Você está na página 1de 20

Makalah Aljabar Elementer

Determinan dan Cara Menghitungnya Dengan Baris Elementer







DISUSUN OLEH

NAMA : Muhammad Ilham Insani
NIM : 4611414002


PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
JURUSAN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Tahun 2014

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis senantiasa panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-NYA sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan judul
Determinan. Penulis sangat bersyukur sekali karena dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh nilai tugas mandiri Aljabar Linier pada
Fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang.
Makalah ini membahas tentang bagaimana langkah-langkah meghitung suatu
determinan dengan menggunakan beberapa operasi hitung pada Aljabar Linier sehingga dapat
membantu para pembaca khususnya mahasiswa untuk mengetahui cara menghitung suatu
determinan dengan benar.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,untuk itu kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat saya harapkan dan di harapakan sebagai umpan balik
yang positif demi perbaikan di masa mendatang.Harapan saya semoga Makalah ini
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khusunya di bidang ilmu Aljabar Linier
secara khusus di dalam memberikan cara-cara menghitung suatu determinan dengan mudah.
Akhir kata,penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.


Semarang , 30 Oktober

Penulis



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . ii
BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
B. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . 1
BAB II ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . 1
DETERMINAN
1. Menghitung determinan dengan perkalian elementer . . . . . . . . . . . . . . 2
2. Menghitung determinan dengan operasi baris elementer . . . . . . . . . . . 6
3. Sifat-sifat determinan suatu matriks . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . 8
4. Menghitung determinan dengan Expansi kofaktor . . . . . . . . . . . . . . . . 9
5. Penyelesaian SPL dengan aturan cramer . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . 12
BAB III PENUTUP
B. KESIMPULAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . 14
A. SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . 14
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . 15







BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Banyak orang yang beranggapan bahwa Matematika itu rumit, karena alasan itulah
banyak orang yang menghindari Matematika. Padahal Matematika dapat kita jumpai di dalam
kehidupan sehari-hari, dan mau tidak mau kita pasti menggunakan Matematika. Oleh karena
itu saya membuat makalah ini dengan maksud membantu pemahaman mahasiswa agar
mereka tidak menilai Matematika adalah sesuatu yang buruk.Secara khusus dalam ilmu
pengetahuan Aljabar Linear.


B. Tujuan

Makalah ini dibuat dengan tujuan utama untuk memenuhi Tugas Mandiri mata kuliah
Aljabar Linear, yang diberikan oleh dosen saya Bapak Fajar Arif Setiawan. Dan tujuan
berikutnya adalah sebagai sumber informasi yang saya harapkan bermanfaat dan dapat
menambah wawasan para pembaca makalah ini.












BAB II
ISI
DETERMINAN

Determinan : Produk (hasil kali) bertanda dari unsur-unsur matriks sedemikian hingga berasal
dari baris dan kolom yang berbeda,kemudian hasilnya di jumlahkan.
A = a
11
a
12
det (A) = a
11
a
22
a
12
a
21
a
21
a
22

A. Fungsi Determinan
Definisi
Suatu permutasi dari bilangan-bilangan bulat {1, 2, 3, , n} adalah penyusunan bilangan
bilangan tersebut dengan urutan tanpa pengulangan.

Contoh:
Permutasi dari {1, 2, 3} adalah
(1, 2, 3) (2, 1, 3) (3, 1, 2)
(1, 3, 2) (2, 3, 1) (3, 2, 1)
Secara umum, bilangan-bilangan pada {1, 2, , n} akan mempunyai n! permutasi.
Sub Bahasan Determinan
1. Menghitung determinan dengan perkalian elementer
2. Menghitung determinan dengan operasi baris elementer
3. Sifat-sifat determinan suatu matriks
4. Menghitung determinan dengan expansi kofaktor
5. Penyelesaian SPL dengan aturan cramer










1. Menghitung Determinan dengan Perkalian Elementer
Pada bagian ini kita akan membahas tentang determinan dan cara
mencarinya.Determinan merupakan nilai yang paling penting dalam perhitungan
matriks.Definisi-definisi maupun teorema yang penting yang berhubungan dengan pencarian
matriks.
Definisi 1.
Sebuah permutasi dari himpunan bilangan bulat positif {1,2,3, . . . .,n} adalah susunan
bilangan-bilangan bulat ini menurut aturan tertentu tanpa menghilangkan tanpa
mengurangi bilangan bulat tersebut.
Contoh 1.
Permutasi dari {1,2} adalan (1,2) dan (2,1).
Permutasi dari {1,2,3} adalah (1,2,3),(3,1,2),(2,3,1),(2,1,3),(1,3,2),dan (3,2,1).
Dari definisi permutasi,apabila ada 4 bagian,maka banyaknya permutasi adalah 24 buah.Hal
ini dapat di hitung dari rumus n.
Dapat dilihat untuk n = 2,maka ada 2 permutasi.Untuk n = 3,maka ada 6 = 3.2.1
permutasi.Untuk n = 4,maka ada 24 = 4.3.2.1 permutasi.
Contoh 2.
Tentukan jumlah inversi dari permutasi berikut :
a. (6,5,3,1,4,2)
b. (2,4,1,3)
c. (1,2,3,4)
Penyelesaian :
Jumlah inversi/pembalik : 5 + 4 + 2 + 0 + 1 + = 12
Jumlah inversi/pembalik : 1 + +2 + 0 =3
Tidak ada inversi/pembalik dalam permutasi ini








Definisi 2.
Dalam permutasi,di katakan terjadi sebuah inversi apabila sebuah bilangan bulat yang lebih
besar mendahului sebuah bilangan yang lebih kecil.
Contoh :
Kita akan menghitung inversi dalam dalam permutasi (2,4,1,3).caranya sebuah
berikut :
Banyak nya bilangan bulat lebih kecil daripada j
1
= 2 dan mengikuti (yaitu j
3
= 1),dapat di
lihat pada permutasi (2,4,1,3).Dalam permutasi tersebut j
1
= 2 , j
2
= 4, j
3
= 1, dan j
4
= 3.
Banyak nya bilangan bulat yang lebih kecil daripada j
2
= 4 dan mengikutinya,ada dua ( yaitu
j
3
= 1 dan j
4
= 3).
Banyaknya bilangan bulat yang lebih kecil daripada j
3
= 1 dan mengikutinya adalah nol.
Sehingga banyaknya inversi dalam permutasi ini adalah 1 + 2 + 0 = 3

Definisi 3.
Sebuah permutasi di namakan permutasi genap jika banyaknya inversi dalam permutasi
tersebut genap.Sebaliknya sebuah permutasi di namakan permutasi ganjil jika banyaknya
inversi dalam permutasi tersebut ganjil.
Contoh :
Permutasi (2,4,1,3) adalah permutasi ganjil karena banyaknya inversi dalam permutasi
tersebut ganjil.sementara itu ,permutasi (1,2,3,4,5,6) adalah permutasi genap.
Contoh .Tabel berikut merupakan klasifikasi berbagai permutasi dari {1,2,3} sebagai
genap atau ganjil










Permutasi Jumlah Inversi klasifikasi
(1,2,3)
(1,3,2)
(2,1,3)
(2,3,1)
(3,1,2)
(3,2,1)
0
1
1
2
2
3
Genap
Ganjil
Ganjil
Genap
Genap
Ganjil

Definisi 4
Hasil perkalian elementer matriks A yang berukuran n x n adalah hasil perkalian elemen-
elemen tersebut berasal dari baris yang sama atau kolom yang sama.
Contoh :
Hasil perkalian elemen matriks A yang berukuran 4 x 4 adalan a
31
a
22
a
43
a
14.


a
11
a
12
a
13
a
14
a
21
a
22
a
23
a
24
a
31
a
32
a
33
a
34
a
41
a
42
a
43
a
44

Sementara itu ,a
11,
a
12,
a
23,
a
34
adalah bukan hasil perkalian elementer sebab bentuk a
11,
a
12,
a
23,
a
34
mempunnyai elemen pada baris yang sama,yaitu elemen a
11
dan a
12
terletak pada baris yang
sama.
Cara mencari seluruh hasil perkalian elementer dalam matriks A yang berukuran n x n adalah
sebagai berikut.
1. Tulislah bentuk a
1
.,a
2
.,a
3.,
....,a
n
.
2. Tanda dalam bentuk tersebut di ganti dengan seluruh permutasi (j
1,
j
2,
j
3
,....j
n
) maka
tentulah di dapat n.
Hasil perkalian elementer.
Contoh : a
11
a
12
a
13

Dipunyai matriks a = a
21
a
22
a
23

a
31
a
32
a
33










A = A
11
A
12
A
21
a
22



maka kita tuliskan a
1.,
a
2.,
a
3.
Dan permutasi-permutasi dari n = 3 adalah :
(1,2,3,) (2,1,3) (3,1,2)
(1,3,2) (2,3,1) (3,2,1)
Hasil perkalian elemennya adalah :
(1,2,3) a
11
a
22
a
33
(2,1,3) a
12
a
21
a
33
Definisi 5.
Sebuah hasil perkalian elementer bertanda dari A adalah sebuah hasil perkalian elementer
(a
1.,
a
2.,...
a
n
) yang di kalikan dengan + 1 jika permutasi nya genap dan dikalikan dengan 1 jika
permutasinya ganjil.
Contoh :
Untuk matrisk A yang berukuran 3 x 3,maka hasil perkalian bertanda dari a
11
a
23
a
32
adalah
a
11
a
23
a
32
(karena permutasi yang bersesuaian adalah (1,3,2) yang merupakan permutasi
ganjil.
Definisi 6.
A adalah matriks bujur sangkar.Determinan matriks A yang di simbolkan det (A) dapat di
definisikan sebagai jumlahan semua hasil perkalian elementer bertanda dari matriks A.
Definisi di atas apabila di notasikan akan berbentuk :
Det(A) =

a
1
j
1
a
2
j
2
a
3
j
3 . . .
a
n
j
n
(j
1
j
2
j
n
)
Contoh :
Hasil untuk pencarian determinan akan di jabarkan dalam bagian berikut ini :
Untuk n = 2

permutasi invers hasil perkalian elementer bertanda
(1,2) 0 a
11
a
22
(2,1) 1 -a
12
a
21
Jadi,det (A) = a
11
a
22
a
12
a
21






2. Menghitung Determinan dengan Operasi Baris Elementer
Determinan suatu matriks dapat di hitung dengan menggunakan operasi baris elementer yang
telah di perkenalkan pada bab sebelumnya .Perhitungan determinan suatu matriks dapat di
lakukan dengan mudah apabila kita mengenal sifat-sifat atau teorema yang berhubungan
dengan determinan.
Teorema-teorema yang berhubungan denga determinan adalah sebagai berikut :
Teorema 1.
Apabila A adalah suatu matriks yang berukuran n x n dan memuat sebuah baris (kolom)
yang elemenya semua nol,maka det(A) = 0.
Contoh :
1 2 1 -1
det 3 -1 2 0 = 0
0 0 0 0
-1 -1 2 1
Teorema 2.
Apabila A adalah suatu matriks yang berukuran n x n dan terdapat 2 baris (kolom) yang sama
maka,det A = 0.
Contoh :

1 -2 3 4
det -2 2 4 4 = 0
1 1 -1 2
1 -2 3 4











Teorema 3.
Jika A adalah matriks segitiga (atas/bawah) yang berukuran n x n,maka det(A) adalah hasil
dari perkalian elemen-elemen di agonal utama,yaitu det (A) = a
11
a
22
a
33 ...
a
nn
.

Contoh :

1 0 0 0 0
1 1 -1 2 -1 -1 0 0 0
0 3 2 -2 = (1)(2)(-3)(2) = - 12 det -3 2 -1 0 0
0 0 -3 1 2 3 -1 2 0
0 0 0 2 7 6 4 2 1

= (1)(-1)(-1)(2)(1) =2
Teorema 4.
Apabila A1 adalah matriks sebagai hasil dari matriks A yang sebuah baris/kolomnya di
kalikan dengan konstanta k,maka det A
1
) = kdet(A).
Contoh :
1 1 1
Bila A 2 -1 2 ,maka kita dapat menghitung det(B)
1 -2 2


1 1 1
Untuk B 4 -2 4
1 -2 -4

Jelas di hitung bahwa det (A) = 15,maka det (B) = 30 (sebab matriks B di peroleh dari A
dengan baris ke dua dari matriks A di kalikan 2).
Teorema 5.
Apabila B
1
adalah matriks sebagai hasil dari matriks B ( bila dua baris matriks B di
pertukarkan letak tempatnya,maka det(B
1
) = -det (B).



Contoh :
Coba tunjukkan dengan perkalian elementer bertanda apakah benar :


1 -2 -4 1 1 1
det 2 -1 2 = -det 2 -1 2 = 15
1 1 1 1 -2 -4

Teorema 6.
Jika C
1
adalah matriks yang di hasilkan bila sebuah kelipatan suatu konstanta k 0 dari 1
baris (kolom) matriks C yang di tambahkan ke baris atau (kolom) yang lain,maka det (C
1
) =
det (C).
Contoh :

1 1 1 1 1 1
det 0 -3 0 = det 2 -1 2 = 15
1 -2 -4 1 -2 -4

Sebab matriks di atas di hasilkan dari matriks A dengan operasi baris elementer yang ke
tiga,yaitu R
2
R
2
+ (2) R
1
atau perkalian konstanta (2) terhadap baris satu yang di tambahkan
ke baris 2.
Dan akhirnya dari teorema 1 sampai dengan teorema 6,kita akan dapat menghitung
determinan matriks dengan lebih cepat secara manual.

3. Sifat-Sifat Determinan Suatu Matriks
Pada bagian berikut ini akan di bahas beberapa sifat determinan sebagai lanjutan dari ke
enam sifat determinan yang telah di berikan pada bagian sebelumnya.
Teorema 1.
Bila A adalah matriks yang berukuran n x n,maka :
Det (A
T
) = det (A)




Contoh :
Elemen matriks ini menggunakan perkalian elementer bertanda
1 2 3 1 -1 2
det -1 0 -1 dan det 2 0 1
2 1 -2 3 -1 -2
Teorema 2.
Misalkan A,A
1
dan A
2
adalah matriks yang berukuran n x n yang berbeda di dalam sebuah
baris/kolom saja (katankanlah baris/kolom b) dan baris/kolom b dari A
2
di peroleh dari
penjumlahan elemen-elemen yang bersesuaian di dalam baris/kolom b dari matriks A dan
matriks A
1
,maka :
Det (A
2
) = det (A) + det (A
1
)
Contoh :
2 1 3 2 1 3 2 1 3
A= 1 1 4 A
1
= 1 -1 -3 A
2
= 2 0 1
2 1 1 2 1 1 2 1 1
Teorema 3.
Jika A dan B adalah matriks bujur sangkar dengan ukuran n x n,maka det(AB) = det (A) + det
(B).Contoh :
1 3 1 -1 3 1
A= -1 1 0 B = -1 0 0
0 -1 1 1 -1 2

Teorema 4.
Sebuah matriks A yang berukuran n x n merupakan matriks invertilbe jika dan hanya jika det
(A) 0.
Teorema 5.
Jika A merupakan matriks invertible,maka
det (A
-1
) = 1
det (A)





Teorema 6.
Diberikan E adalah matriks elementer yang berukuran n x n.
a) Jika E di hasilkan dari pertukaran 2 baris I
n
,maka det (E) = -1.
b) Jika E di hasilkan dari mengalikan satu baris I
n
dengan konstanta k,maka det (E) = k.
c) Jika E di hasilkan dari penambahan k kali baris kepada baris yang lain dari I
n
,maka
det (E) = 1.

4. Menghitung Determinan dengan Ekspansi Kofaktor
Nilai determinan suatu matriks dapat juga di hitung dengan menggunakan ekspansi
kofaktor sebeelum kita menghitung determinan suatu matriks.Namun sebelum
itu,perhatikan terlebih dahulu beberapa definisi dan istilah-istilah yang berhubungan
dengan kosep perhitungan tersebut.

Definisi 1.
Bila A adalah sebuah matriks bujur sangkar,maka minor elemen a
ij
(disimbolkan dengan
M
ij
) di definisikan sebagai determinan dari submatriks yang ada setelah baris ke i dan
kolom ke j di coret dari A.
Nilai (-1)
i+j
di tuls sebagai C
ij
dan dinamakan kofaktor elemen a
ij
.
Jadi,C
ij
= (-1)
i+j
M
ij.

Contoh :
1 2 1
Diberikan A -1 3 -3 ,maka
2 -2 1

1 2 1
M
32
= det -1 3 -3 = det 1 1 = (1)(-3)-(1)(-1) = -3 += -2
2 2 1 -1 -3







Dan C
32
= (-1)
3+2
M
32
= (-1)(-2) = 2
Jadi, C
32
= 2 dan M
32
= -2.
Contoh lain :
Hitunglah determinan matriks A berikut ini :
1 2 1
A = 1 2 3
3 1 1
Dengan menggunakan ekspansi kofaktor baris 1 ekspansi kofaktor baris 2.
Jawab :
Perhitungan determinan dengan ekspansi kofaktor baris 1 adalah sebagai berikut :

Det(A) = (1) 2 3 -2 1 3 +1 1 2
1 1 3 1 3 1

= (-2)(-8) + 2(-2) -1(2) = 16-4-2 =10
Definisi 2. (Matriks Kofaktor)
Jika A adalah sembarang matriks n x n dan C
ik
adalah kofaktor dari a
ij
,maka matriks dengan
bentuk :
C
11
C
12 ....
C
1n

C
21
C
22 ....
C
2n

. . .
C
n1
C
n2
C
nn

Dinamakan matriks kofaktor dari matriks A.
Reduksi Baris
Determinan sebuah matriks dapat di hitung dengan mereduksi matriks menggunakan operasi
baris elementer sehingga matriks berada pada bentuk eselon baris.
Defenisi 3.
Matriks adjoin A di simbolkan dengan Ajd(A) adalah transpose dari matriks kofaktor A.





Definisi 5.
Jika A adalah matriks yang berukuran n x n dan A adalah matriks yang invertibel,maka :
A
-1
= 1 adj(A)
det(A)
Denga kata lain kita dapat mencari A
-1
dengan menggunakan det (A) dan adj (A).

Contoh 1. 3 1 -4
Tentukan A
-1
,bila A = 6 9 -2 Dengan menggunakan Adj (A).
1 2 1


Jawab : 3 1 -4 maka
6 9 -2
1 2 1

Sedangkan apabila di hitung,maka di dapat det (A) = 43 sehingga :




Contoh 2.
A =


Ekspansi melalui baris pertama :
Det(A) = a
11
C
11
+ a
12
C
12
+ a
13
C
13

Atau ekspansi melalui baris ketiga :
Det(A) = a
31
C
31
+ a
32
C
32
+ a
33
C
33

Atau ekspansi melalui kolom ke dua :
Det(A) = a
12
C
12
+ a
22
C
22
+ a
32
C
32






13 -9 34 13/43 -9/43 34/43
A
-1
=1/43 -8 7 -18 = -8/43 7/43 -18/43
3 -5 21 3/43 -5/43 21/43

33 32 31
23 22 21
13 12 11
a a a
a a a
a a a

5. Penyelesaian SPL dengan Aturan Cramer
Kita dapar menggunakan konsep determinan untuk mendapatkan penyelesaian SPL.caranya
adalah dengan menggunakan aturan Cramer.
Aturan Cramer :
Bila Ax = B adalah SPL yang terdiri dari n persaman linier dengan n variabel yang tidak di
ketahui dan det (A) 0,maka SP; tersebut mempunyai penyelesaian tunggal dan
penyelesaiaanya adalah :
x
1
= det (A
1
) x
2
= det (A
2
) x
3
= det (A
n
)
det (A) det(A) det(A)
Dengan matriks Aj,j = 1,2,4,. . . .,n adalah matriks yang di peroleh dengan mengganti elemen
kolom j dari matriks A dengan matriks : b
1

b
2
B= b
3

bn
Contoh : Dipunyai SPL x + y -2z =1
SPL ini bersesuaian dengan SPL bentuk A x =B 2x y + z = 2
x -2y 4z = -4
1 1 -2 x
1
1
Dengan A = 2 -1 1 x = x
2
dan B = 2
1 -2 -4 x
3
-4
1 1 -2


Det (A) = det 2 -1 1 =21 ;det(A
1
) = det 2 -2 1 = 26
1 -2 -4 -4 -2 -4
1 1 1 1 1 1




Det (A
2
)=det 2 2 1 =25 ;det(A
3
)=det 2 -4 2 = 15
1 -4 -4 1 -2 -4


Jadi dengan menggunakan aturan Cramer di dapat :

x = det(A
1
) = 26 y = det(A
2
) = 25 z = det(A
3
) = 15
det(A) 21 det(A) 21 det(A) 21






























BAB III
PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diambil dari keseluruhan isi dari makalah
ini yang telah di teliti dan di pelajari untuk di ambil kesimpulan dan saran.

A. Kesimpulan
Determinan adalah suatu fungsi tertentu yang menghubungkan suatu bilangan real
dengan suatu matriks bujursangkar.Determinan memiliki penyelesaian, yaitu himpunan angka
yang akan memenuhi suatu determinan matriks.Ada beberapa macam penyelesaian
determinan di antaranya dengan Ekspansi Kofaktor,Adjoin,Matirks segi tiga,metode cramer
dan metode metode lainnya,dan yang paling sering di gunakan yaitu dengan Ekspansi
Kofaktor

B. Saran

Dalam menyusun makalah ini,penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi makalah ini
belumlah sempurna dan masih kurang baik mengenai materi maupun cara penulisannya.Oleh
karena itu,penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pihak
lain yang dapat menyempurnakan makalah berikutnya.Dan alangkah baiknya juga apabila
kita terus mengembangkan berbagai makalah-makalah tentang Ilmu Pengetahuan Aljabar
Linier di tengah-tengah masyarakat luas secara khusus dalam mahasiswa agar lebih mengerti
bagaimana langkah-langkah yang lebih mudah dalam memecahkan suatu masalah dalam
suatu determinan pada Ilmu Aljabar Linier.










DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Dasar-Dasar Aljabar Linear Jilid 1
Dasar-Dasar Aljabar Linear Jilid 2
Sumber Lain :
www.wikipedia.com
www.google.co.id

Você também pode gostar