Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
perusahaan tidak mendapatkan keuntungan atau menderita kerugian dinamakan brekeven point.
Apabila digunakan konsep contribution margin maka break-even point akan
tercapai pada volume penjualan dimana contribution margin-nya tetap sama besarnya
dengan biaya tetap-nya. Oleh karena analisa break-even ini mempelajari perimbangan
antara revenue minus biaya variabel (contribution to fixed cost) di satu pihak dengan
biaya tetap di lain pihak, maka sering dikatakan bahwa analisa break even merupakan
salah satu alat untuk mempelajari operating leverage . Operating leverage terjadi
setiap waktu di mana suatu perusahaan mempunyai biaya tetap yang harus ditutup
betapapun besar biaya volume kegiatannya. Leverage dapat didefinisikan sebagai
penggunaan aktiva atau dana untuk penggunaan mana perusahaan harus menutup
biaya tetap atau membayar biaya tetap. Ada dua macam leverage, yaitu operating
leverage dan financial leverage . Operating laverage bersangkutan dengan
penggunaan aktiva atau operasinya perusahaan yang disertai dengan biaya tetap.
Dikatakan bahwa operating leverage itu menghasilkan leverage yang favorable atau
positif kalau revenue setelah dikurangi biaya variabel (=contribution to fixed cost) lebih
besar daripada biaya tetapnya.
Dikatakan bahwa operasinya perusahaan yang disertai dengan biaya tetap itu
(operating leverage) merugikan atau menghasilkan leverage yang negatif kalau
contribution to fixed cost-nya lebih kecil daripada biaya tetapnya. Dikatakan bahwa
operasinya pemsahaan yang disertai dengan biaya tetap itu dalam keadaan breakeven kalau contribution to fixed cost-nya tepat sama besarnya dengan biaya tetapnya
sebagaimana telah diuraikan di muka.
Dalam mengadakan analisa break-even, digunakan asumsi-asumsi dasar
sebagai berikut:
a. Biaya di dalam perusahaan dibagi dalam golongan biaya variabel dan golongan
biaya tetap.
b. Besarnya biaya variabel secata totalitas berubah-ubah secara proporsionil dengan
volume produksi/penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah
tetap sama.
c. Besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan
volume produksi/penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah
karena adanya perubahan volume kegiatan.
d. Harga jual per unit tidak berubah selama periode yang dianalisa.
Perhitungan Break-Even
Even Point dengan Cara Trial and Error
Perhitungan break-even
even point dapat dilakukan dengan cara coba-coba,
coba coba, yaitu
=
= Rp 60.000,00
=
= Rp 60.000,00
Pada volume 4.000 unit ternyata diderita kerugian sebesar Rp 60.000,00. Ini
berarti bahwa break-even
even pointnya lebih besar dari
da 4.000 unit. Misalkan
lkan kita ambil
5.000 unit, dan hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:
(5.000 x 100,00) (Rp300.000,00 + Rp200.000,00)
Rp500.000,00 (Rp300.000,00 + Rp200.000,00)
=
= Rp 0,00
Ternyata pada volume produksi/ penjualan 5.000 unit tercapai break--even point
yaitu di mana keuntungan netonya sama dengan nol.
11.2.
Perhitungan Break-Even
Even Point
P
dengan Menggunakan Rumus Aljabar
jabar
Perhitungan break-even
even point dengan menggunakan rumus aljabar dapat
dimana
P = harga jual per unit
dimana:
FC = biaya tetap
VC = biayavariabel
S = volume penjualan
Dari contoh di muka, Sales pada break-even
break even dinyatakan dalam rupiah dapat
dihitung dengan menggunakan rumus tersebut sebagai berikut:
Sales pada break-even = SB SB = FC + VC. Oleh karena besarnya biaya variabel dinyatakan dalam persentase
tetap dan sales, maka persamaannya dapat ditulis kembali.
11.3.
Besarnya
keuntungan
akan
dipakai
sebagai
dasar
dalam
pemberian
adanya kasus terjaninya penurunan harga kayu atau sebaliknya terjadi kenaikan
harga. Apabila nilainya telah diketahui maka perusahaan akan mudah dan cepat
untuk mengantisipasi antara lain dengan melakukan revisi terhadap budget yang
telah dibuat.
Pada kasus lain terjadinua perubahan biaya variabel, misalnya adanya tuntutan
kenaikan upah buruh/karyawan atau adanya ketetapan kenaikan upah minimum
regional (umur) dan pihak pemerintah, ketetapan pemerintah untuk kenaikan BBM,
perubahan nilai tukar dollar terhadap rupiah terhadap biaya suku cadang.
Adanya perubahan dalam kinerja produksi disebabkan oleh faktor alam yang tidak
dapat dikendalikan misalnya, adanya curah hujan yang melebihi normal, adanya
musibah kebakaran dll.
Dalam dunia usaha tidak terkecuali unit perusahaan dan waktu ke waktu akan
terjadi perubahan yang dapat terjadi dalam bulan, triwulan maupun perbedaan kondisi
dan tahun ke tahun disebabkan oleh faktor internal perusahaan maupun eksternal
perusahaan termasuk pengaruh kebijaksanaan pemerintah. Untuk mengatasi hal ini
pimpinan perusahaan harus dinamis, peka terhadap perubahan, mempunyai
pengetahuan dan pengalaman dalam membuat alternatif pemecahan masalah
sehingga tepat dan akurat di dalam mengambil keputusan khususnya dalam hal
untung rugi perusahaan.