Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Kolom : Hypercarb (10 cm x 0,46 cm i.d., yang dikemas dengan karbon grafit
porous berukuran partikel 7 mikron).
Fase gerak : asetonitril - bufer kalium fosfat 0,05 M (pH 5,5) (80:20 v/v) dan
dihantarkan secara isokratik.
Kecepatan alir fase gerak : 1,0 mL/menit.
Volume injeksi : 20 L
Detektor : UV 244 nm
Pemisahan 4-aminofenol, parasetamol, dan 4-kloroasetanilid dengan sistem di atas. Puncak 1= 4aminofenol, puncak 2 = parasetamol, dan puncak 3 = 4-kloroasetanilid.
Bila menggunakan metode TLC, preparasi dan kondisi operasinya sebagai berikut :
Fase diam : Silika gel
Fase gerak : Heksan-aseton (75: 25)
Deteksi
: UV
Penyiapan sampel:
Sebanyak 1 g sampel dipindahkan ke dalam tabung sentrifus gelas 15 mL bertutup
rapat lalu ditambah dengan 5 mL eter, digojog selama selama 30 menit, kemudian
disentrifus selama 15 menit pada 1000 rpm.
Analisis campuran Asetaminofen, Kafein dan Dehidrokodein Fosfat
(dalam Sediaan Tablet)
Kondisi operasional alat instrumen HPLC menjadi seperti berikut :
Dengan sistem ini, asetaminofen, kafein, dan dehidrokodein fosfat dapat terpisah
dengan baik menjadi seperti berikut :
Jenis kromatogram asetaminofen (1), kafein (2), dehidrokodein fosfat (3), dan
fenasetin (4) dalam larutan standar (a) dan dalam ekstrak sediaan tablet (b).
Preparasi sampel:
Sebanyak 20 tablet ditimbang secara seksama lalu diserbuk halus. Sejumlah tertentu
serbuk yang setara dengan 450 mg asetaminofen, 60mg kafein anhidrat, dan 9 mg
dihidrokoein fosfat ditimbang secara seksama lalu dipindahkan ke dalam labu takar
50,0 mL dan diencerkan sampai batas tanda dengan metanol. Larutan selanjutnya
diperlakukan dalam suatu penangas ultrasonik selama 30 menit. Setelah sentrifugasi
selama 5 menit pada 2000 xg, sebanyak 5,0 mL supernatan ditambah dengan 5 ml
larutan standar internal fenasetin yang berkonsentrasi 1 mg/mL. Larutan selanjutnya
diencerkan sampai 50,0 mL dengan fase gerak.
Analisis Campuran Asetaminofen, Kafein dan Kodein Fosfat.
(Dalam sediaan tablet)
Untuk paracetamol dalam bentuk campuran dengan kafein dan codein phosphat,
kondisi operasional alat menjadi seperti berikut :
Dengan sistem seperti ini, asetaminofen dapat terpisah dengan baik dari kafein dan
kodein fosfat dalam waktu kurang dari 10 menit seperti gambar berikut :
Kromatogram kodein fosfat (I), parasetamol (II), dan kodein fosfat (III)
dalam suatu formulasi tablet analgesik-antipiretik dengan menggunakan sistem
kromatografi di atas.
Preparasi sampel:
Sebanyak 20 tablet yang mengandung parasetamol, kafein, dan kodein fosfat
ditimbang secara seksama lalu diserbuk dalam mortir. Sejumlah tertentu serbuk yang
setara dengan parasetamol (500 mg), kafein (15 mg), dan kodein fosfat (10 mg)
ditimbang secara seksama lalu dilarutkan dalam 50 mL fase gerak dalam labu takar
100 mL. Setelah dijaga selama 5 menit dalam penangas ultrasonik, larutan ditepatkan
sampai 100 mL. Sebanyak 5,0 mL larutan ini disaring melalui penyaring 0,45 mikron
lalu diencerkan 10 kali dengan fase gerak dan diinjeksikan ke dalam sistem
kromatografi.
A. Bruker Optics
Spektroskopi infra merah digunakan secara luas untuk analisis secara kualitatif dan analisis secara
kuantitatif. Penggunaan yang paling penting dari spektroskopi infra merah adalah untuk identifikasi
senyawa organic, karena spektrumnya sangat kompleks yang terdiri dari banyak puncak-puncak
serapan. Spektrum infra merah dari senyawa organic mempunyai sifat-sifat fisik yang karakteristik,
artinya kemungkinan bahwa dua senyawa mempunyai spectrum yang sama adalah sangat kecil, kecuali
senyawa isomer optic. Penemuan IR Cahaya:
Wilhelm menganalisis spektrum sinar matahari. Dia menciptakan spektrum dengan mengarahkan
cahaya matahari melalui prisma.
Ia mengukur kemampuan pemanasan setiap warna dengan menggunakan termometer.
Ia menemukan bahwa daerah dekat dengan bagian merah memiliki kemampuan pemanasan tertinggi
semua.
Dia menyimpulkan bahwa harus ada semacam cahaya yang berbeda di luar merah bagian dari
spektrum. Jenis cahaya dikenal sebagai cahaya "inframerah".
Supaya terjadi peresapan radiasi inframerah, maka ada beberapa hal yang perlu dipenuhi, yaitu :
1. Absorpsi terhadap radiasi inframerah dapat menyebabkan eksitasi molekul ke tingkat energi vibrasi yang
lebih tinggi dan besarnya absorbsi adalah terkuantitasi
2. Vibrasi yang normal mempunyai frekuensi sama dengan frekuensi radiasi elektromagnetik yang diserap
3. Proses absorpsi (spektra IR) hanya dapat terjadi apabila terdapat perubahan baik nilai maupun arah dari
momen dua kutub ikatan
Spektrum peresapan IR merupakan perubahan simultan dari energi vibrasi dan energi rotasi dari
suatu molekul. Kebanyakan molekul organik cukup besar sehingga spektrum peresapannya kompleks.
Konsep dasar dari spektra vibrasi dapat diterangkan dengan menggunakan molekul sederhana yang
terdiri dari dua atom dengan ikatan kovalen.Halhal yang dapat mempengaruhi jumlah resapan
maksimum secara teoritis adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
a. Regangan Simetri, yaitu unit struktur bergerak bersamaan dan searah dalam satu bidang datar.
b. Regangan Asimetri, yaitu unit struktur bergerak bersamaan dan tidak searah tetapi masih dalam satu
bidang datar.
2. Vibrasi Bengkokan (Bending) : Jika sistem tiga atom merupakan bagian dari sebuah molekul yang lebih
besar, maka dapat menimbulkan vibrasi bengkokan atau vibrasi deformasi yang mempengaruhi osilasi
atom atau molekul secara keseluruhan.
misalnya lapisan pada tablet, pelumas pada terintegrasi papan sirkuit, dan tipis film polimer. Teknik ATR
adalah metode surfacesensitive.
Analisis Kualitatif: Karena perubahan fisika dan kimia yang mungkin terjadi pada proses penyiapan
sampel, maka bila spektra yang dibandingkan tidak identik, maka sebelum diambil kesimpulan harus
dilakukan test berikut :
a.
Ulangi penetapan dengan melakukan rekristalisasi baik terhadap sampel maupun standar dengan
menggunakan pelarut yang sama
b. Larutkan sampel dengan pelarut yang cocok, lalu ukur resapan menggunakan pelarut sebagai blangko.
Bandingkan dengan standar yang dengan cara yang sama
Analisis Kuantitatif: Jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan sebagainya) yang
diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat
dan tebal larutan. Rumus: A= a . b . c atau A = . b . c
Dimana:
A = absorbansi
b atau terkadang digunakan l = tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga umumnya 1 cm)
c = konsentrasi larutan yang diukur
1. Dilakukan dengan larutan blangko (berisi pelarut murni yang digunakan dalam sampel) dengan kuvet
yang sama.
2. Setiap perubahan panjang gelombang diusahakan dilakukan proses kalibrasi.
3. Proses kalibrasi pada pengukuran dalam waktu yang lama untuk satu macam panjang gelombang,
dilakukan secara periodik selang waktu per 30 menit. Dengan adanya proses kalibrasi pada
spektrofotometer UV-Vis ini maka akan membantu pemakai untuk memperoleh hasil yang kaurat dan
presisi.
Fenol,
amin
sekunder,
metil
Ikatan kovalen C-C, C=C,C=O,C-H
Ikatan hidrogen O-H, N-H
Dimana metode reaksi pendahuluan dan gugus fungsi yang dapat dilakukan terhadap senyawa
parasetamol adalah sebagai berikut :
Reaksi pendahuluan
Prosedur : pada zat tambahkan CHCl3 dan NH4OH, kocok. Lapisan CHCl3 diuapkan dan
ditambahkan HCl 0,5 N, kemudian ditambahkan reagen:
a) Dragendrof : endapan coklat merah
b) Bouchardat : endapan coklat merah
c) Mayer : endapan kunung putih
Gugus Amin sekunder
Reaksi millon : pada zat tambahkan pereaksi millon, terbentuk warna merah
Pada larutan zat atau beberapa mg zat, teteskan larutan FeCl3, terbentuk warna ungu
Pada larutan zat, tambahkan peraksi air brom, terjadi endapan (reaksi substitusi)
Reaksi diazosulfanilat : pada 10 mg zat atau larutannya, tambahkan 1 ml larutan NaOH encer, 4
ml larutan asam sulfanilat dan 4 ml larutan natrium nitrit, terbentuk warna merah
DATA SPEKTROFOTOMETRI
Sehingga Spektrofotometri Infra Merah dapat digunakan sebagai metode analisis senyawa
parasetamol. Spektrum infra merah senyawa parasetamol sebagai berikut :
MITOKONDRIA
Mengenai Saya
milan el ikhwan
tangerang, tangerang, Indonesia
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.
at 1000 islands
cita-cita
Categories
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Archives
o
12 (89)
Mei (60)
Juni (29)
Jun 02 (18)
Jun 05 (11)
kasus hipertensi
modul praktikum kimia instrument
Pembuatan Body Scrub Ekstrak Madu
SEDIAAN LIPSTICK
Pembuatan Sabun Transparan dengan Menggunakan Ekst...
PEMBUATAN SHAMPOO DENGAN EKSTRAK LIDAH BUAYA
(Aloe...
SEDIAAN KRIM PELEMBAB TABIR SURYA
PEMBUATAN SEDIAAN LIPSTIK
PEMBUATAN SABUN PADAT TRANSPARAN
PEMBUATAN TABIR SURYA EKSTRAK KENCUR
PEMBUATAN SHAMPOO EKSTRAK KUNING TELUR
Kata Pengantar
Buku Petunjuk Praktikum Kimia Instrument ini sengaja disusun sebagai pedoman bagi
mahasiswa dalam melaksanakan praktikum kimia instrumen khususnya untuk para mahasiswa Program
Studi Kimia, Jurusan MIPA Fakultas Sains dan Teknologi UIN SYARIF Hidayatullah Jakarta.
Tujuan dari penyusunan buku pedoman ini adalah supaya mahasiswa memperoleh gambaran
umum mengenai konsep-konsep dasar yang berkaitan dengan materi praktikum kimia instrumen
sehingga dapat menyelesaikan tugas praktikum dengan sebaik-baiknya.
Agar tujuan tersebut dapat mencapai, setiap modul percobaan dilengkapi dengan landasan teori
yang didasarkan pada keterkaitan materi dengan tujuan percobaan yang dilakukan. Hal tersebut
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan wawasan berfikir serta ketrampilan mahasiswa dalam
melaksanakan percobaan, khususnya yang berkaitan dengan penggunaan alat-alat instrumen dan
interpretasi data hasil percobaan.
Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
memberikan saran-sarannya dalam penyusunan buku petunjuk praktikum ini. Semoga buku petunjuk
praktikum ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang menggunakannya.
Wassalam.
Penyusun
Semua mahasiswa (praktikan) yang akan melaksanakan Praktikum Kimia Instrument di Pusat
Labotaroium Terpadu Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah diwajibkan melaksanakan dan
mentaati tata tertib sebagai berikut :
1.
Semua mahasiswa yang akan mengikuti praktikum kimia instrumen wajib mendaftarkan diri di PLT dan
terdaftar sebagai mahasiswa praktikan yang dibuktikan dengan adanya kartu praktikan.
2.
Sebelum waktu pelaksanaan praktikum, praktikan tidak diperkenankan memasuki ruang praktikum juga
mengunakan, memindahkan ataupun mengoperasikan alat.
3.
Praktikan harus datang tepat pada waktunya, jika terlambat lebih dari 15 menit tanpa alasan yang dapat
diterima praktikan tidak diperkenankan mengikuti praktikum pada hari tersebut.
4.
Pre-test diadakan setiap kali sebelum praktikum dengan materi acara praktikum sebagaimana yang
telah ditetapkan.
5.
Semua praktikan wajib menyusun rencana kerja praktikum sebelum pelaksanaan praktikum dan bila
sudah selesai praktikum, praktikan wajib membuat laporan berdasarkan materi praktikum yang telah
dilaksanakan.
6.
Selama praktikum, semua praktikan wajib memakai jas lab dengan rapih, sopan, dan menjaga
kebersihan lab.
7.
Apabila praktikan merusakkan atau memecahkan peralatan laboratorium dengan alasan apapun, maka
kepadanya diwajibkan untuk mengganti alat tersebut.
8.
Praktikan yang tidak menjalankan praktikum pada harinya karena berhalangan atau gagal menjalankan
praktikum pada hari itu, dapat mengulang pada hari lain jika masih memungkinkan.
9.
Bila 3 ( tiga ) kali berturut-turut praktikan tidak hadir untuk melaksanakan praktikum tanpa ada
keterangan yang sah, maka dinggap mengundurkan diri.
2.
Judul Praktikum
b. Tujuan Praktikum
c. Landasan Teori
d. Metode ( Alat dan Bahan, Cara kerja )
MI
3.
Penilaian laporan didasarkan pada kerapihan tulisan, kesesuaian judul dan teori dengan hasil percobaan
dan kesimpulan serta alasan yang tepat jika terdapat penyimpangan hasil percobaan.
4.
DAFTAR ISI
Pengenalan Alat Spektrofotometer UV-Vis, Kalibrasi dan Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum
M II
Identifikasi dan penetapan kadar injeksi sianokobalamin dengan alat Spektrofotometer UV-Visible
M III
M IV
MV
M VI
M VII
Penetapan Kadar Logam Kalsium (Ca) dalam Air Mineral dengan Spektroskopi Serapan Atom (AAS)
M VIII
Penetapan Logam Besi (Fe) dalam Sampel Padatan dengan Teknik Destruksi Basah
M IX
Penetapan Kadar Alkohol dalam Minuman Dengan Cara Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (GCMS)
MX
PRAKTIKUM I
PENGENALAN ALAT SPEKTROFOTOMETER UV-VIS, KALIBRASI DAN PENGUKURAN PANJANG
GELOMBANG MAKSIMUM
TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa memahami prinsip kerja alat spektrofotometer UV-Visible.
2. Mahasiswa mengetahui cara mengkalibrasi alat spektrofotometer UV-Visibel.
3. Mahasiswa mengetahui cara menentukan nilai maks (panjang gelombang maksimum) sebagai parameter
penting dalam analisa spektrofotometri UV-Vis.
DASAR TEORI
Molekul-molekul dapat mengabsorbsi atau mentransmisi radiasi gelombang elektromagnetik.
Berkas cahaya putih adalah kombinasi semua panjang gelombang spektrum tampak. Perbedaan warna
yang kita lihat sebenarnya ditentukan dengan bagaimana gelombang cahaya tersebut diabsorbsi dan
ditransmisikan (dipantulkan) oleh objek atau suatu larutan.
Spektrofotometer digunakan untuk mengukur jumlah cahaya yang diabsorbsi atau ditransmisikan
oleh molekul-molekul di dalam larutan. Ketika panjang gelombang cahaya ditransmisikan melalui
larutan, sebagian energi cahaya tersebut akan diserap (diabsorbsi). Besarnya kemampuan molekulmolekul zat terlarut untuk mengabsorbsi cahaya pada pada panjang gelombang tertentu dikenal dengan
istilah absorbansi (A), yang setara dengan nilai konsentrasi larutan tersebut dan panjang berkas cahaya
yang dilalui (biasanya 1 cm dalam spektrofotometer) ke suatu point dimana persentase jumlah cahaya
yang ditransmisikan atau diabsorbsi diukur dengan phototube.
Sebuah spektrofotometer memiliki lima bagian penting yaitu:
a) Sumber cahaya, untuk UV umumnya digunakan lampu deuterium (D2O), untuk visible digunakan lampu
tungstent xenon (Auc).
b)
Monokromator, suatu alat yang berfungsi mengubah cahaya polikromatik menjadi cahaya
monokromatik
c) Sel penyerap / wadah pada sample, cell dalam spektrofotometer disebut juga dengan kuvet.
d) Photodetektor berfungsi untuk mengubah energi cahaya menjadi energi listrik
e) Analyzer (pengolah data), untuk spektrofotometer modern biasanya dilengkapi dengan komputer.
Suatu spektrometer UV-Vis biasanya bekerja pada daerah panjang gelombang sekitar 200 nm
(pada ultra-violet dekat) sampai sekitar 800 nm (sinar tampak). Ketika sinar melewati suatu senyawa,
energi dari sinar tersebut digunakan untuk mendorong perpindahan elektron dari orbital ikatan atau
orbital non-ikatan ke salah satu orbital anti-ikatan yang kosong. Perpindahan/lompatan elektron yang
mungkin terjadi akibat adanya sinar adalah :
Pada tiap kemungkinan, suatu elektron tereksitasi dari orbital yang terisi penuh ke orbital antiikatan yang kosong. Tiap lompatan elektron memerlukan energi dari sinar dan lompatan yang besar
pasti membutuhkan energi yang lebih besar daripada lompatan yang kecil. Jika besarnya energi tersebut
cukup untuk membuat suatu lompatan, maka panjang gelombang akan diserap dan energinya akan
digunakan untuk promosi satu elektron.
Lompatan yang penting diantaranya:
Artinya untuk menyerap sinar pada daerah antara 200 - 800 nm (pada daerah dimana spektra
diukur), suatu senyawa harus mengandung ikatan pi atau terdapat atom dengan orbital non-ikatan.
Orbital non-ikatan biasanya mengandung pasangan elektron bebas, misalnya pada oksigen, nitrogen,
atau halogen. Bagian molekul yang dapat menyerap sinar disebut sebagai gugus kromofor.
Anda akan melihat puncak serapan pada 217 nm. Ini berada pada daerah ultra-violet dan tidak
ada tanda yang menunjukan penyerapan pada daerah sinar tampak karena buta-1,3-diena tidak
berwarna. Puncak pada grafik di atas dinamakan "lambda-max" (panjang gelombang maksimum).
Pada buta-1,3-diena, CH2=CH-CH=CH2, tidak ada elektron non-ikatan. Artinya lompatan
elektron yang terjadi (dalam kisaran yang dapat diukur oleh spektrometer) hanya dari orbital pi ikatan
ke orbital pi anti-ikatan.
Kuvet quartz
Aseton
Benzen/Toluen
Metanol
Aquades
PROSEDUR KERJA
A. Kalibrasi Alat Spektrofotometer UV-Vis
1. Nyalakan alat spektrofotometer selama +15 menit untuk menstabilkan sumber cahaya dan fotodetektor.
2.
Siapkan larutan blangko (aquades), masukkan ke dalam kuvet yang telah dibersihkan sebelumnya
dengan menggunakan tisue.
3. Pilih menu aplikasi wavelength scan. Lakukan kalibrasi dengan menggunakan larutan blangko (minimal 2
kali dengan menekan tombol autozerro).
Setting nilai absorbansi = 0
Setting nilai transmitansi = 100 % (artinya larutan tidak mengabsorpsi cahaya yang
diberikan).
B. Menentukan panjang gelombang yang memiliki nilai absorbansi maximum (maks):
1.
Pertama-tama tentukan range panjang gelombang yang akan digunakan (untuk sampel yang tidak
berwarna, gunakan range panjang gelombang sinar UV : 180 400 nm).
DATA PENGAMATAN
Nama Senyawa
Gugus Kromofor
Aseton
Benzen
Metanol
PRAKTIKUM II
IDENTIFIKASI KEMURNIAN & PENETAPAN KOEFISIEN EKSTINGSI SIANOKOBALAMIN DENGAN
SPEKTROFOTOMETER UV-VISIBLE
TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa memahami prinsip identifikasi kemurnian sianokobalamin melalui metode spektrofotometri
UV-Vis.
2.
DASAR TEORI
Spektrofotometer UV-Visible sering digunakan untuk keperluan penetapan kadar dan identifikasi
suatu senyawa. Panjang gelombang yang secara maksimum diabsorbsi ditentukan dengan mengukur
absorbansi sampel pada rentang panjang gelombang yang telah ditentukan. Setelah cahaya melewati
larutan uji, energi cahaya yang melewati phototube dinyatakan sebagai rasio transmitansi cahaya I
(cahaya yang melewati sample) terhadap cahaya incident I0 (intensitas cahaya dari sumber sebelum
melewati sample). Cahaya yang diterima phototube adalah diukur sebagai persen transmitansi
(%T) atau sebagai log kebalikannya, absorbansi (A).
Jika I lebih kecil dari Io, artinya sampel menyerap sejumlah sinar. Dalam hal ini terdapat
hubungan yang sederhana antara absorbansi (A) dengan intensitas cahaya yang melewati sampel dan
intensitas cahaya sebelum melewati sampel, yakni :
Bagian sinar yang diserap akan tergantung pada berapa banyak molekul yang beinteraksi dengan sinar.
Dengan kata lain nilai absorbansi sangat bergantung pada konsentrasi suatu senyawa. Hubungan antara
banyaknya cahaya yang diserap dengan konsentrasi suatu senyawa dinyatakan secara kuantitatif melalui
persamaan Hukum Lambert-Beer :
Log I0 / I = . L. C ................................... *)
Keterangan :
I0 = Intensitas cahaya sebelum melewati sample
I
= Koefisien ekstingsi, yaitu konstanta yang tergantung pada sifat alami dari senyawa substansi dan panjang
gelombang yang digunakan untuk analisis
L = Panjang atau jarak cahaya yang melewati sample
C = Konsentrasi dari larutan yang dianalisa
Koefisien ekstingsi sering pula dinyatakan dalam koefisien absorptivitas molar. Nilai
absorptivitas molar dapat bervariasi. Contohnya, sianokobalamin memiliki dua puncak serapan dalam
spektrum UV-tampak. Dua puncak serapan ini disebabkan oleh promosi elektron dari pasangan elektron
bebas gugus karbonil dan delokalisasi elektron ikatan rangkap terkonjugasi dari orbital pi ikatan ke
orbital pi anti-ikatan.
Dalam pengukuran kemurnian suatu senyawa dapat dilakukan dengan menentukan harga
serapan relatifnya. Serapan relatif adalah perbandingan harga serapan pada 2 ujung panjang gelombang
tertentu dimana untuk zat tertentu besarnya tertentu pula, sehingga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kemurnian zat tersebut.
Pipet volumetric 5 ml
Pipet tetes
Tissue
PROSEDUR KERJA
A. Pengukuran nilai serapan relatif
1. Keluarkan isi dari ampul injeksi sianokobalamin ( vitamin B12) ke dalam beaker glass 50 ml.
2. Pipet 1 ml injeksi sianokobalamin tersebut ke dalam labu ukur 100 ml tambahkan air hingga volumenya
mencapai 100 ml.
3.
Nyalakan alat spektrofotometer, pilih menu aplikasi waveprogram. Ukur serapannya dengan kuvet
setebal 1 cm pada panjang gelombang 550 nm, 361 nm, dan 278 nm.
DATA PENGAMATAN
Panjang gelombang
Absorbansi
278 nm
361 nm
550 nm
Konsentrasi sianokobalamin
PRAKTIKUM III
PENGUKURAN KADAR ION NITRIT DENGAN
SPEKTROFOTOMETER UV-VISIBLE
TUJUAN PERCOBAAN :
1.
Mahasiswa memahami prinsip yang melandasi metode pengukuran kadar suatu senyawa dengan
menggunakan spektrofotometer Uv-Visible.
2.
Mahasiswa mampu menentukan kadar ion nitrit dalam suatu sampel dengan menggunakan alat
spektrofotometer UV-Visible.
DASAR TEORI
Jika anda melewatkan sinar putih pada media yang berwarna, sebagian warna akan terserap.
Larutan yang mengandung ion tembaga(II) tetrahidrat, sebagai contoh, kelihatan biru pucat karena
larutan menyerap sinar dari spektrum merah. Panjang gelombang yang tersisa akan berkombinasi di
dalam mata dan otak untuk memunculkan warna sian (biru pucat).
Beberapa media yang tak berwarna juga menyerap sinar tetapi dalam daerah ultraviolet (UV).
Karena kita tak mampu melihat sinar UV, maka kita tak dapat mengamati penyerapannya. Media yang
berbeda akan menyerap sinar dengan panjang gelombang yang berbeda, dan ini dapat dipakai untuk
mengidentifikasi suatu materi, misalnya keberadaan ion logam, atau gugus fungsi dalam senyawasenyawa organik.
Besarnya penyerapan tergantung pada konsentrasi materi, jika berupa larutan. Perhitungan
banyaknya penyerapan dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan terutama untuk larutan
yang sangat encer.
Hubungan I0/IT akan lebih cepat dipahami dengan melihat kebalikan dari perbandingan tersebut
yakni IT / I0 sebagai transmitansi (T) dari larutan. Sedangkan log (I0/IT) dikenal sebagai absorbansi (A)
larutan. Pernyataan ini akan menghasilkan persamaan A = - log T dengan A = .L.C (Hukum Lambert
Beer). Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa persamaan Hukum Lambert-Beer menyerupai
persamaan garis lurus y = mx + b. Dengan kata lain absorbansi cahaya dari larutan secara langsung
berbanding lurus dengan konsentrasi larutan.
Kita dapat mempersiapkan satu seri larutan standar yang memiliki substansi yang sama dengan
sampel dalam konsentrasi yang diketahui dan jika kita plotkan terhadap harga absorbansi, akan
diperoleh kurva regresi linier (garis lurus) atau sering disebut dengan Kurva Kalibrasi. Hukum Lambert
Beers bekerja baik untuk larutan dengan konsentrasi rendah, tetapi menjadi tidak linear jika konsentrasi
terlalu tinggi. Konsentrasi seri larutan ini harus berada pada kisaran konsentrasi yang akan ditentukan
bisa lebih encer atau lebih pekat dari konsentrasi yang diperkirakan.
Kuvet quartz
Naphthylethylenediamine
Methanol p.a
Aquades
PROSEDUR KERJA
A. Pembuatan larutan standar nitrit (NO2-)
1. Ambil 7 tabung reaksi bersih dan kering dan beri label pada masing-masing tabung.
2.
Tabung
1
Tabung
2
Tabung
3
Tabung
4
Tabung
5
Tabung
6
Tabung
7
blanko
0.02
ppm
0.04
ppm
0.06
ppm
0.08
ppm
0.10
ppm
Sampel
Pipet 2,5 ml aquades ke dalam tabung reaksi yang berlabel blanko, sedangkan kelima tabung reaksi
berikutnya pipet sejumlah volume 0.4 ml, 0.7 ml, 1.0 ml, dan 1.3 ml larutan standar nitrit 2,5 ppm.
3. Berikutnya pipet sejumlah 2,5 ml larutan sampel dan masukkan ke dalam tabung yang telah diberi label
sampel.
4. Selanjutnya tambahkan 2.5 mL reagent pewarna ke dalam setiap tabung termasuk ke dalam blangko dan
sampel. Larutan pewarna terdiri dari asam sulfanilik, naphthylethylenediamine dan asam asetat.
5.
Tambahkan aquades ke dalam masing-masing tabung (kecuali blangko) hingga volume total setiap
tabung reaksi mencapai 5,0 ml.
6.
Tutup setiap tabung reaksi tersebut dengan menggunakan parafilm dan homogenkan larutan
didalamnya dengan membalikkan perlahan-lahan.
Pertama-tama tentukan range panjang gelombang yang akan digunakan dan set absorbansi ke 0.00
dengan menggunakan blanko dalam kuvet yang telah disediakan.
Jangan merubah setting ketika anda menggunakan panjang gelombang yang sama.
Anda dapat mengecek blanko kembali ketika telah selesai mengukur absorbansi semua
sample untuk meyakinkan bahwa tidak terjadi perubahan standarisasi.
2.
Pilih salah satu seri larutan standar (misal standar nitrit 0.01 ppm), masukkan ke dalam kuvet dan
tentukan panjang gelombang yang memiliki absorbansi maksimum ( maks). Gunakan panjang gelombang
ini untuk pengukuran absorbansi semua larutan.
Set spektrofotometer ke panjang gelombang yang memiliki absorbansi maksimum (maks) yang telah
ditentukan pada langkah sebelumnya. Gunakan larutan blanko dan kalibrasi alat spektrofotometer
hingga nilai absorbansi 0.00.
2.
Ukurlah absorbansi masing-masing larutan standar nitrit yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Pengukuran dimulai dari konsentrasi yang terendah.
3. Buat kurva kalibrasi yang menggambarkan hubungan antara absorbansi (sumbu Y) dengan konsentrasi
(Sumbu X).
Masukkan sampel yang akan dianalisa ke dalam kuvet dan tentukan absorbansinya dengan
menggunakan prosedur yang sama seperti pada pengukuran larutan standar.
2.
Tentukan konsentrasi ion nitrit dari sample unknown dengan memplotkan absorbansi pada kurva
standar absorbansi Vs konsentrasi yang telah dibuat pada langkah C (untuk spektrofotometer mutakhir,
pengukuran konsentrasi dapat dilakukan dengan mode concentration, yang dapat diautomasi) . Jika
anda melakukan pengenceran terhadap sampel, gunakan faktor pengenceran untuk menghitung
konsentrasi ion nitrit yang sebenarnya.
Absorbansi
0.02 ppm
0.04 ppm
0.06 ppm
0.08 ppm
0.10 ppm
TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa memahami prinsip penetapan kadar gula pereduksi dengan Metode Nelson-Somogyi
2. Mahasiswa mampu menentukan kadar gula reduksi dengan metode Nelson Somogyi yang diukur dengan
alat spektrofotometer .
DASAR TEORI
Bahan Kimia :
1) Reagent Nelson A
12,5 gram Na-karbonat anhidrat ( Na2CO3 ), 12,5 gram K-Na tartrat, 10 gram Natrium bikarbonat (
NaHCO3 ) dan 100 gram Na-sulfat (Na2SO4) dilarutkan dalam 350 ml aquadest dan diencerkan sampai
500 ml.
2) Reagent Nelson B
7,5 gram CuSO4.5H2O dilarutkan dalam 50 ml aquadest ditambahkan 1 tetes asam sulfat pekat.
3) Reagent Nelson C
Reagent Nelson C dibuat dengan cara mencampur reagent Nelson A dan B dengan perbandingan 25 : 1.
Pencampuran dikerjakan pada setiap kali akan digunakan.
4) Regent Arsenomolybdat
25 gram ammonium molibdat dilarutkan dalam 450 ml aquadest dan ditambahkan 25 ml asam sulfat
pekat ( larutan I )
3 gram Na2HAsO4.7H2O dilarutkan dalam aquadest ( larutan II )
Tuangkan larutan II ke larutan I dan simpan dalam botol coklat dengan suhu 370 C selama 24 jam.
PROSEDUR KERJA
Pembuatan kurva standar
a. Buatlah larutan standar glukosa dengan konsentrasi 10 mg glukosa anhidrat / 100 ml.
b. Encerkan larutan standar glukosa dengan penambahan aquades seperti dalam tabel :
Tabung
Tabung
Tabung
Tabung
Tabung
Tabung
Larutan
Standar (ml)
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Aquadest ml
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
Kadar Gula
(mg/100 ml)
10
Sebanyak 1ml reagent Nelson C dimasukkan ke dalam masing-masing tabung dan dipanaskan dalam
penangas air mendidih selama 20 menit.
Semua tabung diambil dan didinginkan segera bersama-sama di dalam gelas piala 1000 ml yang berisi air
dingin sampai suhu tabung mencapai 250 C.
Setelah dingin, reagent arsenomolibdat ditambahkan dan dikocok sampai semua endapan Cu2O yang
berwarna merah bata larut.
Setelah semua endapan Cu2O larut sempurna, ke dalam masing-masing tabung ditambahkan 7 ml
aquadest dan kocok sampai homogen.
Ukur absorbansi larutan standar tersebut dengan menggunakan panjang gelombang 540 nm.
Buatlah kurva kalibrasi yang menyatakan hubungan antara absorbasni Vs konsentrasi larutan standar,
hingga diperoleh persamaan regresi linier.
Larutan sample dengan kisaran kadar gula sekitar 2 8 mg / 100 ml disiapkan. Perlu diperhatikan bahwa
larutan sample ini harus jernih dan tidak berwarna. Karena itu bila dijumpai larutan sample yang keruh
atau berwarna, perlu dilakukan penjernihan terlebih dahulu dengan menggunakan bubur aluminium
hidroksida atau Pb-asetat dan selanjutnya kelebihan Pb direaksikan dengan garam oksalat hingga
larutan gula tersebut bebas dari Pb.
1ml larutan sample yang jernih tersebut diambil dengan pipet ukur dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang bersih dan kering, kemudian ditambahkan 1 ml reagent Nelson C.
Larutan dipanaskan dalam penangas air yang didalamnya berisi air mendidih selama 20 menit.
Semua tabung diambil dan didinginkan segera bersama-sama di dalam gelas piala yang berisi air dingin
sehingga suhu tabung mencapai 250 C.
Setelah dingin tambahkan 1 ml pereaksi arsenomolibdat, kocok sampai endapan Cu2O larut dan
ditambahkan 7 ml aquadest kemudian kocok lagi sampai homogen.
Ukur absorbansi larutan sampel pada panjang gelombang 540 nm dan tentukan konsentrasi gula
pereduksi dengan kurva kalibrasi yang telah dibuat sebelumnya.
DATA PENGAMATAN
Larutan
Absorbasni (A)
Panjang gelombang
PRATIKUM V
PENGENALAN & KALIBRASI ALAT
SPEKTROFOTOMETER FOURIER TRANSFORM INFRA RED ( FTIR )
TUJUAN PERCOBAAN
TEORI SINGKAT
Anda mungkin tahu bahwa cahaya yang bisa kita lihat itu terdiri dari gelombang elektromagnetik
dengan frekwensi yang berbeda-beda, setiap frekwensi tersebut bisa dilihat sebagai warna yang
berbeda. Radiasi Infra-merah juga merupakan gelombang dengan frekwensi yang berkesinambungan,
hanya saja mata kita tidak bisa melihat mereka.
Jika anda menyinari sebuah senyawa organik dengan sinar infra-merah yang mempunyai
frekwensi tertentu, anda akan mendapatkan bahwa beberapa frekwensi tersebut diserap oleh senyawa
tersebut. Sebuah alat pendetektor yang diletakkan di sisi lain senyawa tersebut akan menunjukkan
bahwa beberapa frekwensi melewati senyawa tesebut tanpa diserap sama sekali, tapi frekwensi lainnya
banyak diserap. Berapa banyak frekwensi tertentu yang melewati senyawa tersebut diukur sebagai
persentasi transmitasi (percentage transmittance).
Prinsip kerja alat FTIR secara umum dapat digambarkan sebagai berikut: sampel di-scan, yang
berarti sinar infra-merah akan dilewatkan ke sampel. Gelombang yang diteruskan oleh sampel akan
ditangkap oleh detektor yang terhubung ke komputer yang akan memberikan gambaran spektrum
sampel yang diuji. Struktur kimia dan bentuk ikatan molekul serta gugus fungsional tertentu sampel
yang diuji menjadi dasar bentuk spectrum yang akan diperoleh dari hasil analisa.
Kalibrasi
Salah satu tujuan utama dari kalibrasi alat adalah untuk menjamin hasil analisa agar diperoleh
data dengan presisi dan akurasi yang tinggi. Faktor yang mempengaruhi presisi dan akurasi pengukuran
dapat diakibatkan oleh kesalahan yang terjadi karena berbagai penyebab. Menurut Miller & Miller
(2001) tipe kesalahan dalam pengukuran analitik dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Kesalahan serius (Gross error)
Tipe kesalahan ini sangat fatal, sehingga konsekuensinya pengukuran harus diulangi. Contoh dari
kesalahan ini adalah kontaminasi reagent yang digunakan, peralatan yang memang rusak total, sampel
yang terbuang, dan lain lain. Indikasi dari kesalahan ini cukup jelas dari gambaran data yang sangat
menyimpang, data tidak dapat memberikan pola hasil yang jelas, tingkat reprodusibilitas yang sangat
rendah dan lain lain.
2. Kesalahan acak (Random error)
Golongan kesalahan ini merupakan bentuk kesalahan yang menyebabkan hasil dari suatu
perulangan menjadi relatif berbeda satu sama lain, dimana hasil secara individual berada di sekitar
harga rata-rata. Kesalahan ini memberi efek pada tingkat akurasi dan kemampuan dapat terulang
(reprodusibilitas). Kesalahan ini bersifat wajar dan tidak dapat dihindari, hanya bisa direduksi dengan
kehati-hatian dan konsentrasi dalam bekerja.
3. Kesalahan sistematik (Systematic error)
Kesalaahn sistematik merupakan jenis kesalahan yang menyebabkan semua hasil data salah
dengan suatu kemiripan. Hal ini dapat diatasi dengan:
a. Standarisasi prosedur
b. Standarisasi bahan
c. Kalibrasi instrumen
Dalam analisa spektroskopi FTIR terdapat berbagai macam faktor yang memberikan kontribusi
terhadap kesalahan pembacaan panjang gelombang. Kesalahan tersebut dapat dikelompokkan menjadi :
a
Kesalahan linear : dimana besarnya pergeseran skala panjang gelombang semuanya konstan
Kesalahan tidak menentu : disebabkan oleh ketidakseragaman gerakan pengendali mekanik dari alat
perekam
Cara paling sederhana untuk membuat kurva ini adalah dengan menggunakan spectrum baku
pembanding. Spektrum yang biasa digunakan yaitu spectrum dari film plastic polistirena. Dengan
mengetahui frekuensi dari baku pembanding maka dapat dibuat kurva kalibrasi yang merupakan grafik
hubungan antara panjang frekuensi dengan kesalahan frekuensi.
Handy press
Bahan :
Film polistirena
Parafin liquid
PROSEDUR KERJA
A. Kalibrasi Spektrofotometer Infra Merah
1.
Buat spectrum dari baku pembanding film polistirena untuk kisaran panjang gelombang 4000 cm1
sampai 650 cm-1
2. Baca frekuensi dari puncak-puncak yang diperoleh dan bandingkan dengan frekuensi table.
3. Buat kurva kalibrasi antara kesalahan frekuensi dengan frekuensi eksperimental
B. Pengukuran Spektra Zat Cair Sukar Menguap
1. Teteskan 1 tetes paraffin liquid pada permukaan sel KBr.
2. Tangkupkan sel yang satu lagi di atas sel tersebut sehingga zat cair membentuk lapisan film kapiler
3. Letakkan sel pada cell holder
4. Rekam spectrum dari paraffin cair dengan resolusi 4 cm-1
5. Identifikasi gugus fungsional yang ada.
DATA PENGAMATAN
Gugus Fungsi
Frekuensi (cm-1)
Frekuensi (cm-1)
Gugus Fungsi
PRAKTIKUM VI
ANALISIS GUGUS FUNGSI PARASETAMOL
DENGAN SPEKTROFOTOMETRI FTIR
TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa memahami prinsip identifikasi senyawa organik melaui teknik analisa FTIR.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi gugus fungsional senyawa organik dari hasil analisa FTIR.
TEORI SINGKAT
Spektrofotometer infra merah sangat penting dalam analisa kimia modern (meskipun bukan
satu-satunya) dalam bidang organik. Alat ini biasanya digunakan untuk mendeteksi gugus fungsional,
mengidentifikasi senyawa dan menganalisis campuran. Prinsip dari analisa didasarkan pada besarnya
frekwensi sinar infra-merah yang diserap dengan tingkat energi tertentu. Apabila frekwensi tertentu
diserap ketika melewati sebuah senyawa tersebut diselidiki, maka energi dari frekwensi tersebut akan
ditransfer ke senyawa tersebut. Energi pada radiasi infra-merah sebanding dengan energi yang timbul
pada getaran-getaran ikatan (energi vibrasi, translasi dan rotasi molekul).
Karena setiap tipe ikatan yang berbeda mempunyai sifat frekuensi vibrasi yang berbeda, dan
karena tipe ikatan yang sama dalam dua senyawa berbeda terletak dalam lingkungan yang sedikit
berbeda, maka tidak ada dua molekul yang berbeda strukturnya akan mempunyai bentuk serapan
inframerah (IR) atau spectrum inframerah (IR) yang tepat sama. Dengan membandingkan spectra IR dari
dua senyawa yang diperkirakan identik, maka seseorang dapat menyatakan apakah kedua senyawa
tersebut identik atau tidak. Pelacakan tersebut lazim dikenal dengan bentuk sidik jari dari dua
spectrum inframerah (IR). Jika puncak spectrum IR dari kedua senyawa tepat sama maka dalam banyak
hal dua senyawa tersebut adalah identik.
Frekuensi (cm-1)
2.74-2.79
3580-3650
3.70-4.00
2500-2700
6.10-6.45
3140-3320
2850-2960
3010-3095
CH Alkana
3.37-35.0
Alkena
3.23-3.32
Alkuna
3.03
Aromatik
~3.30
-CH2- Bengkokan
6.83
1465
-CH3 Bengkokan
6.90-7.27
1450-1375
CC Alkuna
4.42-4.76
2190-2260
Alkena
5.95-6.16
1620-1680
Aromatik
~6.25
1475-1600
5.75-5.81
1720-1740
Keton
5.79-5.97
1675-1725
Asam
5.79-5.87
1700-1725
Ester
5.71-5.865.52-5.68
1720-1750
C=O Aldehid
Anhidrida
3300
~3030
1760-1810
CN Nitrit
4.35-5.00
2000-3000
NO2 Nitro
6.06-6.67
1500-1650
Handy Press
Bahan :
Paracetamol
Aseton
PROSEDUR KERJA
Preparasi Sampel dengan Teknik Cakram KBr
1. Gerus dan campur 0,5 1.0 mgram parasetamol dengan 100 200 mgram serbuk KBr kering dengan
lumping agate atau vibrating ball mill hingga benar-benar homogen
2. Masukkan campuran tersebut ke dalam pencetak khusus menggunakan spatula mikro
3. Hubungkan pencetak dengan handy press.
4. Lepaskan tongkang handy press lalu keluarkan cakram KBr
5. Masukkan cakram ke dalam KBr disc holder kemudian rekam spectrum dari parasetamol pada range
frekuensi 4000 500 cm-1
Dari spektrum IR yang dihasilkan, tentukan gugus fungsi yang terdapat pada senyawa parasetamol
dengan melihat pola serapan yang dihasilkan dan membandingkan harga frekuensi yang diperoleh
dengan data yang ada di table.
2.
Interpretasikan data tersebut secara hati-hati dan terintegrasi hingga area sidik jari. (Jika perlu, pilih
menu data interpertation yang ada di dalam software untuk memudahkan interpretasi data).
DATA PENGAMATAN
Struktur Parasetamol (acetaminophen) & Kafein :
Parasetamol
Kafein
Gugus Fungsi
PRAKTIKUM VII
PENETAPAN KADAR ION LOGAM DENGAN
TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa memahami prinsip-prinsip dasar analisa logam dengan Spektroskopi Serapan Atom
(AAS)
2. Mahasiswa mampu menentukan kadar ion Ca dalam sampel air minum.
3. Mahasiswa mampu menentukan kadar Fe dari sayuran dengan teknik destruksi basah.
DASAR TEORI
Spektroskopi serapan atom dipergunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan keberadaan
ion logam baik secara kualitatif maupun kuantitatif dalam semua jenis materi dan larutan. Pengukuran
dalam spektroskopi serapan atom berdasarkan radiasi yang diserap oleh atom yang tidak tereksitasi
dalam bentuk uap.
Teknik serapan biasanya disertai pemasukan suatu larutan sample dalam bentuk aerosol dalam
nyala. Evaporasi pelarut dan penguapan garam terjadi terlebih dahulu untuk mendisosiasi garam ke
dalam atom-atom gas yang bebas. Pada suhu udara asetilen ( kurang lebih 23000 C ) atom dari sejumlah
banyak unsur berada dalam keadaan dasar. Jika seberkas energi radiasi yang terdiri dari spectrum emisi
untuk unsur tertentu yang akan ditentukan dilewatkan melalui nyala ini, sejumlah atom dalam keadaan
dasar akan menyerap energi dari panjang gelombang yang karakteristik (garis resonansi) dan mencapai
keadaan energi yang lebih tinggi.
Sejumlah energi radiasi yang diserap sebagai fungsi konsentrasi unsur dalam nyala merupakan
dasar spektroskopi serapan atom. Untuk beberapa unsur seperti logam alkali Na dan K, nyala udara
asetilen cukup panas tidak hanya menghasilkan atom-atom dalam keadaan dasar tetapi juga menaikkan
jumlah atom ke keadaan elektronik tereksitasi. Energi radiasi dipancarkan (diemisikan) jika atom-atom
kembali ke keadaan dasar yang sebanding dengan konsentrasi dan merupakan dasar spektroskopi emisi
nyala. Suatu sample pertama-tama harus dilarutkan, proses pelarutan dikenal dengan istilah destruksi
yang bertujuan untuk membuat unsur logam menjadi ion logam yang bebas. Terdapat 2 cara destruksi
yaitu:
1) Destruksi basah : sample ditambahkan asam-asam oksidator, jika perlu dilakukan dengan pemanasan.
2) Destruksi kering : sample langsung dipanaskan untuk diabukan.
Hasil destruksi baik secara basah maupun kering kemudian dilarutkan. Larutan sample
dimasukkan ka dalam nyala dalam bentuk aerosol yang selanjutnya akan membentuk atom-atomnya.
Serapan akan terjadi dari radiasi suatu sinar yang sesuai dengan atom yang ditentukan.
Pancaran atau emisi energi radiasi dan emisi nyala atau energi radiasi lampu eksternal yang tidak
bisa hilang oleh serapan atom akan di dispersi oleh monokromator dan dideteksi oleh foto multifier,
dirumuskan oleh persamaan Boltzman sebagai berikut :
.....................................................................................*)
K = tetapan Boltzman
T = suhu nyala dalam Kelvin
Ej = perbedaan energi dalam energi dari tingkat tereksitasi dasar
Nj = jumlah atom pada tingkat tereksitasi
No = jumlah atom dalam tingkat dasar
Pj dan Po = factor statistic yang ditentukan oleh jumlah tingkat yang mempunyai
energi yang sama dari atom yang tereksitasi dan pada tingkat dasar.
Persamaan di atas memberikan informasi bahwa dengan atomisasi dan suhu maka terdapat 2
kemungkinan yaitu keadaan tereksitasi dan keadaan dasar. Pada analisis spektroskopi serapan atom ini
banyak digunakan untuk analisis atom-atom dari golongan alkali dan alkali tanah hal ini karena
kemudahan dari atom-atom tersebut tereksitasi. Pada dasarnya jika diringkas, bila suatu larutan yang
mengandung senyawa yang cocok dari logam yang akan diselidiki itu dihembus ke dalam nyala, terjadi
peristiwa berikut secara berurutan dengan cepat yaitu :
a) Pengisatan pelarut yang meninggalkan residu padat
b) Penguapan zat padat dengan disosiasi menjadi atom-atom penyusunnya, yang mula-mula akan berada
dalam keadaan dasar
c) Beberapa atom dapat tereksitasi oleh energi termal (dari) nyala ke tingkatan-tingkatan energi yang lebih
tinggi dan mencapai kondisi dimana mereka akan memancarkan energi.
Maka spectrum yang dihasilkan terdiri dari garis-garis yang berasal dari atom ion yang tereksitasi.
Labu ukur 50 ml
Erlenmeyer 100 ml
Beaker glass
Batang pengaduk
Pisau
Neraca analitik
Hot plate
Bahan :
a
HNO3 pekat
HClO4 pekat
PROSEDUR KERJA
A.Teknik destruksi basah
1)
Ditimbang kurang lebih 1 gram sample, dipotong-potong halus kemudian dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer 100 ml
b. Nyalakan vent
c. Siapkan larutan standar yang memerlukan api pengoksidasi (blue) dari nyala api udara/Acetylen dan
memilki serapan cahaya diatas 250 nm (Ag, Cu, Mn, Pb)
d. Siapkan larutan blank. Pergunakan pereaksi yang diperlukan untuk menyiapkan larutan standar, biasanya
aquadeat atau aquabidest atau 1% v/v HNO3 dalam air
e. Nyalakan api dengan cara pada Toolbar klik Flame, tentukan nilai udara dan Acetylen yang dibutuhkan
sesuai Recommended Condition kemudian klik Flame ON/OFF
f. Pada menu Tool, klik Continous Graphics dan Continous Graphics Window akan muncul
g. Masukkan larutan blanko klik Autozero
h. Masukkan larutan standar
i. Optimasi burner. Jika menggunakan burner yang bermotor maka pergunakan Window Atomizer Position,
jika tidak maka menggunakan manual untuk mendapatkan pembacaan absorbansi yang tertinggi.
j.
Optimasi Nebulizer, dengan cara : Pada Nebulizer, longgarkan cincin penguncinya secara perlahan lalu
kembnalikan regulator searah jarum jam. Pembacaan absorbansi akan meningkat secara maksimum lalu
berkurang atur regulator sampai pembacaan maksimum. Kencangkan kembali cincin pengunci Nebulizer
k. Optimasi aliran gas, dengan menambahkan atau mengurangi aliran udara atau Acetylen
l. Optimasi ulang posisi burner seperti pada langkah i.
8. Hitung Characteristic Concentration
a. Biarkan lampu menyala selama 10 menit untuk Warm Up
b. Buat atau buka method yang akan dipergunakan untuk analisis
c. Pada Method Editor, pada halaman Calib-Equation, Unit, Replicate, pada kolom Replicate pilih 5
d. Pada Toolbar, klik Manual/Auto dan Result
e. Pada Window Automated Analysis, pada halaman Setup di kolom Autosampler Locations masukkan
lokasi sample tray dari blank dan standar
f. Pada Window Manual Analysis klik Analyze Sample demikian pula jika menggunakan autosampler pada
Window Automated Analysis, pada halaman Analyze, klik pada Analyze Sample
g. Setelah analisis selesai, pada menu Analyze, klik Characteristic Cone.,
h. Masukkan :
- Nilai konsentrasi larutan standar kemudian tekan Tab
- Nilai hasil pembacaan blank dan standar yang ada pada Result
i. Tekan Tab, system akan menghitung secara otomatis Characteristic Concentration
j. Jika akan dicetak hasilnya, maka klik Print Data. Hasil perhitungan harus didalam rentang 20% jika tidak
pastikan larutan yang dipergunakan tepat pada persiapannya atau optimasi ulang burnernya
9. Menganalisa blank, standard an blanko
Menganalisa seluruh larutan dengan Autosampler
Pada Window Automated Analysis klik Analyze All
Menganalisa standar kemudian sample
a. Pada Window Automated Analysis klik Calibrate
b. Jika telai sesuai, analisa sample dengan cara pada Window Automated Analysis klik Analyze Sample
Menghentikan Analisis
a. Pada Window Automated Analysis atau Manual Analysis, klik tombol yang dipergunakan untuk memulai
analisis seperti Analyze Blank, Calibrate atau Analyze Sample. Kemudian dialog Stopping an Analytical
akan muncul
b. Pergunakan dialog ini untuk memberitahu system secara tepat larutan mana yang akan dianalisa
sebelum berhenti. Atau klik pada Cancel untuk melanjutkan kembali analisis
10. Mematikan system
a. Dengan nyala yang masih ada, serap larutan pencuci yang benar kurang lebih 5 menit
b. Pada Window Flame Control, klik icon Flame ON/OFF. Tutup aliran gas ke spectrometer, klik Bleed Gases
dan tunggu sekitar 10 menit setelah mematikan api
c. Keluar dari AAwinlab, dengan cara pada menu File klik Exit
d. Matikan spectrometer dan aksesorinya
e. Buang sisa analisa pada wadah pembuangan
c. Pada Window Automated Analysis klik Select Location klik Go to Wash lalu OK
d. Setelah 5 menit klik Probe Up/Down
e. Tempatkan wadah dengan pencuci yang berikutnya pada tempat pencucian
f. Klik Probe Up/Down
g. Ulangi langkah a f untuk seluruh larutan pencuci
h. Matikan api dan bleed aliran gasnya.
DATA PENGAMATAN
Absorbansi
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
Konsentrasi Ca dalam sampel
Absorbansi
5,00
Konsentrasi Fe dalam sampel
PRAKTIKUM VIII
ANALISA KOMPOSISI ASAM LEMAK DALAM VCO
DENGAN GCMS
TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa mampu memahami prinsip-prinsip dasar analisa sampel dengan GCMS.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan kembali dan melaporkan hasil percobaan secara ringkas, sistematis dan
akurat.
3. Mahasiswa mampu menentukan komposisi asam lemak dalam sampel VCO dengan teknik analisa GCMS.
TEORI SINGKAT
Kromatografi Gas adalah metode analisis, dimana sample terpisahkan secara fisik menjadi
bentuk molekul-molekul yang lebih kecil (hasil pemisahan dapat dilihat berupa Kromatogram).
Sedangkan Spektroskopi Massa adalah metode analisis, dimana sample yang dianalisis akan diubah
menjadi ion-ion gas-nya, dan massa dari ion-ion tersebut dapat diukur berdasarkan hasil deteksi berupa
Spektrum Massa).
Pada GC hanya terjadi pemisahan untuk mendapatkan komponen yang diinginkan, sedangkan
bila dilengkapi dengan MS (berfungsi sebagai detector) akan dapat mengidentifikasi komponen tersebut,
karena bisa membaca Spectrum Bobot Molekul pada suatu komponen, karena dilengkapi
dengan LIBRARY (reference) yang ada pada software.
Secara intrumentasi, MS adalah detektor bagi GC :
Keterangan :
Kurva dengan warna garis hitam adalah kromatogram. Dan garis-garis berwarna merah adalah spectrum
massa.
Sample-sample yang dapat dianalisis dengan menggunakan GCMS, harus memenuhi beberapa
syarat, diantaranya:
Sample-sample lainnya dapat dianalisis setelah melalui tahapan preparasi yang khusus.
Instrumentasi GCMS
Bagian-bagian dari instrumen Kromatografi Gas adalah sebagai berikut:
Lalu dihubungkan pada interface (fungsi interface adalah sebagai penghubung antara GC dan MS).
Setelah data tedeteksi, lalu data dikirimkan ke Sistem Pengolah Data (pada Personal Computer) untuk
diolah sesuai dengan tujuan analisis.
Pengaturan temperature kolom pemisahan sangat penting karena pemisahan komponen sangat
dipengaruhi oleh kenaikan temperature dan laju alir gas pembawa. Kromatografi gas spektroskopi
massa dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan analisis kuantitatif dengan cara membandingkan
kromatogram sample dengan baku pembanding (standar) berdasarkan waktu retensi (waktu tambat).
Alat :
-
Column : RTx1-MS
Bahan :
-
Metanol p.a
Sampel VCO
N-heksan
PROSEDUR KERJA
A. Petunjuk Pemakaian GCMS Shimadzu 2010
1. Buka kran gas Helium
2. Tekan tombol power GCMS Shimadzu 2010
3. Nyalakan computer dan proses pemvakuman, perhatikan hingga autovakum selesai
4. Pada menu Real Time Analisis kik metode file. Bila ingin memanggil metode lama klik open lalu
pilih metode yang diinginkan. Bila ingin membuat metode baru klik new lalu isi sample login dan
tentukan temperature program, kolom oven, suhu injeksi, split ratio lalu OK dan tunggu hingga
kondisi temperature tercapai dan siap analisis ( ready, berwarna hijau ).
Kondisi pemisahan :
Fase gerak
Helium (99,9%)
Suhu kolom
800 C
Suhu Injektor
2300 C
Suhu Detektor
2500 C
Control mode
split
Split ratio
1 : 100
Total flow
5 mL/menit
Pressure
75 Psi
Volume injeksi
1 uL
Sebanyak 1 L sampel VCO yang telah diesterifikasi diinjeksikan ke dalam kolom GC dengan
menggunakan metode autosampler.
2. Pemisahan dilakukan dalam kolom RTx1-MS Restech, 30 m x 0.25 mm ID, 0.25 m, dengan fase diam
Polymethyl xiloxan, suhu injektor 230oC, suhu kolom 70oC dan dinaikan sampai 300oC dengan kenaikan
10oC/menit, laju alir 1,15 mL/menit.
3. Detektor MS yang digunakan adalah Electron Multifier Detector (EMD) 70 MeV.
4. Hasil analisa berupa spektrum massa dibandingkan dengan library WILLEY147 & NIST47 yang terdapat
pada software GCMS postrun anlysis untuk mengetahui komposisi asam lemak yang terdapat pada
sampel.
DATA PENGAMATAN
Rumus Molekul
% komposisi
Similarity
PRAKTIKUM XII
PENETAPAN KADAR KAFEIN
DALAM MINUMAN ENERGI DENGAN HPLC
TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa mengetahui prinsip dasar analisa sampel dengan alat HPLC
2. Mahasiswa mampu menentukan kadar kafein dari suatu sampel.
TEORI SINGKAT
HPLC adalah alat yang sangat bermanfaat dalam analisis. Sebenarnya alat ini merupakan
perkembangan tingkat tinggi dari kromatografi kolom. Selain dari pelarut yang menetes melalui kolom di
bawah grafitasi, didukung melalui tekanan tinggi sampai dengan 4000 atm.
HPLC memperbolehkan penggunaan partikel yang berukuran sangat kecil untuk material
terpadatkan dalam kolom yang mana akan memberi luas permukaan yang lebih besar berinteraksi
antara fase diam dan molekul-molekul yang melintasinya. Hal ini memungkinkan pemisahan yang lebih
baik dari komponen-komponen dalam campuran.
Melalui metode HPLC dimungkinkan analisa campuran dalam jumlah kecil dalam waktu yang
cepat, keunggulannya bila dibandingkan dengan kromatografi gas antar lain, dengan teknik ini dapat
dilakukan analisis campuran zat yang bersifat termolabil dan kemungkinan pemisahan diperluas dengan
memvariasikan komposisi fasa gerak ( solvent programming ) disamping kecepatan aliran, suhu dan jenis
fasa diam.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada analisis dengan HPLC antara lain :
Kolom harus dijaga jangan terkontaminasi dengan sisa-sisa sample maupun pelarut yang digunakan
sebelumnya. Setiap percobaan selesai kolom harus dicuci dengan air-metanol, asetonitril-air, atau
isopropanol 10 % selama kurang lebih 15 menit.
Pelarut harus jernih dan bebas udara, aerasi dapat dilakukan dengan mengaliri gas He atau
menggunakan vacuum degasser.
Metode HPLC dapat digunakan untuk analisa kualitatif dan kuantitatif. Untuk analisa kualitatif
dengan membandingkan kromatogram sample dengan kromatogram baku pembanding berdasarkan
waktu retensinya. Sedangkan untuk analisa kuantitatif dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan :
Cx = Ax / Ap X Cp
Keterangan :
A = Peak area = Luas puncak
C = Konsentrasi
X = sample
P = Pembanding
Atau dapat pula ditentukan dengan menggunakan kurva kalibrasi larutan standar.
PROSEDUR KERJA
Timbang dengan seksama 25 mg kafein, masukkan ke dalam labu ukur 50 ml tambahkan pelarut
methanol 30% 25 ml kocok hingga larut
Pipet 10 ml ( Larutan Standar A ), masukkan ke dalam labu ukur 50 ml, encerkan dengan pelarut
methanol 30% sampai garis tanda.
5)
Pipet 5 mL ( Larutan Standar B ), masukkan ke dalam labu ukur 50 ml, encerkan dengan pelarut
methanol 30% sampai garis tanda.
6) Ambil masing-masing 1 mL larutan standar A dan B, masukkan ke dalm vial dan injeksikan sebanyak 10
L ke dalam kolom HPLC. Tentukan komposisi fase gerak yakni 70% metanol : 28% air dan 2% asetonitril
serta laju alir 1 mL/menit dan panjang gelombang detektor 254 nm.
7)
Tentukan berapa persen area untuk kedua larutan standar dan buatlah kurva kalibrasi untuk kedua
larutan standar tersebut.
B. Larutan Sampel
1) Ambil sebanyak 5 mL larutan sampel, masukan kedalam labu ukur 10 mL, encerkan dengan metanol 30%
sampai garis tanda. Kemudian aerasikan selama 15 menit
2) Pipet 1 ml larutan sampel, masukan ke dalam vial dan lakukan pemisahan dengan parameter yang sama
seperti pada larutan standar.
3) Tentukan kadar kafein dalam sampel.
DATA PENGAMATAN
Catat hal-hal penting dan data pengamatan anda pada lembaran tersendiri dan dibuat rangkap.
DAFTAR PUSTAKA
R.A. Day, JR and Underwood, 1986, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.
Pavia L. Donald, et al. 1995, Introduction to Organic Laboratory Techniques, Saunders College, USA.
Adnan, Mochamad, 1997, Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan, ANDI, Yogyakarta.
Skoog, D.A. 1996. Fundamental of Analytical Chemistry, &nd ed. Sauders College Publishing.
A. Bruker Optics
Spektroskopi infra merah digunakan secara luas untuk analisis secara kualitatif dan analisis secara
kuantitatif. Penggunaan yang paling penting dari spektroskopi infra merah adalah untuk identifikasi
senyawa organic, karena spektrumnya sangat kompleks yang terdiri dari banyak puncak-puncak
serapan. Spektrum infra merah dari senyawa organic mempunyai sifat-sifat fisik yang karakteristik,
artinya kemungkinan bahwa dua senyawa mempunyai spectrum yang sama adalah sangat kecil, kecuali
senyawa isomer optic. Penemuan IR Cahaya:
Wilhelm menganalisis spektrum sinar matahari. Dia menciptakan spektrum dengan mengarahkan
cahaya matahari melalui prisma.
Ia mengukur kemampuan pemanasan setiap warna dengan menggunakan termometer.
Ia menemukan bahwa daerah dekat dengan bagian merah memiliki kemampuan pemanasan tertinggi
semua.
Dia menyimpulkan bahwa harus ada semacam cahaya yang berbeda di luar merah bagian dari
spektrum. Jenis cahaya dikenal sebagai cahaya "inframerah".
Supaya terjadi peresapan radiasi inframerah, maka ada beberapa hal yang perlu dipenuhi, yaitu :
1. Absorpsi terhadap radiasi inframerah dapat menyebabkan eksitasi molekul ke tingkat energi vibrasi yang
lebih tinggi dan besarnya absorbsi adalah terkuantitasi
2. Vibrasi yang normal mempunyai frekuensi sama dengan frekuensi radiasi elektromagnetik yang diserap
3. Proses absorpsi (spektra IR) hanya dapat terjadi apabila terdapat perubahan baik nilai maupun arah dari
momen dua kutub ikatan
Spektrum peresapan IR merupakan perubahan simultan dari energi vibrasi dan energi rotasi dari
suatu molekul. Kebanyakan molekul organik cukup besar sehingga spektrum peresapannya kompleks.
Konsep dasar dari spektra vibrasi dapat diterangkan dengan menggunakan molekul sederhana yang
terdiri dari dua atom dengan ikatan kovalen.Halhal yang dapat mempengaruhi jumlah resapan
maksimum secara teoritis adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
a. Regangan Simetri, yaitu unit struktur bergerak bersamaan dan searah dalam satu bidang datar.
b. Regangan Asimetri, yaitu unit struktur bergerak bersamaan dan tidak searah tetapi masih dalam satu
bidang datar.
2. Vibrasi Bengkokan (Bending) : Jika sistem tiga atom merupakan bagian dari sebuah molekul yang lebih
besar, maka dapat menimbulkan vibrasi bengkokan atau vibrasi deformasi yang mempengaruhi osilasi
atom atau molekul secara keseluruhan.
misalnya lapisan pada tablet, pelumas pada terintegrasi papan sirkuit, dan tipis film polimer. Teknik ATR
adalah metode surfacesensitive.
Analisis Kualitatif: Karena perubahan fisika dan kimia yang mungkin terjadi pada proses penyiapan
sampel, maka bila spektra yang dibandingkan tidak identik, maka sebelum diambil kesimpulan harus
dilakukan test berikut :
a.
Ulangi penetapan dengan melakukan rekristalisasi baik terhadap sampel maupun standar dengan
menggunakan pelarut yang sama
b. Larutkan sampel dengan pelarut yang cocok, lalu ukur resapan menggunakan pelarut sebagai blangko.
Bandingkan dengan standar yang dengan cara yang sama
Analisis Kuantitatif: Jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan sebagainya) yang
diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat
dan tebal larutan. Rumus: A= a . b . c atau A = . b . c
Dimana:
A = absorbansi
b atau terkadang digunakan l = tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga umumnya 1 cm)
c = konsentrasi larutan yang diukur
1. Dilakukan dengan larutan blangko (berisi pelarut murni yang digunakan dalam sampel) dengan kuvet
yang sama.
2. Setiap perubahan panjang gelombang diusahakan dilakukan proses kalibrasi.
3. Proses kalibrasi pada pengukuran dalam waktu yang lama untuk satu macam panjang gelombang,
dilakukan secara periodik selang waktu per 30 menit. Dengan adanya proses kalibrasi pada
spektrofotometer UV-Vis ini maka akan membantu pemakai untuk memperoleh hasil yang kaurat dan
presisi.