Você está na página 1de 5

Analisis Masalah

1. Seorang lelaki gendut (mild obesity), berusia 35 tahun, sudah satu tahun
mengalami disfungsi ereksi (DE).
a. Apa klasifikasi dari obesitas dan apa saja resiko dari masing-masing
tingkatan obesitas? Riana Tya
Jenis-Jenis Obesitas

Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%

Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%

Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan


sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk).

Faktor-faktor risiko obesitas


Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor:

Faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik

memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang. Gen yang
ditemukan diduga dapat mempengaruhi jumlah dan besar sel lemak, distribusi lemak
dan besar penggunaan energi untuk metabolisme saat tubuh istirahat (BMR).
Polimorfisme dalam variasi gen dapat menjadi predisposisi obesitas. Faktor genetik dan
faktor gaya hidup sangat sukar untuk dipisahkan.

Faktor lingkungan. Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus

obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti.
Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan
berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak
dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan
aktivitasnya.

Faktor psikis. Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa memengaruhi

kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan
makan.

Gaya hidup

- Aktivitas Fisik
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari
meningkatnya angka kejadian obesitas. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih
sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak
melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.
- Pola makan tidak sehat
Mengonsumsi makanan junk food juga dapat menyebabkan obesitas karena pada

ummumnya makanan tersebut berkalori tinggi.

Jenis Kelamin

Jenis kelamin berpengaruh terhadap obesitas. Pria memiliki lebih banyak otot
dibandingkan dengan wanita. Otot membakar lebih banyak lemak daripada sel-sel lain.
Oleh karena wanita yang proporsi ototnya lebih sedikit memperoleh kesempatan yang
lebih kecil untuk membakar lemak. Hasilnya, wanita lebih berisiko mengalami obesitas.

Faktor Kesehatan

- Hipotiroidisme terjadi ketika kelenjar tiroid tidak memproduksi hormon tiroid sesuai
kebutuhan tubuh. Hal ini akan menyebabkan metabolisme tubuh terganggu, kecepatan
metabolisme karbohidrat dan lemak pun menurun. Yang pada akhirnya dapat menjadi
peluang untuk terjadinya obesitas.
- Sindroma Cushing yang disebabkan stimulasi berlebihan pada kelenjar adrenal oleh
hormon ACTH. Sindrom ini juga mengakibatkan peningkatan berat badan dan berperan
langsung dalam menentukan BMI individu. Pengambilan obat-obat tertentu seperti
steroid dan anti-depresi juga berperanan untuk terjadinya obesitas.

Faktor Perkembangan

Obesitas yang terjadi pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak 5 kali lebih
banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Obesitas yang terjadi
pada anak mempunyai resiko yang besar unutk menghidapi obese pada waktu dewasa
(Barnes LA, Opitz JM, 2007). Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu
penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di
dalam setiap sel.

b. Apa saja komplikasi dari obesitas yang diderita lelaki gendut? Riana Tya

2. Penyuka makanan terolah sejak sekolah dasar ini terdiagnosis hipertensi ketika
berumur 33 tahun.
a. Apa hubungan hipertensi dengan disfungsi ereksi? Afifa Riana
Hipertensi

berhubungan

dengan

perubahan

fungsi

dan

morfologi

endotelmenyebabkan peningkatan volume sel sehingga endotel mencembung ke


dalamlumen. Pada pembuluh darah yang hipertensi interaksi antara endotel
dengantrombosit dan monosit meningkat. Pada hal ini dapat terjadi
penumpukkan

trombosit pada

pembuluh

darah

yang

mengakibatkan

berkurangnya pasokan darah menuju penis. Rongga karvenosa yang kurang


terisi darah menyebabkan sulitnya terjadiereksi. Pada pasien hipertensi
juga menyebabkan tonus pembuluh darah menjadilebih rendah (karena aliran

darah yang selalu cepat melewati pembuluh darah)danmenunjukkan adanya


kerusakan NO dan munculnya usaha rangsangan pelepasan NO pada arteri.
Kerusakan NO ini kemudian dibuktikan dengan adanya penurunan kadarnitrit
dan nitrat

plasma,

yang merupakan produk akhir dari oksidasi

NO

pada penderita hipertensi. NO yang tidak dihasilkan menyebabkan pembuluh


darah penissulit melebar sehingga aliran darah ke organ erektil (corpus
cavernosus dan corpusspongiosum) kurang adekuat sehingga terjadilah DE.

3. Mulai saat itu, dia secara rutin mengkonsumsi bukan hanya preparat
antihipertensi (atenolol), tetapi juga diuretika (furosemide) serta obat pereduksi
lemak darah (statin). Sebelum ketiga jenis obat itu dimakan, kehidupan seksual
bersama istrinya baik-baik saja.
a. Bagaimana farmakokinetik dan farmakodinamik dari furosamide? Tya Riana

Loop Diuretik
Termasuk dalam kelompok ini adalah asam etakrinat, furosemid dan bumetanid.
Asam etakrinat termasuk diuretik yang dapat diberikan secara oral maupun
parenteral dengan hasil yang memuaskan. Furosemid atau asam 4-kloro-Nfurfuril-5-sulfomail antranilat masih tergolong derivat sulfonamid.

Diuretik

loop bekerja dengan mencegah reabsorpsi natrium, klorida, dan kalium pada
segmen tebal ujung asenden ansa Henle (nefron) melalui inhibisi pembawa
klorida. Obat ini termasuk asam etakrinat, furosemid da bumetanid, dan
digunakan untuk pengobatan hipertensi, edema, serta oliguria yang disebabkan
oleh gagal ginjal. Pengobatan bersamaan dengan kalium diperlukan selama
menggunakan obat ini.

Mekanisme kerja :
Secara umum dapat dikatakan bahwa diureti kuat mempunyai mula kerja dan
lama kerja yang lebih pendek dari tiazid. Diuretik kuat terutama bekerja pada Ansa
Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat
kotranspor Na+/K+/Cl- dari membran lumen pada pars ascenden ansa henle, karena itu
reabsorpsi Na+/K+/Cl- menurun

Farmakokinetik

Ketiga obat mudah diserap melalui saluran cerna, dengan derajat yang agak
berbeda-beda. Bioavaibilitas furosemid 65 % sedangkan bumetanid hamper 100%.
Diuretic kuat terikat pada protein plasma secara ekstensif, sehingga tidak difiltrasi di
glomerulus tetapi cepat sekali disekresi melalui system transport asam organic di tubuli
proksimal.

Kira-kira 2/3 dari asam etakrinat yang diberikan secara IV diekskresi

melalui ginjal dalam bentuk utuh dan dalam konjugasi dengan senyawa sulfhidril
terutama sistein dan N-asetil sistein. Sebagian lagi diekskresi melalui hati.sebagian
besar furosemid diekskresi dengan cara yang sama, hanya sebagian kecil dalam bentuk
glukuronid. Kira-kira 50% bumetanid diekskresi dalam bentuk asal, selebihnya sebagai
metabolit.

Efek samping
Efek samping asam etakrinat dan furosemid dapat dibedakan atas :
1. Reaksi toksik berupa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang sering terjadi
2. Efek samping yang tidak berhubungan dengan kerja utamanya jarang terjadi.
Gangguan saluran cerna lebih sering terjadi dengan asam etakrinat daripada
furosemid. Tidak dianjurkan pada wanita hamil kecuali bila mutlak diperlukan. Asam
etakrinat dapat menyebabkan ketulian sementara maupun menetap. Ketulian sementara
dapat terjadi pada furosemid dan lebih jarang pada bumetanid. Ketulian ini mungkin
sekali disebabkan oleh perubahan komposisi eletrolit cairan endolimfe. Ototoksisitas
merupakan suatu efek samping unik kelompok obat ini.

Pada penggunaan kronis,

diuretik kuat ini dapat menurunkan bersihan litium.

Indikasi
Furosemid lebih banyak digunakan daripada asam etakrinat, karena ganguan
saluran cerna yang lebih ringan. Diuretik kuat merupakan obat efektif untuk pengobatan
udem akibat gangguan jantung, hati atau ginjal.
Sediaan
Asam etakrinat. Tablet 25 dan 50 mg digunakan dengan dosis 50-200 mg per
hari. Sediaan IV berupa Na-etakrinat, dosisnya 50 mg, atau 0,5-1 mg/kgBB. Furosemid.
Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 20,40,80 mg dan preparat suntikan. Umunya
pasien membutuhkan kurang dari 600 mg/hari. Dosis anak 2mg/kgBB, bila perlu dapat
ditingkatkan menjadi 6 mg/kgBB.
dengan dosis dewasa 0.5-2mg sehari.

Bumetanid. Tablet 0.5mg dan 1 mg digunakan

Dosis maksimal per hari 10 mg. Obat ini tersedia juga dalam bentuk bubuk injeksi
dengan dosis IV atau IM dosis awal antara 0,5-1 mg, dosis diulang 2-3 jam maksimum
10mg/kg.

Você também pode gostar