Você está na página 1de 23

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Mata merah merupakan salah satu gangguan pada mata yang sering ditemukan di
masyarakat. Gangguan mata merah ini dibagi menjadi gangguan yang tidak disertai
penurunan penglihatan dan gangguan yang disertai dengan penurunan penglihatan.
Gangguan mata merah tanpa penurunan penglihatan memerlukan penanganan oleh pihak
medis. Mata merah dapat mengganggu aktifitas keseharian penderita. Ditinjau dari ilmu
mata, mata merah dapat berlangsung kronis maupun akut. Apabila berlangsung kronis,
maka kemungkinan akan terjadi penurunan kualitas hidup dari penderita karena
gangguan berlangsung lama dan tak kunjung sembuh.
Mata Saya Merah tapi koq tidak Kabur ?
Seorang pasien, laki-laki, 30 tahun, datang ke Puskesmas dengan keluhan mata kanan
merah sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan mata kanan terasa gatal dan
berair, serta kelopak mata bengkak dan lengket ketika bangun tidur di pagi hari. Pasien
tidak mengeluh pandangan mata kanannya kabur ataupun silau.
Pada pemeriksaan didapatkan : VOD 6/6, pada konjungtiva bulbi dan konjungtiva
palpebra hiperemi, didapatkan sekret, kornea jernih.
Setelah melapor kepada staf, dokter muda Andi disuruh melengkapi pemeriksaan, dan
memberi usulan pemeriksaan/terapi untuk pasien tersebut. Selanjutnya pasien
diperbolehkan rawat jalan.

II. RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa mata merah, gatal dan berair ?
2. Mengapa palpebra bengkak dan lengket pada saat pagi hari setelah bangun tidur ?
dan hubunganya dengan keluhan ?
3. Mengapa mata merah tidak disertai gangguan visus ?
4. Apakah interpretasi pemeriksaan fisik mata
5. Apakah pemeriksaan penunjang dari penyakit?
6. Mengapa konjungtiva palpebra dan bulbi hiperemis ?
7. Apakah diagnosis banding dari penyakit?
8. Mengapa keluhan hanya unilateral ?
9. Apakah komplikasi dan prognosis ?
10. Apakah indikasi rawat jalan dari gangguan?

III. TUJUAN
1. Memahami anatomi, fisiologi, dan histologi dari konjungtiva, apparatus lacrimalis,
dan palpebra.
2. Memahami patofisiologi dan interpretasi dari keluhan-keluhan yang dirasakan pasien
pada kasus.
3. Memahami patofisiologi dan interpretasi dari gejala-gejala yang didapat dari hasil
pemeriksaan.
4. Memahami pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan.
5. Memahami diagnosis banding dari kasus yang dibahas.
6. Memahami tata laksana dari kasus yang dibahas.

IV. HIPOTESIS
Berdasarkan skenario, dapat ditarik sebuah hipotesis yaitu pasien mengalami
gangguan mata merah tanpa penurunan visus penglihatan.

BAB II
DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA
JUMP 1: Klarifikasi istilah
1. Konjungtiva Bulbi : Bagian konjungtiva yang melapisi bola mata dan terletak didepan
sklera.
2. Konjungtiva Palpebra : bagian konjungtiva yang melapisi kelopak mata
3. Mata Merah : perubahan warna dari putih ke merah akibat pembengkakan atau
pecahnya pembuluh darah yang dapat dilihat pada sklera atau konjungtiva
4. Mata Berair : epifora (kelainan pada sistem drainase)
5. Sekret Mata : produk dari kelenjar konjungtiva bulbi, yang dihasilkan oleh sel goblet.
Dan akan meningkat jika ada kelainan di konjungtiva

JUMP 2: Menentukan masalah

1. Mengapa mata merah, gatal dan berair ?
2. Mengapa palpebra bengkak dan lengket pada saat pagi hari setelah bangun tidur ?
dan hubunganya dengan keluhan ?
3. Mengapa mata merah tidak disertai gangguan visus ?
4. Apakah interpretasi pemeriksaan fisik mata
5. Apakah pemeriksaan penunjang dari penyakit?
6. Mengapa konjungtiva palpebra dan bulbi hiperemis ?
7. Apakah diagnosis banding dari penyakit?
8. Mengapa keluhan hanya unilateral ?
9. Apakah komplikasi dan prognosis ?
10. Apakah indikasi rawat jalan dari gangguan?

JUMP 3: Menganalisis permasalahan dan membuat pernyataan sementara mengenai
permasalahan
Konjungtiva merupakan membran halus yang melapisi kelopak mata dan melapisi
permukaan sklera yang terpajan dengan lingkungan luar.

Konjungtiva adalah membran
mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata
(konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva
bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel
kornea di limbus. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:
a. Konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata)
b. Konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra)
c. Konjungtiva forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior
palpebra dan bola mata).
Sistem lakrimalis mencakup struktur-struktur yang terlibat dalam produksi dan
drainase air mata. Komponen sekresi terdiri atas kelenjar yang menghasilkan berbagai unsur
pembentuk cairan air mata. Sistem eksresi mulai pada punctum lakrimal, kanalikuli lakrimal,
sakus lakrimal, duktus nasolakrimal, meatus inferior.
Kompleks lakrimalis terdiri atas glandula lakrimalis, glandula lakrimalis aksesorius,
kanalikuli, punktum lakrimalis, sakus lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis. Sistem lakrimal
tersusun atas struktur-struktur yang mensekresi air mata dan struktur-struktur yang
mengalirkan air mata.
Pada skenario pasien laki-laki 30 tahun datang dengan keluhan utama mata kanan
merah sejak 3 hari yang lalu. Dan ketika dokter melakukan anamnesis didapatkan data
sebagai berikut :
a. Mata kanan gatal dan berair
Mata gatal yang terjadi pada pasien dikarenakan reaksi imunitas yang
disebabkan oleh zat asing bisa berupa bakteri, virus atau zat kimia. Karena
keadaan itulah maka tubuh merespon dengan menggeluarkan air mata yang
mengandung lisozim untuk menetralisir zat asing tersebut. Apabila zat asing
tersebut tidak dapat diatasi oleh air mata tersebut maka zat asing tersebut akan
tetap menetap dan mata akan mengeluarkan air terus-menerus.
b. Kelopak mata bengkak dan lengket ketika bangun tidur
Kelopak mata yang bengkak bisa dikarenakan agen imunitas tubuh yang
bermigrasi ke palpebra konjungtiva karena rangsangan dari zat asing yang
masuk, bisa juga dikarenakan peningkatan permeabilitas daerah yang
terinfeksi sehinga tampak membesar. Dan sekret yang dikeluarkan terus
menerus akan menumpuk diwaktu tidur yang akan membuat sumbatan dan
terjadi lengket.
c. Pasien tidak mengeluh pandangan kabur ataupun silau
Pada pasien media refraksi masih normal, baik organya maupun fungsinya,
sehingga pandangan pasien tidak kabur. Juga tidak menyebabkan silau karena
fungsi iris untuk midriasis maupun miosis dan fungsi retina masih normal,
sehingga pandangan tidak silau.

Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan data sebagai berikut :
a. VOD 6/6
Berarti visus pasien normal
b. Konjungtiva bulbi dan palpebra hiperemi
Konjungtiva bulbi dan palpebra yang hiperemi dapat disebabkan karena
bendungan atau vasodilatasi pembuluh darah karena telah terjadi infeksi
oleh bakteri ataupun virus.
c. Sekret
Sekret normal mata berwarna jernih namun bila tidak, kemungkinan telah
terjadi kelainan berupa infeksi.
d. Kornea jernih
Berarti organ media refraksi dan fungsinya masih normal dan letak
kelainan bukan berasal dari kornea, tetapi daerah sekitarnya yaitu
conjungtiva bulbi maupun conjungtiva palpebra.

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien pada skenario diagnosis
termungkin pada pasien yaitu konjungtivitis bakteri, konjungtivitis virus atau bisa juga
konjungtivitis alergi. Namun untuk meneggakkan diagnosis pasti, dokter harus melakukan
pemeriksaan lanjutan berupa : pemeriksaan slit lamp, pemeriksaan segmen anterior dan perlu
juga dilakukan uji mikrobiologis agar terapi lebih tepat.
Setelah itu dokter memberikan terapi yang terpat berdasarkan data-data yang
diperoleh sebelumnya. Karena bukan kedaruratan dan dokter bisa menangani sesuai
kompetensi dan fasilitas yang dimiliki. Dan terapi dapat dilakukan sendiri oleh pasien
maupun keluarganya setelah diberikan edukasi oleh dokter maka, pasien diperbolehkan rawat
jalan.

Mata merah, gatal, dan berair.
Mata merah merupakan keluhan yang timbul akibat perubahan warna bola mata yang
sebelumnya berwarna putih menjadi merah. Pada mata normal, sklera terlihat berwarna putih
karena sklera dapat terlihat melalui bagian konjungtiva dan kapsul Tenon yang tipis dan
tembus sinar. Hiperemia konjungtiva terjadi akibat bertambahnya asupan pembuluh darah
ataupun berkurangnya pengeluaran darah seperti pada pembendungan pembuluh darah. Bila
terjadi pelebaran pembuluh darah konjungtiva atau episklera atau perdarahan antara
konjungtiva dan sklera maka akan terlihat warna merah pada mata yang sebelumnya
berwarna putih.
Mata merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada peradangan
mata akut, misalnya: konjungtivitis, keratitis, atau iridosiklitis. Pada konjungtiva terdapat
pembuluh darah:
Arteri konjungtiva posterior yang memperdarahi konjungtiva
Arteri siliar anterior atau episklera
Arteri perikornea
Bila terjadi pelebaran pembuluh-pembuluh darah di atas maka akan terjadi mata
merah. Selain melebarnya pembuluh darah, mata merah dapat juga terjadi akibat pecahnya
salah satu dari kedua pembuluh darah di atas dan darah tertimbun di bawah jaringan
konjungtiva. Keadaan ini disebut perdarahan subkonjungtiva.
a. Injeksi konjungtival
Melebarnya pembuluh darah arteri konjungtiva posterior atau injeksi konjungtival ini
dapat terjadi akibat pengaruh mekanis, alergi ataupun infeksi jaringan konjungtiva.
Sifat injeksi konjungtival:
Mudah digerakkan dari dasarnya, disebabkan arteri konjungtiva posterior
melekat secara longgar pada konjungtiva bulbi yang mudah dilepas dari
dasarnya sklera.
Didapatkan terutama di daerah forniks
Ukuran pembuluh darah makin besar ke bagian perifer, karena asalnya dari
bagian perifer atau arteri siliar anterior
Berwarna pembuluh darah merah segar
Dengan tetesan adrenalin 1:1000 injeksi akan lenyap sementara
Gatal
Fotofobia tidak ada
Pupil ukuran normal dengan reaksi normal
b. Injeksi siliar
Melebarnya pembuluh darah perikornea (a.siliaris anterior) atau injeksi siliar atau
injeksi perikornea terjadi akibat radang kornea, tukak kornea, benda asing pada
kornea, radang jaringan uvea, glaukoma, endofthalmitis, ataupun panoftalmitis. Sifat
injeksi siliar:
Berwarna lebih ungu
Pembuluh darah tidak tampak
Tidak ikut serta dengan pergerakan konjungtiva bila digerakkan karena
menempel erat dengan jaringan perikornea.
Ukuran sangat halus terletak di sekitar kornea
Pembuluh darah perikornea tidak menciut bila diberi epinefrin atau adrenalin
1:1000
Hanya lakrimasi
Fotofobia
Sakit tekan yang dalam di skeitar kornea
Pupil iregular kecil (iritis) dan lebar (glaukoma)

Mata gatal dapat disebabkan salah satunya karena reaksi alergi terhadap noninfeksi,
dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi terlambat sesudah beberapa hari
kontak seperti reaksi terhadap obat, bakteri, dan toksik. Mata gatal merupakan reaksi antibodi
hurmonal terhadap alergen, biasanya dengan riwayat atopi.
Alergen Reaksi hipersensitivitas respon berlebihan reaksi alergi. Dipicu
overproduksi IgE; kompleks IgE-Ag mengaktifkan sel mast mengalami degranulasi
menghasilkan histamin alergi.
Masing-masing bola mata dilindungi di permukaan anterior oleh kelopak mata
(palpebra) tipis dan rambut halus, bulu mata (cilia palpebra), yang terletak di tepi kelopak
mata. Kelopak mata dan bulu mata melindungi mata dari benda asing dan sinar berlebihan. Di
atas masing-masing mata terdapat kelenjar lakrimal sekretorik yang terus menerus
menghasilkan sekresi lakrimal (air mata). Kedipan menyebarkan sekresi lakrimal di seluruh
permukaan luar bola mata dan permukaan dalam kelopak mata. Sekresi lakrimal mengandung
mucus, garam dan enzim antibakterial lisozim. Sekresi lakrimal membersihkan, melindungu,
melembabkan dan melumasi permukaan mata (konjungtiva dan kornea).
Mata berair yang dialami pasien merupakan proses proteksi mata terhadap alergen sehingga
mata mengalami hipersekresi lakrimal.

Palperbra bengkak dan lengket
Dari pemeriksaan yang ditemukan, keadaan mata pasien didapatkan sekret, sekret
yang dihasilkan mata berbeda-beda sifatnya. Sekret merupakan produk dari suatu kelenjar,
pada konjungtiva bulbi dikeluarkan oleh sel goblet, adanya sekret berlebih yang dihasilkan
mata merupakan gejala patologis dari konjungtiva. Macam-macam sifat sekret yang
dihasilkan konjungtiva :
1. Air biasanya ditemukan pada infeksi virus dan alergi.
2. Sekret purulen biasanya ditemukan pada infeksi bakteri clamidia
3. Sekret hiperpurulen biasanya ditemukan pada genococcus atau meningococcus
4. Sekret lengket ditemukan pada alergi ataupun vernal.
5. Sekret serous ditemukan pada pasien adenovirus.
6. Sekret mukous pada penyakit mata kronis
Apabila ada keluhan mata merah, dicurigai adanya paparan benda asing yang terkena
mata, sehingga menimbulkan reaksi inflamasi berupa dilatasi pembuluh darah, reaksi
inflamasi diikuti dengan peningkatan massa jaringan akibat edem, inilah yang menimbulkan
bengkak pada palpebra. Akibat paparan alergi ataupun benda asing yang terkena mata,
menimbulkan injeksi konjungtiva, yang menmicu pengeluaran sekret peradangan. Sekret
peradangan terdiri dari sel plasma (eosinofil, neutrofil dan basofil) bertemu dengan sel goblet
serta fibrin sehingga pembentukan sekre mata menjadi berlebih. Jumlah sekret meningkat
apda waktu mata menutup. Suhu mata sama dg suhu badan, bila suhumata sama dengan suhu
badan maka bakteri berkembang dengan baik di lokasi mata pasien. Pada keadaan tidur, mata
menutup semakin lama, semakin banyak pula sekret yang dihasilkan karena perkembangan
bakteri sangat baik. Sehingga ketika bangun tidur pagi hari tidak dapat membuka mata atau
mata terasa lengket.

Mengapa hanya unilateral
Sampai sekarang belum diketahui etiologi mengapa hanya uilateral. Keadaan mata
merah biasanya unilateral, mata merah bilateral biasanya ditemukan causa mekanis atau
reaksi kimia seperti terkena asap ataupun terkena cairan kimia yang menyebabkan merah
pada kedua mata.

Interpretasi pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan visus.
Pemeriksaan ini menggunakan kartu baku (kartu Snellen), di mana pada
pemeriksaan ini setiap hurufnya membentuk sudut 5 menit pada jarak tertentu
sehingga huruf pada baris bertanda 60, berarti huruf tersebut membentuk sudut 5
menit pada jarak 60 meter, dan pada baris tanda 30, berarti huruf tersebut membentuk
sudut 5 menit pada jarak 30 meter.
Pada skenario ini ditemukan VOD 6/6 artinya pasien dapat melihat huruf pada
jarak 6 meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat terbaca pada jarak 6 meter,
sehingga visus pasien dikatakan sempurna.
2. Pemeriksaan konjungtiva.
Pada pemeriksaan konjungtiva, menurut skenario, akan didapatkan kedua
konjungtiva (konjungtiva bulbi et palpebra) hiperemi, artinya injeksi konjungtiva
terjadi karena pengaruh alergi, mekanis, ataupun infeksi pada jaringan konjungtiva,
namun di skenario ini lebih sering oleh infeksi yang menyerang konjungtiva, sehingga
asupan pembuluh darah bertambah banyak, dan memicu kemerahan pada daerah
konjungtiva/episklera.
Injeksi konjungtiva memiliki sifat :
a. Mudah digerakkan dari dasarnya, karena A.konjungtiva posterior
melekat secara longgar pada konjungtiva bulbi yang mudah dilepaskan
dari dasar sklera (hiposklera).
b. Pada radang konjungtiva pembuluh darah ini terutama didapatkan di
daerah palpebra.
c. Ukuran pembuluh darah makin besar ke arah perifer, karena asalnya
dari bagian perifer atau A.siliaris anterior.
d. Berwarna merah segar.
e. Dengan tetes adrenalin 1:1000, injeksi akan hilang dengan sementara.
f. Gatal-gatal.
g. Fotofobia negatif.
h. Pupil berukuran normal dengan reaksi normal (masih memiliki
kemampuan miosis dan midriasis).

3. Pemeriksaan sekret dan kornea.
Sekret merupakan produk kelenjar yang dikeluarkan oleh sel goblet pada
konjungtiva bulbi maupun konjungtiva palpebrae akibat kegagalan mekanisme
pertahanan primer dan/atau sekunder yang berupa perdarahan konjungtiva, lisozim,
maupun imunoglobulin pada lapisan air mata. Sekret konjungtiva bulbi pada
konjungtivitis dapat bersifat:
Air, disebabkan infeksi virus/alergi.
Purulen, disebabkan oleh bakteri/Chlamydia.
Hiperpurulen disebabkan oleh gonococcus/meningococcus.
Mukoid oleh alergi/vernal.
Serosa oleh adenovirus.
Bila pada sekret konjungtiva bulbi dilakukan pemeriksaan mikrobiologi
dengan pulasan Gram (mengidentifikasi organisme bakteri) serta pulasan Giemsa
(menetapkan jenis dan morfologi sel) maka didapatkan kemungkinan penyebab
sekret, seperti:
Limfosit-monosit-sel berisi nukleus, sedikit plasma, makan infeksi
mungkin disebabkan oleh virus.
Leukosit polimorfonuklear, kemungkinan penyebabnya adalah bakteri.
Eosinofil, basofil oleh alergi.
Sel epitel dengan badan inklusi basofil sitoplasmik oleh Chlamydia.
Sel datya multinuklear oleh virus herpes simpleks.
Sel-Leber dan sel datya makrofag oleh trakoma.
Keratinisasi dengan filamen karena pemfigus atau mata kering, dan
Badan Guarneri eosinofilik oleh Vaccinia.
Berdasarkan skenario di atas, terlihat bahwa sekret mata dengan eksudat yang
lengket mungkin mengarahkan diagnosis pada konjungtivitis bakterial dengan
penampakan leukosit PMN pada pemeriksaan sitologik serta seringkali bersifat
purulen.
Pada pemeriksaan kornea didapatkan kornea bening, yang menandaskan
bahwa fungsi kornea dalam hal pembiasan masih bersifat baik.










JUMP 4 : Menginventarisasikan permasalahan-permasalahan secara sistematis dan
pernyataan sementara mengenai permasalahan-permasalahan pada langkah 3

JUMP 5 : Merumuskan tujuan pembelajaran
1. Diferensial diagnosis
2. Pemeriksaan Slit lamp dan Segmen Anterior
3. Tatalaksana
4. Komplikasi dan Prognosis

JUMP 6 : Mengumpulkan informasi baru (Belajar mandiri di rumah )
JUMP 7 : Melaporkan, membahas, dan menata kembali informasi baru yang diperoleh
Diagnosis Banding
Konjungtivitis
a. mata merah 3 hari yang
lalu
b. gatal dan berair
c. kelopak mata bengkak &
lengket
d. pandangan kabur dan silau

laki-laki 30 tahun
a. mikrobiologi
b. segmen anterior
c. slit lamp
terapi dan
rawat jalan
a. konjungtiva hiperemi
b. terdapat sekret
c. kornea jernih
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini adalah penyakit
mata yang paling umum di dunia. Karena lokasinya, konjungtiva terpajan oleh banyak
mikroorganisme dan faktor-faktor lingkungan lain yang mengganggu.
Jumlah agen-agen yang patogen dan dapat menyebabkan infeksi pada mata semakin
banyak, disebabkan oleh meningkatnya penggunaan oat-obatan topical dan agen
imunosupresif sistemik, serta meningkatnya jumlah pasien dengan infeksi HIV dan pasien
yang menjalani transplantasi organ dan menjalani terapi imunosupresif.

Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis bakteri adalah inflamasi konjungtivayang disebabkan oleh bakteri.Pada
konjungtivitis ini biasanya pasien datang dengan keluhan matamerah, sekret pada mata.

Etiologi dan Faktor Resiko
Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu hiperakut, akut,
subakut dan kronik.Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanyadisebabkan oleh N
gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N meningitidis.Bentukyang akutbiasanya disebabkan oleh
Streptococcus pneumoniadan Haemophilus aegyptyus.Penyebab yang paling sering pada
bentukkonjungtivitis bakteri subakut adalah H influenzadan Escherichia coli, sedangkan
bentuk kronik paling sering terjadipada konjungtivitis sekunderatau pada pasien dengan
obstruksi duktus nasolakrimalis.
Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata kemudian mengenai mata
yang sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke orang lain. Penyakit inibiasanya terjadi
pada orangyangterlalu sering kontakdengan penderita, sinusitis dan keadaan imunodefisiensi.

Patofisiologi
Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora normal sepertistreptococci,
staphylococcidan jenisCorynebacterium.Perubahan padamekanisme pertahanan tubuh
ataupun pada jumlah koloni flora normaltersebut dapat menyebabkan infeksi
klinis.Perubahan padaflora normal dapatterjadi karena adanya kontaminasi eksternal,
penyebaran dari organ sekitarataupun melalui aliran darah.
Penggunaan antibiotik topikal jangka panjang merupakan salah satu penyebab
perubahan flora normal pada jaringan mata, serta resistensi terhadap antibiotic.
Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah lapisan epitelyangmeliputi
konjungtiva sedangkan mekanisme pertahanan sekundernya adalah sistem imun yang berasal
dari perdarahan konjungtiva, lisozim dan imunoglobulin yang terdapat pada lapisan air mata,
mekanisme pembersihan oleh lakrimasi dan berkedip.Adanyagangguan atau kerusakan
padamekanisme pertahanan ini dapat menyebabkan infeksi pada konjungtiva.

Gejala Klinis(AOA, 2008)
- Injeksi konjungtiva
- Sekret bakteri lebih purulen
- Edema pada kelopak mata
- Tidak ada gangguan visus
- Khas: kelopak mata saling melekat pada pagi hari waktu bangun tidur

Diagnosis
Padasaat anamnesisyang perlu ditanyakan meliputi usia, karena mungkinsaja penyakit
berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh pada pasien yang lebih tua. Pada pasien
yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan penyakit menular seksual dan riwayat
penyakit pada pasangan seksual. Perlu juga ditanyakan durasi lamanya penyakit, riwayat
penyakityang sama sebelumnya, riwayat penyakit sistemik, obat-obatan, penggunaan obat-
obatkemoterapi, riwayat pekerjaanyang mungkin ada hubungannya denganpenyakit, riwayat
alergi dan alergi terhadap obat-obatan, dan riwayat penggunaan lensa-kontak.

Konjungtivitis virus
Konjungtivitis virus dapat disebabkan oleh berbagai jenis virus. Konjungtivitis ini
dapat menyebabkan cacat atau dapat sembuh sendiri, serta dapat lebih lama daripada
konjungtivitis bakteri.

Etiologi dan faktor risiko
Konjungtivitis ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis virus, namun adenovirus
adalah yang terbanyak menyebabkan penyakit ini, dan herpes simplex virusadalah yang
paling membahayakan.Selain itu penyakit ini jugadapat disebabkan oleh virusVaricella
zoster, picornavirus(enterovirus 70,Coxsackie A24), poxvirus, dan human
immunodeficiencyvirus.
Penyakit inisering terjadi pada orangyangseringkontak dengan penderita dan dapat menular
melalui di droplet pernafasan, kontak denganbenda-bendayang menyebarkan
virus(fomites)dan berada di kolam renang yang terkontaminasi.

Gejala Klinis
Pada keratokonjungtivitisepidemicyang disebabkan oleh adenovirusbiasanya dijumpai
demam dan mata seperti kelilipan, mata berairberat dankadang dijumpai pseudomembran.
Selain itu dijumpai infiltratesubepitel kornea atau keratitis setelah terjadikonjungtivitisdan
bertahan selama lebih dari 2 bulan. Biasanya pasien juga mengeluhkan gejala pada saluran
pernafasan atas dangejala infeksi umum lainnya seperti sakit kepala dan demam.

PadakonjungtivitisHerpeticyang disebabkan oleh virus herpes simpleks(HSV)yang
biasanya mengenai anak kecil dijumpai injeksi unilateral, iritasi, sekret mukoid, nyeri,
fotofobia ringan dan seringdisertaikeratitis herpes.
Konjungtivitis hemoragika akutyang biasanya disebabkan oleh enterovirusdan
coxsackie virusmemiliki gejala klinis nyeri, fotofobia, sensasi benda asing, hipersekresi
airmata, kemerahan, edema palpebra dan perdarahan subkonjungtiva dan kadang-kadang
dapat terjadi kimosis.

Diagnosis
Diagnosis difokuskan padagejala-gejala yang membedakan tipe-tipe menurut
penyebabnya.Dibutuhkan informasi mengenai, durasi dan gejala-gejala sistemik maupun
okular, keparahan dan frekuensi gejala,faktor-faktor resiko dan keadaan lingkungan
sekitaruntuk menetapkan diagnosiskonjungtivitis virus (AOA, 2010).Pada anamnesis penting
juga untuk ditanyakan onset, dan juga apakah hanya sebelah mata atau kedua mata yang
terinfeksi.
Konjungtivitis virus sulit untuk dibedakan dengan konjungtivitis
bakteriberdasarkangejala klinisnya dan untuk itu harus dilakukan pemeriksaanlanjutan.

Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergiadalah bentuk alergi pada mata yang paling sering dan
disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtivayang diperantarai oleh sistem imun. Reaksi
hipersensitivitasyang paling seringterlibat pada alergi di konjungtiva adalah reaksi
hipersensitivitas tipe 1.

Etiologi dan Faktor Resiko
Konjungtivitis alergi dibedakan atas lima subkategori, yaitu konjungtivitisalergi musiman dan
konjungtivitis alergi tumbuh-tumbuhan yang biasanyadikelompokkan dalam satu grup,
keratokonjungtivitis vernal, keratokonjungtivitis atopicdan konjungtivitis papilar raksasa.
Etiologi dan factorrisiko pada konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuaidengan
subkategorinya.Konjungtivitisalergi musiman dan tumbuh-tumbuhan biasanya disebabkan
olehalergi tepung sari, rumput, bulu hewan,dan disertai dengan rinitis alergi serta timbulpada
waktu-waktu tertentu.
Vernal konjungtivitis sering disertai dengan riwayat asma, eksema dan rhinitisalergi
musiman.
Konjungtivitis atopik terjadi pada pasien denganriwayatdermatitis atopik, sedangkan
konjungtivitis papilar raksasa pada pengguna lensa-kontak atau mata buatan dari plastik.

Gejala Klinis
Pada konjungtivitisalergi musimandan alergi tumbuh-tumbuhan keluhan utama adalah
gatal, kemerahan, air mata, injeksi ringan konjungtiva,dan sering ditemukan kemosis berat.
Pasien dengan keratokonjungtivitisvernal sering mengeluhkan mata sangatgataldengan
kotoran matayang berserat, konjungtiva tampak putih susu dan banyak papila halus
dikonjungtiva tarsalis inferior.
Sensasi terbakar, pengeluaran sekret mukoid, merah, dan fotofobiamerupakan keluhan
yang paling sering pada keratokonjungtivitis atopik. Ditemukan jupa tepian palpebra yang
eritematosa dan konjungtiva tampakputih susu. Pada kasusyang berat ketajaman penglihatan
menurun.
Sedangkan padakonjungtivitis papilar raksasa dijumpaitanda dan gejala yang
miripkonjungtivitis vernal.
Diagnosis
Diperlukan riwayat alergi baik pada pasien maupun keluarga pasien sertaobservasi
padagejala klinis untuk menegakkan diagnosis konjungtivitis alergi.Gejalayang paling
penting untuk mendiagnosis penyakit ini adalah rasagatalpada mata, yang mungkin saja
disertai mata berair, kemerahan dan fotofobia.

Konjungtivitis J amur
Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicansdanmerupakan
infeksiyang jarang terjadi.Penyakit ini ditandai dengan adanyabercak putih dan dapat timbul
pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun yang terganggu.Selain Candida
sp, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh Sporothrix schenckii, Rhinosporidium serberi,
danCoccidioidesimmitis walaupun jarang.

Konjungtivitis Parasit
Konjungtivitis parasit dapat disebabkan oleh infeksiThelaziacaliforniensis, Loa loa,
Ascaris lumbricoides, Trichinella spiralis, Schistosomahaematobium, Taenia solium dan
Pthirus pubis walaupun jarang.

Konjungtivitis kimia atau iritatif
Konjungtivitis kimia-iritatif adalah konjungtivitis yang terjadi oleh pemajanan
substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis. Substansi-substansi iritan yang masuk
ke sakus konjungtivalis dan dapat menyebabkan konjungtivitis, seperti asam, alkali, asap dan
angin, dapat menimbulkan gejala-gejala berupa nyeri, pelebaran pembuluh darah, fotofobia,
dan blefarospasme.
Selain itu penyakit ini dapat juga disebabkan oleh pemberian obat topikal jangka panjang
seperti dipivefrin, miotik, neomycin, dan obat-obat lain dengan bahan pengawet yang toksik
atau menimbulkan iritasi.
Konjungtivitis ini dapat diatasi dengan penghentian substansi penyebab dan pemakaian
tetesan ringan.

Konjungtivitis lain
Selain disebabkan oleh bakteri, virus, alergi, jamur dan parasit, konjungtivitis juga
dapat disebabkan oleh penyakit sistemik dan penyakit autoimun seperti penyakit tiroid, gout
dan karsinoid.Terapi pada konjungtivitis yang disebabkan oleh penyakit sistemik tersebut
diarahkan pada pengendalian penyakit utama atau penyebabnya.

Konjungtivitis juga bisa terjadi sebagai komplikasi dari acne rosacea dan dermatitis
herpetiformis ataupun masalah kulit lainnya pada daerah wajah.(AOA, 2008).

Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan slit-lamp (Biomicroscopy)
Adalah pemeriksaan yang menggunakan mikroskop berdaya rendah dikombinasikan
dengan sumber cahaya intensitas tinggi yang dapat difokuskan untuk bersinar dalam sinar
tipis. Pemeriksaan dilakukan untuk menilai, terutama kelopak mata, kornea, konjungtiva,
sklera, dan iris. Pemeriksaan dilakukan dari luar lalu d lanjutkan kedalam.
Prosedur yang dilakukansebagaiberikut:
1. Pasien menempelkan dagu dan dahi pada sandaran mikroskop yang ada di depannya
yang berfungsi untuk menjaga kepala tetap stabil selama pemeriksaan
2. Pewarnakuning (fluorescein) digunakan untuk membantu memeriksa kornea dan
lapisan air mata. Cairan ini akan di teteskan atau dengan menyentuhkan strip kertas
berwarna ke sklera. Saat berkedip, air mata berfungsi sebagai pembilas dari pewarna
tersebut.
3. Kemudian tetskan midriatikum yang berfungsi untuk memperluas (membesar)
diameter pupil. Midriatikum bekerja selama kurang lebih 15 sampai 20 menit.
Nilaistrukturmata yang terlihat.
4. Pemeriksaan slit-lamp kemudian diulang menggunakan lensa kecil yang lain diadakan
dekat dengan mata, sehingga bagian belakang mata dapat diperiksa.
Indikasi dilakukan pemeriksaan slit-lamp :
1. katarak
2. traumakornea
3. dry eye syndrome
4. degenerasi macula
5. penyumbatanpembuluh retina
6. retinitispigmentosa
7. uveitis
setelah pemeriksaan, pasien dapat mengeluhsilau (sensitivitascahayameningkat) karena
efek dari midriatikum. Selain itu, dapat juga meningkatkan tekanan mata dengan mual dan
nyeri.

B. Pemeriksaan anteriortanpa slit-lamp

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai mata dan adneksanya dengan menggunakan
pencahayaan yang cukup (tanpa slit-lamp). Yang dinilai adalah :
konjungtiva: adakah tanda inflamasi? Atau adanya pendarahan? Adakah secret?
Kornea: kejernihan ,refleksi mata
Bilik mata anterior :apakah intak?
Iris dan pupil? Apakah bentuknya normal?
Lensa: kejernihan

C. Mikrobiologi test
Pemeriksaan mikrobiologi dilakukan dengan mengkultur bakteri yang berasal dari
discharge mata. Pemeriksaan ini berfungsi untuk identifikasi bakteri penyebab keluhan dan
dapat menentukan antibiotik yang sesuai. Pemerksaan mikrobiologi dilakukan pada penyakit
dengan indikasi infeksi pada mata yang tidak membaik dengan pengobatan sebelumnya yang
diberikan.
Prosedur yang dilakukan:
1. Pemeriksa menggunakan cotton swab steril
2. Swab diusapkan pada permukaan mata atau pada konjungtiva untuk mendapatkan
discharge atau pus
3. Usapkan pada media tanam untuk identifikasi bakteri dan media sensitivitas untuk
menentukan antibiotik yang sesuai.
Normalnya, tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri. Jarang ditemukan resiko tindakan
pada pemeriksaanini, kadang ditemukan nyeri yang dapat tergantung pula pada sensitivitas
nyeri seseorang.

Penatalaksanaan Konjungtivitis
Konjungtivitis Bakteri
Penatalaksanaan

Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen mikrobiologiknya.
Terapi dapat dimulai dengan antimikroba topikal spektrum luas. Pada setiap konjungtivitis
purulen yang dicurigai disebabkan oleh diplokokus gram-negatif harus segera dimulai terapi
topical dan sistemik . Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen, sakus konjungtivalis
harus dibilas dengan larutan saline untuk menghilangkan sekret konjungtiva (Ilyas, 2008).

Konjungtivitis Virus

Penatalaksanaan

Konjungtivitis virus yang terjadi pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa
umumnya sembuh sendiri dan mungkin tidak diperlukan terapi, namun antivirus topikal atau
sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea (Scott, 2010). Pasien
konjungtivitis juga diberikan instruksi hygiene untuk meminimalkan penyebaran infeksi
(James, 2005).

Konjungtivitis Alergi
Penatalaksanaan

Penyakit ini dapat diterapi dengan tetesan vasokonstriktor-antihistamin topikal dan
kompres dingin untuk mengatasi gatal-gatal dan steroid topikal jangka pendek untuk
meredakan gejala lainnya (Vaughan, 2010).
Konjungtivitis J amur

Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicans dan merupakan
infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak putih dan dapat
timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun yang terganggu. Selain
Candida sp, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh Sporothrix schenckii, Rhinosporidium
serberi, dan Coccidioides immitis walaupun jarang (Vaughan, 2010).

Konjungtivitis Parasit

Konjungtivitis parasit dapat disebabkan oleh infeksi Thelazia californiensis, Loa loa,
Ascaris lumbricoides, Trichinella spiralis, Schistosoma haematobium, Taenia solium dan
Pthirus pubis walaupun jarang (Vaughan, 2010).

Konjungtivitis kimia atau iritatif

Konjungtivitis kimia-iritatif adalah konjungtivitis yang terjadi oleh pemajanan
substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis. Substansi-substansi iritan yang masuk
ke sakus konjungtivalis dan dapat menyebabkan konjungtivitis, seperti asam, alkali, asap dan
angin, dapat menimbulkan gejala-gejala berupa nyeri, pelebaran pembuluh darah, fotofobia,
dan blefarospasme.

Selain itu penyakit ini dapat juga disebabkan oleh pemberian obat topikal jangka
panjang seperti dipivefrin, miotik, neomycin, dan obat-obat lain dengan bahan pengawet
yang toksik atau menimbulkan iritasi.

Konjungtivitis ini dapat diatasi dengan penghentian substansi penyebab dan
pemakaian tetesan ringan (Vaughan, 2010).

Konjungtivitis lain

Selain disebabkan oleh bakteri, virus, alergi, jamur dan parasit, konjungtivitis juga
dapat disebabkan oleh penyakit sistemik dan penyakit autoimun seperti penyakit tiroid, gout
dan karsinoid. Terapi pada konjungtivitis yang disebabkan oleh penyakit sistemik tersebut
diarahkan pada pengendalian penyakit utama atau penyebabnya (Vaughan, 2010).

Konjungtivitis juga bisa terjadi sebagai komplikasi dari acne rosacea dan dermatitis
herpetiformis ataupun masalah kulit lainnya pada daerah wajah. (AOA, 2008).

Prognosis
KonjungtivitisAlergi
Karena konjungtivitis alergi umumnya akan hilang dengan mudah, prognosisnya baik. .
Komplikasinya sangat jarang, dengan ulkus kornea atau keratoconus jarang terjadi. Meskipun
konjungtivitis alergi mungkin sering terulang kembali,namun jarang menimbulkan kebutaan.
Konjungtivitis virus
Kebanyakan kasus konjungtivitis virus adalah akut, jinak dan self-limiting disease,
meskipun infeksi kronik ada. Infeksi biasanya sembuh spontan sekitar 2-4 minggu.Infiltrat
subepitelial mungkin tertinggal beberapa bulan dan jika berada di aksis penglihatan, akan
menyebabkan penurunan visus. Komplikasi meliputi: keratitis pungtata dengan infiltrat
subepitel, ulserasi kornea dengan kerato konjungtivitis, dan infeksi kronis.
Keratitis epitel dapat menyertai konjungtivitis virus.

Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis bakteri sangat baik selama tidak ada gejala sisa dan kornea tidak
terkena. Komplikasi berkembang pada pathogen seperti, Chlamydia trachomatis atau N
gonorrhoeae. Komplikasi berlanjut bias terjadi: sepsis dan meningitis dikarenakan N
gonorrhoeae. Infeksi Chlamidia pada bayi barulahir bias mengarah ke pneumonia dan atau
otitis media.

BAB III
PEMBAHASAN

Pasien mengalami mata merah tanpa penurunan visus penglihatan. Diferential diagnosis yang
paling mendekati untuk penyakit yang diderita pasien adalah konjungtivitis. konjungtivitis
dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Bisa disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan lain-
lain seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya. Tidak terjadi penurunan visus
disebablan karena gangguanhanya terjadi pada konjungtiva, dan tidak mengenai media
refraksi.

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Proses terjadinya mata merah dapat disertai dengan atau tanpa penurunan visus. Mata merah
tersebut dapat disebabkan oleh pelebaran atau pecahnya pembuluh darah yang
memvaskularisasi bola mata. Pada sekenario diatas, visus pasien normal (6/6), namun disertai
kelopak mata bengkak dan lengket ketika bangun tidur, sehingga kasus tersebut dapat
dikelompokan sebagai mata merah dengan pengelihatan normal dan kotor/sekret. Rasa gatal
dan berair merupakan tanda bahwa mata telah terpajan oleh corpus alienum yang bersifat
iritan. Mata berair merupakan proses proteksi air mata yang dihasilkan aparatus lakrimalis,
mengandung lisozim sebagai bakterisidal.
Terdapat berbagai macam differential diagnosis untuk kasus ini, diantaranya ialah
konjungtivitis. Konjungtivitis pun dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya oleh
bakteri, virus, jamur serta alergi. Masing-masing faktor memberikan manifestasi klinis yang
khas dan berbeda. Untuk mengetahu lebih lanjut penyebab konjungtivitis, harus dilakukan
pemeriksaan penunjang, salah satunya melalui pemeriksaan mikrobiologi, sehingga terapi
yang kelak diberikan sesuai dengan faktor pencetusnya.

Você também pode gostar