Você está na página 1de 18

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jika dilihat dari jumlah penduduknya Indonesia terletak pada posisi keempat di
dunia dengan laju pertumbuhan yang masih relatif tinggi. Tugas dari program Keluarga
Berencana (KB) dalam hal inipun telah jelas yaitu menurunkan fertilitas agar dapat
mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan bagi
rakyat dan bangsa Indonesia. Seperti yang disebutkan dalam UU No.10 Tahun 1992
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, definisi
KB yakni upaya meningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
dan peningkatan kesejahteraan keluarga guna mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera.
Berdasarkan data dari SDKI 2002 2003, angka pemakaian kontrasepsi
(contraceptive prevalence rate/CPR) mengalami peningkatan dari 57,4% pada tahun
1997 menjadi 60,3% pada tahun 2003. Pada 2015 jumlah penduduk Indonesia hanya
mencapai 255,5 juta jiwa. Namun, jika terjadi penurunan angka satu persen saja, jumlah
penduduk mencapai 264,4 juta jiwa atau lebih. Sedangkan jika pelayanan KB bisa
ditingkatkan dengan kenaikan CPR 1%, penduduk negeri ini sekitar 237,8 juta jiwa
(Kusumaningrum, 2009).
Menurut SDKI 2002-2003 Pada tahun 2003, kontrasepsi yang banyak digunakan
adalah metode suntikan (49,1 persen), pil (23,3 persen), IUD/spiral (10,9 persen),
implant (7,6 persen), MOW (6,5 persen), kondom (1,6 persen), dan MOP (0,7 persen)
(Kusumaningrum, 2009).
Seiring berjalannya waktu, paradigma program Keluarga Berencana Nasional telah
diubah visinya dari mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS)
menjadi visi untuk mewujudkankeluarga berkualitas tahun 2015. Keluarga yang
berkualitas adalah yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal,
berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan Bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa (Saefuddin, 2003).
Berdasarkan visi dan misi tersebut, program keluarga berencana nasional
mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Dalam
kontribusi tersebut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah
2

mewujudkan keberhasilannya selain berhasil menurunkan angka kelahiran dan
pertumbuhan penduduk, juga terpenting adalah keberhasilan mengubah sikap mental
dasar perilaku masyarakat dalam upaya membangun keluarga berkualitas.
Sebagai salah satu bukti keberhasilan program tersebut. Antara lain dapat diamati
dari semakin meningkatnya angka pemakaian kontrasepsi(prevalensi). Survey Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997 memperlihatkan proporsi peserta KB yang
terbanyak adalah suntik(21,1%), pil(19,4%), AKDR(18,1%), Norplan(16%), Sterilisasi
wanita(3%), Kondom(0,7%), Sterilisasi pria(0,4%), dan sisanya merupakan peserta KB
tradisonal yang masing-masing menggunakan cara tradisional seperti pantang berkala
maupun senggama terputus.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa AKDR / IUD berada diposisi ketiga.
Sedangkan dalam program BKKBN memberikan penekanan pada kontasepsi AKDR
terutama adalah CuT380 A yang menjadi primadona BKKBN. Namun begitu tidak
semua klien berminat terhadap alat kontrasepsi AKDR dikarenakan berbagai alasan yang
berbeda-beda seperti takut efek samping, takut proses pemasangan , dilarang oleh suami,
dan kurang mengetahui tentang KB AKDR. Untuk itu, dalam makalah ini akan dibahas
tentang KB dengan metode IUD.

B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini akan dijelaskan bagaimana KB dengan metode IUD?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah mengetahui dan memahami tentang KB
dengan metode IUD.

D. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat menambah khasanah dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan memberikan informasi tentang KB dengan metode IUD.






3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keluarga Berencana dan IUD

Menurut WHO (World Health
Organisation) Expert Committee 1970
definisi keluarga berencana adalah tindakan
yang membantu individu atau pasangan
suami isteri untuk:
1. Mendapatkan objektif tertentu.

2. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.
3. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan.
4. Mengatur interval diantara kehamilan.
5. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri.
6. Menentukan jumlah anak dalam keluarga. (Hanafi, 1943)
Salah satu metode Keluarga Berencana yaitu dengan menggunakan Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/Intra Uterine Device (IUD). IUD adalah kontrasepsi
yang terbuat dari plastic halus berbentuk spiral (Lippes Loop) atau berbentuk lain
(Copper T Cu 200, Copper T 220 atau ML Cu 250) yang dipasang di dalam Rahim
dengan memakai alat khusus oleh dokter atau bidan paramedic lain yang sudah dilatih.
(BKKBN, 1981)
AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) atau spiral, atau dalam bahasa Inggrisnya
Intra-Uterine Devices, disingkat IUD adalah alat yang dibuat dari polietilen dengan atau
tanpa metal/steroid yang ditempatkan di dalam rahim. Pemasangan ini dapat untuk 3-5
tahun dan bisa dilepaskan setiap saat bila klien berkeinginan untuk mempunyai anak.
AKDR ini bekerja dengan mencegah pertemuan sperma dengan sel telur
(Kusumaningrum, 2009).
Intra Uterine device (IUD) adalah alat kecil berbentuk-T terbuat dari plastik
dengan bagian bawahnya terdapat tali halus yang juga terbuat dari plastik. Sesuai dengan
namanya IUD dimasukkan ke dalam rahim untuk mencegah kehamilan. Pemasangan bisa
dengan rawat jalan dan biasanya akan tetap terus berada dalam rahim sampai dikeluarkan
4

lagi. IUD mencegah sperma tidak bertemu dengan sel telur dengan cara merubah lapisan
dalam rahim menjadi sulit ditempuh oleh sperma (Kusmarjadi, 2010) .
Alat kontrasepsi dalam rahim ( AKDR / IUD ) merupakan alat kontrasepsi yang
dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil,
suntik dan kondom. Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit
tembaga atau campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti
fertilitas dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode kerja
mencegah masuknya sprematozoa/sel mani ke dalam saluran tuba. Pemasangan dan
pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau bidan
terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi namun tidak boleh dipakai
oleh perempuan yang terpapar infeksi menular seksual (Imbarwati, 2009).

B. Profil dan Jenis IUD












1. Profil IUD
a. Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun: CuT-
380A).
b. Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak.
c. Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan.
d. dipakai oleh semua peremuan usia reproduktif.
e. Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada Infeksi Menular Seksual
(IMS).

5

2. Jenis-jenis IUD
Berikut adalah beberapa IUD non hormonal, yaitu:
a. Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi 2 :
1) Bentuk terbuka (oven device)
Misalnya : LippesLoop, CUT, Cu-7, Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T.
2) Bentuk tertutup (closed device)
Misalnya : Ota-Ring, Atigon dan Graten Berg Ring.
b. Menurut Tambahan Obat atau Metal
1) Medicated IUD
Misalnya : Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya kerja 3 tahun), Cu
T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya
kerja 5 tahun), ML-Cu 375 (daya kerja 3 tahun).
Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera dibelakang IUD menunjukkan
luasnya kawat halus tembaga yang ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti
tembaga adaklah 200m.
Copper-T, AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada
bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus.Lilitan kawat tembaga halus
ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik.
Copper-7, AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk
memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal
32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas
permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada
jenis Coper-T.
Multi Load, AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua
tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas
ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas
permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran
multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.
Cara insersi : withdrawal

2) Un Medicated IUD
Misalnya : Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon.
Cara insersi lippes loop : Push Out
Lippes Loop dapat dibiarkan in-utero untuk selama-lamanya sampai
menopause, sepanjang tidak ada keluhan dan atau persoalan bagi akseptornya.

6

Berikut adalah IUD hormonal, yaitu:
a. Progestasert-T = Alza T
1) Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam.
2) Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65 mcg progesteron
per hari.
3) Tabung insersinya berbentuk lengkung
4) Daya kerja : 18 bulan
5) Teknik insersi : plunging (modified withdrawal)
b. LNG-20
1. Mengandung 46-60 mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20 mcg per hari.
2. Sedang ditelit di Firlandia.
3. Angka kegagalan / kehamilan angka terendah : <0,5 per 100 wanita per tahun.
4. Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan perdarahan ternyata lebih
tinggi dibandingkan IUD lainnya, karena 25% mengalami amenore atau pendarahan
haid yang sangat sedikit. (Suparyanto, 2012)

Berikut adalah beberapa jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain:
a. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian
vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini
mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik (Imbarwati,
2009).
b. Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan.
Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan
gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan
lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T (Imbarwati, 2009).
c. Multi load
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan
berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm.
Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau
375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu
standar, small, dan mini (Imbarwati, 2009).


7

d. Lippes loop
IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S
bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya Lippes
loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya.
Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C
berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal
(benang putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah.
Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang
menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastic
(Imbarwati, 2009).
Spiral bisa bertahan dalam rahim dan menghambat pembuahan sampai 10
tahun lamanya. Setelah itu harus dikeluarkan dan diganti. Bahan spiral yang
paling umum digunakan adalah plastic atau plastic bercampur tembaga. Terdapat
dua jenis IUD yaitu IUD dengan tembaga dan IUD dengan hormon (dikenal
dengan IUS = Intrauterine System).
Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan cara
menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai
selama 10 tahun. Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk
1 tahun dan dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat (ILUNI FKUI, 2010).















8

C. Waktu Pemasangan IUD
Menurut BKKBN, 1981 saat pemasangan IUD adalah:
1. Waktu haid mulai hari ketiga
2. Sesudah melahirkan
3. Pemasangan dini, 2-4 hari setelah persalinan
4. Pemasangan biasa, 40 hari sesudah persalinan
5. Sesudah mengalami keguguran lengkap atau selesai dikuret dan tidak ada tanda-
tanda infeksi.
6. Sesudah haid, sampai dengan hari ke-10 dihitung dari hari haid pertama.

Sedangkan menurut pendapat lain, saat yang baik untuk pemasangan AKDR atau IUD
adalah:
1. Pada dasarnya AKDR dapat dipasang setiap saat dengan syarat tidak ada
kontraindikasi. Ada keuntungan kalau pemasangan dilakukan pada waktu haid, bisa
juga saat akhir haid atau pada hari sebelum berakhirnya haid, Pertama karna ketika
haid awal-awal, mulut rahim terbuka, jadi lebih mudah untuk memasukkannya.
Kedua, darah haid juga berfungsi sebagai pelicin, jadi mempermudah. Yang ketiga,
karena pada awal haid masih terasa sakit perut datang bulan, jadi sakit atau kontraksi
rahim akibat pemasangan IUD jadi tersamarkan.
2. Pemasangan AKDR dapat juga dilakukan sewaktu-waktu pada saat
a. Segera setelah induksi haid atau abortus spontan, asalkan tidak ada tanda-tanda
infeksi, misalnya: tidak panas, rahim tidak lembut, tidak ada keputihan yang
seperti nanah atau yang banyak sekali.
b. Setelah melahirkan (post partum) yaitu:
1) Segera setelah melahirkan
2) 2-4 hari setelah melahirkan
3) 40 hari setelah melahirkan
Berdasarkan beberapa uraian diatas maka pemasangan IUD bisa dilakukan kapan
saja, terutama selama wanita tersebut tidak hamil. Karena itu apabila ingin beralih alat
kontrasepsi misalnya pil atau suntik maka biasanya dilakukan test kehamilan terlebih
dahulu dan akan lebih baik jika pemasangan dilakukan pada saat menstruasi karena
pemasangan lebih mudah, hal itu disebabkan saat menstruasi leher rahim lebih lunak.


9

D. Mekanisme Kerja IUD
Menurut Rustam Mochtar, 2008 dalam buku Sinopsis Obstetri : hal 109-111,
mekanisme kerja yang pasti dari IUD belum diketahui. Ada beberapa mekanisme kerja
IUD yang telah dianjurkan :
1. Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik didalam cavum uteri sehingga
implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.
2. Prodiksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambat
implantasi.
3. Teori reaksi benda asing yang menyebabkan pemadatan endometrium oleh sel-sel
makrofag dan limfosit yang menyebabkan blastokis rusak atau tidak dapat bernidasi.
4. Teori pengaruh zat bioaktif progesteron (untuk IUD yang berisi progesteron) yang
menghambat ovulasi, mempengaruhi endometrium yang berakibat menghambat
nidasi, mempengaruhi lendir serviks yang menghalangi gerak sperma.
5. IUD menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin yang
menyebabkan rahim berkontraksi sehingga menghalangi transport sel sperma ke
kavum uteri.
6. Ion Cu yang dikeluarkan IUD dengan Cuppes menyebabkan gangguan gerak
spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan untuk melaksanakan konsepsi.
Dikutip dari http://majalahkesehatan.com tahun 2012, Kedua jenis spiral mencegah
pembuahan sel telur dengan merusak atau membunuh sperma. Spiral juga mempengaruhi
lapisan rahim (di mana sel telur yang dibuahi akan melekat dan tumbuh).
Spiral hormon: mencegah pembuahan dengan merusak atau membunuh sperma dan
membuat lendir di leher rahim lebih kental dan lengket, sehingga sperma tidak bisa
melaluinya ke rahim. Spiral ini juga membuat dinding rahim (endometrium) tumbuh
sangat tebal sehingga tidak mendukung perlekatan dan pertumbuhan telur yang telah
dibuahi. Hormon-hormon dalam spiral ini juga mengurangi perdarahan dan kram
menstruasi.
Spiral tembaga: tembaga merupakan racun bagi sperma. Spiral jenis ini membuat
rahim dan saluran telur menghasilkan cairan yang membunuh sperma. Cairan ini
mengandung sel darah putih, ion tembaga, enzim, dan prostaglandin.
Selain itu lilitan tembaga yang terdapat pada IUD berfungsi untuk menghambat laju
sperma supaya tidak bisa mencapai sel telur yang berada di saluran telur (tuba falopii)
dengan sempurna. Keberadaan lilitan tembaga ini bisa diibaratkan sebagai jalan berkelok
10

yang akan dilalui sel sperma sehingga lajunya menjadi lebih lambat.
(http://tentangkb.wordpress.com)

E. Indikasi dan Kontraindikasi IUD
1. Indikasi pemakaian IUD
Yang dapat menggunakan:
a. Usia reproduktif
b. Keadaan nulipara
c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
f. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
g. Resiko rendah dari IMS
h. Tidak menghendaki metode hormonal
i. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
j. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari sanggama.
Pada umumnya ibu dapat menggunakan AKDR Cu dengan aman dan efektif.
AKDR dapat digunakan pad ibu dalam segala kemungkinan keadaan misalnya:
a. Perokok
b. Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeksi
c. Sedang memakai antibiotika atau antikejang
d. Gemuk ataupun yang kurus
e. Sedang menyusui
Begitupun juga ibu dalam keadaan seperti di bawah ini dapat menggunakan
AKDR:
a. Penderita tumor jinak payudara
b. Penderita kanker payudara
c. Pusing-pusing, sakit kepala
d. Tekanan darah tinggi
e. Varises di tungkai atau vulva
f. Penderita penyakit jantung (termasuk penyakit jantung katup dapat diberi
antibiotika sebelum pemasangan AKDR)
g. Pernah menderita stroke
h. Penderita diabetes
11

i. Penderita panyakit hati atau empedu
j. Malaria
k. Skistosomiasis (tanpa anemia)
l. Penyakit tiroid
m. Epilepsy
n. Nonpelvik TBC
o. Setelah kehamilan ektopik
p. Setelah pembedahan pelvik
2. Kontraindikasi pemakaian IUD
Yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR
a. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)
b. Perdaraha vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi)
c. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
d. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus
septik.
e. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat
mempengaruhi kavum uteri.
f. Penyakit trofoblas yang ganas
g. Diketahui menderita TBC pelvik
h. Kanker alat genital
i. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

F. Keuntungan dan Kerugian IUD
1. Keuntungan pemakaian IUD
a. Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi.
b. Sangat efektif 0,6 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1
kegagalan dalam 125 170 kehamilan).
c. AKDR dapat efektif segera stelah pemasangan.
d. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu
diganti).
e. Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat.
f. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
g. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
h. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A).
12

i. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
j. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi).
k. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih stelah haid terakhir).
l. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
m. Membantu mencegah kehamilan ektopik
2. Kerugian pemakaian IUD
a. Efek samping yang umum terjadi:
1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan).
2) Haid lebih lama dan banyak.
3) Perdarahan (spotting) antarmenstruasi.
4) Saat haid lebih sakit.Komplikasi lain:
b. Komplikasi lain:
1) Merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan.
2) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan
penyebab anemia.
3) Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar).
c. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering
berganti pasangan.
e. Penyakit radang panggul dapat memicu infertilitas.
f. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan
AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan.
g. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR.
Biasanya menghilang dalam 1-2 hari.
h. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas kesehatan terlatih
yang harus melepaskan AKDR.
i. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR
dipasang segera sesudah melahirkan).
j. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk
mencegah kehamilan normal.
13

k. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk
melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian
perempuan tidak mau melakukan ini.
Selain itu kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya kontrol kembali
untuk memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Waktu kontrol IUD yang
harus diperhatikan adalah :
a. 1 bulan pasca pemasangan
b. 3 bulan kemudian
c. setiap 6 bulan berikutnya
d. bila terlambat haid 1 minggu
e. perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya (Imbarwati, 2009).

G. Cara Pemasangan dan Pelepasan IUD
1. Cara pemasangan
Alat dan bahan yang harus disiapkan:
Bivalve speculum (kecil, sedang atau besar)
Tenakulum
Sonde uterus
Forsep/korentang
Gunting
Mangkuk untuk larutan antiseptic
Sarung tangan (yang telah diDTT atau disterilisasi atau sarung tangan periksa
yang baru)
Cairan antiseptic (mis : Povidon iodin) untuk membersihkan serviks.
Kain kasa atau kapas
Sumber cahaya yang cukup untuk menerangi serviks (lampu senter sudah
cukup)
Copper T 380A IUD yang belum rusak dan terbuka
Berikut adalah langkah-langkah pemasangan (AKDR copper T 380A):
a. Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilakan klien
mengajukan pertanyaan.
b. Periksa genetalia eksterna. Setelah itu lakukan pemeriksaan speculum, dan
lakukan pemeriksaan panggul.
14

c. Lakukan pemeriksaan mikroskopik bila tersedia da ada indikasi.
d. Masukkan lengan AKDR Copper T 380A di dalam kemasan sterilnya.
e. Masukkan speculum, dan usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik,
gunakan tenakulum untuk menjepit serviks.
f. Masukkan sonde uterus.
g. Pasang AKDR Copper T 380A.
h. Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum melepas sarung
tangan. Bersihkan permukaan yang terkontaminasi.
i. Lakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan dengan segera setelah
selesai dipakai.
j. Ajarkan kepada klien bagaimana memeriksa AKDR (dengan menggunakan
model bila tersedia).
k. Minta klien menunggu hingga 15-30 menit setelah pemasangan AKDR.
2. Cara pencabutan
Berikut adalah langkah-langkah pencabutan (AKDR Copper T 380A), yaitu:
a. Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan persilakan klien untuk
bertanya.
b. Memasukkan speculum untuk melihat serviks dan benang AKDR.
c. Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptic 2 3 kali.
d. Memberitahu kepada klien bahwa kemungkinan timbul rasa sakit tapi itu
normal. Jepit benang di dekat serviks dengan menggunakan klem lurus atau
lengkung yang sudah didesenfeksi tingkat tinggi atau steril dan tarik benang
pelan pelan, tidak boleh menarik dengan kuat, AKDR biasanya dicabut
dengan mudah. Untuk mencegah benangnya putus, tarik dengan kekuatan tetap
dan cabut AKDR dengan pelan-pelan. Bila benang putus saat ditarik tetapi
ujung AKDR masih dapat dilihat maka jepit ujung AKDR tersebut dan tarik
keluar.
e. Pasang AKDR yang baru bila klien menginginkan dan kondisinya
memungkinkan.

15

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Intrauterine device (IUD)/ Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) merupakan alat
kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan
dengan metode pil, suntik dan kondom. Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik
elastik, dililit tembaga atau campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam
menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun,
dengan metode kerja mencegah masuknya sprematozoa/sel mani ke dalam saluran tuba.
Di Indonesia terdapat dua tipe IUD. Tipe pertama yaitu IUD pelepas progestin
(levonorgestrel), memiliki masa efektif selama 5 tahun. Selama periode 5 tahun tersebut,
hanya sekitar 0,5 % wanita yang mengalami kehamilan.
Tipe yang kedua adalah IUD yang melepaskan tembaga yang pada bagian
vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga, memiliki efektivitas sekitar 10 tahun. Selama
waktu tersebut, kurang dari 2% wanita hamil. Satu tahun setelah IUD dilepas, 80 sampai
90% yang ingin hamil, bisa hamil.
Benang plastik tetap menempel pada IUD sehingga wanita dapat memastikan alat
IUD masih pada tempatnya.
IUD/ AKDR memiliki keuntungan yaitu hanya perlu dipasang setiap 5-10 tahun
sekali, tergantung dari tipe alat yang digunakan. Pemasangan dan pencabutan alat
kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau bidan terlatih), dapat
dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi namun tidak boleh dipakai oleh
perempuan yang terpapar infeksi menular seksual. Jenis-jenis IUD yaitu : Copper-T,
Copper-7, Multi load, lippes loap.
Sama seperti alat kontrasepsi lainnya IUD juga memiliki beberapa efek samping
namun yang paling sering muncul adalah perdarahan sedangkan perforasi rahim juga
ditemukan namun (jarang sekali) dan yang menjadi pertimbangan dalam hal pemakaian
IUD adalah Kadangkala IUD / AKDR dapat terlepas.





16

B. Saran
Ada baiknya untuk pasien maka apabila ingin menghentikan pemakaian IUD, segera
kunjungi pekerja kesehatan yang memasangnya atau yang terlatih dan jangan mencoba
mencopot spiral sendiri di rumah.
Sedangkan untuk petugas kesehatan diharapkan agar memberikan Pelayanan IUD
lebih Kompoten agar tidak terjadi komplikasi-komplikasiyang merugikan bagi pasien.






17

DAFTAR PUSTAKA


Aninom
1
.2012. Kontrasepsi: Spiral. (http://majalahkesehatan.com/spiral/ Kontrasepsi:
Spiral. Diakses tanggal 8 Maret 2013)

Aninom
2
.2012. cara kerja IUD. (http://tentangkb.wordpress.com/tag/cara-kerja-iud.html.
Diakses tanggal 8 Maret 2013)

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.1981.Pedoman Cara Pelayanan
Kontrasepsi AKDR.Jakarta:BKKBN.

Hartanto, Hanafi.1943.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.

Imbarwati. 2009. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD Pada Peserta
KB Non IUD Di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.
http://eprints.undip.ac.id/17781/1/IMBARWATI.pdf (Diakses tanggal 8 Maret 2014).

ILUNI FKUI. 2010. Keluarga Berencana
(KB).http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/120/keluarga-berencana--
kb-( Diakses hari Jumat, tanggal 17 Desember 2010).

Kusmarjadi, Didi. 2010. KB IUD (=Intrauterine divece). (http://konsultasi-spesialis-
obsgin.blogspot.com. Diakses tanggal 9 Maret 2013)

Kusumaningrum, Radita. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengarui Pemilihan Jenis
Kontrasepsi yang Digunakan pada Pasangan Usia Subur. Diperoleh tanggal 6 Maret
2014. http://jurnalkesehatan.com/radita_kusuma_ningrum/2008/.

Rustam Mochtar, 2008.Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.

Saefuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
18

Suparyanto.2012.Konsep IUD. (http://dr-suparyanto.blogspot.com/2012/02/konsep-
iud.html. Diakses tanggal 8 Maret 2013)







...

Você também pode gostar