Você está na página 1de 28

IMT

1)
Hubungan status gizi dan tekanan darah pada penduduk usia 45 tahun ke atas di kelurahan
Pakowo kecamatan Wanea Manado

Manampiring AE
Departemen Pendidikan Nasional RI
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2008

http://www.google.co.id/url?q=http://repo.unsrat.ac.id/257/1/Hubungan_Status_Gizi_dan_Te
kanan_Darah_(45%252B)_2.pdf&sa=U&ei=tnO1U_OYNsSzuATcz4CwBQ&ved=0CBcQFj
ABOAo&usg=AFQjCNF_jScEZFUAEiVC-ju-Y_BpnDXskQ


Terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan tekanan darah. (p= 0,000).




2)

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH, JENIS KELAMIN, USIA, GOLONGAN
DARAH DAN RIWAYAT KETURUNAN DENGAN TEKANAN DARAH PADA
PEGAWAI NEGERI DI PEKAN BARU
Heryudarini Harahap, Hardinsyah Hardinsyah, Budi Setiawan, Imam Effendi
Jurnal penelitian gizi dan makanan. Vol 31. No 2 (2008). ISSN 0125-9717. EISSN 2338-
8358
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/pgm/article/view/1515


Dari studi cross sectional yang dilakukan oleh Harahap H dkk, didapatkan bahwa

IMT memiliki hubungan yang bermakna dengan tekanan darah. Studi tersebut
menemukan bahwa setiap kenaikan 1 poin IMT dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah
sistol sebesar 0.362 mmHg (p= 0,038).


3)
Association between body mass index and blood pressure across three populations in
Africa and Asia
Tesfaye, F; Nawi, N G; H Van Minh; Byass, P; Berhane, Y; et al. Journal of Human
Hypertension 21.1 (Jan 2007): 28-37.
http://search.proquest.com/docview/219968611/abstract/911BB637CB4553PQ/17?accountid
=50673

Dari penelitian yang dilakukan Tesfaye dkk, 2007 pada penduduk di Indonesia didapatkan:
IMT rata-rata pada laki-laki di Indonesia sebesar 21,17 2,86. Prevalensi overweight /
obesitas penduduk Indonesia ialah 25% pada perempuan dan 10% laki-laki.
Tekanan darah sistol rata-rata pada laki-laki di Indonesia sebesar 127,33 17,80. Prevalensi
hipertensi pada penduduk Indonesia ialah 25% pada laki-laki dan 24% pada perempuan.

Risiko hipertensi lebih tinggi pada kelompok penduduk dengan overweight dan obesitas
(IMT 25 kg/m
2
) dengan odds ratio 7,64 dan interval kepercayaan (3,88-15,0). IMT
memiliki hubungan yang bermakna baik terhadap tekan darah sistol maupun diastol dengan
nilai p<0,01.



4)
FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI GRADE II PADA MASYARAKAT (Studi
Kasus di Kabupaten Karanganyar)
Sugiharto, Aris (2007) FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI GRADE II PADA
MASYARAKAT (Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar). Masters thesis, program
Pascasarjana Universitas Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id/16523/
Menurut Sugiharto dkk (2007), obesitas memiliki hubungan yang bermakna dengan
tekanan darah tinggi (p= 0,001; OR=4,02; CI=1,729,37).

5)
HUBUNGAN ASUPAN SUMBER LEMAK DAN INDEK MASSA TUBUH (IMT)
DENGAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI
Ully Aquarilia Fathina , Ully Aquarilia Fathina (2007) HUBUNGAN ASUPAN SUMBER
LEMAK DAN INDEK MASSA TUBUH (IMT) DENGAN TEKANAN DARAH PADA
PENDERITA HIPERTENSI. Undergraduate thesis, Program Studi Ilmu Gizi .
http://eprints.undip.ac.id/26108/
Menurut Fathinah dkk (2007)
IMT mempunyai hubungan yang signifikan dengan sistolik (p = 0,00) dan diastolik (p =
0,00).

























Usia

1)
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH, JENIS KELAMIN, USIA, GOLONGAN
DARAH DAN RIWAYAT KETURUNAN DENGAN TEKANAN DARAH PADA
PEGAWAI NEGERI DI PEKAN BARU
Heryudarini Harahap, Hardinsyah Hardinsyah, Budi Setiawan, Imam Effendi
Jurnal penelitian gizi dan makanan. Vol 31. No 2 (2008). ISSN 0125-9717. EISSN 2338-
8358
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/pgm/article/view/1515


Dari studi cross sectional yang dilakukan oleh Harahap H dkk, didapatkan bahwa usia
memiliki hubungan yang bermakna dengan tekanan darah. Setiap peningkatan usia 1 tahun
akan meningkatkan tekanan darah sistol sebesar 0,493 mmHg (p=0,000) dan tekanan darah
diastol 0,189 mmHG (p=0,003).


2)
FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI GRADE II PADA MASYARAKAT (Studi
Kasus di Kabupaten Karanganyar)
Sugiharto, Aris (2007) FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI GRADE II PADA
MASYARAKAT (Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar). Masters thesis, program
Pascasarjana Universitas Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id/16523/

Menurut Sugiharto dkk (2007), usia memiliki hubungan yang bermakna dengan tekanan
darah, di mana dengan semakin meningkatnya usia maka tekanan darah cenderung akan
semakin meningkat, yaitu 3645 tahun (p=0,0001; OR=1,23; CI=1,023,33), umur 4555
tahun (p=0,0001; OR=2,22; CI=1,095,53), umur 56 65 tahun (p=0,0001; OR=4,76;
CI=2,0111,50).







Dengan imt (1)
Associations between obesity (BMI and waist circumference) and socio-demographic
factors, physical activity, dietary habits, life events, resilience, mood, perceived stress
and hopelessness in healthy older Europeans

Stewart-Knox, Barbara; E Duffy, Maresa; Bunting, Brendan; Parr, Heather; Vas de Almeida,
Maria Daniel; et al. BMC Public Health 12 (2012): 424.
http://search.proquest.com/docview/1080772705/fulltextPDF?accountid=50673.

Penelitian yang dilakukan oleh Stewart et all (2012) menunjukkan bahwa semakin
tinggi usia maka BMI juga akan semakin meningkat. (p=0,05).















Jenis kelamin

1)
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH, JENIS KELAMIN, USIA, GOLONGAN
DARAH DAN RIWAYAT KETURUNAN DENGAN TEKANAN DARAH PADA
PEGAWAI NEGERI DI PEKAN BARU
Heryudarini Harahap, Hardinsyah Hardinsyah, Budi Setiawan, Imam Effendi
Jurnal penelitian gizi dan makanan. Vol 31. No 2 (2008). ISSN 0125-9717. EISSN 2338-
8358
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/pgm/article/view/1515


Dari studi cross sectional yang dilakukan oleh Harahap H dkk, didapatkan bahwa jenis
kelamin memiliki hubungan yang bermakna dengan tekanan darah. Tekanan darah diastol,
pada perempuan lebih rendah 3,4 mmHg dibandingkan laki-laki (p=0,000).




Dengan imt (1)
Associations between obesity (BMI and waist circumference) and socio-demographic
factors, physical activity, dietary habits, life events, resilience, mood, perceived stress
and hopelessness in healthy older Europeans

Stewart-Knox, Barbara; E Duffy, Maresa; Bunting, Brendan; Parr, Heather; Vas de Almeida,
Maria Daniel; et al. BMC Public Health 12 (2012): 424.
http://search.proquest.com/docview/1080772705/fulltextPDF?accountid=50673.

Penelitian yang dilakukan oleh Stewart et all (2012) menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak
memiliki hubungan yang bermakna dengan indeks massa tubuh (p=0,26).


(2)
Relationship between Body mass index (BMI) and body fat percentage, estimated by
bioelectrical impedance, in a group of Sri Lankan adults: a cross sectional study
Ranasinghe, Chathuranga; Gamage, Prasanna; Katulanda, Prasad; Andraweera, Nalinda;
Thilakarathne, Sithira; et al. BMC Public Health 13 (2013): 797.
http://search.proquest.com/docview/1430919651/2AF92F51F5724A82PQ/1?accountid=5067
3

Penelitian yang dilakuka oleh Ranasinghe dkk (2013) di Sri Lanka menunjukkan
bahwa IMT pada perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki (p <0,000).




Asupan lemak

1)
FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI GRADE II PADA MASYARAKAT (Studi
Kasus di Kabupaten Karanganyar)
Sugiharto, Aris (2007) FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI GRADE II PADA
MASYARAKAT (Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar). Masters thesis, program
Pascasarjana Universitas Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id/16523/
Menurut Sugiharto dkk (2007), konsumsi lemak jenuh memiliki hubungan yang
bermakna dengan tekanan darah tinggi (p=0,0001; OR=7,72; CI=2,4524,38).


2)
HUBUNGAN ASUPAN SUMBER LEMAK DAN INDEK MASSA TUBUH (IMT)
DENGAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI
Ully Aquarilia Fathina , Ully Aquarilia Fathina (2007) HUBUNGAN ASUPAN SUMBER
LEMAK DAN INDEK MASSA TUBUH (IMT) DENGAN TEKANAN DARAH PADA
PENDERITA HIPERTENSI. Undergraduate thesis, Program Studi Ilmu Gizi .
http://eprints.undip.ac.id/26108/
Menurut Fathinah dkk (2007):
Frekuensi asupan sumber lemak mempunyai hubungan yang signifikan dengan sistolik (p =
0,00) dan diastolik (p = 0,01).
Asupan lemak total mempunyai hubungan yang signifikan dengan sistolik (p = 0,02) dan
diastolik (p = 0,02).
Asupan asam lemak jenuh tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan sistolik (p =
0,32) dan diastolik (p = 0,21).
Asupan asam lemak tidak jenuh tunggal tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan
sistolik (p = 0,07) dan diastolik (p = 0,10).
Asupan asam lemak tidak jenuh ganda tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan
sistolik (p = 0,08), tetapi mempunyai hubungan yang signifikan dengan diastolik (p = 0,02).





Caffein



Oains



DM




Aktifitas fisik

1)
FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI GRADE II PADA MASYARAKAT (Studi
Kasus di Kabupaten Karanganyar)
Sugiharto, Aris (2007) FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI GRADE II PADA
MASYARAKAT (Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar). Masters thesis, program
Pascasarjana Universitas Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id/16523/
Menurut Sugiharto dkk (2007), orang yang tidak berolah raga memiliki hubungan yang
bermakna dengan tekanan darah tinggi (p=0,001; OR=4,73; CI 1=032,58).





PSP



Riwayat Keluarga
1)
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH, JENIS KELAMIN, USIA, GOLONGAN
DARAH DAN RIWAYAT KETURUNAN DENGAN TEKANAN DARAH PADA
PEGAWAI NEGERI DI PEKAN BARU
Heryudarini Harahap, Hardinsyah Hardinsyah, Budi Setiawan, Imam Effendi
Jurnal penelitian gizi dan makanan. Vol 31. No 2 (2008). ISSN 0125-9717. EISSN 2338-
8358
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/pgm/article/view/1515

Dari studi cross sectional yang dilakukan oleh Harahap H dkk, didapatkan bahwa

Riwayat keluarga hipertensi memiliki hubungan yang bermakna dengan tekanan
darah. Tekanan darah sistol subjek yang memiliki riwayat keluarga hipertensi lebih tinggi
4,8 mmHg (p=0,001), dan diastole lebih tinggi 3,5 mmHg dibandingkan subyek tanpa faktor
keturunan hipertensi (p=0,000).


2)
FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI GRADE II PADA MASYARAKAT (Studi
Kasus di Kabupaten Karanganyar)
Sugiharto, Aris (2007) FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI GRADE II PADA
MASYARAKAT (Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar). Masters thesis, program
Pascasarjana Universitas Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id/16523/

Menurut Sugiharto dkk (2007), riwayat keluarga memiliki hubungan yang bermakna
dengan tekanan darah tinggi (p=0,0001; OR=4,04; CI=1,928,47).













Stress





Pola makan



Asupan natirum

1)
FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI GRADE II PADA MASYARAKAT (Studi
Kasus di Kabupaten Karanganyar)
Sugiharto, Aris (2007) FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI GRADE II PADA
MASYARAKAT (Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar). Masters thesis, program
Pascasarjana Universitas Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id/16523/
Menurut Sugiharto dkk (2007), konsumsi asin memiliki hubungan yang bermakna
dengan tekanan darah tinggi (p=0,0001; OR=3,95; CI=1,878,36).




Alkohol

Dengan IMT (1)
Associations between obesity (BMI and waist circumference) and socio-demographic
factors, physical activity, dietary habits, life events, resilience, mood, perceived stress
and hopelessness in healthy older Europeans

Stewart-Knox, Barbara; E Duffy, Maresa; Bunting, Brendan; Parr, Heather; Vas de Almeida,
Maria Daniel; et al. BMC Public Health, 12 (2012): 424.
http://search.proquest.com/docview/1080772705/fulltextPDF?accountid=50673.


Penelitian yang dilakukan oleh Stewart et all (2012) menunjukkan bahwa konsumsi
alkohol yang tinggi mempengaruhi indeks massa tubuh (p=0,04).




Merokok




Etnis

1)
Association between body mass index and blood pressure across three populations in
Africa and Asia
Tesfaye, F; Nawi, N G; H Van Minh; Byass, P; Berhane, Y; et al. Journal of Human
Hypertension 21.1 (Jan 2007): 28-37.
http://search.proquest.com/docview/219968611/abstract/911BB637CB4553PQ/17?accountid
=50673

Dari penelitian yang dilakukan Tesfaye dkk, 2007 pada penduduk di Indonesia dan Ethiopia
didapatkan:

BMI dan tekanan darah meningkat sepanjang gradien sosial ekonomi. Rata-rata nilai BMI
pada pria bervariasi antara 19,412,28 di Ethiopia; 21,172,86 di Indonesia. Prevalensi
kelebihan berat badan / obesitas yang tinggi didapatkan pada kalangan perempuan Indonesia
(25%) dan laki-laki (10%), sedangkan prevalensi BMI yang rendah umumnya terjadi di
Ethiopia dan Vietnam (33-43%).

Rata-rata tekanan darah sistolik antara laki-laki bervariasi antara 117,1515,35 di Ethiopia;
dan 127,3317,80 di Indonesia. Prevalensi hipertensi pada penduduk Indonesia ialah 25%
pada laki-laki dan 24% pada perempuan.

Risiko hipertensi lebih tinggi pada kelompok penduduk dengan overweight dan obesitas
(BMI 25 kg/m
2
) dengan odds ratio 7,64 dan interval kepercayaan 3,88-15,0 di Indonesia.
Sedangkan pada ethiopia di dapatkan odds ratio 2.47 dengan interval kepercayaan 1,42-
4,29.
























FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI GRADE II PADA MASYARAKAT (Studi
Kasus di Kabupaten Karanganyar)
Sugiharto, Aris (2007) FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI GRADE II PADA
MASYARAKAT (Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar). Masters thesis, program
Pascasarjana Universitas Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id/16523/
SARAN: Bagi Dinas Kesehatan, menggalang kerja sama lintas sektor dalam pencegahan
hipertensi. Bagi masyarakat, waspada dengan bertambahnya umur, lebih hati-hati yang
memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi karena faktor risiko ini tidak bisa dimodifikasi.
Menghindari makanan pencetus hipertensi seperti mengkonsumsi asin, lemak jenuh, minyak
goreng bekas atau jelantah. Olah raga dengan benar secara teratur 34 kali seminggu selama
minimal 30 menit. Wanita hendaknya tidak menggunakan pil KB secara terus-menerus
selama 12 tahun, tetapi diselingi dengan kontrasepsi jenis lain.

HUBUNGAN ASUPAN SUMBER LEMAK DAN INDEK MASSA TUBUH (IMT)
DENGAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI
Ully Aquarilia Fathina , Ully Aquarilia Fathina (2007) HUBUNGAN ASUPAN SUMBER
LEMAK DAN INDEK MASSA TUBUH (IMT) DENGAN TEKANAN DARAH PADA
PENDERITA HIPERTENSI. Undergraduate thesis, Program Studi Ilmu Gizi .
http://eprints.undip.ac.id/26108/
Latar Belakang : Hipertensi adalah masalah kesehatan yang memerlukan penanganan yang
panjang dan jika penangganan tidak tepat dapat menyebabka komplikasi. Asupan lemak
adalah salah satu faktor yang berhubungan dengan tekanan darah. Faktor lain yang
berhubungan dengan tekanan darah adalah obesitas. Indeks Massa Tubuh merupakan
indikator yang paling tepat untuk mengidentifikasi obesitas pada orang dewasa. Tujuan
penelitian ini ingin mengetahui hubungan asupan sumber lemak dan IMT dengan tekanan
darah pada penderita hipertensi.
Metode : Desain penelitian adalah cross-sectional dengan jumlah sampel 40 orang yang
didiagnosa hipertensi di Rumah Sakit Umum Semarang. Asupan sumber lemak diperoleh
dengan FFQ. IMT diperoleh dari menghitung berat badan (kg) / tinggi badan (m). Tekanan
darah diukur dengan menggunakan sphygmomanometer. Analisis univariat digunakan untuk
menguji kenormalan dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Analisis bivariat
digunakan untuk menguji hubungan antara asupan sumber lemak dan IMT dengan tekanan
darah. Analisis multivariat dengan menggunakan model regresi linier digunakan untuk
menguji hubungan antara asupan sumber lemak dan IMT dengan tekanan darah.



HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH, JENIS KELAMIN, USIA, GOLONGAN
DARAH DAN RIWAYAT KETURUNAN DENGAN TEKANAN DARAH PADA
PEGAWAI NEGERI DI PEKAN BARU
Heryudarini Harahap, Hardinsyah Hardinsyah, Budi Setiawan, Imam Effendi
Jurnal penelitian gizi dan makanan. Vol 31. No 2 (2008). ISSN 0125-9717. EISSN 2338-
8358
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/pgm/article/view/1515
Abstract
Background: The increasing prevalence of hypertension is an important public health
problem contributing to significant excess disease and mortality. The risk factors of high
blood pressure were obesity, sex difference, aged, and heredity. Some factors had clearly
evidence that had relationship with blood pressure.
Methods: A cross-sectional survey was conducted in Pekan Baru. Subjects were government
employee. Blood pressure was collected using sphygmanometer. Weight were collected.by
SECA and height by microtoice. Blood group, sex, age, heredity was collected using
questionaire. The JNC 7 was used to classify of hypertension.
















Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama penyakit di seluruh dunia. Sekitar 7,6 juta
kematian (13-15% dari total) dan 92 juta kecacatan hidup di seluruh dunia disebabkan oleh
tekanan darah tinggi pada tahun 2001. Hipertensi memiliki risiko 2x lipat terhadap penyakit
kardiovaskular, termasuk penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung kongestif (CHF),
stroke iskemik dan hemoragik, gagal ginjal, dan penyakit arteri perifer. Meskipun terapi
antihipertensi jelas mengurangi risiko penyakit jantung dan ginjal, akan tetapi masih tedapat
sejumlah besar penduduk dengan hipertensi yang tidak berobat ataupun yang berobat namun
tidak secara adekuat.


Epidemiologi
Tekanan darah, terutama hipertensi berhubungan dengan peningkatan usia, dan prevalensi
hipertensi sendiri bervariasi antara negara dan antara tiap penduduk suatu daerah dalam suatu
negara. Di Amerika Serikat, rata-rata tekanan darah sistolik lebih tinggi pada laki-laki
dibandingkan pada perempuan selama masa dewasa awal, meskipun pada individu yang lebih
tua kenaikan tekanan darah lebih tinggi terjadi pada perempuan. Akibatnya, pada usia 60
tahun atau lebih, tekanan darah sistolik pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki.
Pada orang dewasa, tekanan darah diastolik juga meningkat secara progresif sesuai dengan
peningkatan usia sampai dengan usia 55 tahun,di mana setelah usia tersebut tekanan darah
cenderung menurun. Konsekuensinya adalah pelebaran tekanan nadi (perbedaan antara
tekanan darah sistolik dan diastolik) setelah usia 60 tahun. Kemungkinan seseorang pada
usia paruh baya atau lebih untuk menjadi hipertensi pada adalah sebesar 90%. Sedangkan
prevalensi terjadinya hipertensi sesuai peningkatan usia (terutama usia 60 tahun) sebesar
65,4%.

Di Amerika Serikat, berdasarkan hasil Survei Kesehatan dan Gizi Ujian Nasional, sekitar
30% orang dewasa atau setidaknya 65 juta orang memiliki hipertensi (didefinisikan sebagai
salah satu dari berikut ini: tekanan darah sistolik 140 mmHg, tekanan darah diastolik 90
mmHg, atau mengkonsumsi obat anti-hipertensi).

Bukti terbaru menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Amerika Serikat mungkin
meningkat sebagai konsekuensi dari meningkatnya obesitas.
Obesitas dan peningkatan berat badan merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi. Telah
diperkirakan bahwa dari 60% penderita hipertensi, > 20% memiliki kelebihan berat badan
(overweight).

Pada orang Amerika berkulit hitam, kejadian hipertensi timbul lebih dini. Demikian pula
morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi seperti stroke, hipertrofi ventrikel kiri, CHF, dan
stadium akhir penyakit ginjal (ESRD) lebih tinggi terjadi daripada orang amerika berkulit
putih.

Baik faktor lingkungan maupun faktor genetik dapat berkontribusi dalam perbedaan
tekanan darah dan angka prevalensi hipertensi. Adanya perubahan tekanan darah pada
penduduk dari daerah yang kurang padat yang pindah ke daerah yang lebih padat
menunjukkan kontribusi lingkungan yang mendalam terhadap tekanan darah.

Prevalensi hipertensi juga terkait dengan asupan Na (garam) yang tinggi. Selain itu asupan
makanan rendah kalsium dan kalium juga dapat berkontribusi pada risiko terjadinya
hipertensi.
Rasio kadar natrium dan kalium dalam urin memiliki korelasi yang lebih kuat terhadap
tekanan darah dibandingkan dengan pemeriksaan terpisah kadar natrium atau kalium saja.

Konsumsi alkohol, stres psikososial, dan rendahnya tingkat aktivitas fisik juga dapat
menyebabkan hipertensi.

Penelitian pada riwayat kembar dan riwayat keluarga mencatat bahwa tingkat tekanan
darah dan hipertensi diturunkan secara signifikan. Suatu penelitian keluarga menunjukkan
bahwa heritabilitas tekanan darah berada di kisaran 15-35%. Dalam studi kembar, perkiraan
heritabilitas tekanan darah sebesar 60% untuk pria dan 30-40% untuk wanita. Tekanan darah
tinggi sebelum usia 55 terjadi 3,8 kali lebih sering pada orang dengan riwayat hipertensi pada
keluarga yang positif.














Pertimbangan genetik

Tekanan darah dipengaruhi oleh gangguan poligenik (kombinasi gen) bersamaan dengan
paparan lingkungan. Perbedaan susunan genetik dapat menyebabkan fenotip yang berbeda
terkait dengan hipertensi, misalnya, obesitas, dislipidemia, resistensi insulin.

Beberapa strategi sedang digunakan dalam pencarian gen yang berhubungan dengan
hipertensi tertentu. Penelitian dengan menggunakan model hewan memberikan pendekatan
yang kuat untuk mengevaluasi lokus genetik dan gen yang terkait dengan hipertensi. Strategi
perbandingan pemetaan genetik memungkinkan untuk identifikasi daerah genom antara tikus
dan manusia yang mungkin terlibat dalam regulasi tekanan darah. Alel yang berbeda (atau
kombinasi alel pada lokus yang berbeda) dari gen tertentu dibandingkan pada pasien
hipertensi dan subjek kontrol yang memiliki tekanan darah normal. Bukti saat ini
menunjukkan bahwa gen yang menyandi komponen dari sistem renin-angiotensin-aldosteron,
bersama dengan angiotensinogen dan angiotensin-converting enzyme (ACE) mungkin
berhubungan dengan hipertensi dan sensitivitas tekanan darah terhadap diet Na (garam). Gen
alpha-adducin diduga terkait dengan peningkatan penyerapan natrium pada tubular ginjal,
dan varian gen ini mungkin berhubungan dengan hipertensi dan sensitivitas tekanan darah
terhadap garam. Gen lain yang mungkin terkait dengan hipertensi antara lain gen yang
mengkode reseptor AT
1
, aldosteron sintase, dan
2
-adrenoreseptor.

Bukti awal menunjukkan bahwa terdapat kemungkin adanya pengaruh faktor genetik
terhadap kerusakan organ target yang dikaitkan dengan hipertensi. Penelitian terhadap variasi
genetik pada penderita gagal ginjal menunjukkan bahwa faktor genetik juga dapat
menyebabkan nefropati hipertensi. Varian genetik tertentu telah dikaitkan dengan penyakit
jantung koroner dan stroke.

Mekanisme Hipertensi

Untuk memberikan gambaran agar memahami patogenesis dan pilihan pengobatan untuk
gangguan hipertensi, perlu dipahami faktor-faktor yang terlibat dalam pengaturan tekanan
arteri baik yang normal maupun yang meningkat tinggi. Curah jantung dan resistensi perifer
adalah dua faktor penentu tekanan arteri. Curah jantung ditentukan oleh volume sekuncup
(stroke volume) dan denyut jantung. Volume sekuncup sendiri berhubungan dengan
kontraktilitas miokard dan dengan ukuran kompartemen vaskular. Sedangkan resistensi
perifer ditentukan oleh perubahan fungsional dan anatomi pada arteri kecil (diameter lumen
100-400 m) dan arteriol.





Obesitas dan Sindrom Metabolik

Terdapat laporan yang menyatakan adanya hubungan antara obesitas (indeks massa tubuh>
30 kg/m2) dan hipertensi. Selain itu, terdapat pula studi cross-sectional yang menunjukkan
hubungan linear (langsung) antara berat badan (atau indeks massa tubuh) dan tekanan darah.
Obesitas sentral merupakan peranan yang lebih penting terhadap peningkatan tekanan darah
daripada deposit lemak tubuh perifer. Dalam studi longitudinal, terdapat korelasi langsung
antara perubahan berat badan dan perubahan tekanan darah dari waktu ke waktu. Dari 60%
orang dewasa dengan hipertensi, lebih dari 20 persennya kelebihan berat badan (overweight).
Telah ditetapkan bahwa 60-70% penderita hipertensi pada orang dewasa mungkin berkaitan
secara langsung dengan penumpukkan jaringan lemak.
Hipertensi dan dislipidemia umumnya terjadi bersama-sama dan memiliki hubungan dengan
resistensi insulin. Resistensi insulin juga dikaitkan dengan ketidakseimbangan gangguan
dandalam produksi mediator endotel yang mengatur agregasi platelet, koagulasi, fibrinolisis,
dan tonus pembuluh darah. Ketika faktor-faktor risiko ini ditemukan, risiko untuk mengidap
PJK, stroke, diabetes, dan mortalitas akbiat penyakit kardiovaskular meningkat lebih lanjut.
Adanya resistensi insulin, obesitas abdominal, hipertensi, dan dislipidemia telah dinyatakan
sebagai sindrom metabolik. Meskipun sindrom metabolik bersifat diturunkan sebagai suatu
kelainan poligenik, efek yang timbul dari sindrom tersebut juga dipngeruhi oleh faktor
lingkungan, seperti tingkat aktivitas fisik dan diet. Sensitivitas terhadap insulin akan
meningkat sedangkan tekanan darah akan menurun sebagai respon terhadap penurunan berat
badan. Dengan adanya pengenalan faktor risiko penyakit kardiovaskular pengelompokkan
individu yang memiliki implikasi untuk dievaluasi dan mendapat pengobatan hipertensi akan
lebih baik dan mudah. Evaluasi kedua pasien baik individu yang hipertensi maupun individu
yang berisiko untuk terkena hipertensi harus mencakup penilaian risiko penyakit
kardiovaskular secara keseluruhan. Demikian pula, strategi modifikasi gaya hidup dan terapi
obat harus menangani risiko secara keseluruhan dan tidak hanya terfokus pada individu yang
telah menderita hipertensi.




Pendekatan kepada Pasien: Hipertensi

Anamnesis

Penilaian awal pasien hipertensi harus mencakup anamnesis yang lengkap dan pemeriksaan
fisik untuk mengkonfirmasi diagnosis hipertensi, mencari faktor-faktor lain yang
mempengeruhi risiko penyakit kardiovaskular, mencari penyebab sekunder hipertensi,
mengidentifikasi konsekuensi hipertensi terhadap kardiovaskular dan komorbiditas lain,
menilai gaya hidup yang berkaitan dengan tekanan darah, dan menentukan potensi intervensi.

Kebanyakan pasien dengan hipertensi tidak memiliki gejala spesifik yaitu peningkatan
tekanan darah mereka. Meskipun umumnya dianggap sebagai gejala peningkatan tekanan
arteri, sakit kepala umumnya hanya terjadi pada pasien dengan hipertensi berat. Gejala khas
sakit kepala akibat hipertensi yaitu terjadi pada pagi hari dan terlokalisir ke daerah oksipital.
Gejala lainnya yang mungkin berhubungan dengan tekanan darah tinggi antara lain pusing,
jantung berdebar-debar, dan impotensi. Hal-jal yang harus ditanyakan dalam anamnesis
pasien hipertensi antara lain: lama hipertensi, terapi yang telah didapat, riwayat keluarga
dengan hipertensi dan penyakit kardiovaskular, diet dan riwayat psikososial, faktor-faktor
lain seperti perubahan berat badan, dislipidemia, merokok, diabetes, dan aktifitas fisik yang
kurang. Selain itu perlu juga ditanyakan mengenai tanda-tanda hipertensi sekunder seperti
riwayat penyakit ginjal, kelemahan otot, palpitasi, mendengkur saat tidur, dan gejala-gejala
hipo atau hipertiroid serta tanda-tanda kegagalan organ target seperti riwayat TIA, stroke,
angina, miokard infark, CHF dan gangguan fungsi seksual.


Modifikasi gaya hidup untuk mengendalikan hipertensi
Penurunan berat badan Mencapai dan mempertahankan BMI <25 kg/m2
Pengurangan garam diet <6 g NaCl / d
Rencana diet Diet kaya buah-buahan, sayuran, dan produk susu rendah lemak
dengan kandungan penurunan jenuh dan lemak total

Membatasi konsumsi alkohol 2x/ hari pada pria dan 1x/ hari pada wanita
Aktivitas fisik Aktivitas aerobik teratur seperti jalan cepat selama 30 menit
perhari




Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar belakang
Seiring dengan berkembangnya zaman, urbanisasi dan modernisasi terus terjadi.
Urbanisasi dan modernisasi ini menyebabkan perubahan pola dan gaya hidup masyarakat
terutama di daerah perkotaan. Perubahan pola dan gaya hidup yang dapat kita lihat salah
satunya adalah banyak tempat-tempat makan cepat saji yang menjual Junk Food.
Tanpa kita sadari, pengonsumsian makanan jenis ini dapat mempengaruhi lingkar
perut.
1,2
Normalnya, lingkar perut bagi wanita adalah kurang dari 80 cm dan bagi pria
kurang dari 90 cm. Ukuran lingkar perut yang lebih besar, mencerminkan kadar lemak
abdomen yang sangat berbahaya, dan dapat mempermudah terjadinya penyakit jantung.
Jika obesitas ditentukan dengan mengukur lingkar perut, maka seseorang akan
mempunyai resiko terkena serangan jantung 3 kali lipat lebih besar, dan rasio lingkar
perut adalah prediktor terbaik untuk insiden serangan jantung daripada penilaian
konvensional dengan menggunakan BMI. Sebuah riset yang dilakukan di Universitas
Birmingham, Inggris, menunjukan bahwa sel lemak disekitar perut bukanlah bongkahan
lemak yang pasif, melainkan sel-sel aktif berlebih yang dapat mengacaukan stabilitas
insulin dan meningkatkan tekanan darah dan kadar kolesterol dalam darah, hal ini
menunjukan bahwa betapa bahayanya lemak perut.
1,2
World Health Organization (WHO) memperkirakan, di dunia ada sekitar 1,6
milyar orang dewasa berumur 15 tahun kelebihan berat dan setidak-tidaknya sebanyak
400 juta orang dewasa gemuk (obese) pada tahun 2005, dan diperkirakan lebih dari 700
juta orang dewasa akan gemuk (obese) pada tahun 2015. Di Indonesia, Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa 8,8 persen orang dewasa berumur 15
tahun kelebihan berat dan 10,3 persen gemuk.
1
Kegemukan atau obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan
akumulasi lemak dalam jaringan adiposa. Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT),
obesitas dibagi menjadi tiga kategori, yakni: Obesitas I, Obesitas II dan Obesitas III.
Adapun berdasarkan distribusi lemak, obesitas dibagi menjadi dua kategori, yakni:
obesitas sentral dan obesitas umum. Untuk penduduk Barat, seseorang dikatakan obesitas
apabila IMT-nya 30 kg/m
2
atau lingkar perut 102 cm pada laki-laki dan 88 cm pada
perempuan, sedangkan untuk penduduk Asia, IMT-nya >25 kg/m
2
atau lingkar perut 90
cm pada laki-laki dan 80 cm pada perempuan.
1
Menurut WHO (2000), obesitas sentral adalah kondisi kelebihan lemak perut atau
lemak pusat. Obesitas sentral lebih berhubungan dengan risiko kesehatan dibandingkan
dengan obesitas umum. Prevalensi obesitas sentral pada penduduk Barat dan Timur
tinggi. Prevalensi obesitas sentral pada laki-laki AS meningkat dari 37 persen (periode
1999-2000) menjadi 42,2 persen (periode 2003-2004), sedangkan prevalensi obesitas
sentral pada perempuan AS meningkat dari 55,3 persen persen menjadi 61,3 persen pada
periode yang sama. Pada laki-laki dan perempuan Eropa, obesitas sentral yang
didefinisikan menurut kriteria lingkar perut definisi lokal (menggunakan nilai cut-off 90-
102 cm untuk laki-laki dan 80-92 cm untuk perempuan).Di Indonesia, prevalensi obesitas
sentral di Kota Padang sebesar 12,1 persen pada laki-laki dan 46,3 persen pada
perempuan di Denpasar sebesar 15,1 persen. Riskesdas 2007 menemukan prevalensi
obesitas sentral sebesar 18,8 persen.
1
Pada tahun 2005 sedikitnya 17,5 juta atau setara dengan 30,0 % kematian diseluruh
dunia disebabkan oleh penyakit jantung koroner yang disertai dengan
hiperkolesterolemia. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), 60 % dari seluruh
penyebab kematian penyakit jantung adalah penyakit jantung koroner (PJK).Di Indonesia,
berdasarkan hasil Riskesdas (2007) menunjukkan PJK menempati peringkat ke-3
penyebab kematian setelah stroke dan hipertensi. Angka kejadian penyakit jantung
koroner berdasarkan data Riset kesehatan dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan
2007, ada sebanyak 7,2%. Pada pasien dengan penyakit jantung koroner ditemukan kadar
kolesterol total yang tinggi berbanding pasien dengan penyakit jantung lain.
3
Riskesdas 2007 melaporkan bahwa ada dua provinsi berprevalensi obesitas sentral
tertinggi, yaitu di Sulawesi Utara dan DKI Jakarta berturut-turut 31,5 dan 27,9 persen.
Berdasarkan tinggi prevalensi obesitas sentral di DKI Jakarta beserta berbagai dampak
yang akan ditimbulkan, maka perlu dilakukan penelitian kepada orang dewasa untuk
mengetahui hubungan antara lingkar perut dan kadar kolesterol total. Peningkatan
prevalensi obesitas sentral berdampak pada munculnya berbagai penyakit degeneratif.
Obesitas sentral berhubungan dengan peningkatan sindrom metabolik, aterosklerosis,
penyakit kardiovaskuler, diabetes tipe-2, batu empedu, gangguan fungsi pulmonal,
hipertensi dan dislipidemia.
2,3




1.2 Rumusan masalah
1. Tingginya prevalensi obesitas sentral di DKI Jakarta sebesar 27,9 % pada tahun 2007
berdasarkan data Riskesdas 2007.
2. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian ke-3 di Indonesia
berdasarkan data dari Riskesdas 2007.
3. Prevalensi penyakit jantung koroner di DKI Jakarta sebesar 7.2% pada tahun 2007
berdasarkan Riskesdas 2007.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
1.3.1.1 Mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh terhadap tekanan darah serta
faktor-faktor lain yang berhubungan pada orang dengan usia lebih dari 55
tahun yang datang berobat ke Puskesmas Kelurahan Grogol I, II dan III.

1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diketahui gambaran indeks massa tubuh orang dengan usia lebih dari 55
tahun yang datang berobat ke Puskesmas Kelurahan Grogol I, II dan III.
1.3.2.2 Diketahui gambaran tekanan darah orang dengan usia lebih dari 55 tahun
yang datang berobat ke Puskesmas Kelurahan Grogol I, II dan III.
1.3.2.3 Diketahui sebaran responden kolesterol total, usia, jenis kelamin, pola
makan, status gizi,pendidikan, pekerjaan dan tingkat pendapatan orang
dengan usia lebih dari 55 tahun yang datang berobat ke Puskesmas
Kelurahan Grogol I, II dan III.
1..3.2.4. Diketahui hubungan antara indeks massa tubuh, usia, jenis kelamin, pola
makan, status gizi, pendidikan, pekerjaan dan tingkat pendapatan dengan
tekanan darah pada orang dengan usia lebih dari 55 tahun yang datang
berobat ke Puskesmas Kelurahan Grogol I, II dan III.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman baru dalam melakukan penelitian berkait tentang
gambaran indeks massa tubuh masyarakat dengan usia lebih dari 55 tahun dan
mengungkap faktor apa saja yang dapat mempengaruhi tekanan darah
masyarakat. Diharapkan penelitian ini akan memberikan wawasan dan
pengetahuan baru tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah
yang dapat berdampak pada kesehatan di masa yang akan datang.

1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi
Sebagai masukan dan acuan untuk penelitian-penelitian berikutnya dan
diharapkan dapat menjadi data dasar atau pembanding serta masukan bagi
peneliti yang lain berkait hal tekanan darah pada masyarakat dan faktor-faktor
yang mungkin berkait atau dapat juga dimasukkan faktor-faktor selain yang
diuji didalam penelitian ini.

1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan bagi masyarakat
mengenai hal-hal yang berpengaruh terhadap tekanan darah terutama pengaruh
indeks massa tubuh dan faktor-faktor risiko lainnya terhadap terjadinya
hipertensi.

1.5 Sasaran
Semua orang dewasa berusia lebih dari 55 tahun yang datang berobat ke Puskesmas
Kelurahan Grogol I, II dan III pada waktu operasional puskesmas (08.00-12.00 WIB) pada
hari Senin, Selasa, Kamis dan Jumat dari tanggal 7-18 Juli 2014.














Bab III
Metode Penelitian

3.1. Desain Peneltian
Desain penelitian yang digunakan adalah studi observasional dengan pendekatan cross
sectional mengenai hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan tekanan darah serta
faktor-faktor lain yang berhubungan. Pengukuran dilakukan terhadap orang yang berusia
lebih dari 55 tahun yang datang berobat ke Puskesmas Kelurahan Grogol I, II dan III pada
periode 23 Juni 19 Juli 2014.

3.2. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kelurahan Grogol I, II dan III pada waktu
operasional puskesmas (08.00-12.00 WIB) dari tanggal 7-18 Juli 2014.

3.3. Sumber Data
Sumber data terdiri dari:
Data primer yang diambil dengan kuisioner yang telah diuji coba, terhadap pasien yang
datang berobat ke Puskesmas Kelurahan Grogol I, II dan III yang berusia lebih dari 55 tahun.

3.4. Populasi
Populasi target adalah orang yang berusia lebih dari 55 tahun.
Populasi terjangkau adalah semua pasien berusia lebih dari 55 tahun yang datang berobat
ke Puskesmas Kelurahan Grogol I, II dan III pada waktu operasional puskesmas (08.00-12.00
WIB) dari tanggal 7-18 Juli 2014.

3.5. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
3.5.1. Kriteria inklusi :
3.5.1.1. Usia >55 tahun
3.5.1.2. Orang yang datang berobat ke Puskesmas Kelurahan Grogol I, II dan
III pada waktu operasional puskesmas (08.00-12.00 WIB) dari tanggal
7-18 Juli 2014.
3.5.1.3. Bersedia untuk untuk menjadi subjek penelitian.

3.5.2. Kriteria eksklusi
3.5.2.1. Orang dengan penyakit hiperkolesterol dan sedang berobat dengan
obat antikolesterol.
3.5.2.2. Pasien yang tidak bisa berdiri dan tidak sadarkan diri.

3.6. Sampel
Metode pengambilan sampel adalah dengan cara non-probability sampling yaitu
consecutive sampling. Pengambilan sampel penelitian dilakukan di Puskesmas Kelurahan
Grogol I, II dan III pada waktu operasional puskesmas (08.00-12.00 WIB) dari tanggal 7-18
Juli 2014.

3.6.1. Besar Sampel
Perhitungan besar sampel berdasarkan rumus :


Keterangan :


Versi 1
n
1
: Besar sampel
P : Proporsi variabel yang ingin diteliti, yaitu prevalensi pasien Puskesmas
Kelurahan Grogol I, II, dan III. Karena proporsi sampel tidak diketahui,
maka diambil proporsi terbesar yaitu 0,5.
Q : 1-P
Z() : Tingkat batas kepercayaan, dengan = 5 %
Didapat Z() pada kurva normal = 1,96
d
2
: Kesalahan yang dapat ditolerir (10%)
n2 : Jumlah sampel ditambah substitusi 10% (substitusi adalah persen
responden yang mungkin drop out)

Maka didapatkan hasil perhitungan, Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka
sebagai berikut :



n
2
= n
1
+ (10% . n
1
)
= 96,04 + ( 10% . 96,04 )
= 96,04 + 9,604
= 105,644 Dibulatkan 106


Versi 2
n
1
: Besar sampel
P : Proporsi variabel yang ingin diteliti, yaitu prevalensi hipertensi di
Indonesia, yaitu 26,5%.
Q : 1-P
Z() : Tingkat batas kepercayaan, dengan = 5 %
Didapat Z() pada kurva normal = 1,96
d
2
: Kesalahan yang dapat ditolerir (10%)
n2 : Jumlah sampel ditambah substitusi 10% (substitusi adalah persen
responden yang mungkin drop out)

Maka didapatkan hasil perhitungan, Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka
sebagai berikut :



n
2
= n
1
+ (10% . n
1
)
= 74,82+ ( 10% . 74,82 )
= 74,82+ 7,482
= 82,302 Dibulatkan 83






3.6.2. Teknik pengambilan sampel
Metode pengambilan sampel adalah dengan cara non probability sampling yaitu
consecutive sampling.

3.7. Identifikasi Variabel
Variabel Dependent : Indeks massa tubuh
Variabel Independent : Tekanan darah

3.8. Cara Kerja
3.8.1. Peneliti meminta persetujuan dengan Kepala Puskesmas Kelurahan Grogol I,
II dan III untuk melakukan penelitian
3.8.2. Pada pasien yang memenuhi kriteria inklusi melakukan :
3.8.2.1.Pengisian kuesioner
3.8.2.2.Pengukuran tinggi dan berat badan untuk mencari indeks massa tubuh
3.8.2.3.Pengukuran tekanan darah
3.8.3. Data yang telah dikumpulkan diolah dan di analisis
3.8.4. Membuat laporan penelitian
3.8.5. Presentasi dihadapan dokter penguji

3.9. Manajemen Data
3.9.1. Pengolahan Data
Terhadap data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa
proses editing, verifikasi dan coding. Selanjutnya dimasukkan dan diolah
dengan menggunakan program komputer, yaitu program SPSS 17.
3.9.2. Penyajian Data
Data yang didapat, disajikan secara tekstular dan tabular.
3.9.3. Analisis Data
Terhadap data yang telah diolah sudah dilakukan analisis sesuai dengan cara uji
statistik menggunakan uji Chi Square
3.9.4. Interpretasi Data
Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif antar variabel-variabel yang telah
ditentukan.
3.9.5. Pelaporan Data
Data disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang selanjutnya akan
dipresentasikan dihadapan staf pengajar Program Pendidikan Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA)
pada tanggal 2 Februari 2013 dalam forum pendidikan Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.

3.10. Definisi Operasional
3.10.1. Subyek penelitian
Definisi : Pasien yang datang di Puskesmas Kelurahan Jelambar
yang berusia 35 70 tahun dan bersedia untuk
diperiksa lingkar perut, kadar kolesterol total dan
bersedia mengisi kuesioner

3.10.2 Lingkar perut
Definisi : angka yang menunjukkan keliling perut dalam
satuan sentimeter
Alat pengukuran : pita ukur dari bahan plastik
Cara pengukuran : Lepaskan kaus dan bebaskan pinggang dari rok
atau celana panjang sehingga bagian tengah perut
terekspos, pasien berdiri tegak dengan perut santai,
kedua lengan di sisi tubuh, kaki rapat dan berat
tubuh terbagi rata antara kedua tungkai. Tentukkan
titik terendah arcus costae lalu beri tanda .Tentukkan
pada garis mid axilla titik crista iliaca lalu beri
tandaTentukkan titik tengah pada garis mid axilla
antara kedua titik tersebut diatas. Posisikan meteran
secara horizontal pada titik pengukuran. Kemudian
lingkarkan di seputar perut dan seluruh batang
tubuh. Pastikan meteran itu melintang secara
horizontal.pengukuran dilakuakan dengan
menyentuh kulit tanpa menekan jaringan lunak.
Tempatkan ujung meteran angka 0 di titik
pengukuran, sementara sisanya melingkari perut dan
batang tubuh.Subyek diminta bernafas biasa
(normal) pada saat pengukuran untuk mencegah
subyek mengkontraksikan otot-ototnya atau
menahan nafas. Lihatlah pada nomor di mana angka
0 bertemu dengan angka terakhir yang melingkari
pinggang, nyatakan dalam cm dan ketelitian 0,1
Skala pengukuran : ordinal
Lingkar perut Kode
Tabel 3.2 Tabel Kode Lingkar Perut

3.10.3 Kadar kolesterol total
Definisi : Gabungan dari LDL (low density) kolesterol, HDL
(high density) kolesterol, VLDL (very low density)
kolesterol, dan IDL (intermediate density) kolesterol.
Alat ukur : Kolesterometer merek Nesco
Cara kerja : Dengan menusuk jari manis tangan kiri dan darah
diletakkan pada stick dengan satuan mg/dL.

Cara ukur : Melihat angka di layar kolesterolmeter saat berbunyi
Skala pengukuran : Skala ordinal

Normal <90,0 (pria)
Normal<80,0 (wanita)
1
Berlebih >90,0 (pria)
Berlebih >80 ,0(wanita)
2

Você também pode gostar