Você está na página 1de 28

FAKTOR- FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA


PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK DI PALEMBANG

Dibuat oleh :
Alfiah Permatasari (01111403078)

UNIVERSITAS SRIWIJAYA KAMPUS


PALEMBANG JURUSAN AKUNTANSI

I.

Latar Belakang

audit atas laporan keuangan dilaksanakan untuk menentukan apakah


penyajian laporan keuangan perusahaan telah dinyatakan sesuai dengan
kriteria tertentu. Dalam menentukan apakah laporan keuangan telah
disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum, auditor harus
melakukan ujian yang tepat untuk menentukan apakah terdapat salah saji
atau pernyataan salah lainnya. Auditor juga mempertimbangkan strategi
bisnis klien serta memproses dan membuat indikator ukuran untuk faktor
keberhasilan kritis yang berhubungan dengan strategi tersebut.
Definisi audit (auditing) menurut Messier (2006) adalah suatu proses
sistematis mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif
sehubungan dengan asersi atas tindakan dan peristiwa ekonomi untuk
memastikan

tingkat

kesesuaian

antara

asersi-asersi

tersebut

dan

menetapkan kriteria serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak


yang berkepentingan.
Sedangkan menurut Arens (2006), Auditing is the accumulation and
evaluation of evidence about information to determine and report on the
degree of correspondence between the information and established criteria.

pelaksanakan audit adalah proses yang sistematis dan logis serta


berlaku untuk semua bentuk sistem informasi. Suatu audit dapat diminta
untuk dilakukan sebagai syarat atas persetujuan pinjaman atau penerimaan
pembiayaan.
Kebutuhan akan audit atas laporan keuangan diakibatkan oleh empat
faktor yang mendasarinya, yaitu: kompleksitas, jarak, bias dan motif penyaji,
serta konsekuensi (Guy, Alderman, dan Winters, 2002). Volume aktivitas
ekonomi dalam dunia bisnis dan entitas lainnya, bersamaan dengan
kompleksitas

pertukaran

ekonomi

tersebut,

seringkali

mempersulit

pencatatan transaksi dan alokasi biaya serta pendapatan dengan benar.


Keputusan

yang

sulit

berkaitan

dengan

perlakuan

akuntansi

dan

pengungkapannya membutuhkan jasa akuntan. Berkaitan dengan jarak,


dalam lingkungan saat ini pengambil keputusan biasanya terpisah dari
organisasi. Jarak dapat meningkatkan permintaan akan pihak independen
untuk memeriksa catatan keuangan.
Dalam hal bias dan motif penyaji, apabila informasi keuangan disajikan
dari sumber yang kurang independen, maka pengguna informasi keuangan
mungkin menyangsikan bias dan motif penyaji. Penyaji informasi keuangan
mungkin akan menghadapi conflict of interest baik yang disengaja maupun
tidak sengaja dengan pengguna informasi keuangan tersebut. Bias dan
potensi pertentangan kepentingan dapat menciptakan kebutuhan akan pihak
independen untuk meningkatkan kredibilitas informasi keuangan entitas

dengan mengaudit laporan keuangan. Jadi, independensi auditor merupakan


suatu keharusan bagi para pengguna untuk mempercayai bahwa audit
adalah bernilai. Faktor yang terakhir adalah kosekuensi, dalam lingkungan
ekonomi saat ini, keputusan ekonomi seringkali melibatkan pengeluaran
yang sangat besar dan mempengaruhi banyak orang. Keputusan penting ini
membutuhkan informasi keuangan yang relevan dan handal. Itulah kenapa
peranan audit sangat penting dalam dunia bisnis.
Walaupun peranan audit sangat penting, suatu audit atas laporan
keuangan juga memiliki keterbatasan yang melekat. Salah satunya adalah
auditor bekerja dalam suatu batasan ekonomi yang wajar (Boynton dan Kell,
2002:56). Berikut ini adalah dua batasan ekonomi penting yang dimaksud:
1. Biaya yang memadai (reasonable cost). Pembatasan biaya audit dapat
menimbulkan terbatasnya pengujian, atau penarikan sampel dan
catatan akuntansi atau data pendukung yang dilakukan secara selektif.
2. Jumlah waktu yang memadai (reasonable length of time). Biasanya
laporan auditor atas perusahaan akan terbit dalam waktu tiga sampai
lima minggu setelah tanggal neraca. Hambatan waktu ini dapat
mempengaruhi jumlah bukti yang diperoleh tentang peristiwa dan
transaksi setelah tanggal neraca yang berdampak pada laporan
keuangan.

Berkaitan dengan hal diatas, Anggit Wasis Sejati (2007) berpendapat


bahwa dalam pelaksanaan audit perlu adanya penyusunan anggaran waktu
(time budget) yang secara sederhana menetapkan pedoman mengenai
jumlah waktu dari masing-masing bagian audit. Anggaran waktu apabila
digunakan secara tepat dapat memiliki sejumlah manfaat. Anggaran
tersebut dapat memberikan metode yang efisien untuk menjadual staf,
memberikan pedoman tentang berbagi bidang audit memberikan insentif
kepada staf audit untuk bekerja secara efisien, dan bertindak sebagai alat
untuk menentukan honor audit. Akan tetapi anggaran waktu apabila tidak
digunakan dengan tepat dapat merugikan, anggaran waktu merupakan
suatu pedoman tetapi tidak absolut. Jika auditor menyimpang dari program
audit apabila terjadi perubahan kondisi, auditor mungkin juga terpaksa
menyimpang dari anggaran waktu. Auditor tekadang merasa mendapat
tekanan untuk memenuhi anggaran waktu guna menunjukkan efisiensinya
sebagai auditor dan membantu mengevaluasi kinerjanya.

auditor merencanakan prosedur yang akan menghasilkan bukti yang


berguna dalam mengembangkan dan mendukung suatu pendapat atas
laporan keuangan. Adapun delapan tahap dalam audit (phases of an audit):
1. Menerima/melanjutkan klien.

Standar

profesional

mensyaratkan

kantor

akuntan

publik

untuk

menetapkan kebijakan dan prosedur untuk menentukan apakah akan


menerima klien baru dan mempertahankan klien yang telah ada.
Standar

pengendalian

mutu

menyediakan

petunjuk

profesional

bekenaan dengan keputusan untuk menerima dan melanjutkan klien


dan perikatan. Menerima dan melanjutkan klien audit melibatkan
elemen-elemen penting mengenai pemahaman bisnis dan industri,
materialitas, risiko audit, dan pertimbangan jasa bernilai tambah.
2. Praperencanaan
Secara umum terdapat tiga aktivitas praperencanaan, yaitu:
a.

Pemutakhiran

pemahaman

tentang

klien

atau

mendapatkan

pemahaman yang mendalan tentang klien baru dan lingkungannya.


b. Menentukan kebutuhan tim audit.
c. Memastikan indepedensi tim audit dan kantor akuntan.
Karena pemahaman terhadap klien dan lingkungannya digunakan untuk
menentukan risiko kesalahan saji material dan untuk menetapkan
lingkup audit, maka auditor harus melakukan prosedur penentuan
risiko untuk mendukung pemahaman tersebut.
3. Menetapkan materialitas dan menentukan risiko

Tim audit harus membuat penentuan awal mengenai risiko bisnis klien
dan

menentukan

pertimbangan

ini

materialitas.
sehingga

Tim

audit

kemudian

tergantung

menentukan

pada

risiko

yang

berhubungan dengan kemungkinan adanya kesalahan saji material


dalam laporan keuangan.
4. Merencanakan audit
Perencanaan yang tepat adalah penting untuk memastikan bahwa
audit dilaksanakan dengan cara yang efektif dan efisien.
5. Mempertimbangkan dan mengaudit pengendalian internal
Pada

saat

memperoleh

lingkungannya,

auditor

pemahaman
seharusnya

mengenai

entitas

memperoleh

dan

pemahaman

mengenai pengendalian internal.


6. Audit proses bisnis dan akun terkait
Auditor

biasanya

menentukan

risiko

salah

saji

materi

dengan

memeriksa proses bisnis entitas atau siklus akuntansi. Auditor


kemudian

menentukan

prosedur

audit

yang

diperlukan

untuk

mengurangi risiko salah saji material ke tingkat yang lebih rendah bagi
akun-akun laporan keuangan yang terpengaruh oleh proses bisnis
tertentu.
7. Menyelesaikan audit

Setelah auditor selesai menguji saldo akun, kecukupan bukti yang


dikumpulkan perlu dievaluasi. Auditor harus mendapatkan bukti
kompeten yang cukup untuk mencapai dan membenarkan kesimpulan
mengenai kewajaran laporan keuangan.
8. Mengevaluasi hasil dan menerbitkan laporan
Fase akhir dari proses audit adalah memilih laporan audit yang tepat
unutk diterbitkan. Tujuan auditor pada saat menyelesaikan audit
adalah memastikan bahwa risiko salah saji material dikurangi sampai
tingkat yang dapat diterima sehingga laporan keuangan secara
keseluruhan kemungkinan besar telah disajikan secara wajar. Pada
standar pelaporan keempat mengharuskan laporan audit berisi suatu
petunjuk yang jelas tentang sifat pekerjaan auditor serta tingkat
tanggung jawab yang ditanggungnya atas laporan keuangan. Laporan
audit merupakan hal yang penting dalam penugasan audit, karena
laporan audit berfungsi sebagai alat komunikasi antara auditor dengan
pengguna. Opini yang dikeluarkan oleh auditor atas pemeriksaan
laporan

keuangan

perusahaan,

merupakan

suatu

pertimbangan

penting bagi para investor dalam mengambil keputusan. Terdapat lima


opini yang diberikan oleh auditor berdasarkan hasil pengauditan atas
laporan keuangan kliennya yaitu unqualified opinion, unqualified
opinion with explanation language, qualified opinion, adverse opinion,
and disclaimer opinion.

Dengan adanya tahapan-tahapan audit (phases of an audit) yang


sesuai dengan standar pekerjaan lapangan pertama dan ketiga yang
menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan perencanaan yang
matang dan pengumpulan alat-alat pembuktian yang cukup memadai, maka
penyelesaian audit pada suatu perusahaan akan membutuhkan waktu yang
relatif

lama,

akibatnya

akuntan

publik

dapat

menunda

untuk

mempublikasikan laporan audit atau laporan keuangan auditannya.. Dalam


banyak penelitian hal tersebut dinamakan audit delay / audit report lag.
Untuk itu, maka perlu pemahaman yang mendalam tentang audit
delay. Menurut Wah Lai dan Cheuk (2005), An audit report lag or audit delay
is a period from a companys year-end date to the audit report date. Definisi
tersebut selaras dengan Hossain dan Taylor (1998) yang berpendapat audit
delay has been considered as the time from a companys accounting year
end to the date of the auditors report. Sedangkan menurut Knechel dan
Payne (2001) dalam Hamzah Ahmad, M.Nizarul Alim, dan Imam Subekti
(2005), audit report lag / audit delay adalah periode waktu antara akhir
tahun fiskal dan tanggal laporan audit perusahaan. Oleh karena itu, semakin
lama auditor dalam meyelesaikan pekerjaan auditnya maka semakin panjang
audit delay.
Berdasarkan pemaparan diatas, salah satu yang dapat menyebabkan
adanya audit delay adalah standar pekerjaan lapangan yang menyatakan
bahwa audit harus dilakukan berdasarkan perencanaan yang matang.

Standar tersebut merupakan standar pertama pekerjaan lapangan yang


diatur dalam SPAP. Perencanaan tersebut meliputi tiga alasan utama, yaitu:
1. Agar auditor memperoleh bukti yang cukup kompeten untuk kondisi yang
ada.
2. Membantu menjaga agar biaya audit yang dikeluarkan tetap wajar.
3. Menghindari kesalahpahaman dengan klien.
Perencanaan audit yang memadai ini akan mempengaruhi kinerja dari
auditor.

Pemenuhan

standar

audit

dapat

menyebabkan

lamanya

penyelesaian laporan audit, tetapi juga dapat meningkatkan kualitas hasil


audit tersebut. Pendapat Ashton, Willingham dan Elliot (1987) dalam (Novita,
2004) menagatakan bahwa proses audit sangat memerlukan waktu yang
berakibat adanya audit delay yang nantinya akan sangat berpengaruh pada
ketepatan waktu pelaporan keuangan.

Dengan adanya audit delay yang salah satunya dapat disebabkan oleh
perencanaan audit yang dilakukan auditor, maka penyampaian laporan
keuangan entitas dapat tertunda. Padahal manfaat suatu laporan keuangan
akan berkurang jika laporan tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya.
Sesuai dengan pendapat yang menyatakan.

II.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana opini auditor terhadap audit delay?
2. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Audit Delay?
3. Apakah ukuran akuntan publik terhadap audit delay?

III.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak
dicapai dari
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana opini auditor terhadap audit delay
2. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Audit Delay
3. Apakah ukuran akuntan publik terhadap audit delay

IV.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis
Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan sebagai sarana pengembangan ilmu
pengetahuan yang secara teoritis dipelajari penulis selama perkuliahan.

2. Manfaat Praktis
Diharapkan

dapat

membantu

auditor

dalam

mengoptimalkan

kinerja

auditnya dengan cara mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi


audit delay sehingga audit delay dapat ditekan seminimal mungkin dalam
upaya memperbaiki ketepatan waktu atau mempercepat penyampaian
laporan keuangan kepada publik.

3. Manfaat Investor
Investor akan lebih mudah membaca serta lebih mempercayai laporan
keuangan auditan. Laporan Auditor Independen yang memuat opini atas
laporan keuangan perusahaan akan digunakan sebagai pertimbangan bagi
pihak-pihak yang berkepentingan, terutama bagi investor untuk menentukan
investasi yang akan ditanam.

4. manfaat penulis
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan penulis,
khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan
waktu penyampaian laporan keuangan.di Indonesia.
BAB II
LITERATUR DAN ANALISIS TEORI
Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan. Pelaporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi
yang mengkomunikasikan keadaan keuangan dari hasil operasi perusahaan
dalam periode tertentu kepada pihak-pihak yang berkepentingan sehingga

manajemen mendapatkan informasi yang bermanfaat. Laporan keuangan


mempunyai tujuan utama yakni memberikan informasi yang berguna untuk
pengambilan keputusan ekonomis. Para pemakai laporan keuangan akan
menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan dan menilai dampak
keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambil.
Manfaat Laporan Keuangan
Manfaat laporan keuangan bidsa digunakan oleh para pengguna laporan
keuangan. Berikut adalah para pengguna laporan keuangan dan
manfaatnya :
1. Investor
Untuk membantu menentukan tindakan apakah yang harus dilakukan
didalam melakukan penilaian investasi perusahaan.
2. Pemegang saham
Untuk memperoleh informasi mengenai harga saham dan transaksitransaksi lainnya sangat dibutuhkan para pemegang saham dalam
menentukan keputusan yang dapat mempemgaruhi kestabilan harga
saham .
3. Manajer
Harus memegang kendali tentang hak dan kewajiban tersebut akan
dilaksanakan oleh manajemen berdasarkan laporan keuangan.
4. Karyawan
Merupakan salah satu faktor untuk dapat mencapai tujuan perusahaan.
Mereka tertarik kepada informasi mengenai stabilitas, profitbilitas serta
informasi yang memungkinkan untuk menilai kemampuannya dalam
memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja.

5. Pemerintah
Berkepentingan terhadap aktivitas perusahaan, seperti halnya dalam
menetapkan kebijaksanaan pajak serta sebagai dasar untuk menyusun
statistik pendapatan nasional.
6. Masyarakat
Laporan keuangan membantu masyarakat dengan menyediakan informasi
kecenderungan dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan dan
rangkaian aktivitasnya.
Audit
Secara umum auditing adalah proses sistematik untuk memproleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan
tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan kriteria yang telah
ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada para pemakai yanng
berkepentingan (Mulyadi, 2002 : 9)
Tujuan audit secara umum atas laporan keuangan oleh auditor adalah
untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang
material, posisi keuangan hasil usaha dan arus kas yang sesuai dengan
prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia. Kewajaran laporan
keuangan. Asersi adalah pernyataanmanajemen yang terkandung dalam

komponen laporan keuangan yang dapat bersifat implisit dan eksplisit.


(Arens, 1995 : 114).
Audit Delay
Menurut Ashron et.al (1987) dalam penelitian Wirakusuma (2004).
Audit Delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit dan akhir tahun
fiskal perusahaan sampai tanggal laporan audit dikeluarkan.
Audit Delay merupakan lamanya / rentang waktu penyelesaian audit
yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku sampai dengan dengan
tanggal yang diterbitkannya laporan audit delay. Audit Delay inilah yang
dapat mempengaruhi ketepatan informasi yang dipublikasikan, sehingga
akan berpengaruh terhadap tingkat ketidakpastian keputusan yang
berdasarkan informasi yang dipublikasikan.
Menurut Abdula (1996) dalam penelitian Owusu-Ansah (2000),
semakin panjang waktu dibutuhkan di dalam mempublikasikan laporan
keuangan tahunan sejak akhir tahun buku suatu perusahaan milik klien,
maka semakin besar pula kemungkinan informasi tersebut bocor kepada
investor tertentu atau bahkan bisa menyebabkan insider trading dan
rumor-rumor lain di bursa saham. Apabila hal ini sering terjadi maka akan
mengarahkan pasar tidak tidak dapat lagi bekerja dengan maksimal.
Dengan demikian, regulator harus menetukan suatu reglasi yang dapat
mengatur batas waktu penerbitan laporan keuangan yang harus dipenuhi

pihak emiten. Tujuannya untuk tetap menjaga realibilitas dan relevansi


suatu informasi yang dibutuhkan oleh pihak pelaku bisnis dipasar modal.
Ketepatan waktu penyusunan atau pelaporan suatu laporan
keuangan perusahaan atau pelaporan suatu laporan keuangan tersebut.
Keterlambatan informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari pelaku
pasar modal. Informasi laba yang dihasilkan perusahaan dijadikan sebagai
salah satu dasar pengambilan keputusan untuk membeli atau menjualan
kepemilikan yang dimiliki oleh investor. Artinya, informasi yang
dipublikasikan tersebut akan menyebabkan kenaikan atau penuruan
harga saham.

Laporan Audit (Audit Report)


Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam
berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya. Dalam laporan
tersebut auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan
keuangan auditnya. Pendapat auditor tersebut disajikan dalam suatu
laporan tertulis yang umumnya berupa laporan audit baku yang terdiri
dari tiga paragraf yaitu paragraf pengantar (introductory paragraph),
paragraf lingkup (scope paraghraph), dan paragraf pendapat (opinion
paraghraph).

Terdapat tiga fakta yang diungkapkan oleh auditor dalam pengantar :


1) Tipe jasa yang diberikan oleh auditor.
2) Obyek yang dianut, berisi dua hal penting yaitu auditor memberikan
pendapat atas laporan keuangan setelah ia melakukan audit dan
obyek yang diaudit oleh auditor bukanlah catatan melainkan laporan
keuangan kliennya.
3) Pengungkapan tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan
dan tanggung jawab auditor atas pendapat yang diberikan atas
laporan keuangan berdasarkan hasil auditnya.
Pada paragraf lingkup berisi pernyataan auditor bahwa auditnya
dilaksanakan berdasarkan standar auditing dilaksanakan berdasarkan
standar auditing yang ditetapkan oleh organisasi profesi akuntan publik dan
beberapa penjelasan tambahan tentangstandar auditing tersebut serta,
suatu pernyataan keyakinan bahwa audit yang dilaksanakan berdasarkan
dasar yang memadai bagi auditor untuk memberikan dasar pendapat atas
laporan keuangan auditor
Paragraf pendapat merupakan paragraf yang digunakan oleh auditor
untuk menyatakan pendapatnya mengenai laporan keuangan yang
disebutkannya dalam paragraf pengantar yaitu paragraf pertama laporan
audit.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Audit delay


1. Ukuran Perusahaan
Menurut Dyer dan Mc Hugh, 1975 perusahaan besar lebih konsisten
untuk tepat waktu dibandingkan perusahaan kecil dalam menginformasikan
laporan keuangannya.
Pengaruh ini ditunjukkan dengan semakin besar nilai aktiva
perusahaan maka semakin besar nilai aktiva perusahaan maka semakin
pendek audit delay dan sebaliknya. Perusahaan besar diduga akan
menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan
berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay
dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh
investor, pengawas permodalan dari pemerintah. Pihak-pihak ini sangat
berkepentingan terhadap informasi yang dimuat dalam laporan keuangan.
2. Laba/Rugi Operasi
Menurut carshlow (1991), ada dua alasan mengapa perusahaan yang
menderita kerugian cenderung mengalami audit delay yang lebih panjang.
Pertama, ketika kerugian terjadi perusahaan ingin menunda bad news
sehingga perusahaan akan meminta auditor untuk menjadwal ulang

penugasan audit. Kedua, auditor akan lebih berhati-hatiselama proses audit


jika percaya bahwa kerugian ini mungkin disebabkan karena kegagalan
keuangan perusahaan dan kecuranngan manajemen informasi tentang laba
perusahaan dapat digunakan sebagai : (Anis Chariri dan Imam Ghozali),
2001)
1. sebagai indikator eisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam
perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian.
2. sebagai pengukur prestasi manajemen.
3. sebagai dasar penentuan besarnya penggunaan pajak.
4. sebagai alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomis suatu
negara
5. sebagai dasar kompensasi dan pembagian bonus.
6. sebagai alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
7. sebagai dasar pembagian deviden.
3. Tingkat Profitabilitas
Perusahaan tidak akan menunda penyampaian informasi yang berisi
berita baik. Oleh karena itu, perusahaan yang mampu menghasilkan profit
akan cenderung mengalami audit delay yang lebih pendek, sehingga good
news tersebut dapat segera disampaikan kepada para investor dan pihak-

pihak yang berkepentingan lainnya. Sebagai dasar pemikiran bahwa tingkat


nkeuntungan dipakai salah satu cara untuk menilai keberhasilan efektivitas
perusahaan, tentu saja berkaitan cdengan hasil akhir dari berbagai kebijakan
dan keputusan perusahaan yang telah dilaksanakan oleh perusahaan dalam
periode berjalan. Perusahaan yang profitable memiliki insentif untuk
menginformasikan ke publik kinerja unggul mereka dengan mengeluarkan
laporan tahunan secara tepat.
4. Solvabilitas
Solvabilitasseringkali dissebut leverage ratio. Weston dsn copeland
(1995) dalam Respati (2004) menyatakan bahwa rasio leverage mengukur
tingkat aktiva perusahaan yang telah dibiayai oleh penggunaan hutang.
Dengan demikian, solvabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan
untuk membayar semua hutang-hutangnya baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Tingginya rasio debt to equity mencerminkan tingginya
risiko keuangan perusahaan. Tingginya risiko ini menunjukkan adanya
kemungkinan bahwa perusahaan tersebut tidak bisa melunasi kewajiban
atau hutangnya baik berupa pokok maupun bunga. Risiko perusahaan yang
tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan.
Kesulitan keuangan merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi
kondidi perusahaan dimata masyarakat. Pihak manajemen cenderung
menunda penyampaian laporan keuangan berisi berita buruk (ukago,2005)
5. Opini / Jenis Pendapat Akuntan Publik

Auditor sebagai pihak yang independen, di dalam pemeriksaan laporan


keuangan suatu perusahaan, akan memberikan pendapat atas kewajaran
laporan keuangan yang diauditnya. Ada lima kemungkinan pernyataan
pendapat auditor independen (Mulyadi,2002 :9) yaitu :
A. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)
Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan
dan hasil usaha suatu organisai, sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di indonesia jika memenuhi kondisi berikut ini :
1. Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia digunakan untuk
menyusun laporan keuangan.
2. Perubahan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
dari periode ke periode telah cukup dijelaskan.
3. Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan
dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan sesuai dengan
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
B. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa
penjelas (Unqualified Opinion Report With Explanatory Language)
Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelas, namun
laporan keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat
mnambahkan laporan hasil auditnya dengan bahasa penjelas.
Berbagai penyebab paling penting adanya tambahan bahasa
penjelas (Arens,1995 : 50):

1. Adanya ketidakpastian yang material.


2. Adanya keraguan atas kelangsungan hidup perusahaan.
3. Auditor setuju dengan penyimpangan terhadap prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia.

C. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)


Pendapat wajar dengan pengecualian akan diberikan oleh auditor
jika dijumpai hal-hal sebagai berikut :
1. Lingkup audit dibatasi oleh klien.
2. Audit tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat
memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berbeda diluar
kekuasaan klien maupun auditor.
3. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia.
4. Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.
D. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)
Auditor akan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan
keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi
keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas klien. Selain
auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi lingkup

auditnya, sehingga auditor dapat mengumpulkan bukti kompten yang


cukup untuk mendukung pendapatnya.
Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar, maka informasi
yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat
dipercaya, sehingga dapat dipakai oleh pemakai informasi untuk
pengambilan keputusan.
E. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclainer Opinion).
Jika auditortidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat
(no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor tidak memberikan
pendapat adalah :
1. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit.
2. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.
Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan
pendapat tidak wajar adalah pendapat tidak wajar diberikan kepada
auditor mengetahui adanya ketidakwajaran laporan keuangan pendapat
karena ia tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan
keuangan yang diaudit.
6. Reputasi Auditor

Kualitas auditor sangatlah menentukan kredibilitas laporan keuangan,


dimana dalam hal ini kualitas auditor berdampak pada audit delay.
Sebagian besar auditor berpengalaman umumnya mempunyai instuisi
yang lebih baik dalam mendeteksi suatu ketidakwajaran (Mulyono, 2003:
17). Perusahaan klien dalam melakukan audit laporan keuangannya akan
memilih Kantor Akuntan Publik (KAP) yang memiliki reputasi baik, yang
dapat diandalkan dalam segi service , kualitas dan kecepatan dalam
mengaudit laporan keuangan , sehingga hal ini sesuai dengan pernyataan
(beatty,1989) dalam oktoriana (2006) bahwa kualitas auditor merupakan
salah satu pengurang terhadap ketidakpastian.
KAP yang bereputasi baik, diperkirakan dapat melakukan audit lebih
efisien dan memiliki fleksibilitas yang lebih besar untuk menyelesaikan
audit sesuai jadwal. Sehingga informasi lebih cepat diterima pengguna
laporan keuangan di dalam pengambilan keputusan ekonomi. KAP adalah
suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, yang berusaha di bidang
pemberian jasa profesional dalam praktek akuntan publik.
Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh ukuran perusahaan terhadeap audit delay
Manajemen dengan skala besar cenderung diberika insentif untuk
mempercepat penerbitan laporan keuangan auditan disebabkan perusahaan

berskala besar dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan


dan pemerintah sehingga cenderung menghadapi tekanan eksternal yang
lebih tinggi untuk mengumumkan laporan keuangan auditan lebih awal. Jadi,
semakin besar ukuran perusahaan maka audit delaynya semakin pendek.
Berdasarkan uraian teoritis diatas maka hipotesis alternatif yang disusun
sebagai berikut:
H1: : Ukuran perusahaan berpengaruhi negatif signifikan terhadap audit
delay
2. Pengaruh Laba rugi operasi terhadap audit delay
Perusahaan yang mendapatkan laba yang besar tidak ada alasan
untuk menunda penerbitan laporan keuangan auditan karena ini merupakan
berita baik yaitu prestasi yang dicapai cukup menggembirakan. Sebaliknya,
perusahaan yang menderita kerugian akan berusaha memperlambat
penerbitan laporan keuangan auditan (Ashiton et. al, 1984 dalam penelitian
Soegeng Soetedjo, 2006). Auditor akan berhati hati selama proses audit
dalam merespon kerugian perusahaan apakah kerugian tersebut disebabkan
oleh kegagalan finansial atau kecurangan manajemen. Jadi, semakin laba
suatu operasi perusahaan, maka audit delaynya semakin pendek.
Berdasarkan uraian teoritis diatas maka hipotesis alternatif yang disusun
sebagai berikut:

H2 : Laba rugi operasi berpengaruhi negatif signifikan terhadap audit


delay
3. Pengaruh profitabilitas terhadap audit delay
Naim (1984) menemukan bahwa tingkat profitabilitas yang lebih
rendah akan memacu kemunduran publikasi laporan keuangan auditan.
Perusahaan publik yang rendah cenderung mengalami penerbitan laporan
keuangan auditan dari auditor yang lebih panjang daripada perusahaan non
publik (Ashton et.al, 1984). Ini berkaitan dengan akibat yang ditimbulkan
pasar terhadap pengumuman tersebut. Jadi, semakin tinggi tingkat
profitabilitas suatu perusahaan maka semakin pendek audit delaynya.
Berdasarkan uraian teoritis diatas maka hipotesis alternatif yang disusun
sebagai berikut:
H3 : Tingkat profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap
audit delay

4. pengaruh solvabilitas perusahaan terhadap audit delay.


Solvabilitas merupakan perbandingan antara jumlah hutang.
Solvabilitas mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membayar
seluruh kewajibannya, baik yang berupa hutang jangka pendek maupun
jangka panjang apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Suatu perusahaan

dikatakan solvable apabila perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau


kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutanggnya. Namun, begitu
pula sebaliknya apabila proporsi hutang lebih besar dari aktivanya akan
meningkat kehati-hatian dari auditor terhadap laporan keuangan yang akan
diaudit. Oleh karena hal tersebut, maka akan terjadi pula keterlambatan
dalam menyampaikan kabar burukkepada publik.
Berdasarkan argumentasi tersebut, maka hipotesis alternative yang
disusun sebagai berikut:
H4 : solvabilitas berpengaruh postif signifikan terhadap audit delay.
5. Pengaruh opini auditor terhadap audit delay
Menurut Carslaw dan Kaplan (1991), perusahaan yang tidak
menerima opini audit standar uniqualifed opinion diperkirakan mengalami
audit delay yang lebihb panjang alasannya perusahaan yang menerima opini
tersebut memandang sebagai bad news dan akan memperlambat proses
audit.
Disamping itu penerimaan opini selain qualified merupakan indikasi
terjadinya konflik antara auditor dan perusahaan yang pada akhirnya
memperpanjang audit delay. Jadi, perusahaan yang tidak menerima opini
audit standar uniqualified opinion menggalami audit delay yang panjang.

Berdasarkan uraian teoritis diatas maka hipotesis alternatif yang


disusun sebagai berikut :
H5 : opini / jenis pendapat akuntan publik berpengaruh negatif
signifikan terhadap audit delay.
6. pengaruh reputasi auditor perusahaan terhadap audit delay
Kualitas audit berpengaruh terhadap kredibilitas laporan keuangan
ketika perusahaan go public. Oleh karena itu, underwritter yang memiliki
reputasi tinggi, menginginkan emiten yang dijaminnya, memiliki auditor
yang mempunyai reputasi tinggi pula. Auditor yang memiliki reputasi tinggi
akan menggunakan auditor yang memiliki reputasi, keduanya akan
mengurangi underpricing. Dari penelitian yang sudah ada maka antara
reputasi tinggi auditor berpengaruh terhadap audit delay. (Subekti dan
Widayanti 2004). Jadi, semakin tinggi reputasi auditor maka audit delaynya
semakin pendek.
Berdasarkan uraian teoritis diatas maka hipotesis alternatif yang
disusun sebagai berikut :
H6 : reputasi auditor berpengaruh negatif signifikan terhadap audit
delay.

Você também pode gostar