Você está na página 1de 71

Analisis Asetaminofen (Paracetamol)

14.47 LANSIDA No comments


Asetaminofen yang sering disebut orang dengan istilah Paracetamol merupakan
golongan obat antipiretik-analgesik paling laku dan dianggap paling aman digunakan.
Namun demikian analisis parasetamol untuk penetuan kontrol kualitas, uji
farmakokinetik maupun penetapan waktu kedaluwarsa sangat diperlukan.
Metode analisis bisa menggunakan metode TLC (Thin Layer Chromatography) maupun
HPLC (High Performance Liquid Chromatography). Cara penetapan kadar
parasetamol metode HPLC lengkap dengan kondisi operasional dan cara preparasi
sampelnya adalah sebagai berikut :

Kolom : Hypercarb (10 cm x 0,46 cm i.d., yang dikemas dengan karbon grafit
porous berukuran partikel 7 mikron).
Fase gerak : asetonitril - bufer kalium fosfat 0,05 M (pH 5,5) (80:20 v/v) dan
dihantarkan secara isokratik.
Kecepatan alir fase gerak : 1,0 mL/menit.
Volume injeksi : 20 L
Detektor : UV 244 nm

Dengan system diatas, asetaminofen dapat terpisah dengan senyawa-senyawa yang


terkait (4-aminofenol dan 4-klorasetanilid) dengan kromatogram seperti ini :

Pemisahan 4-aminofenol, parasetamol, dan 4-kloroasetanilid dengan sistem di atas. Puncak 1= 4aminofenol, puncak 2 = parasetamol, dan puncak 3 = 4-kloroasetanilid.

Bila menggunakan metode TLC, preparasi dan kondisi operasinya sebagai berikut :
Fase diam : Silika gel
Fase gerak : Heksan-aseton (75: 25)
Deteksi
: UV
Penyiapan sampel:
Sebanyak 1 g sampel dipindahkan ke dalam tabung sentrifus gelas 15 mL bertutup
rapat lalu ditambah dengan 5 mL eter, digojog selama selama 30 menit, kemudian
disentrifus selama 15 menit pada 1000 rpm.
Analisis campuran Asetaminofen, Kafein dan Dehidrokodein Fosfat
(dalam Sediaan Tablet)
Kondisi operasional alat instrumen HPLC menjadi seperti berikut :

Kolom : Chemcosorb 7-ODS-H ( 250 mm x 4,6 mm i.d; ukuran partikel 5 m).


Kolom diatur suhunya pada 400C.
Fase gerak : metanol-larutan natrium 1-heptansulfonat 5 mM dalam air (2: 3)
yang mengandung asam asetat 0,5 ml/L secara isokratik.
Kecepatan alir fase gerak : 0,7 mL/menit.
Volume injeksi : 20 L
Detektor : UV 286 nm

Dengan sistem ini, asetaminofen, kafein, dan dehidrokodein fosfat dapat terpisah
dengan baik menjadi seperti berikut :

Jenis kromatogram asetaminofen (1), kafein (2), dehidrokodein fosfat (3), dan
fenasetin (4) dalam larutan standar (a) dan dalam ekstrak sediaan tablet (b).
Preparasi sampel:
Sebanyak 20 tablet ditimbang secara seksama lalu diserbuk halus. Sejumlah tertentu
serbuk yang setara dengan 450 mg asetaminofen, 60mg kafein anhidrat, dan 9 mg
dihidrokoein fosfat ditimbang secara seksama lalu dipindahkan ke dalam labu takar
50,0 mL dan diencerkan sampai batas tanda dengan metanol. Larutan selanjutnya
diperlakukan dalam suatu penangas ultrasonik selama 30 menit. Setelah sentrifugasi
selama 5 menit pada 2000 xg, sebanyak 5,0 mL supernatan ditambah dengan 5 ml
larutan standar internal fenasetin yang berkonsentrasi 1 mg/mL. Larutan selanjutnya
diencerkan sampai 50,0 mL dengan fase gerak.
Analisis Campuran Asetaminofen, Kafein dan Kodein Fosfat.
(Dalam sediaan tablet)
Untuk paracetamol dalam bentuk campuran dengan kafein dan codein phosphat,
kondisi operasional alat menjadi seperti berikut :

Kolom : Bondapack C8 ( 250 mm x 4,6 mm i.d; ukuran partikel 5 m), yang


dilengkapi dengan kolom pengaman Bondapak C18 10 mikron.
Fase gerak : KH2PO4 0,01 M-metanol-asetonitril-isopropil alkohol (420: 20: 30:
30) dan dihantarkan secara isokratik.
Kecepatan alir fase gerak : 1,0 mL/menit.
Volume injeksi : 20 L
Detektor : UV 215 nm

Dengan sistem seperti ini, asetaminofen dapat terpisah dengan baik dari kafein dan
kodein fosfat dalam waktu kurang dari 10 menit seperti gambar berikut :

Kromatogram kodein fosfat (I), parasetamol (II), dan kodein fosfat (III)
dalam suatu formulasi tablet analgesik-antipiretik dengan menggunakan sistem
kromatografi di atas.
Preparasi sampel:
Sebanyak 20 tablet yang mengandung parasetamol, kafein, dan kodein fosfat
ditimbang secara seksama lalu diserbuk dalam mortir. Sejumlah tertentu serbuk yang
setara dengan parasetamol (500 mg), kafein (15 mg), dan kodein fosfat (10 mg)
ditimbang secara seksama lalu dilarutkan dalam 50 mL fase gerak dalam labu takar
100 mL. Setelah dijaga selama 5 menit dalam penangas ultrasonik, larutan ditepatkan
sampai 100 mL. Sebanyak 5,0 mL larutan ini disaring melalui penyaring 0,45 mikron
lalu diencerkan 10 kali dengan fase gerak dan diinjeksikan ke dalam sistem
kromatografi.

Spektroskopi IR (Infra Merah)

A. Bruker Optics
Spektroskopi infra merah digunakan secara luas untuk analisis secara kualitatif dan analisis secara
kuantitatif. Penggunaan yang paling penting dari spektroskopi infra merah adalah untuk identifikasi
senyawa organic, karena spektrumnya sangat kompleks yang terdiri dari banyak puncak-puncak
serapan. Spektrum infra merah dari senyawa organic mempunyai sifat-sifat fisik yang karakteristik,
artinya kemungkinan bahwa dua senyawa mempunyai spectrum yang sama adalah sangat kecil, kecuali
senyawa isomer optic. Penemuan IR Cahaya:

Wilhelm menganalisis spektrum sinar matahari. Dia menciptakan spektrum dengan mengarahkan
cahaya matahari melalui prisma.
Ia mengukur kemampuan pemanasan setiap warna dengan menggunakan termometer.
Ia menemukan bahwa daerah dekat dengan bagian merah memiliki kemampuan pemanasan tertinggi
semua.
Dia menyimpulkan bahwa harus ada semacam cahaya yang berbeda di luar merah bagian dari
spektrum. Jenis cahaya dikenal sebagai cahaya "inframerah".

Daerah peresapan infra merah (IR) dapat dibagi menjadi 3 bagian :


1. 4000-1300 cm-1 (2,5-7,7 m) : Functional group region (OH, NH, C=O)
2. 1300-909 cm-1 (7,7-11,0 m) : Finger print region, interaksi, vibrasi pada keseluruhan molekul
3. 909-650 cm-1 (11,0-15,4 m) : Aromatic region, out-of-plane C-H and ring bending absorption
a. Daerah Frekuensi Gugus Fungsional Terletak pada daerah radiasi 4000-1400 cm-1. Pita-pita absorpsi
pada daerah ini utamanya disebabkan oleh vibrasi dua atom, sedangkan frekuensinya karakteristik
terhadap massa atom yang berikatan dan konstanta gaya ikatan.
b. Daerah Fingerprint Daerah yang terletak pada 1400-400 cm-1. Pita-pita absorpsi pada daerah ini
berhubungan dengan vibrasi molekul secara keseluruhan. Setiap atom dalam molekul akan saling
mempengaruhi sehingga dihasilkan pita-pita absorpsi yang khas untuk setiap molekul. Oleh karena itu,
pita-pita pada daerah ini dapat dijadikan sarana identifikasi molekul yang tak terbantahkan.

Supaya terjadi peresapan radiasi inframerah, maka ada beberapa hal yang perlu dipenuhi, yaitu :
1. Absorpsi terhadap radiasi inframerah dapat menyebabkan eksitasi molekul ke tingkat energi vibrasi yang
lebih tinggi dan besarnya absorbsi adalah terkuantitasi
2. Vibrasi yang normal mempunyai frekuensi sama dengan frekuensi radiasi elektromagnetik yang diserap
3. Proses absorpsi (spektra IR) hanya dapat terjadi apabila terdapat perubahan baik nilai maupun arah dari
momen dua kutub ikatan

Spektrum peresapan IR merupakan perubahan simultan dari energi vibrasi dan energi rotasi dari
suatu molekul. Kebanyakan molekul organik cukup besar sehingga spektrum peresapannya kompleks.
Konsep dasar dari spektra vibrasi dapat diterangkan dengan menggunakan molekul sederhana yang

terdiri dari dua atom dengan ikatan kovalen.Halhal yang dapat mempengaruhi jumlah resapan
maksimum secara teoritis adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

Frekuensi vibrasi fundamental jatuh di luar daerah 2,515 m


Resapan terlalu lemah untuk diamati
Beberapa resapan sangat berdekatan hingga tampak menjadi satu
Beberapa resapan dari molekul yang sangat simetris, jatuh pada frekuensi yang sama
Vibrasi yang terjadi tidak mengakibatkan terjadinya perubahan dipole moment dari molekul
Macam-macam Vibrasi
1. Vibrasi Regangan (Streching): vibrasi ini, atom bergerak terus sepanjang ikatan yang
menghubungkannya sehingga akan terjadi perubahan jarak antara keduanya,walaupun sudut ikatan
tidak berubah. Vibrasi regangan ada dua macam, yaitu:

a. Regangan Simetri, yaitu unit struktur bergerak bersamaan dan searah dalam satu bidang datar.
b. Regangan Asimetri, yaitu unit struktur bergerak bersamaan dan tidak searah tetapi masih dalam satu
bidang datar.
2. Vibrasi Bengkokan (Bending) : Jika sistem tiga atom merupakan bagian dari sebuah molekul yang lebih
besar, maka dapat menimbulkan vibrasi bengkokan atau vibrasi deformasi yang mempengaruhi osilasi
atom atau molekul secara keseluruhan.

Spektra IR memberikan informasi


tentang jenis gugus fungsional yang terdapat dalam suatu senyawa sehingga dapat di
perkirakan gugus apa saja yang terkandung di dalamnya. Inframerah mempunyai yang lebih
panjang dibanding UVVis, sehingga tenaga radiasinya lebih kecil. Tenaga infra merah n y a
dapat menyebabkan vibrasi ikatan pada molekul. E n e r g i v i b r a s i d a r i kebanyakan
molekular adalah berhubungan dengan infra merah dari elektro magnetic. Bila sinar infra
merah dilewatkan melalui senyawa organik maka sebagian dari frekuensi sinar diserap, dan yang
lain diteruskan ataupun ditransmisikan. Frekuensi adsorbsi IR dilaporkan sebagai bilangan
gelombang atau wave number yaitu jumlah gelombang per-cm. Bagian utama dari spektro
fotometri infra merah adalah sumber cahaya infra merah, monokromator, dan detector, seperti
gambar disamping. Spektra yang akan diinterpretasikan harus memenuhi persyaratan berikut :
1. Resapan satu sama lainnya harus terpisah dan mempunyai intensitas yang memadai
2. Spektra harus berasal dari zat murni
3. Spektrofotometer harus dikalibrasi
4. Tehnik preparasi sampel harus nyata, selain itu posisi resapan, bentuk, dan tingkat intensitas sering
membantu karna spesifik untuk gugus tertentu
Bagian pokok dari Instrumentasi spektrometer inframerah adalah sumber cahaya inframerah,
monokromator dan detektor. Cahaya dari sumber dilewatkan melalui cuplikan, dipecah menjadi
frekuensi-frekuensi individunya dalam monokromator dan intensitas relatif dari ferkuensi individu
diukur oleh detektor. Sumber yang paling umum digunakan adalah merupakan batang yang dipanaskan
oleh listrik yang berupa :
1. Nernst glower (campuran oksida dari Zr, Y, Er, dsb).
2. Globar (silicon karbida)
3. Berbagai bahan keramik

Membandingkan transmisi dan pengukuran ATR dari lapisan 3 film


Pemeriksaan cepat menunjukkan bahwa lapisan atas dan bawah adalah berbeda senyawa dan spektrum
transmisi berisi band dari ketiga lapisan. Kemampuan untuk menganalisis hanya permukaan sampel

misalnya lapisan pada tablet, pelumas pada terintegrasi papan sirkuit, dan tipis film polimer. Teknik ATR
adalah metode surfacesensitive.

Analisis Kualitatif: Karena perubahan fisika dan kimia yang mungkin terjadi pada proses penyiapan
sampel, maka bila spektra yang dibandingkan tidak identik, maka sebelum diambil kesimpulan harus
dilakukan test berikut :
a.

Ulangi penetapan dengan melakukan rekristalisasi baik terhadap sampel maupun standar dengan
menggunakan pelarut yang sama
b. Larutkan sampel dengan pelarut yang cocok, lalu ukur resapan menggunakan pelarut sebagai blangko.
Bandingkan dengan standar yang dengan cara yang sama
Analisis Kuantitatif: Jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan sebagainya) yang
diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat
dan tebal larutan. Rumus: A= a . b . c atau A = . b . c
Dimana:
A = absorbansi
b atau terkadang digunakan l = tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga umumnya 1 cm)
c = konsentrasi larutan yang diukur

= tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur


dalam molar)
a = tetapan absorptivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam ppm).
Untuk mengatasi kesalahan pada pemakaian spektrofotometer UV-Vis maka perlu dilakukan kalibrasi
blangko. Penentuan kalibrasi dilakukan sebagai berikut:

1. Dilakukan dengan larutan blangko (berisi pelarut murni yang digunakan dalam sampel) dengan kuvet
yang sama.
2. Setiap perubahan panjang gelombang diusahakan dilakukan proses kalibrasi.
3. Proses kalibrasi pada pengukuran dalam waktu yang lama untuk satu macam panjang gelombang,
dilakukan secara periodik selang waktu per 30 menit. Dengan adanya proses kalibrasi pada
spektrofotometer UV-Vis ini maka akan membantu pemakai untuk memperoleh hasil yang kaurat dan
presisi.

B. Sebuah kelas baru FT-IR Spectrometer: Memperkenalkan ALPHA.


ALPHA melengkapi produk Bruker Optik FT-IR, Bruker Optik ini menawarkan jangkauan luas
Spektrometer FT-IR, dimana dari dunia terkecil sampai yang tertinggi di dunia resolusi. Pada ukuran
lembar kertas A4, jejak kecil dari instrumen FT-IR membuatnya cocok untuk kontrol kualitas. Alpha,
dalam kombinasi dengan Bruker Opus / Mentor perangkat lunak Optik dan perpustakaan inframerah
yang luas, menyediakan mudah digunakan solusi turnkey. Zat yang tidak diketahui dapat diidentifikasi
dalam hitungan detik. Interferometer Alpha didasarkan pada desain RockSolid Bruker Optik ', yang
digunakan di kedua laboratorium dan spektrometer proses kasar. Alpha ini juga tidak sensitif terhadap
getaran, sehingga dapat ditempatkan di mana saja, dapat dipindahkan dan segera operasional tanpa
memerlukan keselarasan.
Alpha benchtop merupakan perangkat lunak spektrometer FT-IR terkecil di dunia, dimana
evisiensi tempat dalam laboratorium sangat minim, yang hanya memakan 22 cm dengan 30 ruang cm
(sekitar 8 "dengan 11"). Selain itu ALPHA juga ringan, hanya dengan berat sekitar 7 kg (sekitar 13 lbs).
Dengan Standar resolusi 2 cm-1, Opsional resolusi 1 cm-1, Spectral range 375 - 7500 cm-1.
Alpha ini menawarkan penuh FT-IR fleksibilitas sampling. Modul QuickSnap User-tukar
pengambilan sampel memungkinkan analisis hampir semua jenis sampel - padatan, cairan atau gas.
Transmisi, refleksi eksternal dan dilemahkan jumlah refleksi (ATR) FT-IR aksesoris sampling yang tersedia
dengan antarmuka QuickSnap. Platinum ATR Alpha modul sampling menggabungkan aplikator satu jari
tekanan untuk pengambilan sampel ATR lebih cepat dan lebih direproduksi. ATR Platinum dirancang
untuk memudahkan pembersihan, dengan aplikator tekanan yang dapat diputar 360 untuk
menyediakan pengguna dengan terhalang akses ke area sampling. Alpha menjadikan FT-IR merupakan
analisis sederhana. Perangkat lunak Opus / Mentor, dengan antarmuka pengguna yang mudah dan
intuitif, memandu operator melalui semua langkah analisis. Antarmuka pengguna dapat disesuaikan
untuk aplikasi khusus atau percobaan

Parasetamol memiliki struktur molekul sebagai berikut:

Rumus molekul : C8H9NO2


Berat molekul : 151
Nama kimia dari Parasetamol

adalah 4-hydroxyacetanilide, p-hydroxyacetanilide, p-acetamidophenol, p-acetaminophenol, Nacetyl-p-aminophenol


sifat fisika dan kimia

Titik lebur dari Parasetamol adalah sekitar 1400C


Kelarutan Parasetamol adalah etanol 1:10, etanol (95%) 1:7, methanol 1:10, aceton 1:13,
propilen glikol 1:9.

Gugus fungsi yang terdapat dalam senyawa Prasetamol antara lain:

Fenol,
amin
sekunder,
metil
Ikatan kovalen C-C, C=C,C=O,C-H
Ikatan hidrogen O-H, N-H

Dimana metode reaksi pendahuluan dan gugus fungsi yang dapat dilakukan terhadap senyawa
parasetamol adalah sebagai berikut :
Reaksi pendahuluan

Prinsip : pembentukan endapan berwarna


Zat : X mg (parasetamol)
Pelarut : CHCl3, NH4OH, HCl

Prosedur : pada zat tambahkan CHCl3 dan NH4OH, kocok. Lapisan CHCl3 diuapkan dan
ditambahkan HCl 0,5 N, kemudian ditambahkan reagen:
a) Dragendrof : endapan coklat merah
b) Bouchardat : endapan coklat merah
c) Mayer : endapan kunung putih
Gugus Amin sekunder

Prinsip : pembentukan warna (kalorimetri)


Zat : 10 mg Parasetamol
Pelarut : HCl, Na Nitrit, Air, Eter
Prosedur : pada zat tambahkan 2 ml asam klorida encer, 2 ml larutan natrium nitrit, sesudah lima
menit tambahkan 5 ml air dan 10 ml eter, kocok. Kumpulkan fasa eter dan uapkan. Pada residu,
tambahkan 50 mg fenol panaskan, tambahkan 1 ml asam sulfat pekat, terbentuk warna biru,
tuangkan dalam sejumlah air, warna menjadi merah dan jika dibasakan warna menjadi biru
kembali.
Perubahan : warna merah
Gugus Fenol

Prinsip : pembentukan warna dan endapan


Zat : X mg (parasetamol)
Pelarut/pereaksi : Millon, air brom, NaOH, asam sulfanilat, FeCl3, asam sulfanilat, Na nitrit
Prosedur:

Reaksi millon : pada zat tambahkan pereaksi millon, terbentuk warna merah
Pada larutan zat atau beberapa mg zat, teteskan larutan FeCl3, terbentuk warna ungu
Pada larutan zat, tambahkan peraksi air brom, terjadi endapan (reaksi substitusi)
Reaksi diazosulfanilat : pada 10 mg zat atau larutannya, tambahkan 1 ml larutan NaOH encer, 4
ml larutan asam sulfanilat dan 4 ml larutan natrium nitrit, terbentuk warna merah

(cara cepat identifikasi obat)

DATA SPEKTROFOTOMETRI

Spektofotometri Infra Merah


Senyawa parasetamol memiliki gugus fungsi yang dapat mengalami vibrasi dan rotasi saat dikenai sinar
infra merah pada bilangan gelombang tertentu, gugus fungsi tersebut diantaranya:

Bilangan gelombang (cm-1)


1650
3326
3162

Ikatan yang menyebabkan absorbsi


Regang C=O
Regang N-H
Regang O-H

Sehingga Spektrofotometri Infra Merah dapat digunakan sebagai metode analisis senyawa
parasetamol. Spektrum infra merah senyawa parasetamol sebagai berikut :

Infrared spectrum of acetaminophen (KBr p e l l e t )


Spektrofotometri massa

m/e: 152, 153 dan 151


gambar spektrum:

MITOKONDRIA

Mengenai Saya

milan el ikhwan
tangerang, tangerang, Indonesia

Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.

laskar wong kito

at 1000 islands

cita-cita

Categories
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o

analisa kualitatif dan kuantitatif (7)


Dirosatul asanid (2)
DIWAN IMAM SYAFI'I (7)
farmakoterapi (2)
kimia analisa (1)
kimia medisinal (1)
mahkota sufi (7)
parasitologi dan mikrobiologi (1)
pharmaceutika (1)
pharmacy (5)
PINTU- PINTU PAHALA DAN PENGHAPUS DOSA (3)
prakktikkum analisis instrument (8)
prakktikum analisis instrument (1)
praktikum anatomi dan fisiologi manusia (1)
praktikum biologi dasar (1)
praktikum farmakologi (1)
praktikum kimia analitik (2)
praktikum kosmetologi (10)
praktikum parasitologi (1)
praktikum pharmaceutika (2)
SERBA serbi (6)
shalat lengkap (4)
SuArA hAtI (3)
syarah arbain nawawiyah (6)
takhrij al-hadist (6)

Archives
o

12 (89)
Mei (60)

Juni (29)
Jun 02 (18)
Jun 05 (11)
kasus hipertensi
modul praktikum kimia instrument
Pembuatan Body Scrub Ekstrak Madu
SEDIAAN LIPSTICK
Pembuatan Sabun Transparan dengan Menggunakan Ekst...
PEMBUATAN SHAMPOO DENGAN EKSTRAK LIDAH BUAYA
(Aloe...
SEDIAAN KRIM PELEMBAB TABIR SURYA
PEMBUATAN SEDIAAN LIPSTIK
PEMBUATAN SABUN PADAT TRANSPARAN
PEMBUATAN TABIR SURYA EKSTRAK KENCUR
PEMBUATAN SHAMPOO EKSTRAK KUNING TELUR

modul praktikum kimia instrument


Selasa, Juni 05, 2012 | Label: prakktikum analisis instrument

Kata Pengantar

Buku Petunjuk Praktikum Kimia Instrument ini sengaja disusun sebagai pedoman bagi
mahasiswa dalam melaksanakan praktikum kimia instrumen khususnya untuk para mahasiswa Program
Studi Kimia, Jurusan MIPA Fakultas Sains dan Teknologi UIN SYARIF Hidayatullah Jakarta.
Tujuan dari penyusunan buku pedoman ini adalah supaya mahasiswa memperoleh gambaran
umum mengenai konsep-konsep dasar yang berkaitan dengan materi praktikum kimia instrumen
sehingga dapat menyelesaikan tugas praktikum dengan sebaik-baiknya.
Agar tujuan tersebut dapat mencapai, setiap modul percobaan dilengkapi dengan landasan teori
yang didasarkan pada keterkaitan materi dengan tujuan percobaan yang dilakukan. Hal tersebut
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan wawasan berfikir serta ketrampilan mahasiswa dalam
melaksanakan percobaan, khususnya yang berkaitan dengan penggunaan alat-alat instrumen dan
interpretasi data hasil percobaan.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
memberikan saran-sarannya dalam penyusunan buku petunjuk praktikum ini. Semoga buku petunjuk
praktikum ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang menggunakannya.

Wassalam.

Jakarta, Juli 2008

Penyusun

TATA TERTIB PRAKTIKUM

Semua mahasiswa (praktikan) yang akan melaksanakan Praktikum Kimia Instrument di Pusat
Labotaroium Terpadu Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah diwajibkan melaksanakan dan
mentaati tata tertib sebagai berikut :

1.

Semua mahasiswa yang akan mengikuti praktikum kimia instrumen wajib mendaftarkan diri di PLT dan
terdaftar sebagai mahasiswa praktikan yang dibuktikan dengan adanya kartu praktikan.

2.

Sebelum waktu pelaksanaan praktikum, praktikan tidak diperkenankan memasuki ruang praktikum juga
mengunakan, memindahkan ataupun mengoperasikan alat.

3.

Praktikan harus datang tepat pada waktunya, jika terlambat lebih dari 15 menit tanpa alasan yang dapat
diterima praktikan tidak diperkenankan mengikuti praktikum pada hari tersebut.

4.

Pre-test diadakan setiap kali sebelum praktikum dengan materi acara praktikum sebagaimana yang
telah ditetapkan.

5.

Semua praktikan wajib menyusun rencana kerja praktikum sebelum pelaksanaan praktikum dan bila
sudah selesai praktikum, praktikan wajib membuat laporan berdasarkan materi praktikum yang telah
dilaksanakan.

6.

Selama praktikum, semua praktikan wajib memakai jas lab dengan rapih, sopan, dan menjaga
kebersihan lab.

7.

Apabila praktikan merusakkan atau memecahkan peralatan laboratorium dengan alasan apapun, maka
kepadanya diwajibkan untuk mengganti alat tersebut.

8.

Praktikan yang tidak menjalankan praktikum pada harinya karena berhalangan atau gagal menjalankan
praktikum pada hari itu, dapat mengulang pada hari lain jika masih memungkinkan.

9.

Bila 3 ( tiga ) kali berturut-turut praktikan tidak hadir untuk melaksanakan praktikum tanpa ada
keterangan yang sah, maka dinggap mengundurkan diri.

PETUNJUK PEMBUATAN LAPORAN & PENILAIAN

Laporan dibuat berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut :


1.

Halaman judul ( cover ) memuat :


a. Judul Praktikum
b. Logo Universitas
c. Nama Praktikan
d. NIM
e. Kelompok
f. Tanggal & Tempat Praktikum
g. Jurusan/Program Studi

2.

Halaman isi memuat :


a.

Judul Praktikum

b. Tujuan Praktikum
c. Landasan Teori
d. Metode ( Alat dan Bahan, Cara kerja )

MI

e. Hasil dan Pembahasan


f. Kesimpulan
g. Daftar Pustaka

3.

Penilaian laporan didasarkan pada kerapihan tulisan, kesesuaian judul dan teori dengan hasil percobaan
dan kesimpulan serta alasan yang tepat jika terdapat penyimpangan hasil percobaan.

4.

Nilai akhir praktikum ditentukan dari total :


Nilai praktikum (kehadiran, kerapihan dan laporan) = 30%
Nilai Ujian Tengah Semester (UTS) = 30%
Nilai Ujian Akhir Semester (UAS) = 40%

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


TATA TERTIB PRAKTIKUM .......................................................................................... ii
PETUNJUK PEMBUATAN LAPORAN PRAKTIKUM .................................................. iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iv

Pengenalan Alat Spektrofotometer UV-Vis, Kalibrasi dan Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum

M II

Identifikasi dan penetapan kadar injeksi sianokobalamin dengan alat Spektrofotometer UV-Visible

M III

Pengukuran Kadar Senyawa Nitrit (NO2-) dengan Spektrofotometer UV-Visible

M IV

Penetapan Kadar Vitamin C Metode Kolorimetri dengan Spektrofotometer UV-Vis

MV

Kalibrasi Spektrofotometer FTIR (Fourier Transform Infra Red )

M VI

Analisis Gugus Fungsi Senyawa Organik dengan FTIR

M VII

Penetapan Kadar Logam Kalsium (Ca) dalam Air Mineral dengan Spektroskopi Serapan Atom (AAS)

M VIII

Penetapan Logam Besi (Fe) dalam Sampel Padatan dengan Teknik Destruksi Basah

M IX

Penetapan Kadar Alkohol dalam Minuman Dengan Cara Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (GCMS)

MX

Penetapan Kadar Kafein dalam Minuman Berenergi Secara HPLC

PRAKTIKUM I
PENGENALAN ALAT SPEKTROFOTOMETER UV-VIS, KALIBRASI DAN PENGUKURAN PANJANG
GELOMBANG MAKSIMUM

TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa memahami prinsip kerja alat spektrofotometer UV-Visible.
2. Mahasiswa mengetahui cara mengkalibrasi alat spektrofotometer UV-Visibel.
3. Mahasiswa mengetahui cara menentukan nilai maks (panjang gelombang maksimum) sebagai parameter
penting dalam analisa spektrofotometri UV-Vis.

DASAR TEORI
Molekul-molekul dapat mengabsorbsi atau mentransmisi radiasi gelombang elektromagnetik.
Berkas cahaya putih adalah kombinasi semua panjang gelombang spektrum tampak. Perbedaan warna
yang kita lihat sebenarnya ditentukan dengan bagaimana gelombang cahaya tersebut diabsorbsi dan
ditransmisikan (dipantulkan) oleh objek atau suatu larutan.

Gambar 1. Pola difraksi cahaya polikromatik

Spektrofotometer digunakan untuk mengukur jumlah cahaya yang diabsorbsi atau ditransmisikan
oleh molekul-molekul di dalam larutan. Ketika panjang gelombang cahaya ditransmisikan melalui
larutan, sebagian energi cahaya tersebut akan diserap (diabsorbsi). Besarnya kemampuan molekulmolekul zat terlarut untuk mengabsorbsi cahaya pada pada panjang gelombang tertentu dikenal dengan
istilah absorbansi (A), yang setara dengan nilai konsentrasi larutan tersebut dan panjang berkas cahaya
yang dilalui (biasanya 1 cm dalam spektrofotometer) ke suatu point dimana persentase jumlah cahaya
yang ditransmisikan atau diabsorbsi diukur dengan phototube.
Sebuah spektrofotometer memiliki lima bagian penting yaitu:
a) Sumber cahaya, untuk UV umumnya digunakan lampu deuterium (D2O), untuk visible digunakan lampu
tungstent xenon (Auc).
b)

Monokromator, suatu alat yang berfungsi mengubah cahaya polikromatik menjadi cahaya
monokromatik

c) Sel penyerap / wadah pada sample, cell dalam spektrofotometer disebut juga dengan kuvet.
d) Photodetektor berfungsi untuk mengubah energi cahaya menjadi energi listrik
e) Analyzer (pengolah data), untuk spektrofotometer modern biasanya dilengkapi dengan komputer.

Gambar 1. Skema Kerja alatSpektrofotometer UV-Vis

Suatu spektrometer UV-Vis biasanya bekerja pada daerah panjang gelombang sekitar 200 nm
(pada ultra-violet dekat) sampai sekitar 800 nm (sinar tampak). Ketika sinar melewati suatu senyawa,
energi dari sinar tersebut digunakan untuk mendorong perpindahan elektron dari orbital ikatan atau
orbital non-ikatan ke salah satu orbital anti-ikatan yang kosong. Perpindahan/lompatan elektron yang
mungkin terjadi akibat adanya sinar adalah :

Pada tiap kemungkinan, suatu elektron tereksitasi dari orbital yang terisi penuh ke orbital antiikatan yang kosong. Tiap lompatan elektron memerlukan energi dari sinar dan lompatan yang besar
pasti membutuhkan energi yang lebih besar daripada lompatan yang kecil. Jika besarnya energi tersebut
cukup untuk membuat suatu lompatan, maka panjang gelombang akan diserap dan energinya akan
digunakan untuk promosi satu elektron.
Lompatan yang penting diantaranya:

Dari orbital pi ikatan ke orbital pi anti-ikatan;

Dari orbital non-ikatan ke orbital pi anti-ikatan;

Dari orbital non-ikatan ke orbital sigma anti-ikatan.

Artinya untuk menyerap sinar pada daerah antara 200 - 800 nm (pada daerah dimana spektra
diukur), suatu senyawa harus mengandung ikatan pi atau terdapat atom dengan orbital non-ikatan.

Orbital non-ikatan biasanya mengandung pasangan elektron bebas, misalnya pada oksigen, nitrogen,
atau halogen. Bagian molekul yang dapat menyerap sinar disebut sebagai gugus kromofor.

Diagram berikut menunjukan spektrum serapan senyawa sederhana buta-1,3-diena. Absorbansi


(sumbu Y) adalah ukuran banyaknya sinar yang diserap dan sumbu X menunjukkan panjang gelombang
dimana sinar menghasilkan absorbansi maksimum.

Anda akan melihat puncak serapan pada 217 nm. Ini berada pada daerah ultra-violet dan tidak
ada tanda yang menunjukan penyerapan pada daerah sinar tampak karena buta-1,3-diena tidak
berwarna. Puncak pada grafik di atas dinamakan "lambda-max" (panjang gelombang maksimum).
Pada buta-1,3-diena, CH2=CH-CH=CH2, tidak ada elektron non-ikatan. Artinya lompatan
elektron yang terjadi (dalam kisaran yang dapat diukur oleh spektrometer) hanya dari orbital pi ikatan
ke orbital pi anti-ikatan.

ALAT DAN BAHAN


Alat :
-

Kuvet quartz

Spetrofotometer UV-Visible Lambda 25 Perkin Elmer


Bahan :

Aseton

Benzen/Toluen

Metanol

Aquades

PROSEDUR KERJA
A. Kalibrasi Alat Spektrofotometer UV-Vis
1. Nyalakan alat spektrofotometer selama +15 menit untuk menstabilkan sumber cahaya dan fotodetektor.
2.

Siapkan larutan blangko (aquades), masukkan ke dalam kuvet yang telah dibersihkan sebelumnya
dengan menggunakan tisue.

3. Pilih menu aplikasi wavelength scan. Lakukan kalibrasi dengan menggunakan larutan blangko (minimal 2
kali dengan menekan tombol autozerro).
Setting nilai absorbansi = 0
Setting nilai transmitansi = 100 % (artinya larutan tidak mengabsorpsi cahaya yang
diberikan).
B. Menentukan panjang gelombang yang memiliki nilai absorbansi maximum (maks):
1.

Pertama-tama tentukan range panjang gelombang yang akan digunakan (untuk sampel yang tidak
berwarna, gunakan range panjang gelombang sinar UV : 180 400 nm).

2. Masukan sampel aseton ke dalam kuvet yang kering dan bersih,


3. Lakukan scaning panjang gelombang maksimum untuk sampel aseton hingga dihasilkan nilai maks.
4. Buatlah grafik hubungan antara nilai absorbans sebagai fungsi panjang gelombang.
5. Tentukan panjang gelombang maksimum untuk sampel yang lain (benzen dan metanol) dengan cara
yang sama seperti di atas.
6. Buatlah tabel yang menjelaskan spesifitas gugus kromofor dengan panjang gelombang yang dihasilkan.

DATA PENGAMATAN
Nama Senyawa

Gugus Kromofor

Panjang gelombang maksimum

Aseton
Benzen
Metanol

PRAKTIKUM II
IDENTIFIKASI KEMURNIAN & PENETAPAN KOEFISIEN EKSTINGSI SIANOKOBALAMIN DENGAN
SPEKTROFOTOMETER UV-VISIBLE

TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa memahami prinsip identifikasi kemurnian sianokobalamin melalui metode spektrofotometri
UV-Vis.
2.

Mahasiswa mampu menentukan koefisien absorptivitas molar () sianokobalamin dengan alat


spektrofotometer UV-Vis.

DASAR TEORI
Spektrofotometer UV-Visible sering digunakan untuk keperluan penetapan kadar dan identifikasi
suatu senyawa. Panjang gelombang yang secara maksimum diabsorbsi ditentukan dengan mengukur
absorbansi sampel pada rentang panjang gelombang yang telah ditentukan. Setelah cahaya melewati
larutan uji, energi cahaya yang melewati phototube dinyatakan sebagai rasio transmitansi cahaya I
(cahaya yang melewati sample) terhadap cahaya incident I0 (intensitas cahaya dari sumber sebelum
melewati sample). Cahaya yang diterima phototube adalah diukur sebagai persen transmitansi
(%T) atau sebagai log kebalikannya, absorbansi (A).
Jika I lebih kecil dari Io, artinya sampel menyerap sejumlah sinar. Dalam hal ini terdapat
hubungan yang sederhana antara absorbansi (A) dengan intensitas cahaya yang melewati sampel dan
intensitas cahaya sebelum melewati sampel, yakni :

Bagian sinar yang diserap akan tergantung pada berapa banyak molekul yang beinteraksi dengan sinar.
Dengan kata lain nilai absorbansi sangat bergantung pada konsentrasi suatu senyawa. Hubungan antara
banyaknya cahaya yang diserap dengan konsentrasi suatu senyawa dinyatakan secara kuantitatif melalui
persamaan Hukum Lambert-Beer :

Log I0 / I = . L. C ................................... *)

Keterangan :
I0 = Intensitas cahaya sebelum melewati sample
I

= Intensitas cahaya setelah melewati sample

= Koefisien ekstingsi, yaitu konstanta yang tergantung pada sifat alami dari senyawa substansi dan panjang
gelombang yang digunakan untuk analisis
L = Panjang atau jarak cahaya yang melewati sample
C = Konsentrasi dari larutan yang dianalisa

Koefisien ekstingsi sering pula dinyatakan dalam koefisien absorptivitas molar. Nilai
absorptivitas molar dapat bervariasi. Contohnya, sianokobalamin memiliki dua puncak serapan dalam
spektrum UV-tampak. Dua puncak serapan ini disebabkan oleh promosi elektron dari pasangan elektron
bebas gugus karbonil dan delokalisasi elektron ikatan rangkap terkonjugasi dari orbital pi ikatan ke
orbital pi anti-ikatan.
Dalam pengukuran kemurnian suatu senyawa dapat dilakukan dengan menentukan harga
serapan relatifnya. Serapan relatif adalah perbandingan harga serapan pada 2 ujung panjang gelombang
tertentu dimana untuk zat tertentu besarnya tertentu pula, sehingga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kemurnian zat tersebut.

ALAT DAN BAHAN


Alat :
-

Labu ukur 100 ml

Pipet volumetric 5 ml

Beaker glass 100 ml

Pipet tetes

Tissue

Spektrofotometer UV-Visible Lambda 25 Perkin Elmer


Bahan :

Injeksi 500 g/ml, ampul 1 ml sianokobalamin ( vitamin B12 )

PROSEDUR KERJA
A. Pengukuran nilai serapan relatif
1. Keluarkan isi dari ampul injeksi sianokobalamin ( vitamin B12) ke dalam beaker glass 50 ml.
2. Pipet 1 ml injeksi sianokobalamin tersebut ke dalam labu ukur 100 ml tambahkan air hingga volumenya
mencapai 100 ml.
3.

Nyalakan alat spektrofotometer, pilih menu aplikasi waveprogram. Ukur serapannya dengan kuvet
setebal 1 cm pada panjang gelombang 550 nm, 361 nm, dan 278 nm.

4. Hitunglah perbandingan serapan pada :


a. 361 nm / 550 nm
b. 361 nm / 278 nm

Catatan : serapan relatif sianokobalamin berdasarkan referensi Farmakope Indonesia


Ed.IV hal. 723 724 adalah 3,15 3,45 untuk 361/550 dan 1.75-1.98 untuk 361/278.

B. Penentuan harga koefisien ekstingsi


Hitung konsentrasi sianokobalamin hasil pengenceran, tentukan nilai koefisien ekstingsi sianokobalamin
dengan menggunakan persamaan Lambert-Beer.

DATA PENGAMATAN

Panjang gelombang

Absorbansi

278 nm
361 nm
550 nm
Konsentrasi sianokobalamin

Kefisien ekstingsi sianokobalamin ()

= ............................ (278 nm)

= ............................ (361 nm)


= ............................ (550 nm)

Struktur Vitamin B12 (Sianokobalamin)

PRAKTIKUM III
PENGUKURAN KADAR ION NITRIT DENGAN
SPEKTROFOTOMETER UV-VISIBLE

TUJUAN PERCOBAAN :
1.

Mahasiswa memahami prinsip yang melandasi metode pengukuran kadar suatu senyawa dengan
menggunakan spektrofotometer Uv-Visible.

2.

Mahasiswa mampu menentukan kadar ion nitrit dalam suatu sampel dengan menggunakan alat
spektrofotometer UV-Visible.

DASAR TEORI

Jika anda melewatkan sinar putih pada media yang berwarna, sebagian warna akan terserap.
Larutan yang mengandung ion tembaga(II) tetrahidrat, sebagai contoh, kelihatan biru pucat karena
larutan menyerap sinar dari spektrum merah. Panjang gelombang yang tersisa akan berkombinasi di
dalam mata dan otak untuk memunculkan warna sian (biru pucat).
Beberapa media yang tak berwarna juga menyerap sinar tetapi dalam daerah ultraviolet (UV).
Karena kita tak mampu melihat sinar UV, maka kita tak dapat mengamati penyerapannya. Media yang
berbeda akan menyerap sinar dengan panjang gelombang yang berbeda, dan ini dapat dipakai untuk
mengidentifikasi suatu materi, misalnya keberadaan ion logam, atau gugus fungsi dalam senyawasenyawa organik.
Besarnya penyerapan tergantung pada konsentrasi materi, jika berupa larutan. Perhitungan
banyaknya penyerapan dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan terutama untuk larutan
yang sangat encer.
Hubungan I0/IT akan lebih cepat dipahami dengan melihat kebalikan dari perbandingan tersebut
yakni IT / I0 sebagai transmitansi (T) dari larutan. Sedangkan log (I0/IT) dikenal sebagai absorbansi (A)
larutan. Pernyataan ini akan menghasilkan persamaan A = - log T dengan A = .L.C (Hukum Lambert
Beer). Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa persamaan Hukum Lambert-Beer menyerupai
persamaan garis lurus y = mx + b. Dengan kata lain absorbansi cahaya dari larutan secara langsung
berbanding lurus dengan konsentrasi larutan.
Kita dapat mempersiapkan satu seri larutan standar yang memiliki substansi yang sama dengan
sampel dalam konsentrasi yang diketahui dan jika kita plotkan terhadap harga absorbansi, akan
diperoleh kurva regresi linier (garis lurus) atau sering disebut dengan Kurva Kalibrasi. Hukum Lambert
Beers bekerja baik untuk larutan dengan konsentrasi rendah, tetapi menjadi tidak linear jika konsentrasi
terlalu tinggi. Konsentrasi seri larutan ini harus berada pada kisaran konsentrasi yang akan ditentukan
bisa lebih encer atau lebih pekat dari konsentrasi yang diperkirakan.

Gambar 2. Contoh Kurva Kalibrasi

ALAT DAN BAHAN


Alat :
-

Kuvet quartz

Spetrofotometer UV-Visible Lambda 25 Perkin Elmer


Bahan :

Standar nitrit p.a

Asam sulfanilik p.a

Naphthylethylenediamine

Asam asetat p.a

Methanol p.a

Aquades

PROSEDUR KERJA
A. Pembuatan larutan standar nitrit (NO2-)
1. Ambil 7 tabung reaksi bersih dan kering dan beri label pada masing-masing tabung.

2.

Tabung
1

Tabung
2

Tabung
3

Tabung
4

Tabung
5

Tabung
6

Tabung
7

blanko

0.02
ppm

0.04
ppm

0.06
ppm

0.08
ppm

0.10
ppm

Sampel

Pipet 2,5 ml aquades ke dalam tabung reaksi yang berlabel blanko, sedangkan kelima tabung reaksi
berikutnya pipet sejumlah volume 0.4 ml, 0.7 ml, 1.0 ml, dan 1.3 ml larutan standar nitrit 2,5 ppm.

3. Berikutnya pipet sejumlah 2,5 ml larutan sampel dan masukkan ke dalam tabung yang telah diberi label
sampel.

4. Selanjutnya tambahkan 2.5 mL reagent pewarna ke dalam setiap tabung termasuk ke dalam blangko dan
sampel. Larutan pewarna terdiri dari asam sulfanilik, naphthylethylenediamine dan asam asetat.

5.

Tambahkan aquades ke dalam masing-masing tabung (kecuali blangko) hingga volume total setiap
tabung reaksi mencapai 5,0 ml.

6.

Tutup setiap tabung reaksi tersebut dengan menggunakan parafilm dan homogenkan larutan
didalamnya dengan membalikkan perlahan-lahan.

7. Biarkan selama 15 menit hingga warna yang terbentuk stabil.

B. Pengukuran Panjang Gelombang untuk Absorbansi maksimum (maks) :


1.

Pertama-tama tentukan range panjang gelombang yang akan digunakan dan set absorbansi ke 0.00
dengan menggunakan blanko dalam kuvet yang telah disediakan.
Jangan merubah setting ketika anda menggunakan panjang gelombang yang sama.
Anda dapat mengecek blanko kembali ketika telah selesai mengukur absorbansi semua
sample untuk meyakinkan bahwa tidak terjadi perubahan standarisasi.

2.

Pilih salah satu seri larutan standar (misal standar nitrit 0.01 ppm), masukkan ke dalam kuvet dan
tentukan panjang gelombang yang memiliki absorbansi maksimum ( maks). Gunakan panjang gelombang
ini untuk pengukuran absorbansi semua larutan.

C. Pengukuran absorbansi larutan standar pada panjang gelombang maksimum (maks)


1.

Set spektrofotometer ke panjang gelombang yang memiliki absorbansi maksimum (maks) yang telah
ditentukan pada langkah sebelumnya. Gunakan larutan blanko dan kalibrasi alat spektrofotometer
hingga nilai absorbansi 0.00.

2.

Ukurlah absorbansi masing-masing larutan standar nitrit yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Pengukuran dimulai dari konsentrasi yang terendah.

3. Buat kurva kalibrasi yang menggambarkan hubungan antara absorbansi (sumbu Y) dengan konsentrasi
(Sumbu X).

D. Penentuan konsentrasi sampel


1.

Masukkan sampel yang akan dianalisa ke dalam kuvet dan tentukan absorbansinya dengan
menggunakan prosedur yang sama seperti pada pengukuran larutan standar.

2.

Tentukan konsentrasi ion nitrit dari sample unknown dengan memplotkan absorbansi pada kurva
standar absorbansi Vs konsentrasi yang telah dibuat pada langkah C (untuk spektrofotometer mutakhir,
pengukuran konsentrasi dapat dilakukan dengan mode concentration, yang dapat diautomasi) . Jika
anda melakukan pengenceran terhadap sampel, gunakan faktor pengenceran untuk menghitung
konsentrasi ion nitrit yang sebenarnya.

[NO2-] = [NO2-]hasil pengenceran x Fp


Fp = Faktor pengenceran
DATA PENGAMATAN
Larutan standar nitrit

Absorbansi

0.02 ppm
0.04 ppm
0.06 ppm
0.08 ppm
0.10 ppm

Konsentrasi ion nitrit pada sampel unknown : .......................... ppm


PERCOBAAN IV
APLIKASI SPEKTROFOTOMETER UV-VIS
UNTUK PENENTUAN KADAR GULA REDUKSI
DENGAN METODE NELSON SOMOGYI

TUJUAN PERCOBAAN

1. Mahasiswa memahami prinsip penetapan kadar gula pereduksi dengan Metode Nelson-Somogyi
2. Mahasiswa mampu menentukan kadar gula reduksi dengan metode Nelson Somogyi yang diukur dengan
alat spektrofotometer .

DASAR TEORI

Spektrofotometri merupakan teknik pengukuran konsentrasi suatu senyawa berdasarkan


pengukuran absorbansi atau transmisi sinar yang melewati senyawa tersebut. Teknik ini sering
digunakan untuk keperluan analisa spesi kimia, misalnya untuk penetapan kadar senyawa anorganik,
ion logam maupun komponen senyawa organik.
Salah satu aplikasi spektrofotometer UV-Vis untuk pengukuran kadar senyawa organik adalah
pengukuran kadar gula pereduksi dengan metode Nelson Somogyi. Penetapan kadar gula reduksi
dengan metoda Nelson-Somogyi dilakukan dengan menentukan nilai optical density larutan sample
yang sebelumnya telah direaksikan dengan reagen Nelson-Somogyi yang terdiri dari campuran reagen A
yang terdiri dari Na-karbonat anhidrat ( Na2CO3 ), K-Na tartrat, Na-hidrokarbonat ( NaHCO3 ) serta Nasulfat ( Na2SO4 ) yang dilarutkan dalam aquadest, dan reagen B yang terdiri dari CuSO4. 5H2O yang
dilarutkan dalam aquades dan sedikit H2SO4 pekat. Campuran kedua reagen dengan perbandingan 25:1
selanjutnya direaksikan dengan reagen arsenomolibdat untuk melarutkan endapan Cu2O yang terbentuk
dari hasil reduksi ion Cu oleh senyawa gula pereduksi. Selanjutnya dibuat kurva larutan standar glukosa
dan kadar gula reduksi ditentukan berdasarkan OD larutan sampel yang dibandingkan dengan kurva
standar larutan glukosa.

ALAT DAN BAHAN


Alat :
Spektrofotometer UV-Vis Lambda 25 Perkin Elmer
Tabung reaksi
Pipet volume
Rak tabung reaksi

Bahan Kimia :
1) Reagent Nelson A
12,5 gram Na-karbonat anhidrat ( Na2CO3 ), 12,5 gram K-Na tartrat, 10 gram Natrium bikarbonat (
NaHCO3 ) dan 100 gram Na-sulfat (Na2SO4) dilarutkan dalam 350 ml aquadest dan diencerkan sampai
500 ml.

2) Reagent Nelson B
7,5 gram CuSO4.5H2O dilarutkan dalam 50 ml aquadest ditambahkan 1 tetes asam sulfat pekat.
3) Reagent Nelson C
Reagent Nelson C dibuat dengan cara mencampur reagent Nelson A dan B dengan perbandingan 25 : 1.
Pencampuran dikerjakan pada setiap kali akan digunakan.

4) Regent Arsenomolybdat
25 gram ammonium molibdat dilarutkan dalam 450 ml aquadest dan ditambahkan 25 ml asam sulfat
pekat ( larutan I )
3 gram Na2HAsO4.7H2O dilarutkan dalam aquadest ( larutan II )
Tuangkan larutan II ke larutan I dan simpan dalam botol coklat dengan suhu 370 C selama 24 jam.

PROSEDUR KERJA
Pembuatan kurva standar
a. Buatlah larutan standar glukosa dengan konsentrasi 10 mg glukosa anhidrat / 100 ml.
b. Encerkan larutan standar glukosa dengan penambahan aquades seperti dalam tabel :
Tabung

Tabung

Tabung

Tabung

Tabung

Tabung

Larutan

Standar (ml)

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

Aquadest ml

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

Kadar Gula
(mg/100 ml)

10

Sebanyak 1ml reagent Nelson C dimasukkan ke dalam masing-masing tabung dan dipanaskan dalam
penangas air mendidih selama 20 menit.

Semua tabung diambil dan didinginkan segera bersama-sama di dalam gelas piala 1000 ml yang berisi air
dingin sampai suhu tabung mencapai 250 C.

Setelah dingin, reagent arsenomolibdat ditambahkan dan dikocok sampai semua endapan Cu2O yang
berwarna merah bata larut.

Setelah semua endapan Cu2O larut sempurna, ke dalam masing-masing tabung ditambahkan 7 ml
aquadest dan kocok sampai homogen.

Ukur absorbansi larutan standar tersebut dengan menggunakan panjang gelombang 540 nm.

Buatlah kurva kalibrasi yang menyatakan hubungan antara absorbasni Vs konsentrasi larutan standar,
hingga diperoleh persamaan regresi linier.

Penentuan Kadar gula reduksi pada sample unknown


a

Larutan sample dengan kisaran kadar gula sekitar 2 8 mg / 100 ml disiapkan. Perlu diperhatikan bahwa
larutan sample ini harus jernih dan tidak berwarna. Karena itu bila dijumpai larutan sample yang keruh
atau berwarna, perlu dilakukan penjernihan terlebih dahulu dengan menggunakan bubur aluminium
hidroksida atau Pb-asetat dan selanjutnya kelebihan Pb direaksikan dengan garam oksalat hingga
larutan gula tersebut bebas dari Pb.

1ml larutan sample yang jernih tersebut diambil dengan pipet ukur dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang bersih dan kering, kemudian ditambahkan 1 ml reagent Nelson C.

Larutan dipanaskan dalam penangas air yang didalamnya berisi air mendidih selama 20 menit.

Semua tabung diambil dan didinginkan segera bersama-sama di dalam gelas piala yang berisi air dingin
sehingga suhu tabung mencapai 250 C.

Setelah dingin tambahkan 1 ml pereaksi arsenomolibdat, kocok sampai endapan Cu2O larut dan
ditambahkan 7 ml aquadest kemudian kocok lagi sampai homogen.

Ukur absorbansi larutan sampel pada panjang gelombang 540 nm dan tentukan konsentrasi gula
pereduksi dengan kurva kalibrasi yang telah dibuat sebelumnya.

DATA PENGAMATAN

Larutan

Absorbasni (A)

Panjang gelombang

Standar glukosa 0 mg/100mL


Standar glukosa 2 mg/100mL
Standar glukosa 4 mg/100mL
Standar glukosa 6 mg/100mL
Standar glukosa 8 mg/100mL
Standar glukosa 10 mg/100mL
Sampel

Persamaan regresi linier : ...........................................................


Konsentrasi gula pereduksi dalam sampel : .............................. mg/100 mL

PRATIKUM V
PENGENALAN & KALIBRASI ALAT
SPEKTROFOTOMETER FOURIER TRANSFORM INFRA RED ( FTIR )

TUJUAN PERCOBAAN

1. Mahasiswa mampu memahami prinsip kerja spektrofotometer FTIR.


2. Mahasiswa mengetahui tujuan kalibrasi alat FTIR sebagai dasar untuk menjamin keakuratan pembacaan
frekuensi /panjang gelombang yang diukur atau dihasilkan.

TEORI SINGKAT

Spektrum Infra Merah

Anda mungkin tahu bahwa cahaya yang bisa kita lihat itu terdiri dari gelombang elektromagnetik
dengan frekwensi yang berbeda-beda, setiap frekwensi tersebut bisa dilihat sebagai warna yang
berbeda. Radiasi Infra-merah juga merupakan gelombang dengan frekwensi yang berkesinambungan,
hanya saja mata kita tidak bisa melihat mereka.
Jika anda menyinari sebuah senyawa organik dengan sinar infra-merah yang mempunyai
frekwensi tertentu, anda akan mendapatkan bahwa beberapa frekwensi tersebut diserap oleh senyawa
tersebut. Sebuah alat pendetektor yang diletakkan di sisi lain senyawa tersebut akan menunjukkan
bahwa beberapa frekwensi melewati senyawa tesebut tanpa diserap sama sekali, tapi frekwensi lainnya
banyak diserap. Berapa banyak frekwensi tertentu yang melewati senyawa tersebut diukur sebagai
persentasi transmitasi (percentage transmittance).
Prinsip kerja alat FTIR secara umum dapat digambarkan sebagai berikut: sampel di-scan, yang
berarti sinar infra-merah akan dilewatkan ke sampel. Gelombang yang diteruskan oleh sampel akan
ditangkap oleh detektor yang terhubung ke komputer yang akan memberikan gambaran spektrum
sampel yang diuji. Struktur kimia dan bentuk ikatan molekul serta gugus fungsional tertentu sampel
yang diuji menjadi dasar bentuk spectrum yang akan diperoleh dari hasil analisa.

Kalibrasi
Salah satu tujuan utama dari kalibrasi alat adalah untuk menjamin hasil analisa agar diperoleh
data dengan presisi dan akurasi yang tinggi. Faktor yang mempengaruhi presisi dan akurasi pengukuran
dapat diakibatkan oleh kesalahan yang terjadi karena berbagai penyebab. Menurut Miller & Miller
(2001) tipe kesalahan dalam pengukuran analitik dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Kesalahan serius (Gross error)
Tipe kesalahan ini sangat fatal, sehingga konsekuensinya pengukuran harus diulangi. Contoh dari
kesalahan ini adalah kontaminasi reagent yang digunakan, peralatan yang memang rusak total, sampel
yang terbuang, dan lain lain. Indikasi dari kesalahan ini cukup jelas dari gambaran data yang sangat
menyimpang, data tidak dapat memberikan pola hasil yang jelas, tingkat reprodusibilitas yang sangat
rendah dan lain lain.
2. Kesalahan acak (Random error)
Golongan kesalahan ini merupakan bentuk kesalahan yang menyebabkan hasil dari suatu
perulangan menjadi relatif berbeda satu sama lain, dimana hasil secara individual berada di sekitar
harga rata-rata. Kesalahan ini memberi efek pada tingkat akurasi dan kemampuan dapat terulang
(reprodusibilitas). Kesalahan ini bersifat wajar dan tidak dapat dihindari, hanya bisa direduksi dengan
kehati-hatian dan konsentrasi dalam bekerja.
3. Kesalahan sistematik (Systematic error)

Kesalaahn sistematik merupakan jenis kesalahan yang menyebabkan semua hasil data salah
dengan suatu kemiripan. Hal ini dapat diatasi dengan:
a. Standarisasi prosedur
b. Standarisasi bahan
c. Kalibrasi instrumen
Dalam analisa spektroskopi FTIR terdapat berbagai macam faktor yang memberikan kontribusi
terhadap kesalahan pembacaan panjang gelombang. Kesalahan tersebut dapat dikelompokkan menjadi :
a

Kesalahan linear : dimana besarnya pergeseran skala panjang gelombang semuanya konstan

Kesalahan non linear : yaitu ketika terjadi kesalahan berjenjang

Kesalahan tidak menentu : disebabkan oleh ketidakseragaman gerakan pengendali mekanik dari alat
perekam
Cara paling sederhana untuk membuat kurva ini adalah dengan menggunakan spectrum baku
pembanding. Spektrum yang biasa digunakan yaitu spectrum dari film plastic polistirena. Dengan
mengetahui frekuensi dari baku pembanding maka dapat dibuat kurva kalibrasi yang merupakan grafik
hubungan antara panjang frekuensi dengan kesalahan frekuensi.

ALAT DAN BAHAN


Alat :
-

Spektrofotometer FTIR Spectrum One Perkin Elmer

Lumpang agate dan alu

Sel KBr sealed cell 0,05 mm

Handy press
Bahan :

Film polistirena

Serbuk kering KBr

Parafin liquid

PROSEDUR KERJA
A. Kalibrasi Spektrofotometer Infra Merah
1.

Buat spectrum dari baku pembanding film polistirena untuk kisaran panjang gelombang 4000 cm1
sampai 650 cm-1

2. Baca frekuensi dari puncak-puncak yang diperoleh dan bandingkan dengan frekuensi table.
3. Buat kurva kalibrasi antara kesalahan frekuensi dengan frekuensi eksperimental
B. Pengukuran Spektra Zat Cair Sukar Menguap
1. Teteskan 1 tetes paraffin liquid pada permukaan sel KBr.
2. Tangkupkan sel yang satu lagi di atas sel tersebut sehingga zat cair membentuk lapisan film kapiler
3. Letakkan sel pada cell holder
4. Rekam spectrum dari paraffin cair dengan resolusi 4 cm-1
5. Identifikasi gugus fungsional yang ada.

DATA PENGAMATAN

Gugus Fungsi

Frekuensi (cm-1)

Parafin cair (CnH2n+2) = [ CH2-CH2-CH2-CH2]-CH3

Frekuensi (cm-1)

Gugus Fungsi

PRAKTIKUM VI
ANALISIS GUGUS FUNGSI PARASETAMOL
DENGAN SPEKTROFOTOMETRI FTIR

TUJUAN PERCOBAAN

1. Mahasiswa memahami prinsip identifikasi senyawa organik melaui teknik analisa FTIR.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi gugus fungsional senyawa organik dari hasil analisa FTIR.

TEORI SINGKAT
Spektrofotometer infra merah sangat penting dalam analisa kimia modern (meskipun bukan
satu-satunya) dalam bidang organik. Alat ini biasanya digunakan untuk mendeteksi gugus fungsional,
mengidentifikasi senyawa dan menganalisis campuran. Prinsip dari analisa didasarkan pada besarnya
frekwensi sinar infra-merah yang diserap dengan tingkat energi tertentu. Apabila frekwensi tertentu

diserap ketika melewati sebuah senyawa tersebut diselidiki, maka energi dari frekwensi tersebut akan
ditransfer ke senyawa tersebut. Energi pada radiasi infra-merah sebanding dengan energi yang timbul
pada getaran-getaran ikatan (energi vibrasi, translasi dan rotasi molekul).
Karena setiap tipe ikatan yang berbeda mempunyai sifat frekuensi vibrasi yang berbeda, dan
karena tipe ikatan yang sama dalam dua senyawa berbeda terletak dalam lingkungan yang sedikit
berbeda, maka tidak ada dua molekul yang berbeda strukturnya akan mempunyai bentuk serapan
inframerah (IR) atau spectrum inframerah (IR) yang tepat sama. Dengan membandingkan spectra IR dari
dua senyawa yang diperkirakan identik, maka seseorang dapat menyatakan apakah kedua senyawa
tersebut identik atau tidak. Pelacakan tersebut lazim dikenal dengan bentuk sidik jari dari dua
spectrum inframerah (IR). Jika puncak spectrum IR dari kedua senyawa tepat sama maka dalam banyak
hal dua senyawa tersebut adalah identik.

Gambar 1. Penggunaan alat FTIR untuk analisa senyawa organik..


Kebanyakan gugus seperti C-H, O-H, C=O, dan C=N, mempunyai serapan IR yang hanya bergeser
sedikit dari satu molekul ke molekul lain. Berikut ini tabulasi beberapa gugus fungsi yang khas memiliki
serapan tertentu pada daerah inframerah (IR).

Tabel 1. Beberapa Frekuensi Inframerah Gugus Fungsi


Gugus Fungsi
O-H Alkohol/fenol bebas
Asam
NH Amina primer, sekunder dan
amida

Panjang gelombang (m)

Frekuensi (cm-1)

2.74-2.79

3580-3650

3.70-4.00

2500-2700

6.10-6.45

3140-3320

2850-2960
3010-3095

CH Alkana

3.37-35.0

Alkena

3.23-3.32

Alkuna

3.03

Aromatik

~3.30

-CH2- Bengkokan

6.83

1465

-CH3 Bengkokan

6.90-7.27

1450-1375

CC Alkuna

4.42-4.76

2190-2260

Alkena

5.95-6.16

1620-1680

Aromatik

~6.25

1475-1600

5.75-5.81

1720-1740

Keton

5.79-5.97

1675-1725

Asam

5.79-5.87

1700-1725

Ester

5.71-5.865.52-5.68

1720-1750

C=O Aldehid

Anhidrida

3300
~3030

1760-1810

CN Nitrit

4.35-5.00

2000-3000

NO2 Nitro

6.06-6.67

1500-1650

ALAT DAN BAHAN


Alat :
-

Spektrofotometer FTIR Spectrum One Perkin Elmer

Lumpang agate dan alu

Sel NaCl atau KBr, Sealed Cell 0,05 mm

Handy Press

Bahan :

Serbuk KBr kering

Paracetamol

Aseton

PROSEDUR KERJA
Preparasi Sampel dengan Teknik Cakram KBr
1. Gerus dan campur 0,5 1.0 mgram parasetamol dengan 100 200 mgram serbuk KBr kering dengan
lumping agate atau vibrating ball mill hingga benar-benar homogen
2. Masukkan campuran tersebut ke dalam pencetak khusus menggunakan spatula mikro
3. Hubungkan pencetak dengan handy press.
4. Lepaskan tongkang handy press lalu keluarkan cakram KBr
5. Masukkan cakram ke dalam KBr disc holder kemudian rekam spectrum dari parasetamol pada range
frekuensi 4000 500 cm-1

Identifikasi Gugus Fungsi


1.

Dari spektrum IR yang dihasilkan, tentukan gugus fungsi yang terdapat pada senyawa parasetamol
dengan melihat pola serapan yang dihasilkan dan membandingkan harga frekuensi yang diperoleh
dengan data yang ada di table.

2.

Interpretasikan data tersebut secara hati-hati dan terintegrasi hingga area sidik jari. (Jika perlu, pilih
menu data interpertation yang ada di dalam software untuk memudahkan interpretasi data).

DATA PENGAMATAN
Struktur Parasetamol (acetaminophen) & Kafein :

Parasetamol

Kafein

Bilangan Gelombang (cm-1)

Gugus Fungsi

PRAKTIKUM VII
PENETAPAN KADAR ION LOGAM DENGAN

ATOMIC ABSORBTION SPECTROPHOTOMETRY (AAS)

TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa memahami prinsip-prinsip dasar analisa logam dengan Spektroskopi Serapan Atom
(AAS)
2. Mahasiswa mampu menentukan kadar ion Ca dalam sampel air minum.
3. Mahasiswa mampu menentukan kadar Fe dari sayuran dengan teknik destruksi basah.

DASAR TEORI
Spektroskopi serapan atom dipergunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan keberadaan
ion logam baik secara kualitatif maupun kuantitatif dalam semua jenis materi dan larutan. Pengukuran
dalam spektroskopi serapan atom berdasarkan radiasi yang diserap oleh atom yang tidak tereksitasi
dalam bentuk uap.
Teknik serapan biasanya disertai pemasukan suatu larutan sample dalam bentuk aerosol dalam
nyala. Evaporasi pelarut dan penguapan garam terjadi terlebih dahulu untuk mendisosiasi garam ke
dalam atom-atom gas yang bebas. Pada suhu udara asetilen ( kurang lebih 23000 C ) atom dari sejumlah
banyak unsur berada dalam keadaan dasar. Jika seberkas energi radiasi yang terdiri dari spectrum emisi
untuk unsur tertentu yang akan ditentukan dilewatkan melalui nyala ini, sejumlah atom dalam keadaan
dasar akan menyerap energi dari panjang gelombang yang karakteristik (garis resonansi) dan mencapai
keadaan energi yang lebih tinggi.
Sejumlah energi radiasi yang diserap sebagai fungsi konsentrasi unsur dalam nyala merupakan
dasar spektroskopi serapan atom. Untuk beberapa unsur seperti logam alkali Na dan K, nyala udara
asetilen cukup panas tidak hanya menghasilkan atom-atom dalam keadaan dasar tetapi juga menaikkan
jumlah atom ke keadaan elektronik tereksitasi. Energi radiasi dipancarkan (diemisikan) jika atom-atom
kembali ke keadaan dasar yang sebanding dengan konsentrasi dan merupakan dasar spektroskopi emisi
nyala. Suatu sample pertama-tama harus dilarutkan, proses pelarutan dikenal dengan istilah destruksi
yang bertujuan untuk membuat unsur logam menjadi ion logam yang bebas. Terdapat 2 cara destruksi
yaitu:
1) Destruksi basah : sample ditambahkan asam-asam oksidator, jika perlu dilakukan dengan pemanasan.
2) Destruksi kering : sample langsung dipanaskan untuk diabukan.
Hasil destruksi baik secara basah maupun kering kemudian dilarutkan. Larutan sample
dimasukkan ka dalam nyala dalam bentuk aerosol yang selanjutnya akan membentuk atom-atomnya.
Serapan akan terjadi dari radiasi suatu sinar yang sesuai dengan atom yang ditentukan.

Pancaran atau emisi energi radiasi dan emisi nyala atau energi radiasi lampu eksternal yang tidak
bisa hilang oleh serapan atom akan di dispersi oleh monokromator dan dideteksi oleh foto multifier,
dirumuskan oleh persamaan Boltzman sebagai berikut :
.....................................................................................*)
K = tetapan Boltzman
T = suhu nyala dalam Kelvin
Ej = perbedaan energi dalam energi dari tingkat tereksitasi dasar
Nj = jumlah atom pada tingkat tereksitasi
No = jumlah atom dalam tingkat dasar
Pj dan Po = factor statistic yang ditentukan oleh jumlah tingkat yang mempunyai
energi yang sama dari atom yang tereksitasi dan pada tingkat dasar.

Persamaan di atas memberikan informasi bahwa dengan atomisasi dan suhu maka terdapat 2
kemungkinan yaitu keadaan tereksitasi dan keadaan dasar. Pada analisis spektroskopi serapan atom ini
banyak digunakan untuk analisis atom-atom dari golongan alkali dan alkali tanah hal ini karena
kemudahan dari atom-atom tersebut tereksitasi. Pada dasarnya jika diringkas, bila suatu larutan yang
mengandung senyawa yang cocok dari logam yang akan diselidiki itu dihembus ke dalam nyala, terjadi
peristiwa berikut secara berurutan dengan cepat yaitu :
a) Pengisatan pelarut yang meninggalkan residu padat
b) Penguapan zat padat dengan disosiasi menjadi atom-atom penyusunnya, yang mula-mula akan berada
dalam keadaan dasar
c) Beberapa atom dapat tereksitasi oleh energi termal (dari) nyala ke tingkatan-tingkatan energi yang lebih
tinggi dan mencapai kondisi dimana mereka akan memancarkan energi.
Maka spectrum yang dihasilkan terdiri dari garis-garis yang berasal dari atom ion yang tereksitasi.

ALAT DAN BAHAN


Alat :
a

Spektrofotometer Serapan Atom AAnalyst 700 Perkin Elmer

Labu ukur 50 ml

Erlenmeyer 100 ml

Beaker glass

Pipet ukur, pipet tetes dan pipet volume

Batang pengaduk

Pisau

Neraca analitik

Hot plate

Bahan :
a

HNO3 pekat

HClO4 pekat

Sampel ( daun singkong, daun papaya dan lain sebagainya )

Larutan baku dalam 250 ml ( Fe 1000 ppm dan Cu 1000 ppm )

PROSEDUR KERJA
A.Teknik destruksi basah
1)

Ditimbang kurang lebih 1 gram sample, dipotong-potong halus kemudian dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer 100 ml

2) Ditambahkan 10 ml HNO3 pekat kemudian dikocok dengan hati-hati


3) Ditambahkan 3 ml HClO4 60% dan dikocok
4) Dipanaskan di atas hot plate (dalam ruang asam) perlahan-lahan hingga asap tidak ada lagi kemudian
didinginkan, filtrate disaring dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml ditambahkan aquadest dan ditera.
5) Dibuat juga larutan blanko
B. Penyiapan larutan standar

1) Untuk Fe dibuat 0,5; 1; 2; 4; 5 ppm


2) Untuk Ca dibuat 2, 4, 6, 8, 10 ppm

Operasional AAS AAnalyst 700 Perkin Elmer dengan teknik flame


1. Nyalakan alat, tunggu hingga inisialisasi selesai
2. Nyalakan computer, masuk ke AA Winlab32
3. Pastikan memilih teknik flame, jika tidak maka pilih Toolbar, Technique lalu pilih FLAME.
4. Buat method dengan cara :
a. Pada menu File klik New Method
b. Tentukan
-

Unsur yang akan dianalisa (Kolom Element)

Kilik Recommended Value

Buat nama pada kolom New Method Name, OK

c. Tentukan nilai-nilai parameter yang akan diperlukan untuk menganalisis


d. Simpan metode dengan cara klik File lalu Save As Method lalu tekan OK
5. Membuat Sample Information File
a. Klik File lalu New Sampel Information File atau pada Toolbar pilih Sampel Information File
b. Masukkan data-data mengenai sample yang akan dianalisa
c. Simpan dengan cara klik File lalu Save As Sampel Information File lalu klik OK
6. Pasang dan atur lampu
a. Pasang lampu pada tempatnya
b. Pada Toolbar pilih Lamp alat akan mengatur sendiri. Untuk lampu tak berkode maka perlu dimasukkan
unsur yang ada pada lampu, type dari lampunya HCL atau EDL
c. Pada kolom Set Up tekan lampu yang mengandung unsur yang akan diperiksa
7. Optimasi burner
a. Pilih burner head yang diperlukan untuk analisis

b. Nyalakan vent
c. Siapkan larutan standar yang memerlukan api pengoksidasi (blue) dari nyala api udara/Acetylen dan
memilki serapan cahaya diatas 250 nm (Ag, Cu, Mn, Pb)
d. Siapkan larutan blank. Pergunakan pereaksi yang diperlukan untuk menyiapkan larutan standar, biasanya
aquadeat atau aquabidest atau 1% v/v HNO3 dalam air
e. Nyalakan api dengan cara pada Toolbar klik Flame, tentukan nilai udara dan Acetylen yang dibutuhkan
sesuai Recommended Condition kemudian klik Flame ON/OFF
f. Pada menu Tool, klik Continous Graphics dan Continous Graphics Window akan muncul
g. Masukkan larutan blanko klik Autozero
h. Masukkan larutan standar
i. Optimasi burner. Jika menggunakan burner yang bermotor maka pergunakan Window Atomizer Position,
jika tidak maka menggunakan manual untuk mendapatkan pembacaan absorbansi yang tertinggi.
j.

Optimasi Nebulizer, dengan cara : Pada Nebulizer, longgarkan cincin penguncinya secara perlahan lalu
kembnalikan regulator searah jarum jam. Pembacaan absorbansi akan meningkat secara maksimum lalu
berkurang atur regulator sampai pembacaan maksimum. Kencangkan kembali cincin pengunci Nebulizer

k. Optimasi aliran gas, dengan menambahkan atau mengurangi aliran udara atau Acetylen
l. Optimasi ulang posisi burner seperti pada langkah i.
8. Hitung Characteristic Concentration
a. Biarkan lampu menyala selama 10 menit untuk Warm Up
b. Buat atau buka method yang akan dipergunakan untuk analisis
c. Pada Method Editor, pada halaman Calib-Equation, Unit, Replicate, pada kolom Replicate pilih 5
d. Pada Toolbar, klik Manual/Auto dan Result
e. Pada Window Automated Analysis, pada halaman Setup di kolom Autosampler Locations masukkan
lokasi sample tray dari blank dan standar
f. Pada Window Manual Analysis klik Analyze Sample demikian pula jika menggunakan autosampler pada
Window Automated Analysis, pada halaman Analyze, klik pada Analyze Sample
g. Setelah analisis selesai, pada menu Analyze, klik Characteristic Cone.,
h. Masukkan :
- Nilai konsentrasi larutan standar kemudian tekan Tab

- Nilai hasil pembacaan blank dan standar yang ada pada Result
i. Tekan Tab, system akan menghitung secara otomatis Characteristic Concentration
j. Jika akan dicetak hasilnya, maka klik Print Data. Hasil perhitungan harus didalam rentang 20% jika tidak
pastikan larutan yang dipergunakan tepat pada persiapannya atau optimasi ulang burnernya
9. Menganalisa blank, standard an blanko
Menganalisa seluruh larutan dengan Autosampler
Pada Window Automated Analysis klik Analyze All
Menganalisa standar kemudian sample
a. Pada Window Automated Analysis klik Calibrate
b. Jika telai sesuai, analisa sample dengan cara pada Window Automated Analysis klik Analyze Sample
Menghentikan Analisis
a. Pada Window Automated Analysis atau Manual Analysis, klik tombol yang dipergunakan untuk memulai
analisis seperti Analyze Blank, Calibrate atau Analyze Sample. Kemudian dialog Stopping an Analytical
akan muncul
b. Pergunakan dialog ini untuk memberitahu system secara tepat larutan mana yang akan dianalisa
sebelum berhenti. Atau klik pada Cancel untuk melanjutkan kembali analisis
10. Mematikan system
a. Dengan nyala yang masih ada, serap larutan pencuci yang benar kurang lebih 5 menit
b. Pada Window Flame Control, klik icon Flame ON/OFF. Tutup aliran gas ke spectrometer, klik Bleed Gases
dan tunggu sekitar 10 menit setelah mematikan api
c. Keluar dari AAwinlab, dengan cara pada menu File klik Exit
d. Matikan spectrometer dan aksesorinya
e. Buang sisa analisa pada wadah pembuangan

Menggunakan Autosampler untuk mencuci system Flame


a. Pada Window Automated Analysis klik Load Tray
b. Tempatkan wadah dengan larutan pencuci yang pertama pada tempat pencucian

c. Pada Window Automated Analysis klik Select Location klik Go to Wash lalu OK
d. Setelah 5 menit klik Probe Up/Down
e. Tempatkan wadah dengan pencuci yang berikutnya pada tempat pencucian
f. Klik Probe Up/Down
g. Ulangi langkah a f untuk seluruh larutan pencuci
h. Matikan api dan bleed aliran gasnya.

DATA PENGAMATAN

Pembuatan kurva kalibrasi :

Larutan standar Ca (ppm)

Absorbansi

2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
Konsentrasi Ca dalam sampel

Larutan standar Fe (ppm)


0,50
1,00
2,00
4,00

Absorbansi

5,00
Konsentrasi Fe dalam sampel

PRAKTIKUM VIII
ANALISA KOMPOSISI ASAM LEMAK DALAM VCO
DENGAN GCMS

TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa mampu memahami prinsip-prinsip dasar analisa sampel dengan GCMS.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan kembali dan melaporkan hasil percobaan secara ringkas, sistematis dan
akurat.
3. Mahasiswa mampu menentukan komposisi asam lemak dalam sampel VCO dengan teknik analisa GCMS.

TEORI SINGKAT

Kromatografi Gas adalah metode analisis, dimana sample terpisahkan secara fisik menjadi
bentuk molekul-molekul yang lebih kecil (hasil pemisahan dapat dilihat berupa Kromatogram).
Sedangkan Spektroskopi Massa adalah metode analisis, dimana sample yang dianalisis akan diubah
menjadi ion-ion gas-nya, dan massa dari ion-ion tersebut dapat diukur berdasarkan hasil deteksi berupa
Spektrum Massa).
Pada GC hanya terjadi pemisahan untuk mendapatkan komponen yang diinginkan, sedangkan
bila dilengkapi dengan MS (berfungsi sebagai detector) akan dapat mengidentifikasi komponen tersebut,
karena bisa membaca Spectrum Bobot Molekul pada suatu komponen, karena dilengkapi
dengan LIBRARY (reference) yang ada pada software.
Secara intrumentasi, MS adalah detektor bagi GC :

Gambar 3. Spektrum yang dihasilkan GCMS

Keterangan :
Kurva dengan warna garis hitam adalah kromatogram. Dan garis-garis berwarna merah adalah spectrum
massa.

Sample-sample yang dapat dianalisis dengan menggunakan GCMS, harus memenuhi beberapa
syarat, diantaranya:

Dapat diuapkan hingga suhu ~400oC;

Secara termal stabil (tidak terdekomposisi pada suhu ~400oC);

Sample-sample lainnya dapat dianalisis setelah melalui tahapan preparasi yang khusus.

Proses Pemisahan pada GC


Pemisahan komponen senyawa dalam GC terjadi didalam kolom (kapiler) dengan melibatkan
dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam adalah zat yang ada didalam kolom, sedangkan fase
gerak adalah gas pembawa (Helium ataupun Hidrogen dengan kemurnian tinggi, yaitu 99,995%).
Proses pemisahan dapat terjadi karena terdapat perbedaan kecepatan alir dari tiap molekul
didalam kolom. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan afinitas antar molekul dengan
fase diam yang ada didalam kolom.

Instrumentasi GCMS
Bagian-bagian dari instrumen Kromatografi Gas adalah sebagai berikut:

Pengatur aliran gas (Gas Flow Controller);

Tempat injeksi sample (Injector);

Kolom (tempat terjadinya pemisahan);

Lalu dihubungkan pada interface (fungsi interface adalah sebagai penghubung antara GC dan MS).

Sedangkan bagian-bagian dari Spektrometer Massa adalah sebagai berikut:

Tempat masuk sample (melalui interface);

Sumber ion (Ion Source);

Pompa vakum (Vacuum Pump);

Penganalisis Massa (Mass Analyzer);

Detektor (Electron Multiplier Detector).

Setelah data tedeteksi, lalu data dikirimkan ke Sistem Pengolah Data (pada Personal Computer) untuk
diolah sesuai dengan tujuan analisis.

Gambar 4. Bagian-bagian Instrumen GCMS QP2010

Pengaturan temperature kolom pemisahan sangat penting karena pemisahan komponen sangat
dipengaruhi oleh kenaikan temperature dan laju alir gas pembawa. Kromatografi gas spektroskopi
massa dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan analisis kuantitatif dengan cara membandingkan
kromatogram sample dengan baku pembanding (standar) berdasarkan waktu retensi (waktu tambat).

Alat :
-

GCMS Shimadzu 2010

Column : RTx1-MS

Bahan :
-

Metanol p.a

Sampel VCO

N-heksan

BF3 dalam metanol

PROSEDUR KERJA
A. Petunjuk Pemakaian GCMS Shimadzu 2010
1. Buka kran gas Helium
2. Tekan tombol power GCMS Shimadzu 2010
3. Nyalakan computer dan proses pemvakuman, perhatikan hingga autovakum selesai

4. Pada menu Real Time Analisis kik metode file. Bila ingin memanggil metode lama klik open lalu
pilih metode yang diinginkan. Bila ingin membuat metode baru klik new lalu isi sample login dan
tentukan temperature program, kolom oven, suhu injeksi, split ratio lalu OK dan tunggu hingga
kondisi temperature tercapai dan siap analisis ( ready, berwarna hijau ).

Kondisi pemisahan :
Fase gerak

Helium (99,9%)

Suhu kolom

800 C

Suhu Injektor

2300 C

Suhu Detektor

2500 C

Control mode

split

Split ratio

1 : 100

Total flow

5 mL/menit

Pressure

75 Psi

Volume injeksi

1 uL

B. Preparasi Sampel (Esterifikasi)


1. Sebanyak + 2 mL sampel VCO dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan direaksikan dengan 4 mL BF3
dalam metanol.
2. Kocok dan dipanaskan selama + 15 menit. Diamkan sampai terbentuk 2 lapisan.
3. Lapisan atas dipisahkan dengan sentrifugasi dan murnikan lebih lanjut dengan menambahkan Na2SO4
untuk menghilangkan kadar airnya. Hasil esterifikasi selanjutnya dimasukkan ke dalam vial untuk
dianalisa dengan alat GCMS.

C. Analisa komposisi asam lemak dengan GCMS


1.

Sebanyak 1 L sampel VCO yang telah diesterifikasi diinjeksikan ke dalam kolom GC dengan
menggunakan metode autosampler.

2. Pemisahan dilakukan dalam kolom RTx1-MS Restech, 30 m x 0.25 mm ID, 0.25 m, dengan fase diam
Polymethyl xiloxan, suhu injektor 230oC, suhu kolom 70oC dan dinaikan sampai 300oC dengan kenaikan
10oC/menit, laju alir 1,15 mL/menit.
3. Detektor MS yang digunakan adalah Electron Multifier Detector (EMD) 70 MeV.
4. Hasil analisa berupa spektrum massa dibandingkan dengan library WILLEY147 & NIST47 yang terdapat
pada software GCMS postrun anlysis untuk mengetahui komposisi asam lemak yang terdapat pada
sampel.

DATA PENGAMATAN

Komposisi asam lemak VCO


Jenis asam lemak

Rumus Molekul

% komposisi

Similarity

PRAKTIKUM XII
PENETAPAN KADAR KAFEIN
DALAM MINUMAN ENERGI DENGAN HPLC

TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa mengetahui prinsip dasar analisa sampel dengan alat HPLC
2. Mahasiswa mampu menentukan kadar kafein dari suatu sampel.

TEORI SINGKAT
HPLC adalah alat yang sangat bermanfaat dalam analisis. Sebenarnya alat ini merupakan
perkembangan tingkat tinggi dari kromatografi kolom. Selain dari pelarut yang menetes melalui kolom di
bawah grafitasi, didukung melalui tekanan tinggi sampai dengan 4000 atm.
HPLC memperbolehkan penggunaan partikel yang berukuran sangat kecil untuk material
terpadatkan dalam kolom yang mana akan memberi luas permukaan yang lebih besar berinteraksi
antara fase diam dan molekul-molekul yang melintasinya. Hal ini memungkinkan pemisahan yang lebih
baik dari komponen-komponen dalam campuran.
Melalui metode HPLC dimungkinkan analisa campuran dalam jumlah kecil dalam waktu yang
cepat, keunggulannya bila dibandingkan dengan kromatografi gas antar lain, dengan teknik ini dapat
dilakukan analisis campuran zat yang bersifat termolabil dan kemungkinan pemisahan diperluas dengan
memvariasikan komposisi fasa gerak ( solvent programming ) disamping kecepatan aliran, suhu dan jenis
fasa diam.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada analisis dengan HPLC antara lain :
Kolom harus dijaga jangan terkontaminasi dengan sisa-sisa sample maupun pelarut yang digunakan
sebelumnya. Setiap percobaan selesai kolom harus dicuci dengan air-metanol, asetonitril-air, atau
isopropanol 10 % selama kurang lebih 15 menit.

Pelarut harus jernih dan bebas udara, aerasi dapat dilakukan dengan mengaliri gas He atau
menggunakan vacuum degasser.
Metode HPLC dapat digunakan untuk analisa kualitatif dan kuantitatif. Untuk analisa kualitatif
dengan membandingkan kromatogram sample dengan kromatogram baku pembanding berdasarkan
waktu retensinya. Sedangkan untuk analisa kuantitatif dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan :
Cx = Ax / Ap X Cp
Keterangan :
A = Peak area = Luas puncak
C = Konsentrasi
X = sample
P = Pembanding
Atau dapat pula ditentukan dengan menggunakan kurva kalibrasi larutan standar.

ALAT DAN BAHAN


Alat :
a) HPLC Series 200 dengan detector UV 254 nm Perkin Elmer
b) Kolom : C18 (non polar)
c) Syringe
d) Pipet volume 10 ml
e) Labu ukur 50 ml
Bahan :
a) Kafein
b) Minuman berenergi
c) Methanol p.a
d) Asetonitril
e) Aquabidest

PROSEDUR KERJA

A. Pembuatan Larutan Baku Kafein


1)

Timbang dengan seksama 25 mg kafein, masukkan ke dalam labu ukur 50 ml tambahkan pelarut
methanol 30% 25 ml kocok hingga larut

2) Lakukan aerasi terhadap larutan 1 dengan ultrasonic bath selama 15 menit.


3) Encerkan dengan methanol 30% sampai garis tanda, kemudian saring ( Larutan Stock A )
4)

Pipet 10 ml ( Larutan Standar A ), masukkan ke dalam labu ukur 50 ml, encerkan dengan pelarut
methanol 30% sampai garis tanda.

5)

Pipet 5 mL ( Larutan Standar B ), masukkan ke dalam labu ukur 50 ml, encerkan dengan pelarut
methanol 30% sampai garis tanda.

6) Ambil masing-masing 1 mL larutan standar A dan B, masukkan ke dalm vial dan injeksikan sebanyak 10
L ke dalam kolom HPLC. Tentukan komposisi fase gerak yakni 70% metanol : 28% air dan 2% asetonitril
serta laju alir 1 mL/menit dan panjang gelombang detektor 254 nm.
7)

Tentukan berapa persen area untuk kedua larutan standar dan buatlah kurva kalibrasi untuk kedua
larutan standar tersebut.

B. Larutan Sampel
1) Ambil sebanyak 5 mL larutan sampel, masukan kedalam labu ukur 10 mL, encerkan dengan metanol 30%
sampai garis tanda. Kemudian aerasikan selama 15 menit
2) Pipet 1 ml larutan sampel, masukan ke dalam vial dan lakukan pemisahan dengan parameter yang sama
seperti pada larutan standar.
3) Tentukan kadar kafein dalam sampel.

DATA PENGAMATAN

Catat hal-hal penting dan data pengamatan anda pada lembaran tersendiri dan dibuat rangkap.

DAFTAR PUSTAKA

R.A. Day, JR and Underwood, 1986, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.

Pavia L. Donald, et al. 1995, Introduction to Organic Laboratory Techniques, Saunders College, USA.

Adnan, Mochamad, 1997, Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan, ANDI, Yogyakarta.

Skoog, D.A. 1996. Fundamental of Analytical Chemistry, &nd ed. Sauders College Publishing.

Willerd, H.H. et al. 1988. Instrumental Methods of Analysis, Wadsworth.

Spektroskopi IR (Infra Merah)

A. Bruker Optics
Spektroskopi infra merah digunakan secara luas untuk analisis secara kualitatif dan analisis secara
kuantitatif. Penggunaan yang paling penting dari spektroskopi infra merah adalah untuk identifikasi
senyawa organic, karena spektrumnya sangat kompleks yang terdiri dari banyak puncak-puncak

serapan. Spektrum infra merah dari senyawa organic mempunyai sifat-sifat fisik yang karakteristik,
artinya kemungkinan bahwa dua senyawa mempunyai spectrum yang sama adalah sangat kecil, kecuali
senyawa isomer optic. Penemuan IR Cahaya:

Wilhelm menganalisis spektrum sinar matahari. Dia menciptakan spektrum dengan mengarahkan
cahaya matahari melalui prisma.
Ia mengukur kemampuan pemanasan setiap warna dengan menggunakan termometer.
Ia menemukan bahwa daerah dekat dengan bagian merah memiliki kemampuan pemanasan tertinggi
semua.
Dia menyimpulkan bahwa harus ada semacam cahaya yang berbeda di luar merah bagian dari
spektrum. Jenis cahaya dikenal sebagai cahaya "inframerah".

Daerah peresapan infra merah (IR) dapat dibagi menjadi 3 bagian :


1. 4000-1300 cm-1 (2,5-7,7 m) : Functional group region (OH, NH, C=O)
2. 1300-909 cm-1 (7,7-11,0 m) : Finger print region, interaksi, vibrasi pada keseluruhan molekul
3. 909-650 cm-1 (11,0-15,4 m) : Aromatic region, out-of-plane C-H and ring bending absorption
a. Daerah Frekuensi Gugus Fungsional Terletak pada daerah radiasi 4000-1400 cm-1. Pita-pita absorpsi
pada daerah ini utamanya disebabkan oleh vibrasi dua atom, sedangkan frekuensinya karakteristik
terhadap massa atom yang berikatan dan konstanta gaya ikatan.
b. Daerah Fingerprint Daerah yang terletak pada 1400-400 cm-1. Pita-pita absorpsi pada daerah ini
berhubungan dengan vibrasi molekul secara keseluruhan. Setiap atom dalam molekul akan saling
mempengaruhi sehingga dihasilkan pita-pita absorpsi yang khas untuk setiap molekul. Oleh karena itu,
pita-pita pada daerah ini dapat dijadikan sarana identifikasi molekul yang tak terbantahkan.

Supaya terjadi peresapan radiasi inframerah, maka ada beberapa hal yang perlu dipenuhi, yaitu :
1. Absorpsi terhadap radiasi inframerah dapat menyebabkan eksitasi molekul ke tingkat energi vibrasi yang
lebih tinggi dan besarnya absorbsi adalah terkuantitasi
2. Vibrasi yang normal mempunyai frekuensi sama dengan frekuensi radiasi elektromagnetik yang diserap
3. Proses absorpsi (spektra IR) hanya dapat terjadi apabila terdapat perubahan baik nilai maupun arah dari
momen dua kutub ikatan

Spektrum peresapan IR merupakan perubahan simultan dari energi vibrasi dan energi rotasi dari
suatu molekul. Kebanyakan molekul organik cukup besar sehingga spektrum peresapannya kompleks.
Konsep dasar dari spektra vibrasi dapat diterangkan dengan menggunakan molekul sederhana yang
terdiri dari dua atom dengan ikatan kovalen.Halhal yang dapat mempengaruhi jumlah resapan
maksimum secara teoritis adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

Frekuensi vibrasi fundamental jatuh di luar daerah 2,515 m


Resapan terlalu lemah untuk diamati
Beberapa resapan sangat berdekatan hingga tampak menjadi satu
Beberapa resapan dari molekul yang sangat simetris, jatuh pada frekuensi yang sama
Vibrasi yang terjadi tidak mengakibatkan terjadinya perubahan dipole moment dari molekul
Macam-macam Vibrasi
1. Vibrasi Regangan (Streching): vibrasi ini, atom bergerak terus sepanjang ikatan yang
menghubungkannya sehingga akan terjadi perubahan jarak antara keduanya,walaupun sudut ikatan
tidak berubah. Vibrasi regangan ada dua macam, yaitu:

a. Regangan Simetri, yaitu unit struktur bergerak bersamaan dan searah dalam satu bidang datar.
b. Regangan Asimetri, yaitu unit struktur bergerak bersamaan dan tidak searah tetapi masih dalam satu
bidang datar.
2. Vibrasi Bengkokan (Bending) : Jika sistem tiga atom merupakan bagian dari sebuah molekul yang lebih
besar, maka dapat menimbulkan vibrasi bengkokan atau vibrasi deformasi yang mempengaruhi osilasi
atom atau molekul secara keseluruhan.

Spektra IR memberikan informasi


tentang jenis gugus fungsional yang terdapat dalam suatu senyawa sehingga dapat di
perkirakan gugus apa saja yang terkandung di dalamnya. Inframerah mempunyai yang lebih
panjang dibanding UVVis, sehingga tenaga radiasinya lebih kecil. Tenaga infra merah n y a
dapat menyebabkan vibrasi ikatan pada molekul. E n e r g i v i b r a s i d a r i kebanyakan
molekular adalah berhubungan dengan infra merah dari elektro magnetic. B ila sinar infra
merah dilewatkan melalui senyawa organik maka sebagian dari frekuensi sinar diserap, dan yang
lain diteruskan ataupun ditransmisikan. Frekuensi adsorbsi IR dilaporkan sebagai bilangan
gelombang atau wave number yaitu jumlah gelombang per-cm. Bagian utama dari spektro
fotometri infra merah adalah sumber cahaya infra merah, monokromator, dan detector, seperti
gambar disamping. Spektra yang akan diinterpretasikan harus memenuhi persyaratan berikut :
1. Resapan satu sama lainnya harus terpisah dan mempunyai intensitas yang memadai
2. Spektra harus berasal dari zat murni
3. Spektrofotometer harus dikalibrasi
4. Tehnik preparasi sampel harus nyata, selain itu posisi resapan, bentuk, dan tingkat intensitas sering
membantu karna spesifik untuk gugus tertentu
Bagian pokok dari Instrumentasi spektrometer inframerah adalah sumber cahaya inframerah,
monokromator dan detektor. Cahaya dari sumber dilewatkan melalui cuplikan, dipecah menjadi
frekuensi-frekuensi individunya dalam monokromator dan intensitas relatif dari ferkuensi individu
diukur oleh detektor. Sumber yang paling umum digunakan adalah merupakan batang yang dipanaskan
oleh listrik yang berupa :
1. Nernst glower (campuran oksida dari Zr, Y, Er, dsb).
2. Globar (silicon karbida)
3. Berbagai bahan keramik

Membandingkan transmisi dan pengukuran ATR dari lapisan 3 film


Pemeriksaan cepat menunjukkan bahwa lapisan atas dan bawah adalah berbeda senyawa dan spektrum
transmisi berisi band dari ketiga lapisan. Kemampuan untuk menganalisis hanya permukaan sampel

misalnya lapisan pada tablet, pelumas pada terintegrasi papan sirkuit, dan tipis film polimer. Teknik ATR
adalah metode surfacesensitive.

Analisis Kualitatif: Karena perubahan fisika dan kimia yang mungkin terjadi pada proses penyiapan
sampel, maka bila spektra yang dibandingkan tidak identik, maka sebelum diambil kesimpulan harus
dilakukan test berikut :
a.

Ulangi penetapan dengan melakukan rekristalisasi baik terhadap sampel maupun standar dengan
menggunakan pelarut yang sama
b. Larutkan sampel dengan pelarut yang cocok, lalu ukur resapan menggunakan pelarut sebagai blangko.
Bandingkan dengan standar yang dengan cara yang sama
Analisis Kuantitatif: Jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan sebagainya) yang
diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat
dan tebal larutan. Rumus: A= a . b . c atau A = . b . c
Dimana:
A = absorbansi
b atau terkadang digunakan l = tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga umumnya 1 cm)
c = konsentrasi larutan yang diukur

= tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur


dalam molar)
a = tetapan absorptivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam ppm).
Untuk mengatasi kesalahan pada pemakaian spektrofotometer UV-Vis maka perlu dilakukan kalibrasi
blangko. Penentuan kalibrasi dilakukan sebagai berikut:

1. Dilakukan dengan larutan blangko (berisi pelarut murni yang digunakan dalam sampel) dengan kuvet
yang sama.
2. Setiap perubahan panjang gelombang diusahakan dilakukan proses kalibrasi.
3. Proses kalibrasi pada pengukuran dalam waktu yang lama untuk satu macam panjang gelombang,
dilakukan secara periodik selang waktu per 30 menit. Dengan adanya proses kalibrasi pada
spektrofotometer UV-Vis ini maka akan membantu pemakai untuk memperoleh hasil yang kaurat dan
presisi.

B. Sebuah kelas baru FT-IR Spectrometer: Memperkenalkan ALPHA.


ALPHA melengkapi produk Bruker Optik FT-IR, Bruker Optik ini menawarkan jangkauan luas
Spektrometer FT-IR, dimana dari dunia terkecil sampai yang tertinggi di dunia resolusi. Pada ukuran
lembar kertas A4, jejak kecil dari instrumen FT-IR membuatnya cocok untuk kontrol kualitas. Alpha,
dalam kombinasi dengan Bruker Opus / Mentor perangkat lunak Optik dan perpustakaan inframerah
yang luas, menyediakan mudah digunakan solusi turnkey. Zat yang tidak diketahui dapat diidentifikasi
dalam hitungan detik. Interferometer Alpha didasarkan pada desain RockSolid Bruker Optik ', yang
digunakan di kedua laboratorium dan spektrometer proses kasar. Alpha ini juga tidak sensitif terhadap
getaran, sehingga dapat ditempatkan di mana saja, dapat dipindahkan dan segera operasional tanpa
memerlukan keselarasan.
Alpha benchtop merupakan perangkat lunak spektrometer FT-IR terkecil di dunia, dimana
evisiensi tempat dalam laboratorium sangat minim, yang hanya memakan 22 cm dengan 30 ruang cm
(sekitar 8 "dengan 11"). Selain itu ALPHA juga ringan, hanya dengan berat sekitar 7 kg (sekitar 13 lbs).
Dengan Standar resolusi 2 cm-1, Opsional resolusi 1 cm-1, Spectral range 375 - 7500 cm-1.
Alpha ini menawarkan penuh FT-IR fleksibilitas sampling. Modul QuickSnap User-tukar
pengambilan sampel memungkinkan analisis hampir semua jenis sampel - padatan, cairan atau gas.
Transmisi, refleksi eksternal dan dilemahkan jumlah refleksi (ATR) FT-IR aksesoris sampling yang tersedia
dengan antarmuka QuickSnap. Platinum ATR Alpha modul sampling menggabungkan aplikator satu jari
tekanan untuk pengambilan sampel ATR lebih cepat dan lebih direproduksi. ATR Platinum dirancang
untuk memudahkan pembersihan, dengan aplikator tekanan yang dapat diputar 360 untuk
menyediakan pengguna dengan terhalang akses ke area sampling. Alpha menjadikan FT-IR merupakan
analisis sederhana. Perangkat lunak Opus / Mentor, dengan antarmuka pengguna yang mudah dan
intuitif, memandu operator melalui semua langkah analisis. Antarmuka pengguna dapat disesuaikan
untuk aplikasi khusus atau percobaan

Você também pode gostar