Você está na página 1de 2

Apa yang membuat Anda beragama?

Orang tua saya memberikan agama Islam kepada saya ketika saya tidak tahu makna
agama. Saya dibesarkan dalam lingkungan yang cukup relijius secara ritual. Agama dan
ritual menjadi kesatuan yang tidak terpisahkan, paling tidak itu yang saya tangkap.
Keduanya saling melahirkan esensi keyakinan. Namun, keyakinan untuk apa?

Berbagai muhasabbah, pengajian, dan khotbah belum memberikan kedamaian yang dapat
saya yakini. Pada begitu banyak agama, kaum cendekia menuntut keyakinan bagi
pemeluknya. Keyakinan bahwa agama inilah yang benar. Kebenaran hanya satu, milik
Tuhan A dan sebagai pemeluk saleh wajib meyakini dan melakukan perintah-Nya.

Karena kebenaran hanya satu maka otomatis iman dan agama lain pun salah. Bukan
begitu? Basisnya sederhana, keyakinan dan kadang disertai dengan pembuktian terhadap
kebenaran. Dengan keyakinan seperti itu maka sejak lama sejarah agama merupakan
sejarah penyebaran kebenaran tunggal. Jalannya macam-macam, bisa dengan kekerasan,
melakukan kerja amal, atau memberikan kasih sayang.

Memperbanyak jumlah umat yang memiliki keyakinan terhadap kebenaran agama A


menjadi tujuan utama. Tuhan A menjadi sosok yang berorientasi mengumpulkan banyak
pengikut. Entah apa yang akan Tuhan A lakukan dengan itu semua.

Subyek ini terus muncul dan tidak pernah usang karena sebagian besar manusia sekarang
memiliki agama. Setiap hari raya akan tercium aroma kebanggaan beragama dan ber-
Tuhan serta seringkali memuncratkan serpihan kebencian yang tajam. Menjadi Yang
Paling Benar adalah beban kaum beragama.

Tidak itu saja. Mereka yang tidak suka dengan ritual beragama pun terobsesi menduduki
posisi Yang Paling Benar. Mereka kadang menertawakan dan mencibir pengikut ritual
yang saleh. Bagus benar panggung sandiwara ini. Surga dan neraka menjadi permainan
kata-kata manusia baik itu kaum pengikut maupun non-pengikut.

Manusia dalam kebingungan. Kalau saya mengatakan bahwa saya manusia bingung maka
manusiawi karena tanpanya kitab suci dan narkoba tidak laku. Manusia bingung
memerlukan pijakan dan tuntunan maka diberikanlah “jalan lurus” dalam berbagai versi.
Mereka yang berkepentingan dan merasa wakil “Tuhan” menarik-narik baju badaniah
saya untuk mengikuti “jalan lurus” versi masing-masing. Ada jalan ganja, jalan puasa,
jalan sekolah, dan lain-lain.

Menguatkan iman tidak lagi gratis. Anda perlu mengikuti pelatihan di hotel berbintang
dengan pemimpin seorang haji atau dengan harga yang sama membeli cimeng untuk
pesta shabu. Kebenaran diusahakan untuk tampil seabsolut mungkin agar mudah
diyakini. Kebenaran pun memiliki turunannya atau sub-kebenaran yang selalu perlu
dipertanyakan. Hubungan kausalitas dan seluruh persamaan matematika kebenaran
semakin kompleks.
Manusia beragama masih peduli dengan fatwa dan turunannya. Manusia memahami
pentingnya beragama dalam “dunia yang beragama” sehingga menyelamatkan diri
dengan mencantumkan identitas keagamaan di Kartu Tanda Penduduk. Dalam kasus di
Aceh, beberapa orang bisa memiliki dua KTP karena merasa takut digerebek patroli
syariah. Dalam dunia itu, beragama tidak cukup hanya dicantumkan tetapi juga perlu
diawasi.

Kepasrahan beragama adalah bentuk kepedulian terendah. Namun, dalam agama


kepasrahan menjadi bentuk kepedulian tertinggi. Anda bisa balik dan bolak sesuka hati.

Soenting Melajoe
Pengalaman-Perempuan-Pengetahuan

Você também pode gostar