-4) : The systematic, strategic coordination of the traditional business function and the tactics across these business functions within a particular company and across businesses within the supply chain, for the purposes of improving the long-term performance of individual companies and the supply chain as a whole (Mentzer, DeWitt, Deebler, Min, Nix, Smith, and Zakaria di dalam Hugos, 2003, 3). Supply Chain Management is the coordination of production, inventory, location, and transportation among the participants in a supply chain to achieve the best mix of responsiveness and efficiency for the market being served (Hugos, 2003, 4).
Definisi lain mengenai manajemen rantai pasok diberikan oleh Ling Li (2007, 5) sebagai berikut: merupakan sekumpulan aktivitas dan keputusan yang saling terkait untuk mengintegrasikan pemasok, manufaktur, gudang, jasa transportasi, pengecer dan konsumen secara efisien. Dengan demikian barang dan jasa dapat didistribusikan dalam jumlah, waktu dan lokasi yang tepat untuk meminimumkan biaya demi memenuhi kebutuhan konsumen. Terdapat perbedaan antara konsep manajemen rantai pasok dengan konsep logistik secara tradisional. Logistik umumnya mengacu pada aktivitas-aktivitas yang terjadi di dalam sebuah organisasi, sedangkan rantai pasok mengacu pada jaringan beberapa organisasi yang saling bekerjasama dan berkoordinasi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Perbedaan lainnya, logistik lebih fokus pada aktivitas-aktivitas seperti pengadaan, distribusi, pemeliharaan dan manajemen persediaan. Sedangkan fokus manajemen rantai pasok selain yang dilakukan dalam logistik juga beberapa aktifitas lain meliputi pemasaran, pengembangan produk baru, keuangan dan layanan konsumen (Hugos, 2003, 4). James R. Stock dan Douglas M. Lambert (2001, 68 71) juga menyatakan bahwa dalam rantai pasok yang terintegrasi terdapat proses-proses berikut ini : 1. Customer Relationship Management Merupakan pengelolaan hubungan baik dengan konsumen, dimulai dengan mengidentifikasi siapa konsumen kita, apa kebutuhannya, seperti apa spesifikasi yang dikehendaki oleh konsumen. Dengan demikian, secara periodik dapat dilakukan evaluasi sejauh mana tingkat kepuasan konsumen telah terpenuhi. 2. Customer Services Management Berfungsi sebagai pusat informasi bagi konsumen, menyediakan informasi yang dibutuhkan secara real time mengenai jadwal pengiriman, ketersediaan produk, keberadaan produk, harga dan lain sebagianya. Termasuk pula di dalamnya pelayanan purna jual yang dapat melayani konsumen secara efisien untuk penggunaan produk dan aplikasi lainnya. 3. Demand Management Manajemen permintaan (demand management) berfungsi untuk menyeimbangkan kebutuhan konsumen dengan kapasitas perusahaan yang menyediakan produk atau jasa yang dibutuhkan. Didalamnya termasuk menentukan apa yang menjadi kebutuhan konsumen dan kapan dibutuhkannya. 4. Customer Order Fulfillment Proses pemenuhan permintaan konsumen tepat waktu, bahkan lebih cepat dari yang disepakati dengan biaya pemenuhan yang seminimal mungkin, memerlukan koordinasi yang baik dari setiap anggota rantai pasok. Tujuan utamanya adalah menciptakan satu proses pemenuhan permintaan dengan lancar mulai dari pemasok bahan baku sampai konsumen akhir. 5. Manufacturing Flow Management Proses produksi diupayakan sedemikian rupa agar secepat mungkin dapat menyediakan produk yang diperlukan dengan tingkat persediaan yang minimal. Untuk itu diperlukan persiapan yang memadai dan kesesuaian permintaan dengan kapasitas produksi. Termasuk persiapan proses produksi adalah ketersediaan bahan baku yang terjamin sehingga kelancaran proses produksi dapa dipertahankan. Untuk itu perlu dijalin hubungan yang baik dengan pemasok- pemasok terkait. 6. Product Development and Commercialization Dimulai dengan evaluasi kebutuhan konsumen dan keluhan-keluhan yang ada dari produk yang telah ada. Pengembangan produk baru memerlukan kerjasama yang baik dengan para pemasok untuk menjamin ketersediaan bahan baku yang diperlukan. Selain itu, perlu dipersiapkan pula teknologi dalam bidang produksi yang dapat menunjang pengembangan produk ini.
Key Success Factors (Faktor Kunci Kesuksesan) Key success factors (KSF) merupakan implikasi dari proses me-match-kan perusahaan terhadap lingkungannya yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal perusahaan. KSF adalah area atau aspek-aspek yang merupakan potensi untuk memperoleh competitive advantage dalam suatu industri tertentu, terutama dalam hal-hal yang penting bagi kemampuan perusahaan untuk bertahan dan berhasil dengan sepenuhnya memanfaatkan peluang yang ada dan menghindari tantangan yang dihadapi perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa Key Success Factors adalah tolak ukur dan aspek-aspek kinerja perusahaan yang sangat penting terhadap keunggulan bersaing (competitive advantage) (Blocher, et.al.,1999) Untuk merumuskan key success factors ada tiga langkah yang perlu dilakukan (Blocher, et.al.,1999) : 1. Melakukan analisis strategi terhadap perusahaan dengan menggunakan analisi SWOT. Apa saja kekuatan dan kelemahan perusahaan, peluang serta tantangannya? Menentukan strategi perusahaan secara keseluruhan (cost leadership, diferensiasi, dan fokus) dan critical success factors yang dimiliki perusahaan tersebut. Seringkali KSFs tampak sebagai elemen-elemen yang menunjukkan kekuatan kompetitif secara relative antara unit bisnis dibandingkan dengan pesaingnya dalam industri (Thompon, 2005). 2. Mengembangkan ukuran yang relevan dan dapat diandalkan untuk critical success factor yang telah diidentifikasi dalam tahap pertama. 3. Mengembangkan system informasi biaya strategic untuk mendukung strategi perusahaan secara keseluruhan dan untuk melaporkan critical success factor kepada para menejer yang sesuai. Langkah pertama melakukan analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan prosedur sistematis untuk mengidentifikasikan critical success factor yang dimiliki oleh perusahaan. Tujuannya untuk mempertimbangkan faktor mana yang kurang penting bagi keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan. Identifikasi mencakup kekuatan dan kelemahan internal, serta peluang sumber daya utama yang dimiliki perusahaan. Konsep core competencies merupakan konsep yang penting karena hal itu menunjukkan keunggulan kompetitif yang signifikan yang dimiliki perusahaan. Core competencies dapat digunakan untuk membentuk strategi perusahaan secara keseluruhan. Langkah kedua adalah mengembangkan ukuran yang relevan dan dapat diandalkan untuk critical success factors. Pengembangan produk, manufacturing, marketing, manajemen dan keuangan harus dilihat untuk menentukan spesifikasi fungsi-fungsi ini dalam memberikan kontribusi keberhasilan perusahaan. Tujuan pada tahap ini adalah menentukan ukuran yang spesifik sehingga memungkinkan perusahaan untuk memonitor perkembangannya dalam pencapaian tujuan strategis perusahaan. Langkah ketiga adalah mengembangkan system informasi strategic untuk membantu pencapaian critical success factors dan strategi yang luas. Starting point dalam menentukan focus system informasi strategi adalah mempertimbangkan identifikasi terhadap strategi kompetitif. Jika tujuan perusahaan adalah difensiasi maka teknik yang dibutuhkan memfokuskan pada koordinasi dan evaluasi kinerja pada level-level manajemen di mana dibuat keputusan tentang desain produk dan peningkatan produk. Karakteristik Key Success Factors Key success factors merupakan penentu keberhasilan suatu perusahaan. Adapun karakteristik key success factors (Antony, et.Al, 1992) adalah : 1. It is important in explaining the success of failure of the business unit. 2. It is volatile and change quickly, often the reason not controllable by the manager 3. A change in unpredictable 4. It is significant enough the prompt action is required when change occurs 5. The variable can be measured either directly or via a surrogate. Untuk menciptakan keunggulan bersaing key success factors dalam suatu perusahaan dapat dibedakan menjadi dua (Aaker, 1995) yaitu : 1. Merupakan strategic necessities Faktor ini tidak memberikan keunggulan karena dimiliki oleh suatu perusahaan, tetapi bila factor ini tidak dimiliki oleh perusahaan lain maka akan mengakibatkan kelemahan yang mendasar di dalam perusahaan. 2. Merupakan strategic streghts Faktor ini bersifat khusus untuk masing-masing perusahaan di mana tiap perusahaan mempunyai key success factors yang berbeda sehubungan dengan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisi pasar dan kemampuannya, sehingga memberikan keunggulan bagi perusahaan di atas perusahaan lain.
Hubungan Key Success Factors dengan Keunggulan Bersaing Key success factors merupakan informasi finansial dan non financial yang digunakan oleh pihak manajemen dalam melaksanakan fungsi manajerialnya. Salah satu alat bantu manajerial maka suatu informasi harus dapat membantu kepentingan pihak manajemen dalam aktivitas; planning, controlling, continuos improvement dan decision making (Hansen dan Mowen, 2006). Dengan perbedaan yang lebih baik dibandingkan dengan pesaing pada sutu atau dua key success factors menterjemahkannya menjadi unggulan bersaing (competitive advantage). Jadi, setiap perusahaan dalam menentukan strategi perusahaannya harus melihat kondisi realistis dari perusahaan yang dimiliki, sehingga tujuan perusahaan lebih terarah dalam proses pencapaian tujuannya. Key success factors adalah kunci keberhasilan terhadap strategi-strategi perusahaan yang telah ditetapkan berdasarkan kondisi perusahaan itu sendiri.