Você está na página 1de 27

AD/ART HMF Ars Praeparandi ITB

beserta
PENJ ELASANNYA
(HASIL AMANDEMEN 1 OKTOBER 2010)































Himpunan Mahasiswa Farmasi Ars Praeparandi ITB
Basement Labtek VII
Institut Teknologi Bandung

1

MUKADDIMAH
Bahwa sesungguhnya ilmu pengetahuan itu haruslah diabdikan kepada
perikemanusiaan, maka dari itu mahasiswa Farmasi haruslah membentuk dirinya menjadi
sarjana-sarjana Farmasi yang bersusila luhur, warga negara yang bertanggung jawab serta
berjiwa Pancasila.
Sadar sebagai persona yang berkewajiban menggali manfaat yang sebesar-besarnya
dari ilmu kefarmasian untuk dipersembahkan kepada kesejahteraan bangsa, maka mahasiswa
Farmasi haruslah menyiapkan dirinya secara menyeluruh dan menghimpun segala potensi
yang ada pada dirinya untuk disumbangkan ke dalam kegiatan-kegiatan dan kerjasama
dengan semangat membangun dalam lapangan-lapangan studi, penelitian ilmiah serta
pengabdian masyarakat.
Maka dari itu mahasiswa Farmasi Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam Universitas
Indonesia yang berkedudukan di Bandung, yang sekarang dilebur ke dalam Institut Teknologi
Bandung tetap menyatupadukan dirinya dalam Himpunan Mahasiswa Farmasi ARS
PRAEPARANDI.

ANGGARAN DASAR
HIMPUNAN MAHASISWA FARMASI
Ars Praeparandi ITB

BAB I
NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
Nama organisasi ini adalah Himpunan Mahasiswa Farmasi Ars Praeparandi Institut
Teknologi Bandung yang selanjutnya dapat disingkat HMF Ars Praeparandi ITB
Pasal 2
HMF Ars Praeparandi ITB didirikan pada tanggal 17 Desember 1954 di Bandung untuk
waktu yang tidak ditentukan
Pasal 3
HMFArs Praeparandi ITB berkedudukan di Bandung

BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 4
HMF Ars Praeparandi ITB berasaskan ketuhanan, kemahasiswaan, kefarmasian dan
kekeluargaan
Pasal 5
HMF Ars Praeparandi ITB bertujuan:
1) Turut membina anggotanya bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Memupuk dan memelihara persaudaraan diantara seluruh anggota dan melanjutkan
hubungan baik dengan yang pernah menjadi anggota
2

3) Memperluas dan memperdalam pengetahuan serta wawasan kefarmasian
4) Memperhatikan dan mengusahakan kepentingan bersama dalam lapangan pendidikan
dan kesejahteraan
5) Memanfaatkan kemampuan untuk kesejahteraan organisasi dan masyarakat serta
pengembangan ilmu pengetahuan

BAB III
KEANGGOTAAN
Pasal 6
Anggota HMF Ars Praeparandi ITB terdiri dari anggota biasa dan dapat ditambah anggota
luar biasa.
BAB IV
BADAN KELENGKAPAN ORGANISASI
Pasal 7
Rapat Anggota adalah badan tertinggi dalam organisasi yang memegang kedaulatan seluruh
anggota
Pasal 8
Badan Pengurus dapat disingkat BP, terdiri dari Ketua Umum dan pengurus, berfungsi untuk
menjalankan organisasi
Pasal 9
Badan Perwakilan Anggota, dapat disingkat BPA, adalah badan yang mewakili anggota, yang
berfungsi mengawasi BP dalam menjalankan organisasi dan memiliki kedudukan sejajar
dengan Ketua Umum

BAB V
BADAN SEMI OTONOM
Pasal 10
Badan Semi Otonom dapat disingkat BSO merupakan badan yang mewadahi anggota dalam
aktifitas kefarmasian yang memilki kedudukan di bawah ketua umum melalui mekanisme
koordinasi khusus.

BAB VI
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 11
Segala keputusan dan/atau mekanisme pengambilan keputusan suatu rapat/sidang dalam
lingkungan HMF Ars Praeparandi ITB diambil dengan cara musyawarah untuk mufakat
dengan hikmah kebijaksanaan.

BAB VII
KEUANGAN
Pasal 12
Sumber keuangan dapat diperoleh dari:
a. uang pangkal anggota biasa aktif
b. iuran anggota biasa aktif
3

c. usaha-usaha yang sah dan tidak bertentangan dengan asas dan tujuan HMF Ars
Praeparandi ITB
d. sumber lain yang tidak bertentangan dengan asas dan tujuan HMF Ars Praeparandi
ITB

BAB VIII
LAMBANG, BENDERA, PAKAIAN RESMI DAN LAGU
Pasal 13
1) Lambang HMF Ars Praeparandi ITB adalah Uja atau Mata Suci
2) Hal-hal lain yang berkenaan dengan lambang HMF Ars Praeparandi ITB diatur
dengan peraturan khusus
Pasal 14
Bendera, pakaian resmi dan lagu ditentukan dalam peraturan khusus

BAB IX
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 15
Perubahan Anggaran Dasar dapat diajukan dalam suatu Rapat Anggota yang khusus diadakan
untuk maksud tersebut atas usulan:
a) Badan Pengurus dan/atau
b) Anggota yang berhak, yang sekurang-kurangnya didukung oleh sepertiga dari jumlah
seluruh anggota biasa aktif, melalui Badan Pengurus yang harus membawa usulan
tersebut ke dalam Rapat Anggota
Pasal 16
Perubahan Anggaran Dasar disahkan dalam Rapat Anggota yang khusus diadakan untuk
maksud tersebut

BAB X
PEMBUBARAN HIMPUNAN
Pasal 17
1) Pembubaran HMF Ars Praeparandi ITB hanya dapat dilakukan setelah disahkan
dalam Rapat Anggota yang khusus diadakan untuk maksud tersebut
2) Rapat Anggota yang dimaksudkan untuk pembubaran HMF Ars Praeparandi ITB
hanya dapat diselenggarakan atas permintaan yang sah dari sekurang-kurangnya
dari jumlah seluruh anggota melalui Badan Pengurus yang harus membawa
permintaan tersebut ke dalam Rapat Anggota

BAB XI
HAL LAIN-LAIN
Pasal 18
Hal-hal lain, yang tidak ditentukan dalam Anggaran Dasar diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar

4

ANGGARAN RUMAH TANGGA
HIMPUNAN MAHASISWA FARMASI Ars Praeparandi
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BAB I
KEANGGOTAAN
Pasal 1
1) Anggota biasa HMF Ars Praeparandi ITB terdiri dari anggota biasa pasif dan
anggota biasa aktif.
2) Anggota biasa pasif adalah setiap mahasiswa S-1 dan mahasiswa profesi Apoteker
yang sebelumnya menjalankan studi S-1 di Farmasi ITB serta terdaftar di bagian
Farmasi ITB dan di HMF Ars Praeparandi ITB.
3) Anggota biasa aktif adalah anggota biasa pasif yang ditetapkan melalui mekanisme
yang ditentukan oleh Badan Pengurus.
4) Keanggotaan anggota biasa HMF Ars Praeparandi ITB hilang apabila:
a) meninggal dunia
b) telah menyelesaikan pendidikannya di bidang Farmasi ITB
c) keluar atau dikeluarkan dari bagian Farmasi ITB
d) mengundurkan diri dari keanggotaan HMF Ars Praeparandi ITB
e) diberhentikan menurut Rapat Anggota
Pasal 2
1) Anggota luar biasa adalah pihak lain yang diminta oleh Badan Pengurus dan
menyatakan kesediaanya menjadi anggota
2) Keanggotaan anggota luar biasa HMF Ars Praeparandi ITB hilang apabila:
a) meninggal dunia
b) mengundurkan diri
c) diberhentikan oleh Badan Pengurus
Pasal 3
Status keanggotaan ditetapkan oleh Badan Pengurus

BAB II
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA
Pasal 4
1) Hak anggota biasa pasif:
a) Menjadi peserta dalam kegiatan yang diadakan oleh HMF Ars Praeparandi ITB
b) Mendapatkan informasi mengenai kegiatan-kegiatan HMF Ars Praeparandi ITB
2) Hak anggota biasa aktif:
a) Mempunyai hak bicara dan hak suara
b) Mempunyai hak dipilih dan memilih
c) Menggunakan atribut HMF Ars Praeparandi ITB
d) Menjadi prioritas dalam kegiatan-kegiatan HMF Ars Praeparandi ITB
5

e) Ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan HMF Ars Praeparandi ITB
3) Kewajiban anggota biasa:
a) menjaga nama baik HMF Ars Praeparandi ITB
b) menaati AD/ART HMF Ars Praeparandi ITB
c) menaati keputusan Rapat Anggota
d) menaati peraturan Badan Pengurus
Pasal 5
1) Hak anggota luar biasa:
a) mempunyai hak bicara yang tidak mengikat
b) meminta bantuan
2) Tiap anggota luar biasa memiliki kewajiban seperti tersebut dalam pasal 4 ayat 2)
Anggaran Rumah Tangga

BAB III
RAPAT ANGGOTA
Pasal 6
Rapat anggota dapat dilakukan untuk:
a. pengesahan dan pemberhentian Ketua Umum
b. pengesahan dan pemberhentian BPA
c. meminta pertanggingjawaban Ketua Umum atas kebijakan yang dilakukan
d. perubahan AD/ART
e. pembubaran HMF Ars Praeparandi ITB
f. hal-hal lain yang dianggap perlu
Pasal 7
1) Rapat Anggota diadakan oleh Badan Pengurus sekurang-kurangnya satu kali dalam
masa kerja kepengurusannya, yaitu yang
1) ditujukan untuk pertanggungjawaban Ketua Umum di akhir masa jabatannya
2) Rapat Anggota, kecuali yang diatur tertentu pada pasal-pasal lain AD/ART, hanya
dapat diadakan atas permintaan yang sah
3) melalui Badan Pengurus dari sekurang-kurangnya 1/10 jumlah anggota biasa aktif
Pasal 8
1) J umlah quorum Rapat Anggota adalah 2/3 dari jumlah seluruh anggota biasa aktif
2) J ika suatu Rapat Anggota tidak mencapai jumlah quorum, maka rapat tertunda,
diadakan 30 menit kemudian dan segala keputusan rapat adalah sah

BAB IV
BADAN PENGURUS
Pasal 9
Badan Pengurus dipimpin oleh seorang Ketua Umum
6

Pasal 10
1) Ketua Umum bertugas memimpin organisasi
2) Ketua Umum dipilih melalui mekanisme pemilihan umum
3) Ketua Umum hanya bisa disahkan dan diberhentikan dalam suatu Rapat Anggota
yang diadakan untuk maksud tersebut
4) Ketua Umum memegang jabatan selama-lamanya satu tahun, dan tidak dapat dipilih
kembali
5) Dalam hal pelanggaran masa jabatan Ketua Umum, maka Rapat Anggota berwenang
memutuskan masalah ini
Pasal 11
Hak Ketua Umum;
a. Mengangkat dan memberhentikan anggota Badan Pengurus
b. Berwenang menetapkan kebijaksanaan yang sejalan dengan AD dan ART
c. Berwenang penuh mengadakan perubahan personalia Badan Pengurus yang
dipimpinnya
Kewajiban Ketua Umum;
a. Memimpin jalannya organisasi
b. Membentuk Badan Pengurus
Pasal 12
1) Hak Badan Pengurus
a) Meminta nasehat kepada pimpinan dan staf pengajar bagian Farmasi ITB serta
pihak-pihak yang menurut Badan Pengurus dapat diminta nasehatnya, bila bersedia
b) Mengirimkan utusan yang mewakili HMF Ars Praeparandi ITB, baik di dalam
maupun di luar lingkungan ITB
c) Membentuk kepanitiaan dalam suatu program kegiatan
2) Kewajiban Badan Pengurus
a) Menyusun dan melaksanakan program kerja
b) Menyelenggarakan Rapat untuk keperluan Badan Pengurus
c) Menyampaikan informasi resmi
d) Menyelenggarakan pemilihan umum
e) Melaksanakan Keputusan Rapat Anggota

BAB V
BADAN PERWAKILAN ANGGOTA
Pasal 13
1) Anggota BPA terdiri dari wakil-wakil anggota HMF Ars Praeparandi ITB dengan
jumlah satu orang BPA mewakili 20 orang anggota HMF di masing-masing angkatan
2) Anggota BPA dipilih dan diberhentikan melalui mekanisme yang ditetapkan dalam
masing-masing angkatan
3) Anggota BPA tidak boleh merangkap menjadi anggota Badan Pengurus
4) Ketua BPA dipilih oleh anggota BPA
5) Keanggotaan BPA diserahkan kepada Rapat Anggota, jika keanggotaan BPA belum
terbentuk hingga Ketua Umum yang terpilih melalui pemilihan umum disahkan
7

Pasal 14
1) BPA bertanggung jawab kepada Rapat Anggota
2) BPA disahkan dalam suatu Rapat Anggota bersamaan dengan pengesahan Ketua
Umum
3) Masa kerja BPA berakhir dengan disahkannya BPA yang baru terbentuk
Pasal 15
BPA dan BP bekerjasama sesuai dengan fungsinya masing-masing untuk mencapai tujuan
HMF Ars praeparandi ITB
Pasal 16
1) Hak BPA:
a) Meminta penjelasan kepada Ketua Umum mengenai kebijakan Badan Pengurus
b) Mengajukan mosi tidak percaya kepada Badan Pengurus, jika setelah dua kali
pada butir a) tidak diperoleh penjelasan yang dapat diterima
c) Dapat mengajukan Rapat Anggota kepada Badan Pengurus atas pengajuan mosi
tidak percaya pada butir b)
d) Mengajukan anggaran operasional kepada Badan Pengurus
e) Dapat mengikuti kepanitiaan kegiatan yang diadakan oleh HMF Ars
Praeparandi ITB
2) Kewajiban BPA:
a) Mengawasi Badan Pengurus dalam menjalankan organisasi
b) Menampung aspirasi anggota dan menyampaikannya kepada Badan Pengurus
c) Melakukan verifikasi di akhir masa jabatan Ketua Umum
d) Menyelenggarakan rapat untuk keperluan BPA
e) Menjamin keterwakilan HMF Ars Praeparandi ITB di lembaga legislatif
kemahasiswaan terpusat ITB
f) Apabila terjadi masa demisioner:
i. BPA menggunakan hak dan menjalankan kewajiban Ketua Umum
ii. BPA harus melaksanakan pemilihan umum secepatnya

BAB VI
BADAN SEMI OTONOM
Pasal 17
1) Anggota BSO adalah anggota biasa aktif HMF Ars Praeparandi ITB
2) Pengurus BSO adalah anggota biasa aktif HMF Ars Praeparandi ITB yang telah
melalui mekanisme kaderisasi khusus.
3) BSO dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih melalui mekanisme yang ditentukan
oleh pengurus BSO untuk kemudian ditetapkan oleh ketua umum
Pasal 18
Kewajiban BSO terhadap Ketua Umum meliputi lima hal:
a. Menjamin keberadaan kepengurusan BSO
b. Menjamin keberlanjutan kaderisasi BSO
8

c. Menjamin kontinuitas kegiatan BSO
d. Menjaga nama baik HMF Ars Praeparandi ITB
e. Melaporkan kekayaan BSO
Pasal 19
1) BSO bertanggungjawab kepada ketua umum atas kewajiban yang tertera dalam pasal
18 ART HMF Ars Praeparandi ITB.
2) BSO wajib mengadakan forum pelaporan pada akhir kepengurusannya kepada seluruh
anggota BSO.
Pasal 20
1) BSO dapat dibentuk melalui pengajuan permohonan yang diajukan oleh sekurang-
kurangnya 1/10 anggota biasa aktif HMF Ars Praeparandi ITB ke dalam Rapat
Anggota
2) mekanisme rinci tentang pembentukan BSO diatur dalam penjelasan AD/ART.
3) BSO dapat dibubarkan jika melanggar ketentuan AD/ART
4) mekanisme pemberian sanksi pelanggaran dan pembubaran BSO diatur dalam Rapat
Anggota

BAB VIII
PERTANGGUNGJAWABAN
Pasal 21
Ketua Umum, sebagai mandataris HMF Ars Praeparandi ITB bertanggungjawab kepada
seluruh anggota HMF Ars Praeparandi ITB dalam Rapat Anggota

BAB IX
KEGIATAN DAN KEPANITIAAN
Pasal 22
1) Kegiatan-kegiatan HMF Ars Praeparandi ITB dilaksanakan untuk mencapai tujuan
HMF Ars praeparandi ITB
2) Bentuk kegiatan yang dilaksanakan ditetapkan oleh BP pada awal atau selama masa
kepengurusan dalam suatu program kerja
Pasal 23
1) Kepanitiaan dibentuk untuk melaksanakan kegiatan
2) Kepanitiaan terdiri dari anggota biasa aktif HMF Ars Praeparandi ITB
3) Kepanitiaan dibubarkan oleh panitia itu sendiri setelah memberi pertanggungjawaban
kepada Badan Kelengkapan Organisasi pemberi Mandat

9

BAB X
RAPAT-RAPAT
Pasal 24
Rapat-rapat dalam lingkungan HMF Ars Praeparandi ITB terdiri dari:
a) Rapat Anggota
b) Rapat BP
c) Rapat BPA
d) Rapat BSO
e) Rapat kepanitiaan
Pasal 25
1) Rapat Anggota terbuka untuk semua anggota biasa
2) Rapat Anggota dipimpin oleh seorang pemimpin rapat yang dipilih oleh peserta rapat
3) Keputusan Rapat Anggota diputuskan secara musyawarah dan apabila dengan cara ini
tidak dapat diambil keputusan, maka keputusan diambil dengan cara pemungutan
suara berdasarkan suara terbanyak
4) Bila dalam pemungutan suara dihasilkan suara seimbang, maka pimpinan rapat
berwenang mengambil kebijaksanaan dalam cara penyelesaian
Pasal 26
1) Rapat BP diadakan paling sedikit dua kali dalam satu masa jabatan BP
2) Rapat BP dihadiri oleh
a) anggota BP
b) pihak lain yang diundang Ketua Umum
Pasal 27
1) Rapat BPA diadakan sesuai kebutuhan
2) Rapat BPA dihadiri oleh anggota BPA sekurang-kurangnya dua orang tiap angkatan
Pasal 28
1) Rapat BSO diadakan sesuai kebutuhan
2) Rapat BSO dihadiri oleh:
a) pengurus BSO
b) pihak lain yang diundang pengurus BSO
Pasal 29
1) Rapat kepanitiaan diadakan sesuai kebutuhan
2) Rapat kepanitiaan dihadiri oleh anggota panitia dengan atau tanpa BP serta pihak lain
yang diundang

10

BAB XI
KEUANGAN
Pasal 30
Besar dan mekanisme uang pangkal dan uang iuran anggota ditetapkan oleh BP

BAB XII
KEKAYAAN HMF ARS PRAEPARANDI ITB
Pasal 31
1) Segala hal mengenai kekayaan HMF Ars Praeparandi ITB harus
dipertanggungjawabkan oleh Ketua Umum pada masa akhir jabatannya melalui Rapat
Anggota
2) Segala kekayaan HMF Ars Praeparandi ITB harus diserahterimakan pada setiap
pergantian kepengurusan
3) Apabila HMF Ars Praeparandi ITB dibubarkan, segala kekayaan diatur menurut
keputusan Rapat Anggota terakhir

BAB XIII
PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 32
Perubahan Anggaran Rumah Tangga dapat diajukan dalam suatu Rapat anggota yang khusus
diadakan untuk maksud tersebut, atas usulan:
a) Badan Pengurus dan/atau
b) Anggota biasa aktif yang berhak yang sekurang-kurangnya didukung oleh sepertiga
dari jumlah seluruh anggota, melalui Badan Pengurus yang harus membawa usulan
tersebut ke dalam Rapat Anggota
Pasal 33
Perubahan Anggaran Rumah Tangga disahkan dalam Rapat Anggota yang khusus diadakan
untuk maksud tersebut

BAB XIV
PERATURAN HMF ARS PRAEPARANDI ITB
Pasal 34
Hal-hal yang tidak diatur dalam AD/ART diatur dalam peraturan khusus yang ditetapkan
dalam:
a) keputusan Rapat Anggota
b) peraturan-peraturan lain yang ditetapkan oleh BP yang tidak bertentangan dengan
AD/ART dan keputusan Rapat Anggota

11

PENJELASAN AD/ ART HMF Ars Praeparandi ITB
TAHUN 2010
MUKADDIMAH
Tidak dikehendaki untuk diubah. Sebagai suatu pembukaan, maka ia merupakan pembuka
lembaran baru organisasi ini. Mengubah mukaddimah dianggap identik dengan menafikkan
masa lalu. Oleh karena hal itu berarti membuka lembaran baru organisasi ini tanpa
mengindahkan awal pembukaannya. Semangat yang ingin disampaikan di sini, adalah; bahwa
kita berjuang untuk meneruskan keberadaan HMF Ars PraeparandiITB, bukan hendak
membuat organisasi yang baru; dan bahwa HMF Ars PraeparandiITB yang akan diteruskan
adalah semangat HMF Ars PraeparandiITB sama ketika awal didirikan pertama kali dulu.

ANGGARAN DASAR
HIMPUNAN MAHASISWA FARMASI Ars Praeparandi
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BAB I
NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1 cukup jelas
Pasal 2 cukup jelas
Pasal 3
Kedudukan
AD mewajibkan supaya kedudukan organisasi selalu ada di Bandung. Dengan demikian,
fleksibilitas akan tetap tinggi, karena tetap
memberikan pemecahan bilamana organisasi ada pada kondisi darurat namun juga masih
bersifat memberi batas yang jelas.

BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 4
Asas
Sebagai satu kesatuan dari ketuhanan, kemahasiswaan, kefarmasian, dan kekeluargaan.
Sebagai satu kesatuan, karena posisi organisasi yang beranggotakan mahasiswa-mahasiswa
Farmasi ITB ini memiliki irisan di tiap hal itu. Hal ini akan selalu tercermin dalam setiap
gerak langkah organisasi. Perlu dijabarkan tiap hal serta implikasinya sbb ;
Ketuhanan : Organisasi selalu mengingat dasar religius yang membimbing dan memberi
pedoman hidup sebagai individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Ini
harus tercermin dalam sikap, niat, dan perilaku organisasi yang menunjukkan
ketundukan kita pada kekuasaanNya.
Kemahasiswaan : Organisasi menyadari karakteristik yang dimiliki oleh para mahasiswa,
sebagai intelektual yang siap dididik sikapnya berdasar nalar dan dijiwai hati
nurani yang luhur, dan menggunakan perannya itu untuk membela kepentingan
masyarakat. J adi, organisasi harus peka dengan mampu bersikap terhadap
12

dinamika kepentingan diri dan masyarakatnya yang lebih luas dengan tetap
memegang teguh norma-norma kehidupan.
Kefarmasian : Organisasi menyadari bahwa bidang farmasi merupakan basisi jati diri, dan
karena itu organisasi tidak boleh tertinggal dalam usaha-usaha pengembangan
wawasan keilmuan, dan profesionalisme di bidang ini, sesuai kemampuannnya,
serta penerapannya untuk kepentingan yang lebih luas lagi.
Kekeluargaan : Hubungan intern organisasi didasarkan atas hubungan kekeluargaan.
Hubungan kekeluargaan menekankan pad proses pendidikan dan pendewasaan
individu dan sekaligus organisasinya. Setiap aktivitas organisasi harus mampu
membawa individu dan organisasi menjadi makin terdidik dan makin dewasa.
Bahkan sanksi sekalipun, jika itu dilakukan, juga masih dalam kerangka ini.
Pasal 5
Tujuan
Secara sederhana, makna tujuan adalah sesuatu yang hendak dicapai. Penulisan perumusan
tujuan ini ke dalam AD/ART memberi fungsi motivator yaitu memberi tekanan kepada
mewajibkan kepada orgnaisasi ini untuk mencapai tujuan itu. J adi, organisasi harus
mengambil posisi aktif di dalam memperjuangkan tercapainya tujuan ini. Fungsi lain adalah
memberi arah yang jelas dan tegas bagi gerak organisasi dengan mendasarkan atas asas di
atas.

AD/ART memberikan beban kewajiban kepada organisasi pada tingkat dan bentuk kewajiban
yang dapat dicapainya. Dari redaksi tujuan AD itu juga ada relevansi yang tetap terjaga
selama asas organisasi masih seperti itu. Sehingga tujuan organisasi tetap bersifat dinamis
karena dari situ dapat dijabarkan lebih lanjut, sesuai kebutuhan dan kemampuan organisasi
pada suatu masa tertentu.
BAB III
KEANGGOTAAN
Pasal 6
Keanggotaan
Setiap ketentuan yang tercantum di AD/ART memberi kewajiban untuk dilaksanakan. J ika
pada redaksi tercantum kata dapat, maka artinya; baik dilaksanakan ataupun tidak, tidaklah
menyalahi AD/ART. J adi, ini suatu pilihan. Namun, suatu pilihan boleh jadi justru menyalahi
kondisi. Dengan demikian, implikasi lanjutan dari pilihan di atas asalah memberi kesempatan
pada anggota untuk mengkritisi.
J ika pada redaksi tercantum kata boleh dan kata tsb biasanya menyiratkan suatu konteks
sesuatu tujuan tertentu, maka justru tujuan tersebut yang harus diupayakan untuk dicapai.
Sedangkan AD/ART menyebut kata boleh sebagai alternatif cara/metode yang dapat
digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.

Keanggotaan pada AD menyebutkan kata dapat adalah untuk menyatakan bahwa bukan
suatu keharusan anggota luar biasa ada pada setiap saat. Ini mendorong organisasi untuk
kritis memandang keperluannya sendiri.

BAB IV
BADAN KELENGKAPAN ORGANISASI
Pasal 8, Pasal 9 dan Pasal 10
Hakikat Badan Kelengkapan Organisasi
13

HMF Ars Praeparandi ITB dikatakan ada secara lembaganya jika semua badan kelengkapan
organisasinya ada. Artinya, pembentukan setiap badan kelengkapan organisasi mutlak harus
dilakukan.
Rapat anggota; dalam hal ini keputusan atau ketetapannya akan mengiringi setiap perjalanan
organisasi, sekurang-kurangnya satu kali pada setiap kepengurusan.
Badan Pengurus; anggota HMF Ars Praeparandi ITB memilih ketua umum melalui
pemilihan umum dan memberikan mandat kepada ketua umum ini untuk mengangkat
pengurus sehingga terbentuklah badan pengurus.
Badan Perwakilan Anggota; lembaga ini tidak saling sub ordinat dengan BP, ia bekerja sama
dengan BP untuk mencapai tujuan organisasi. Keberadaannya mengiringi kerja BP pada tiap
periode dengan beberapa fungsi tambahan yang diberikan kepadanya sesuai ART.

Terdapat perubahan dalam sistem organisasi terpusat di ITB (Keluarga Mahasiswa ITB pada
tahun 1999 ini, red.), dimana seorang senator merupakan wakil distrik dan tidak mewakili
himpunan. Perwakilan HMF Ars Praeparandi ITB, yaitu suatu lembaga khusus yang
bertugas ekstern/keluar organisasi, dipandang dapat diadakan oleh ketua umum/BP, baik
secara permanen maupun tidak. J adi, secara struktural juga akhirnya bertanggung jawab
kepada BP.
Implikasinya : Tidak ada kewajiban khusus untuk BP mengadakan perwakilan, dan anggota
dapat mengkritisi keperluan pembentukan suatu perwakilan.
Mengenai Dewan Penasehat, fakta yang selama ini menunjukkan bahwa bantuan berupa
nasehat dari anggota-anggota yang telah cukup pengalaman, selalu diberikan dalam batas
kemampuan mereka, apabila mereka diminta. Prinsip yang hendak diatur di sini adalah
bahwa organisasi harus seramping mungkin namun tetap dapat kena tujuan. Sementara itu,
fungsi penasehat dapat digantikan dengan adanya BPA. BPA sendiri dapat dikontrol anggota,
karena ia bertanggung jawab ke Rapat Anggota. Lagipula pengaruh dari senior tidak
diharapkan menghalangi prose pendewasaan di organisasi. J ika dibuka kesempatan yang
besar kepada senior, maka kemungkinan :
Maksimum : Keputusan-keputusan BP akan mudah goyah dan trelalu mengandalkan
Minimum : Penilaian kepada prestasi organisasi menjadi lain
Sebenarnya jika organisasi berjalan dengan baik, maka apresiasi seharuanya diberikan kepada
pengurusnya. Dengan demikian, motivasi BP dan BPA menjadi kuat dan berusaha do the
best ketika kesempatan diberikan kepadanya. Ini adalah konsep pembelajaran dan
pendewasaan yang diterapkan di organisasi.
BAB V
BADAN SEMI OTONOM
Pasal 11
Badan Semi Otonom
Dinamika menjadi syarat sekaligus konsekuensi dari suatu organisasi. Maka, begitu pula
dalam HMF Ars PraeparandiITB.
Dinamika pemikiran begitu luas, sehingga dapat terjadi kondisi ketika aspirasi dan kreativitas
anggota tidak terwadahi oleh badan pengurus. Oleh karena itu, dibentuklah suatu badan yang
bersifat semi otonom, yang tetap berkedudukan di bawah ketua umum dengan mekanisme
koordinasi khusus. Untuk memperkecil bias dan mengatasi keluasan makna dinamika
pemikiran, maka diberlakukan pembatasan bahwa badan semi otonom adalah badan yang
bergerak dalam aktivitas kefarmasian. Artinya, badan semi otonom berkontribusi dalam
lingkup kefarmasian dan keterkaitannya dengan aspek ilmu lain.
Maksud dari mekanisme khusus ialah bahwa di satu sisi BSO berkedudukan di bawah ketua
umum, namun di sisi lain BSO memiliki hak otonom dalam menjalankan kepengurusan.
14


BAB VI
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 12
Pengambilan keputusan
Materi ini memang telah umum diketahui. Namun perlu tetap dicantumkan untuk memberi
landasan yang kuat bagi setiap mekanisme pengambilan keputusan dan hasil keputusan itu.
Keputusan merupakan hal yang penting bagi organisasi, karena ia selalu menjadi acuan
komunikasi bagi semua pihak tentang penyikapan organisasi terhadap suatu masalah.
Singkatnya, supaya penyikapan organisasi ini satu/bulat, maka harus ada satu keputusan.
AD/ART mengatur supaya setiap masalah dapat diselesaikan secara musyawarah mufakat.
Kalaupun tidak bisa, maka minimal mekanisme pengambilan keputusan itu dapat disepakati
oleh pihak intern organisasi yang terlibat, dan hasil keputusan diakui oleh semua pihak
sebagai sesuatu yang sah.
BAB VII
KEUANGAN
Pasal 13
Keuangan
Kembali kata dapat muncul disini, untuk menunjukkan adanya pilihan dalam menggali
sumber-sumber keuangan. Perlu diupayakan untuk mengaktifkan uang pangkal dan iuran
anggota, karena disini muncul rasa kepemilikan yang tinggi terhadap organisasi.
BAB VIII
LAMBANG, BENDERA, PAKAIAN RESMI DAN LAGU
Pasal 14 dan Pasal 15
Lambang dsb
AD/ART mewajibkan kepada organisasi untuk menetapkan peraturan khusus mengenai hal
itu. J adi peraturan khusus itu harus ada, jika tidak, maka telah terjadi penyalahan terhadap
AD/ART, sehingga hal ini harus diperhatikan. Hal-hal lain yang disebutkan dalam redaksi
adalah tentang : desain standar, aturan penggunaan, dll.
BAB IX
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 16 dan Pasal 17
Perubahan Anggaran Dasar
Anggaran Dasar merupakan peraturan mengikat Organisasi sebagai kepanjangan tangan dari
Keputusan Rapat Anggota. Sebetulnya semua ketentuan yang mengikat Organisasi dapat saja
ditetapkan langsung dari Rapat Anggota. Namun hal ini menjadi tidak praktis karena berarti
diperlukan pengambilan keputusan yang terus menerus pada Rapat Anggota untuk
menetapkan ketentuan-ketentuan itu. Sementara itu, akan lebih praktis bila Rapat Anggota
hanya menetapkan ketentuan yang memang perlu diatur karena perkembangan jaman. J adi,
untuk mengabadikan suatu ketentuan, tanpa terus-menerus mengadakan Rapat Anggota,
maka diadakan AD/ART ini.

Dengan begitu, maka harus dijamin bahwa keabadian ketentuan pada AD/ART itu, supaya
tidak lekas menjadi mudah untuk diganti/diubah begitu saja. Berarti ada hal lain yang dituntut
di sini, yaitu pembuatan ketentuan pada AD/ART harus cukup hati-hati, mempertimbangkan
masak-masak semua kemungkinan, visi kita harus cukup komplit menilai segala sesuatu serta
15

mampu menyederhanakan konsep/ide kita dalam bentuk redaksi yang singkat, padat namun
tetap fleksibel/mampu memenuhi perubahan jaman. Dengan demikian jaminan keabadian
berlakunya dapat dipastikan. Namun jika kondisi jaman memang mendesak, maka perubahan
AD/ART harus juga dimungkinkan.

AD/ART memberi ketentuan tentang mekanisme perubahan AD/ART , yaitu :
- Dalam Rapat Anggota khusus yang memang diagendakan untuk maksud itu. Artinya tidak
boleh dalam suatu RA yang agendanya merembet sehingga didapati kesimpulan bahwa
AD/ART harus diubah, kemudian spontan diambil keputusan untuk mengubah AD/ART pada
RA itu juga. J adi perubahan AD/ART harus diagendakan khusus sebelumnya.
- BP diberikan kesempatan yang cukup luas untuk mengusulkan perubahan AD/ART, karena
ia ada di lapangan sehingga lebih memiliki gambaran yang cukup luas dalam menimbang
apakah suatu AD/ART memang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan jaman.
- Redaksi Anggota yang berhak dan didukung,pengertian didukung disini adalah dukungan
yang sah terhadap usulan itu. Namun ada baiknya dibiasakan untuk membuktikan dukungan
itu dengan datang pada waktu Rapat Anggotanya.
BAB X
PEMBUBARAN HIMPUNAN
Pasal 18
Pembubaran Himpunan
Seperti amanat pasal 2 : didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan. Ini adalah semacam
testament/wasiat dari para pendiri organisasi, yang karena keterbatasan masa keanggotaan
tidak bisa lagi menjadi anggota, namun tetap mengharapkan organisasi dapat terus berdiri.
Dengan munculnya redaksi seperti itu, maka menjadi kewajiban bagi anggota yang ada pada
setiap periode kepengurusan untuk bersungguh-sungguh berupaya mempertahankan
kelangsungan organisasi.

Angaran Dasar ingin mengatakan , bahwa HMF `Ars Praeparandi` ITB dapat dibubarkan, tapi
caranya tidaklah dipermudah. Hanya ada satu mekanisme yang harus dilewati :
a) permintaan sekurang-kurangnya jumlah anggota biasa. J umlah anggota yang besar
ini menunjukkan kritisnya masalah yang menjadi alasan usul pembubaran organisasi.
J adi, demikian berat memang untuk membubarkan organisasi ini, yang bahkan BP pun
harus melewati mekanisme jumlah ini / tidak ada hak khusus untuk BP mengusulkan
pembubaran organisasi.
b) Disusul dengan RA yang khusus (artinya tidak ada agenda selain yang berkaitan
dengan pembubaran organisasi


16

ANGGARAN RUMAH TANGGA
HIMPUNAN MAHASISWA FARMASI ARS PRAEPARANDI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BAB I
KEANGGOTAAN
Pasal 1, pasal 2 dan pasal 3
Keanggotaan
Anggota biasa : (berkaitan dengan pasal keanggotaaan di Anggaran Dasar)
Hilangnya keanggotaan ;
- karena batas hidup dan batas masa studinya
- karena keanggotaan di organisasi ini yang bersifat sukarela maka seseorang dapat
mengundurkan diri dengan mengemukakan alasan-alasannya, sehingga hubungan baik,
seperti disebutkan pada tujuan organisasi, dapat tetap dijaga.
- Karena mendapat sanksi terberat yaitu diberhentikan menurut RA. Hanya RA yang
berwenang memberhentikan anggota, supaya pertimbangan pemberhentian anggota ini benar-
benar masak dan diketahui semua anggota intern Organisasi menjadi bagian dari upaya
pendidikan di Organisasi.
Perlu diingat disini tentang keberadaaan anggota, bahwa setiap anggota adalah aset, maka
hanya hal-hal diatas sajalah yang menyebabkan Organisasi melepas asetnya.

Anggota Luar Biasa
Diadakan bisa berdasarkan atas ; kebutuhan mengangkat atau karena penghargaan atas
seseorang/pihak lain, sehingga kepadanya juga diberikan hak dan kewajiban tersendiri.
Proses penerimaannya mekanistik ; yaitu ia dihubungi lebih dahulu untuk diminta
kesediaannya, kemudiaan ia menyatakan kesediaan itu secara tertulis dan terakhir, BP secara
resmi menyatakan mengesahkan keanggotaannya.

BP menetapkan status keanggotaan dari setiap individu di Organisasi. Ini menuntut BP
mengatur rapi administrasi keanggotaan. J adi, AD/ART hanya menggariskan bahwa
klasifikasi anggota biasa dan luar biasa perlu dibedakan. Sedangkan teknis seperti ; waktu
penerimaan serta mekanisme lain-lain berkenaan dengan perubahan status individu pada
waktu-waktu tertentu, adalah kewenangan BP yang dapat dikritisi oleh angota.
BAB II
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA
Pasal 4 dan Pasal 5
Hak Anggota
Hak bicara : bicara bisa berupa penilaian terhadap organisasi yang dapat mempengaruhi
pengambilan kebijakan.
Hak suara : menentukan dalam pengambilan keputusan.
Hak pilih : termasuk dipilih dan memilih dalam setiap pemilihan yang diadakan Organisasi
Berpartisipasi aktif: Dapat Ikut serta sebagai peserta maupun panitia dalam kegiatan-kegiatan
HMF.
Menjadi prioritas: Dalam kondisi kegiatan ataupun pemberian pelayanan dan fasilitas yang
terbatas, anggota biasa aktif akan didahulukan.
Anggota pasif dapat menyampaikan aspirasi melalui anggota aktif secara umum, dan melalui
BPA secara khusus.
17

BAB III
RAPAT ANGGOTA
Pasal 6, pasal 7 dan pasal 8
Rapat Anggota
ART mengatur mekanisme pengadaannya.
Redaksi Hak lain yang dianggap perlu, keperluan itu dibuktikan dengan jumlah dukungan
untuk mengadakan RA
Pasal 7: Dalam satu masa kerja kepengurusan, pasti pernah diadakan RA minimal 1 kali,
yaitu yang diadakan BP untuk masalah pertanggungjawaban.

Redaksi permintaan sah melalui BP ada bukti, bisa berupa petisi/kumpulan tanda tangan,
dan melalui BP karena hanya BP yang berwenang untuk diminta mengadakan RA.
J umlah 1/8 -1/10, pertimbangannya dari;
- masalah yang hendak diagendakan untuk RA harus cukup relevan untuk dibahas sehingga
dukungan harus cukup banyak
- pada masalah yang memang harus memerlukan RA, tidak boleh dipersulit.
- J umlah angkatan di Organisasi =5 sampai 6 angkatan pada suatu masa kerja kepengurusan,
dengan anggota organisasi (th 2010, red) sekitar 400 anggota biasa aktif. J adi jika 1/10 dari
400 anggota maka 40 orang anggota biasa aktif adalah jumlah yang cukup untuk mewakili
keperluan pembahasan di RA tanpa kesan mempersulit.
- Dipilih angka pecahan karena fleksibel terhadap jumlah anggota biasa aktif yang ada.
Berbeda halnya, jika misalnya langsung jumlah 15 orang, maka angka bulat ini justru tidak
relevan jika misalnya terjadi penambahan jumlah anggota biasa aktif dalam jumlah besar.
- J ika da masalah khusus di suatu angkatan, yang murni dirasakan hanya oleh suatu angkatan,
maka pada kasus demikian pun tidak dihalangi untuk dibahas di RA. Bukti bahwa sesuatu itu
merupakan persoalan angkatan adalah minimal jumlah anggota ybs mendukung. Sehingga
perhitungannya, angka 1/10 dari jumlah anggota biasa aktif Organisasi adalah sebanding
dengan 1/2 . Di sini kita memandang bahwa 1 angkatan adalah jumlah yang signifikan, dan
jika angkatan itu memandang bahwa persoalan bisa diangkat ke tingkat Organisasi, maka itu
juga harus dimungkinkan. Adapun solusinya tetap tergantung pada anggota yang lain dalam
RA.

Lanjutan (di luar AD/ART)
Isu tentang agenda harus dipublikasikan, artinya RA telah disiapkan terlebih dulu untuk
membahas isu tersebut, karena ini menyangkut ;
- Kemungkinan anggota hadir dalam jumlah besar
- Keputusan penting yang hendak diambil serta mekanisme pengambilan keputusan yang
akan diambil
- Dampak serta implikasi dari keputusan yang diambil termasuk kemungkinan merembet ke
masalah-masalah lain yang mendasar.
- RA dibuka tepat waktu, segera setelah dipilih pimpinan RA, karena ada ketentuan menunda
jika kuorum tidak terpenuhi.
- RA dibuka secara resmi, dengan diungkapkan keperluan penyelenggaraan RA, serta pihak
mana yang meminta, untuk dilihat secara terbuka oleh semua yang hadir mengenai keabsahan
permintaan pengajuan usul RA
- Kuorum 2/3 jumlah anggota biasa aktif, menunjukkan representasi dari keseluruhan jumlah
anggota, karena ini menyangkut pembahasan masalah penting Organisasi. Penundaan
dilakukan untuk memberi kesempatan/toleransi kepada semua pihak yang berkepentingan
untuk dapat datang
18

- Perlu diperhatikan, bahwa cara mensukseskan RA supaya Segera dimulai bukan dengan
cara mengubah/mengurangi kuorum ini.
Tapi justru dengan menyadari bahwa RA ini diadakan untuk pembahasan masalah
penting/mendesak, sehingga tiap anggota seharusnya bersungguh-sungguh untuk berusaha
datang dan tepat waktu, serta pihak penyelenggara juag optimal menanamkan kesadaran
tentang pentingnya masalah.
BAB IV
BADAN PENGURUS
Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11 dan Pasal 12
Bada Pengurus
Implikasi dari Ketua Umum memimpin BP adalah bahwa pertanggungjawaban Ketua Umum
ketika diminta anggota, tidak dapat dialihkan.
Pengesahan dan pemberhentian Ketua Umum hanya melalui RA yang telah diagendakan
lebih dulu.
Ada penbatasan masa jabatan, supaya disadari lebih dulu bahwa kesempatan yang diberikan
itu harus ia gunakan sebaik-baiknya.
Mekanisme RA juga yang digunakan untuk membahas dan menimbang alasan-alasan
terjadinya pelanggaran masa jabatan Ketua Umum dan sekaligus memutuskan masalah ini.

Mengenai Kewajiban BP
Redaksi `Menyelenggarakan Rapat untuk keperluan badan kelengkapan Organisasi `
merupakan ayat yang ditambahkan untuk mengecualikan rapat kepanitiaan. Rapat kepanitiaan
menjadi kewajiban bagi panitia sendiri untuk menyelenggarakannya. Redaksi
`Menyampaikan Informasi resmi` ;
- bila tidak diminta, dapat tetap dilakukan mengingat kepentingan informasi tersebut
- apalagi jika diminta, oleh BPA atau anggota, maka ini mutlak istilah `Pemilihan Umum`,
dengan sendirinya mengacu pada istilah yang dibatasi pada pasal 10.
BAB V
BADAN PERWAKILAN ANGGOTA
Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16
Hakikat BPA
BPA dalam kondisi normal (dimana BP juga ada), berfungsi mewakili anggota mengawasi
BP. Di sini, kontrol langsung dari anggota kepada BP adalah bersifat tetap ada, artinya
adanya BPA tidak menghalangi kemungkinan anggota untuk mengontrol langsung BP.
Namun adanya BPA, fungsi kontrol ini menjadi lebih baik, karena kepada BPA ini diberikan
hak-hak dan kewajiban yang lebih dibandingkan dengan anggota biasa. BPA menggunakan
hak dan kewajibannya untuk kepentingan anggota, sehingga BPA juga menjadi perwujudan
dari aspirasi anggota. Oleh karena itu, BPA selain memiliki fungsi kontrol juga memiliki
fungsi penampung aspirasi.
Tata Hubungan BPA-BP
Perlu ditegaskan di sini, meskipun pada kedua lembaga ini, masing-masing melekat hak,
kewajiban, tugas, serta wewenang yang berbeda satu sama lain; namun keduanya harus
mengingat tujuan organisasi ketika menjalankan fungsinya masing-masing. Dengan demikian
tata hubungan yang hendak dikembangkan adalah kerjasama sesuai fungsinya masing-masing
untuk mencapai tujuan HMFArs Praeparandi ITB.
Hubungan yang diharapkan dari kedua lembaga ini adalah dua arah. Artinya, kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan oleh masingmasing lembaga ini agar dapat saling
dikomunikasikan, pertimbangan-pertimbangan dari satu pihak harus didengar oleh pihak
19

yang lain. Pada BPA melekat hak yang menjadi kewajiban BP untuk memenuhinya, dan
tidak ada sebaliknya; hal ini karena BPA hakikatnya adalah mewakili anggota. Namun BPA
diadakan tidak dimaksudkan untuk menghambat kerja BP.
Kedua lembaga perlu mengingat pula bahwa kedudukannya ada di bawah rapat anggota,
sehingga harus melaporkan pertanggungjawabannya di hadapan rapat anggota.
Angkatan
Kelompok ini diadopsi langsung untuk menjadi kelompok yang dapat mengirimkan wakilnya
dalam pendirian lembaga BPA karena :
Kelompok ini riil jadi praktis langsung dapat diambil
J umlahnya yang 5 adalah ideal (pada tahun 1999 ini, red.)
Cukup mudah pengaturannya

Definisi Angkatan
ANGKATAN adalah : bagian dari keseluruhan anggota HMF Ars PraeparandiITB, yang
terhimpun karena mengacu pada tahun
terdaftarnya sebagai mahasiswa ITB dan atau tingkatan masa studinya pada suatu tahun
ajaran akademik yang berjalan.
- J adi, suatu angkatan secara garis besar; ia mengelompok dengan sendirinya tanpa usaha
lebih dahulu untuk membaginya
(terhimpun dan bukan dihimpun)
- Dalam pembagian ini; ada alasan kuat seseorang dapat diklasifikasikan pada suatu angkatan
tertentu (dapat karena salah satu
alasan, atau justru karena kedua alasan di bawah ini sehingga definisi di atas menjadi dan
atau) :
Karena tahun terdaftarnya ia sebagai mahasiswa ITB, ini jika ia menjalani masa studinya
secara normal
Karena tingkatan masa studinya, misalnya karena studinya mengharuskan ia lebih banyak
berinteraksi dengan angkatan di
bawahnya, atau seseorang yang sudah lewat masa studinya; ia dapat diklasifikasikan ke suatu
angkatan tertentu (keterangan
tingkatan masa studinya bukan sesuatu istilah khusus, tapi suatu kata yang mengandung
pengertian yang mudah
dibayangkan, apalagi bila disertai contoh; sehingga dalam hal ini tidak memerlukan
pendefinisian lebih lanjut)
- Pada suatu tahun ajaran akademik berjalan adalah acuan untuk membandingkan relevansi
suatu angkatan. Dengan demikian
kelompok angkatan yang relevan akan menjadi dinamis pada tiap tahun/periode waktu
tertentu.
Misalnya :
Pada tahun akademik 1999-2000, tepatnya pada Desember 1999, yang relevan untuk saat
ini adalah angakatan 1998, 1997,
1996, 1995, plus angakatn Apoteker (5 Angkatan)
Pada tahun akademik yang sama, tepatnya pada April 2000, karena ankatan 1999
misalnya sudah masuk menjadi anggota
HMF `Ars Praeparandi` ITB, yang relevan pada saat ini adalah angkatan
1999,1998,1997,1996,1995 plus dan angkatan
Apoteker ( 6 Angkatan).
Demikian pula pada waktu pergantian semester akademik, maka akan terjadi pula perubahan
susunan anggota suatu angkatan. Hal
20

ini berupa mengubah nama angkatan tersebut, sehingga memerlukan pendataan lebih lanjut,
termasuk dalam pemberian nama
angkatan yang berubah tersebut.
Mekanisme Umum Pengaturan tentang Angkatan
Ketua Umum ketika masa persiapan pemilihan ketua Umum baru, mengeluarkan SK berisi :
1. angkatan, yang dinyatakan relevan pada masa itu. Misalnya pada kepengurusan ketua
umum tahun 1999, pada bulan
Desember 1999, angkatan terdiri dari : angkatan 1998, 1997, 1996, 1995 plus dan angkatan
Apoteker ( 5 angkatan).
2. Daftar anggota yang mengelompok pada suatu angkatan. Misalnya angkatan 1998 terdiri
dari A, B, C, D dan seterusnya.
Angkatan 1997 terdiri dari E, F, G, H dan seterusnya. Dalam pembuatan daftar ini, seseorang
jika berada pada :
a. kondisi normal : maka akan mudah diklasifikasikan pada angkatan mana , karena tinggal
mengacu dari tahun terdaftarnya
sebagai mahasiswa ITB
b. kondisi khusus : misalnya karena studinya mengharuskan ia lebih banyak berinteraksi
dengan angkatan dibawahnya, atau
seseorang yang sudah lewat masa studinya; maka sebelum SK diterbitkan, yang bersangkutan
bisa ditanya ingin masuk
angkatan mana, dan jawaban ini menjadi pertimbangan ketua umum dalam menetapkan
daftar di atas
Keuntungan mekanisme ini :
a. Praktis, jelas, tegas dan cepat
b. Dapat terukur tingkat kebijaksanaannya, karena dapat terlihat alasan pemasukan seseorang
ke suatu angkatan
c. Memaksa, secara tidak langsung, kepada BP pada setiap periode untuk mendata
keanggotaan HMF `Ars Praeparandi` ITB ,
sehingga administrasi anggota lebih rapi.
Mekanisme Pemilu Anggota BPA untuk Pembentukan Lembaga BPA
Ada baiknya suatu angkatan mendesain sendiri mekanisme pengangkatan wakilnya di BPA,
agar lebih terasa kepemilikan dan
tanggungjawab terhadap wakil BPA yang diangkatnya itu. J adi, mekanisme dibawah ini
adalah standard minimal yang dapat menjadi
alternatif bila suatu angkatan gagal memunculkan mekanisme yang dikehendaki. Gagal disini
bisa berarti karena tidak berusaha
mencari atau membuat mekanisme sendiri, bisa juga karena muncul perdebatan yang bertele-
tele dan tidak memunculkan
kesepakatan.
Dasar pelaksanaan : SK ketua umum tentang angkatan yang relevan pada masa itu, serta
daftar anggota yang relevan pada
angkatan tersebut.
Waktu pelaksanaan : sebaiknya, untuk pertimbangan praktis, berbarengan dengan
pemilihan ketua umum.
Organisasi menyiapkan perangkat pemilu seperti biasa dengan tugas tambahan
menyiapkan berita acara yang khusus berisi :
o daftar anggota yang relevan pada suatu angkatan
o keterangan tentang cara pengambilan keputusan yang disepakati dalam pengangkatan suatu
anggota BPA pada suatu
angkatan.
21

o kesediaan seseorang secara tertulis untuk dicalonkan menjadi anggota BPA mewakili suatu
angkatan
o hasil pengambilan keputusan
Suatu angkatan dapat memunculkan seseorang calon anggota BPA dari luar angkatan
tersebut, asalkan tetap memenuhi syarat :
o pencalonan dilakukan terbuka, artinya semua angkatan di organisasi saling mengetahui
semua calon anggota BPA yang
diajukan pada setiap angkatan.
o kesediaan seseorang dicalonkan, dibuktikan secara tertulis.
Dengan demikian, mungkin pula :
o Seseorang terpilih menjadi anggota BPA mewakili 2 angkatan, namun ini terjadi dalam
proses yang sengaja, artinya ia dan
angkatan yang diwakilinya telah menyadari kemungkinan ini sebelumnya.
o Suatu angkatan dengan alasan tertentu tidak mengirim wakilnya. Rapat anggota pada waktu
pengesahan lembaga BPA
yang akan menetukan masalah ini.

Penentuan Jumlah BPA
Pernyataan satu orang BPA mewakili 20 orang anggota HMF di masing-masing angkatan
cukup jelas. Perlu diingat bahwa pernyataan anggota HMF disini mengikutsertakan
anggota biasa pasif.
Adapun jika jumlah anggota dalam suatu angkatan tidak genap dibagi 20, maka jumlah
anggota HMF Ars Praeparandi ITB yang menjadi anggota BPA mengikuti perhitungan
sebagai berikut :
J ika sisa dari pembagian dengan 20 dari jumlah total anggota dalam suatu angkatan
adalah 10 atau kurang, maka dilakukan pembulatan jumlah anggota BPA ke bawah.
Sebagai contoh, jika suatu angkatan terdiri dari 130 orang anggota biasa, maka jumlah
anggota BPA yang dibutuhkan dari angkatan yang bersangkutan adalah 130/20 =6
sisa 10. 10 orang anggota tersebut dapat terwakili aspirasinya melalui 6 orang anggota
BPA dari angkatannya.
J ika sisa dari pembagian dengan 20 dari jumlah total anggota dalam suatu angkatan
adalah lebih dari 10, maka dilakukan pembulatan jumlah anggota BPA ke atas.
Sebagai contoh, jika suatu angkatan terdiri dari 131 anggota biasa, maka jumlah
anggota BPA yang dibutuhkan dari angkatan yang bersangkutan adalah 131/20 =6
sisa 11. 11 orang anggota tersebut harus diwakili oleh 1 orang BPA, sehingga jumlah
anggota BPA dari angkatan yang bersangkutan adalah 7 orang.
Prinsip perhitungan diatas adalah setiap orang BPA mewakili minimal n +1 dari 20
orang anggota biasa. Hal ini berdasarkanpada jumlah anggota biasa yang cukup
representatif untuk diwakilkan oleh seorang BPA. Perbandingan 20:1 antara anggota
biasa dan BPA dianggap dapat memaksimalkan kinerja BPA untuk menjalankan
fungsi aspirasinya.
Penentuan jumlah anggota yang mewakili angkatannya dalam BPA dilakukan pada awal
dibentuknya BPA hingga pelantikannya. J adi, jika pada suatu keadaan awal (saat BPA
dilantik) terdapat 131 orang anggota dalam suatu angkatan, maka jumlah anggota BPA dari
22

angkatan yang bersangkutan adalah 7 orang. Kemudian di tengah kepengurusan BPA terjadi
sesuatu sehingga jumlah anggota dalam angkatan tersebut berkurang, maka jumlah anggota
BPA yang mewakili angkatan tersebut tidak lantas berkurang menjadi 6 orang.
Pada keadaan lain, suatu angkatan yang jumlahnya dibawah 10 (dikarenakan kelulusan
studinya tidak tepat sesuai angkatan masuknya) dan/atau mengharuskan anggota-anggota
aktif tersebut mengikuti kegiatan akademik bersama angkatan dibawahnya, maka perhitungan
anggota BPA yang mewakili angkatan tersebut digabungkan dengan angkatan dibawahnya.

BAB VII
BADAN SEMI OTONOM
Pasal 17, Pasal 18, pasal 19 dan pasal 20
Badan Semi Otonom
Keanggotaan
Mengingat bahwa BSO berada di bawah ketua umum, maka basis massa BSO haruslah sama
dengan basis massa himpunan. J ika
basis massa BSO berbeda dari basis massa himpunan, maka legitimasi himpunan dapat
diragukan, dan fungsi BSO sebagai wadah
aspirasi dan kreativitas anggota himpunan menjadi bias. Selain itu, dapat terjadi
kemungkinan bahwa BSO lebih memiliki daya tawar
dibandingkan dengan kegiatan badan pengurus. J ika massa BSO berbeda dengan massa
himpunan, maka fungsi himpunan tidak lagi
maksimal.
Pengurus BSO adalah anggota biasa aktif himpunan yang telah melalui mekanisme kaderisasi
internal BSO. Mekanisme kaderisasi ini diatur
secara independen oleh BSO dengan batasan asas dan tujuan himpunan.
Ketua umum hanya berhak menetapkan ketua BSO sebagai bagian dari mekanisme legal, dan
sebagai konsekuensi bahwa BSO
berada di bawah ketua umum. Ada pun pertimbangan bahwa ketua umum tidak memilih
ketua BSO adalah keterlibatan ketua umum
yang terbatas terhadap berjalannya BSO. Sehingga, akan lebih adil jika pemilihan ketua BSO
dilakukan oleh pengurus BSO dengan
mekanisme yang ditetapkan oleh pengurus.
Kewajiban BSO terhadap Ketua Umum
Dalam pasal terkait dijelaskan tentang esensi semi otonom melalui peran masing-masing
pihak, yaitu ketua umum dan BSO.
Kewajiban BSO terhadap ketua umum, sebagai konsekuensi bahwa BSO berada di bawah
ketua umum, meliputi lima hal yang
tersurat dalam pasal. Ketua umum harus memastikan bahwa :
a. Kepengurusan BSO harus terus berlangsung
b. Kaderisasi di dalam BSO harus terus berlangsung selaras dengan kaderisasi yang
dilakukan dalam himpunan
c. Kegiatan BSO harus berlangsung sebagai indikasi dinamikanya
d. BSO wajib menjaga nama baik himpunan
e. Kekayaan BSO berasal dari sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan dan tidak
bertentangan dengan asas dan
tujuan himpunan
Pertanggungjawaban
23

BSO bertanggung jawab kepada ketua umum atas kelima hal tersebut. Di luar kelima hal
tersebut, BSO berjalan dan bertindak secara
otonom.
BSO wajib mengadakan forum pelaporan pada tiap akhir kepengurusannya sebagai wujud
tanggung jawabnya kepada anggota BSO.
Pembentukan BSO
Dalam syarat pembentukannya, BSO harus diinisiasi oleh sekurang-kurangnya 1/10 anggota
biasa aktif himpunan( 1/10 : sesuai standar pengusulan Rapat Anggota)
Pada tahap awal, diakukan mekanisme permohonan pembentukan BSO kepada ketua umum
yang sedang menjabat. Dengan adanya
pengajuan ini, maka dibentuk tim penilai kelayakan yang terdiri dari ketua umum, perwakilan
badan pengurus yang sedang menjabat,
perwakilan BPA yang sedang menjabat, dan perwakilan BSO yang telah ada(jika ada).
Calon BSO harus menjalankan uji coba kegiatan secara independen sesuai permohonan dan
kesepakatan yang telah dicapai dengan
tim penilai (tentang target dan jangka waktu). Setelah jangka waktu yang telah disepakati, tim
penilai melakukan penilaian
berdasarkan parameter lingkup kegiatan, manfaat yang diberikan baik ke dalam maupun ke
luar HMF, dan kontinuitasnya.
J ika calon BSO lulus dalam tahap penilaian ini, maka ketua umum dan BP mengajukan
usulan diadakannya Rapat Anggota untuk
meninjau bersama dan mensosialisasikan permohonan pembentukan BSO kepada anggota
himpunan.
J ika forum Rapat Anggota menyetujui permohonan pembentukan BSO, maka bakal BSO
disahkan menjadi BSO melalui Surat
Keputusan Rapat Anggota 2003.
Pembubaran
Sesuai lingkup hak dan kewajibannya, dan sesuai aturan lain yang integral dalam AD/ART,
jika melakukan pelanggaran, BSO dapat
dibubarkan. Namun, mekanisme pembubaran diatur dalam Rapat Anggota untuk terlebih
dahulu mengkaji pelanggaran yang
dilakukan. Sanksi yang diberikan dapat saja bebas, sanksi lain yang disepakati dalam Rapat
Anggota, atau sanksi pembubaran.
Mekanisme pembubaran dilakukan melalui Rapat Anggota, sebab BSO disahkan melalui
Rapat Anggota.
BAB VIII
PERTANGGUNGJAWABAN
Pasal 21
Pertanggungjawaban
Merupakan pernyataan , yang berarti Organisasi bersifat mandiri.
Ketua Umum bertanggung jawab kepada lambaga RA, dan karena RA merupakan
penjelmaan dari kedaulatan seluruh anggota
Organisasi, maka penilaian tentang pertanggungjawaban seorang ketua umum secara
organisasi dilakukan ileh semua anggota yang
datang waktu RA.
BAB IX
KEGIATAN DAN KEPANITIAAN
Pasal 22 dan Pasal 23
24

Kegiatan dan Kepanitian
AD/ART mengamanatkan kepada BP untuk menetapkan kegiatan yang akan dilakukan,
dalam suatu program kerja. Bentuk
perumusan program kerja yang biasa dilakukan adalah Muker (Musyawarah Kerja). Di
samping untuk menyeleksi program yang
masih feasibel untuk dilaksanakan, juga memberi masukan-masukan untuk perencanaan
program tersebut. Dari muker ini pula dapat
dijadikan salah satu acuan bagi anggota untuk mengontrol jalannya suatu kepengurusan, serta
menilai pertanggungjawabannya nanti.
Bilamana pada masa kepengurusan berjalan, kondisi memungkinkan untuk mengadakan
tambahan suatu kegiatan yang spontan,
maka perencanaan kegiatan itu hendaklah disosialisasikan dalam bentuk program kerja. Di
sini, berarti memungkinkan mengadakan
muker lebih dari sekali pada suatu masa kepengurusan. Namun anggota dapat mengkritisi
kondisi yang demikian.
Kepanitiaan dalam kondisi Organisasi normal, ia dibentuk oleh BP.
Dalam kondisi khusus, seperti kondisi demisioner, di mana BPA berperan sebagai Eksekutif,
maka BPA berwenang membentuk
panitia khusus/tim khusus untuk terutama menyelenggarakan pemilu secepatnya. Setelah
kondisi demisioner, maka tim ini harus
segera dibubarkan memberi kesempatan BP segera menjalankan fungsi eksekutifnya.
Dalam kondisi lebih khusus lagi, ia segera dibentuk oleh RA. Prinsipnya sama, ketika BP
siap kembali, maka tim/panitia ini harus
segera dibubarkan.
Bentuk kegiatan yang dilaksanakan oleh BP... mengandung pengertian bahwa tidak ada
suatu kegiatan yang tidak di bawah
tanggung jawab BP (Bertanggung jawab kepada Ketua Umum HMF), meskipun ia bersifat
otonomi. Kegiatan yang bersifat otonomi
tersebut tetap di bawah tanggung jawab Ketua Umum karena merupakan bagian
pertanggungjawaban kepada anggota HMF oleh
Ketua Umum dalam RA. Namun otonomi kegiatan tersebut, dalam segala hal yang
menyangkutsemua kegiatan dan keanggotaan
internnya atau sesuai kesepakatan ketika kegiatan otonomi itu dibentuk. Dan bentuk tanggung
jawabnya berupa laporan kegiatan
tersebut kepada BP. Dan BP bisa mengkritisi keefektifan bentuk kegiatan yang bersifat
otonomi tersebut.
Kepanitiaan bubar dengan sendirinya setelah memberi pertanggungjawaban kepada BP,
maksudnya tidak ada kewajiban khusus
untuk menyatakan pembubaran panitia, meskipun itu dapat dilakukan. Hal ini hanya
menyatakan bahwa saat itulah kerja panitia
dinyatakan selesai. Memberikan pertanggungjawaban, artinya tidak hanya memberi laporan
semata, namun lebih tepat adalah sampai
pertanggungjawaban diterima oleh BPA.
Hal baru disini adalah ; secara tegas dinyatakan, bahwa kepanitiaan harus terdiri dari
anggota-anggota Organisasi, hal ini mendidik
kepada Organisasi untuk lebih memperhatikan anggotanya sebagai konsekuensi telah
menerima keanggotaan seseorang.
Kepanitiaan untuk kegiatan intern dengan demikian tidak menjadi masalah. J ika ada bentuk
kerja sama antara Organisasi dengan
25

pihak luar Organisasi, maka harap dipisahkan antara istilah panitia dengan perwakilan
organisasi (misal perwakilan himpunan
dalam kegiatan di KM-ITB, atau pada kegiatan ISMAFARSI sebagai delegasi)
J ika memang memungkinkan adanya kegiatan yang melibatkan pihak lain di luar
keanggotaan HMF dan melibatkan kepanitiaan,
kegiatan di dalamnya maka:
- pihak lain sebagai individu tidak bisa menjadi anggota kepanitiaan di HMF, namun jika
memang diperlukan dalam kegiatan
tersebut untuk terlibatnya dalam kepanitiaan, maka hal ini menjadi kewenangan HMF untuk
menyelesaikannya (alternatif : bisa
dibuat menjadi anggota luar biasa dengan mekanisme tertentu dalam Pasal 7 AD, dan Pasal 2
ART), jadi pihak panitia kegiatan
tidak berwenang memutuskan hal ini karena telah ditangani oleh BP.
- Pihak lain sebagai organisasi bisa terlibat melakukan kegiatan bersama, antar sesama
lembaga melalui kepanitiaan bersama
antar lembaga, dan hal inipun menjadi kewenangan BP dalam memutuskannya, dan pihak
panitia menjadi pelaksana teknis
kegiatna tersebut.
BAB X
RAPAT-RAPAT
Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, dan Pasal 29
Rapat-rapat
Rapat Anggota hanya terbuka untuk anggota biasa.
Terdapat masalah pada redaksi ini, yaitu mempertanyakan di mana digunakan hak bicara
anggota luar biasa, jika ternyata di RA, ia
tidak ikut diundang. Di sini harus diperhatikan, bahwa RA pada akhirnya akan mengambil
suatu keputusan yang mengikat
Organisasi. J adi sebelum pemutusan, maka hak bicara saja yang digunakan. Sewaktu
pemutusan, maka hak suara juga dipakai.
Sementara, anggota luar biasa tidak memiliki hak suara. Sehingga kurang tepat, bila anggota
luar biasa diundang pada RA.
J adi jika suatu pertimbangan tertentu ingin didengar dari anggota luar biasa, maka sebaiknya
dilakukan pada rapat-rapat selain RA.
Rapat Anggota
Harus dilakukan secara tertib, sehingga perlu dipilih penanggung jawab pelaksanaan rapat,
yaitu pimpinan rapat.
Mekanisme pengambilan keputusan juga diatur, bahkan tetap berlaku bila keadaan berlarut-
larut, sementara suatu penyelesaian harus
tetap segera diambil.
Rapat BP
Minimal diadakan 2 kali, yaitu pertama ketika perumusan program kerja, serta menjelang
akhir masa kerja pengurus (evaluasi intern
BP)
Rapat BPA
Kuorum rapat BPA ditetapkan di ART untuk menekankan fungsi kelembagaan yang melekat
pada BPA. Keputusan yang diambil
merupakan suatu keputusan resmi lembaga tersebut. Karena itu, maka mekanisme
pengambilan keputusan juga harus mewakili
26

keberanggotaannya. Kehadiran minimal 1 orang anggota BP dari wakil angkatan diharapkan
menunjukkan representatif ini dapat
dicapai.
BAB XI
KEUANGAN
Pasal 30
Keuangan
ART mengamanatkan kepada BP untuk mengaktifkan uang pangkal dan iuran anggota.
BAB XII
KEKAYAAN HMF ARS PRAEPARANDI ITB
Pasal 31
Kekayaan
Bentuk pertanggungjawaban Ketua Umum mengenai kekayaan Organisasi untuk menjadi
praktis dalam teknisnya, maka dapat
diverifikasi oleh BPA yang bekerja megiringi masa kepengurusan itu. Dengan demikian
segala sesuatu penilaian
pertanggungjawaban total (termasuk tentang kekayaan Organisasi) dari seorang Ketua Umum
dapat dilangsungkan pada satu kali
kesempatan yaitu pada waktu RA pertanggungjawaban itu.
Dengan demikian serah terima kepengurusan yang juga diadakan pada waktu
pertanggungjawaban itu bisa lebih jelas urusannya
karena kedua pihak (antara pengurus yang menyerahkan dengan pengurus yang
menerimanya) telah saling mengetahui dengan
disaksikan oleh anggota yang hadir pada waktu pertanggungjawaban itu.
J ika hendak diadakan RA tentang pembubaran Organisasi, maka Organisasi juga diwajibkan
untuk menyiapkan agenda pembahasan
mengenai kekayaan Organisasi.
BAB XIII
PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 32 dan Pasal 33
Perubahan ART
Prinsipnya sama dengan perubahan Anggaran Dasar
BAB XIV
PERATURAN HMF ARS PRAEPARANDI ITB
Pasal 34
Peraturan
Hierarki peraturan di Organisasi adalah sebagai berikut :
1. AD/ART adalah tertinggi, karena pada hakikatnya ia memiliki kekuatan hukun sama
dengan keputusan di RA, bahkan ia
lebih tinggi lagi karena masa berlakunya dijamin tidak terbatas (maksudnya sampai AD/ART
itu sendiri diganti melalui
suatu RA lagi).
2. keputusan RA; karena sifatnya yang baru/karena menyikapi suatu kondisi baru yang tidak
diatur di AD/ART
3. SK Ketua Umum
4. Instruksi Ketua Umum dan seterusnya

Você também pode gostar