Você está na página 1de 31

Bambang Sigit Riyanto

Subbag Respirologi dan Penyakit Kritis Paru,


Bagian Ilmu Penyakit Dalam
FK UGM/ RSUP DR Sardjito

PENDAHULUAN
Prevalensi nyeri dada dalam populasi berkisar 10-30%.
Merupakan keluhan utama 1-2% pasien rawat jalan.
Kasus nyeri dada di UGD > 50% disebabkan penyakit
kardiovaskular (infark miokard, angina, emboli paru, dan
gagal jantung).
Kasus nyeri dada di IRJ disebabkan oleh non kardial
(muskuloskeletal, gastrointestinal, gangguan psikologis,
dan penyakit paru) dan < 20% kasus merupakan
penyebab kardial.
Penting membedakan nyeri dada kardial dengan non
kardial perbedaan tatalaksana dan prognosis

NYERI DADA NON KARDIAL


Nyeri retrosternal menyerupai angina dengan

penyebab berasal dari non kardial.

Penyebab nyeri dada non


Gastrointestinal : spasm esofageal, esofagitis dan refluks
kardial
gastroesofageal, ulkus peptikum, pankreatitis, kolesistitis

Muskuloskeletal (15% kasus) cervical discopathy, fraktur


iga, inflamasi otot
Gangguan psikologis
Pulmonal emboli paru, infark paru, pneumonia, pleuritis,
pneumothorax
Vaskular diseksi aorta, aneurisma aorta, penyakit
cerebrovaskular
Infeksi kostokondritis, herpes zooster
Hematologi anemia, krisis sel sabit
Reflux gastroesofageal penyebab nyeri dada non kardal
terbanyak, prevalensi 21-60%

Epidemiologi
Prevalensi nyeri dada non kardial pada populasi
keseluruhan sekitar 25%.
Prevalensinya menurun dengan bertambahnya usia.
Wanita < 25 tahun dan usia 45-55 tahun prevalensi
tertinggi.
Wanita juga lebih sering mendatangi unit gawat darurat
dibandingkan laki-laki.
Penderita yeri dada non kardial berusia lebih muda, lebih
sedikit gejala tipikal, konsumsi alkohol dan merokok lebih
banyak, cenderung cemas dan mempunyai rekam
jantung normal.

PROGNOSIS
anya sedikit pasien dengan nyeri dada non kardial
H
yang pada akhirnya mengalami penyakit jantung
koroner dan penyakit kardiovaskuler lainnya.
Sebagian besar pasien nyeri dada non kardial
mengalami episode nyeri dada jangka panjang.
7
5%
pasien nyeri dada non kardial melaporkan adanya
nyeri dada setelah 11 tahun kemudian.
asien nyeri dada non kardial mengalami gangguan
P
status fungsional dan menggunakan sumber daya
pelayanan kesehatan karena keluhan nyeri dadanya.

Evaluasi nyeri dada non


1.
Singkirkan
kemungkinan penyebab penyakit jantung
kardial
koroner.
2. Cari penyebab nyeri dada non kardial (terbanyak

adalah reflux gastroesofageal).


3. Tegakkan diagnosa berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

SPASME ESOFAGEAL
Definisi: kontraksi otot yang nyeri yang mempengaruhi
esofagus.
Gejala: nyeri dada tiba-tiba, dapat berlangsung dalam
menit hingga jam, menimbulkan gangguan makan dan
minum. adanya obyek yang tersangkut di dalam
kerongkongan.

Penyebab:
makanan/minuman sangat dingin atau sangat
panas, GERD dan anxietas.
Pengobatan
: hindari makanan atau situasi yang menimbulkan
spasm esofageal. Bila tidak membaik dapat diberikan obatobat dasar penyakit seperti GERD, depresi, anxietas,
pengobatan untuk merilekskan otot esofagus dan bedah.

ESOFAGITIS

Definisi: keadaan dimana mukosa esofagus mengalami


peradangan secara akut maupun kronis.

Penyebab:
luka bakar karena zat kimia yang bersifat korosif
seperti asam kuat, basa kuat dan zat organik, infeksi virus
herpes zoster/ herpes simpleks, infeksi jamur candida.

Faktor
predisposisi: makanan berlemak, berbumbu,asam,
cokelat, kopi, alkohol dan kelebihan berat badan.

Gejala-gejala: odinofagia berat, demam, keracunan dan


kemungkinan perforasi esofagus disertai infeksi
mediastinum dan kematian.
Pengobatan: sesuai penyebabnya.

ULKUS PEPTIKUM
efinisi: penyakit saluran gastrointestinal atas yang
D
berhubungan dengan sekresi asam lambung bersama
gastritis dan erosi lambung.

Ada 3 kategori yaitu, ulkus peptikum karena infeksi


bakteri Helicobacter pylori (HP), ulkus peptikum
akibat induksi dari obat-obatan antiinflamasi
nonsteroid (AINS), dan ulkus peptikum akibat
stres/ketegangan ulkus atau stress-related mucosa
damaged (SRMD)

Ulkus peptikum
Faktor resiko: usia > 60 tahun, riwayat ulkus

peptikum sebelumnya, riwayat pendarahan saluran


gastrointestinal atas, terapi kortikosteroid, OAINS ,
antikoagulan atau koagulopati, kerusakan organ
kronis (misalnya; gagal jantung atau gagal ginjal)
Faktor resiko pendukung: penggunaan AINS yang
berhubungan dengan dispepsia, durasi penggunaan
AINS, infeksi HP, reumatoid arthritis.

Faktor resiko yang masih diragukan kebenarannya:


kebiasaan merokok dan atau konsumsi alkohol.

Ulkus peptikum
Gejala: rasa terbakar, kembung, perasaan perut

penuh,
nyeri malam hari pukul 12 malam- 3 pagi, mulas,
bersendawa, dan kembung yang sering disertai rasa
nyeri, mual, muntah dan anoreksia lebih sering terjadi
pada pasien ulkus lambung dibanding ulkus
duodenum.
Pengobatan: PPIs, H2RAs, mengganti jenis AINS
nonselektif dengan AINS yang selektif COX-2 ,
modifikasi diet, modifikasi gaya hidup,kurangi stres,
stop merokok.

KOLESISTITIS
Definisi: radang kandung empedu yang disertai

keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas


badan.

Faktor
resiko: wanita 2x lebih besar dari laki-laki, usia
> 40 tahun, obesitas, hiperlipidemia, diet rendah
serat,
obat antihiperlipidemia (clofibrate), penyakit lain
(seperti fibrosis sistik, diabetes mellitus, sirosis hati,
pankreatitis dan kanker kandung empedu).

KOLESISTITIS

Tanda dan gejala: sakit perut sisi kanan atas hilang

timbul ,berpindah-pindah, mual, muntah, perut terasa


kembung, kulit berwarna kuning, demam.

PANKREATITIS
Definisi: peradangan pada pankreas, organ yang

mengeluarkan enzim pencernaan dalam saluran


pencernaan, dan sekaligus mensintesis dan
mensekresi insulin dan glukagon.
Penyebab: batu empedu yang menyebabkan
peradangan pada pankreas, trauma perut, infeksi,
tumor, dan kelainan genetik pankreas
Gejala: nyeri perut atas meluas sampai ke bagian
belakang perut, mual, muntah, demam

PANKREATITIS

Komplikasi:
gagal jantung, paru-paru, atau ginjal. Jika
terjadi pendarahan di pankreas, mengakibatkan shock
bahkan kematian penderita.

Pengobatan:
antibiotik, analgesik, pada kasus berat
memerlukan bantuan pemberian makan nasogastrik,
pengankatan batu empedu,, teknik pengobatan ERCP
(endoscopy retrograde cholangio pancreatography)

COSTOCHONDRITIS
efinisi: suatu peradangan pada tulang rawan yang
D
menghubungkan tulang rusuk dengan tulang dada,
sebuah persimpangan yang dikenal sebagai sendi
costosternal.

Penyebab:
Cedera, angkat berat dan olahraga berat,
arthritis, infeksi, tumor.
Pengobatan: biasanya hilang dengan sendirinya,
analgesik , mencakup latihan peregangan dan
stimulasi, suntikan obat mati rasa dan kortikosteroid
langsung ke dalam sendi.

MYOSITIS

Definisis: peradangan pada otot penggerak tubuh.

Penyebab:
infeksi, penyakit autoimun, obat, latihan,

penyakit kronis.

Gejala: nyeri, kelemahan saat berjalan atau berdiri,


jatuh, sulit bernafas atau menelan.

Pengobatan: kortikosteroid, medikamentosa, terapi


fisik, latihan, terapi panas, alat bantu , dan istirahat

EMBOLI PARU DAN INFARK


PARU

Definisi:
keadaan terjadinya obstruksi sebagian atau
total sirkulasi arteri pulmonalis atau cabang cabang
akibat tersangkutnya emboli thrombus atau emboli
yang lain.
Penyebab: emboli tumor, amnion, udara, lemak,
sumsum tulang, fokus septik( endokarditis).
Gejala: sesak makin bertambah berat, nyeri dada,
hemoptisis , hipotensi atau circulatory collapse, batuk,
bengkak atau nyeri pada ekstremitas bawah.

EMBOLI PARU DAN INFARK


PARU
Pengobatan: perbaiki keadaan umum, terapi
antikoagulan, terapi trombolitik, venous interruption,
embolektomi.

PNEMONIA
Definisi: peradangan parenkim paru.

Penyebab:
infeksi virus (virus RSV dan influenza A &

B), bakteri (Streptococcus pneumoniae, Haemophilus


influenzae, Staphylococcus aureus, Mycoplasma
pneumoniae).
Gejala: Demam tinggi, kelesuan bera, nafas terasa
berat dan terengah-engah, dada terasa sakit, batuk
disertai dahak kuning/ hijau
Pada pneumonia berat, bibir dan kuku berwarna
kebiruan (sianosis) sebagai tanda kekurangan oksigen.

PNEMONIA
Pengobatan: antibiotik (cephalosporins kedua dan

ketiga, amoxicillin dan clavulanic acid,


fluoroquinolones (levofloxacin [Levaquin],
moxifloxacin-oral [Avelox], gatifloxacin-oral [Tequin],
dan sulfamethoxazole dan trimethoprim [Bactrim,
Septra]).
Pencegahan: imunisasi pneumonia, berhenti
merokok.

PNEUMOTHORAX
Definisis: adanya udara dalam rongga pleura.

Penyebab: robekan pleura atau terbukanya dinding

dada, trauma tusuk pneumothorak disertai


hemotorak.

Gejala:
sesak nafas progressif sampai sianosis gejala
syok.

Pengobatan: tindakan medis, dekompresi, tindakan


bedah (reseksi, pleurodesis).

DISEKSI AORTA
Definisi: aliran darah yang mengisi lumen aorta

sebenarnya (true lumen) menyusup, mengisi, hingga


mengalir di lumen palsu dari dinding aorta yang
terbentuk dari robekan tunika intima hingga tunika
media dari dinding aorta tersebut (false lumen).
Etiologi: disrupsi intima (robekan primer), trauma
iatrogenic pada intima aorta, transeksi aorta akibat
trauma.

Pengobatan:
tindakan operatif, kontrol tekanan darah

ANEURISMA AORTA
Definisi: kondisi medis yang ditandai dengan

pelemahan dan penonjolan pada daerah aorta


abdominalis.
Penyebab: infeksi, kelainan jaringan ikat, trauma.
Gejala: nyeri perut menusuk hingga punggung,
denyutan di perut, perdarahan berat hingga syok.
Pengobatan: pembedahan

PENYAKIT
CEREBRO
Definisi: sekelompok disfungsi otak yang
VASKULA
berhubungan
dengan penyakit pembuluh darah yang
mensuplai otak.
R
Penyebab: hipertensi, DM

Gejala:
stroke termasuk : pening, tidak sadar, nausea,
muntah, sakit kepala, tekanan dalam kepala, kebas,
lemah atau paralisis, hilangnya keseimbangan dan
koordinasi, gangguan bicara, hilangnya penglihatan,
paralisis salah satu sisi wajah, kebingungan, kesulitan
memahami atau bicara.

FRAKTUR IGA
Definisi: terputusnya kontinuitas jaringan tulang /

tulang rawan yang disebabkan oleh ruda paksa pada


spesifikasi lokasi pada tulang costa.
Penyebab: trauma tumpul, trauma tembus, non
trauma (gerakan olahraga seperti lempar martil, soft
ball, tenis, golf).

Gejala:
Nyeri tekan dada, gerakan paradoksal, sesak
nafas, nafas dengan cepat, dangkal dan tersendat,
nyeri tajam pada daerah fraktur
Pengobatan: analgetika,

RINGKASAN
Prevalensi nyeri dada dalam populasi berkisar 10-

30%.
Merupakan keluhan utama 1-2% pasien rawat jalan.
Kasus nyeri dada di UGD > 50% disebabkan
penyakit kardiovaskular (infark miokard, angina,
emboli paru, dan gagal jantung).
Penting membedakan nyeri dada kardial dengan non
kardial perbedaan tatalaksana dan prognosis

Sebagian
besar pasien nyeri dada non kardial mengalami
episode nyeri dada jangka panjang.

RINGKASAN
Penyebab nyeri dada non kardial

Gastrointestinal : spasm esofageal, esofagitis dan refluks

gastroesofageal, ulkus peptikum, pankreatitis, kolesistitis


Muskuloskeletal (15% kasus) cervical discopathy, fraktur iga,
inflamasi otot
Gangguan psikologis
Pulmonal emboli paru, infark paru, pneumonia, pleuritis,
pneumothorax
Vaskular diseksi aorta, aneurisma aorta, penyakit cerebrovaskular
Infeksi kostokondritis, herpes zooster
Hematologi anemia, krisis sel sabit
Reflux gastroesofageal penyebab nyeri dada non kardal

terbanyak, prevalensi 21-60%

RINGKASAN
Dengan analisis melalui anamnesis yang adekuat,

pemeriksaan yang cermat, dokter dapat menetapkan


nyeri dada merupakan nyeri dada kardiak atau non
kardiak.

Evaluasi
jangka pendek harus dilakukan untuk menilai
kemajuan dan kemungkinan salah diagnosis, sehingga
langkah selanjutnya dapat dilakukan.

Você também pode gostar