Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A. PALPEBRA
Palpebra atau kelopak mata mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan
sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan komea. Palpebra merupakan alat
menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan
pengeringan bola mata.Dapat membuka diri untuk memberi jalan masuk sinar kedalam bola
mata yang dibutuhkan untuk penglihatan.
Pembasahan dan pelicinan seluruh permukaan bola mata terjadi karena pemerataan air mata
dan sekresi berbagai kelenjar sebagai akibat gerakan buka tutup kelopak mata. Kedipan
kelopak mata sekaligus menyingkirkan debu yang masuk.
Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian belakang
ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.
Gangguan penutupan kelopak akan mengakibatkan keringnya permukaan mata sehingga
terjadi keratitis et lagoftalmos.
Pada kelopak terdapat bagian-bagian :
Kelenjar seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeis
pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus.
Otot seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan
bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat
otot orbikularis okuli yang disebut sebagai M. Rioland. M. orbikularis berfungsi
menutup bola mata yang dipersarafi N. facial M. levator palpebra, yang berorigo pada
anulus foramen orbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M.
orbikularis okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M.
levator palpebra terlihat sebagai sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini dipersarafi oleh N.
III, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata.
Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di
dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.
Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan
pembatas isi orbita dengan kelopak depan.
Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh
lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas jaringan ikat yang merupakan
jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 bush di kelopak atas dan 20
pada kelopak bawah).
Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N.V, sedang
kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V.
Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan melakukan
eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli. Konjungtiva
merupakan membran mukosa yang mempunyai sel Goblet yang menghasilkan musin.
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang.
Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet. Musin bersifat
membasahi bola mata terutama kornea
B. KONJUNGTIVA
Konjungtiva terdiri atas 3 bagian yaitu:
1. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus
2. Konjungtiva bulbi yang menutupi sklera
3. Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan
konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.
Konjungtiva selain konjungtiva tarsal, berhubungan longgar dengan jaringan dibawahnya,
oleh karenanya bola mata mudah digerakkan.
Lapisan epitel konjungtiva tediri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder
bertingkat,superfisial dan basal. Sel epitel superfisial mengandung sel goblet bulat atau oval
yang mensekresi mukus. Mukus yang mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk
dispersi lapisan air mata secara merata diseluruh prekornea. Stroma konjungtiva dibagi
menjadi satu lapisan adenoid (superfisial) dan satu lapisan fibrosa (profundal). Lapisan
adenoid mengandung jaringan limfoid dan dibeberapa tempat dapat mengandung struktur
semacam folikel tanpa stratum germativum.
Hipertropi papilar adalah reaksi konjungtiva non-spesifik berupa eksudat radang yang
berkumpul di antara serabut-serabut konjungtiva yang membentuk tonjolan pada konjungtiva.
Kemosis yang hebat sangat mengarah pada konjungtivitis alergika. Folikel tampak pada
sebagian besar kasus konjungtivitis viral. Folikel sendiri merupakan hiperplasi limfoid lokal
di dalam lapisan limfoid konjungtiva dan biasanya mempunyai pusat germinal.
Pseudomembran dan membran merupakan hasil dari proses eksudatif hanya berbeda derajat.
Pada psedomembran epitel tetap utuh sedangkan pada membran melibatkan koagulasi epitel
juga.
C. APPARATUS LAKRIMALIS
Aparatus lakrimalis dibagi menjadi dua bagian yaitu sistem sekresi dansistem ekskresi
air mata. Berikut adalah gambar anatomi dari sistem lakrimalis
Sistem Sekresi Air Mata
Permukaan mata dijaga tetap lembab oleh kelenjar lakrimalis. Sekresi basal air mata perhari
diperkirakan berjumlah 0,75-1,1 gram dan cenderung menurun seiring dengan pertambahan
usia. Volume terbesar air mata dihasilkan oleh kelenjar air mata utama yang terletak di fossa
lakrimalis pada kuadran temporal di atas orbita. Kelenjar yang berbentuk seperti buah kenari
ini terletak didalam palpebra superior. Setiap kelenjar ini dibagi oleh kornu lateral
aponeurosis levator menjadi lobus orbita yang lebih besar dan lobus palpebra yang lebih
kecil. Setiap lobus memiliki saluran pembuangannya tersendiri yang terdiri dari tiga sampai
dua belas duktus yang bermuara di forniks konjungtiva superior. Sekresi dari kelenjar ini
dapat dipicu oleh emosi atau iritasi fisik dan menyebabkan air mata mengalir berlimpah
melewati tepian palpebra (epiphora). Persarafan pada kelenjar utama berasal nukleus
lakrimalis pons melalui nervus intermedius dan menempuh jalur kompleks dari cabang
maksilaris nervus trigeminus.
Kelenjar lakrimal tambahan, walaupun hanya sepersepuluh dari massa utama, mempunya
peranan penting. Kelenjar Krause dan Wolfring identik dengan kelenjar utama yang
menghasilkan cairan serosa namun tidak memiliki sistem saluran. Kelenjar-kelenjar ini
terletak di dalam konjungtiva, terutama forniks superior. Sel goblet uniseluler yang tersebar
di konjungtiva menghasilkan glikoprotein dalam bentuk musin. Modifikasi kelenjar sebasea
Meibom dan Zeis di tepian palpebra memberi substansi lipid pada air mata. Kelenjar Moll
adalah modifikasi kelenjar keringat yang juga ikut membentuk film prekorneal
Sistem Ekskresi Air Mata
Sistem ekskresi terdiri atas punkta, kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis.
Setiap berkedip, palpebra menutup mirip dengan risleting mulai di lateral, menyebarkan air
mata secara merata di atas kornea, dan menyalurkannya ke dalam sistem ekskresi pada aspek
medial palpebra. Setiap kali mengedip, muskulus orbicularis okuli akan menekan ampula
sehingga memendekkan kanalikuli horizontal. Dalam keadaan normal, air mata dihasilkan
sesuai dengan kecepatan penguapannya, dan itulah sebabnya hanya sedikit yang sampai ke
sistem ekskresi. Bila memenuhi sakus konjungtiva, air mata akan masuk ke punkta sebagian
karena hisapan kapiler.
Dengan menutup mata, bagian khusus orbikularis pre-tarsal yang mengelilingi ampula
mengencang untuk mencegahnya keluar. Secara bersamaan, palpebra ditarik ke arah krista
lakrimalis posterior, dan traksi fascia mengelilingi sakus lakrimalis berakibat memendeknya
kanalikulus dan menimbulkan tekanan negatif pada sakus. Kerja pompa dinamik mengalirkan
air mata ke dalam sakus, yang kemudian masuk melalui duktus nasolakrimalis karena
pengaruh gaya berat dan elastisitas jaringan ke dalam meatus inferior hidung. Lipatanlipatan mirip-katup dari epitel pelapis sakus cenderung menghambat aliran balik air mata dan
udara. Yang paling berkembang di antara lipatan ini adalah katup Hasner di ujung distal
duktus nasolakrimalis.
HISTOLOGI PALPEBRA
Lapisan terluar palpebra adalah kulit tipis. Epidermis terdiri atas epitel berlapis
gepeng dengan papilla. Di dalam dermis di bawahnya terdapat folikel-folikel rambut dengan
kelenjar sebasea terkait. Di dalam dermis juga terdapat kelenjar keringat.
Lapisan terdalam palpebra adalah membrane mukosa, disebut konjungtiva palpebra;
lapisan ini terletak bersebelahan dengan bola mata. Epitel pelapis konjungtiva palpebra
adalah epitel berlapis silindris rendah dengan sedikit sel goblet. Epitel berlapis gepeng kulit
berlanjut ke atas tepi palpebra, kemudian ditransformasi menjadi jenis berlapis silindris
konjungtiva palpebra, lamina propria tipis konjungtiva palpebra mengandung serat-serat
kolagen dan elastin. Di bawah lamina propria terdapat lempeng jaringan ikat kolagen, yaitu
tarsus. Daerah ini mengandung kelenjar sebacea khusus (besar), yaitu kelenjar tarsalis
meibom. Asini sekretoris kelenjar ini ke dalam sebuah duktus sentral panjang yang berjalan
paralel dengan konjungtiva palpebra dan bermuara di tepi palpebra.
Ujung bebas palpebra mengandung bulu mata yang muncul dari folikel rambut besar
dan panjang. Terdapat kelenjar sebasea kecil yang berkaitan dengan bulu mata. Di antara
folikel rambut bulu mata terdapat kelenjar keringat moll.
Palpebra mengandung tiga set otot: bagian terbesar palpebra adalah otot rangka,
orbikularis okuli; muskulus siliaris (Roilan) di daerah folikel rambut bulu mata dan kelenjar
tarsal; dan di bagian atas palpebra terdapat berkas-berkas otot polos, yaitu muskulus tarsalis
superior (Muller).
Jaringan ikat palpebra juga mengandung jaringan lemak, pembuluh darah, dan
jaringan limfatik (Eroschenko, 2003).
SISTEM LAKRIMASI
Sistem lakrimasi di bagi menjadi dua:
Struktur yang mensekresikan air mata
Air mata disekresikan oleh glandula lakrimal yang berada di superior temporal tulang orbital
pada fossa lacrimal os frontale. Glandula ini tidak terlihat dan tidak dapat dipalpasi. Glandula
lacrimal yang terpalpasi menandakan keadaan patologis seperti dacryoadenitis. Glandula
lacrimal accesoria berada pada fornix superior yang berfungsi untuk menghasilkan sekret air
mata tambahan yang sifatnya serous. Glandula lacrimal menerima persarafan dari nervus
lacrimalis. Nervus lacrimalis merupakan saraf secretomotorik parasimpatik yang berasal dari
n.intermedius. Serat saraf simpatik pada glandula lacrimal berasal dari ganglion cervicalis
superior
Struktur yang mendrainase air mata
Musculus orbicularis occuli yang diinervasi oleh nervus facialis menyebabkan mata tertutup.
Proses menutup mata ini berfungsi sebagai sistem penyapu air mata yang menggerakan air
mata ke arah medial menuju canthus medialis. Puncta lacrimal superior et inferior
mengumpulkan air mata, yang kemudian di drainasekan melalui canaliculi lacrimalis superior
et inferior ke arah saccus lacrimalis. Kemudian air mata akan mengalir ke ductus
nasolacrimalis yang bermuara ke concha nasalis inferior
Lapisan Air Mata (Tear Film)
Tear film yang berfungsi untuk membasasi conjunctiva dan cornea terdiri dari tiga lapisan:
1.
2.
Lapisan tengah, air (ketebalan mendekati 8 m) disekresikan oleh glandula lacrimal dan
glandula lacrimalis accesoria (glandula krause dan wolfring). Fungsinya untuk membersihkan
cornea dan mendukung pergerakan palpebra conjungtiva terhadap permukaan cornea,
menjaga permukaan cornea agar tetap rata.
3. Lapisan dalam, musin (ketebalan mendekati 0.8 m) disekresikan sel goblet pada conjungtiva
dan glandula lacrimalis. Berfungsi membantu stabilisasi tear film. Lapisan ini menjaga
kelembapan pada seluruh lapisan kornea dan konjungtiva
PATOGENESIS/PATOFISIOLOGI GEJALA
Injeksi Konjungtival
Merupakan melebarnya pembuluh darah a.konjungtiva posterior dan dapat terjadi
akibat penaruh mekanis, alergi atau infeksi pada jaringan konjungtiva. Injeksi konjungtival
mempunyai sifat :
anterior.
Berwarna merah segar.
Dengan tetes adrienalin 1:1000 akan lenyap sementara.
Gatal
Fotofobia tidak ada.
Pupil ukuran normal dengan reaksi normal.
Injeksi Siliar
Merupakan melebarnya pembuluh darah perikornea (a.siliar anterior) yang terjadi
akibat radang kornea, tukak kornea, benda asing pada kornea, radang jaringan uvea,
glaukoma, endoftalmitis ataupun panoftalmitis. Injeksi siliar mempunyai sifat :
jaringan perikonea.
Ukuran sangat halus, paling oadat disekitar kornea berkurang kearah forniks.
Tifak menciut apabila diberi epinefrin atau adrenalin 1:1000
Fotofobia
Sakit tekan disekitar kornea
Pupil ireguler kecil dan lebar.
DIAGNOSIS BANDING
1. KONJUNGTIVITIS
Definisi
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini adalah
penyakit mata yang paling umum di dunia. Karena lokasinya, konjungtiva terpajan oleh
banyak mikroorganisme dan faktor-faktor lingkungan lain yang mengganggu (Vaughan,
2010). Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai
konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental (Hurwitz, 2009).
Jumlah agen-agen yang pathogen dan dapat menyebabkan infeksi pada mata
semakin banyak, disebabkan oleh meningkatnya penggunaan obat-obatan topical dan agen
imunosupresif sistemik, serta meningkatnya jumlah pasien dengan infeksi HIV dan pasien
yang menjalani transplantasi organ dan menjalani terapi imunosupresif (Therese, 2002).
Pembagian Konjungtivitis
a. Konjungtivitis Bakteri
1) Definisi
Konjungtivitis Bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh
bakteri. Pada konjungtivitis ini biasanya pasien datang dengan keluhan mata merah,
sekret pada mata dan iritasi mata (James, 2005).
2) Etiologi dan Faktor Resiko
Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu hiperakut,
akut, subakut dan kronik. Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanya disebabkan oleh
N gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N meningitidis. Bentuk yang akut biasanya
disebabkan oleh Streptococcus pneumonia dan Haemophilus aegyptyus. Penyebab
yang paling sering pada bentuk konjungtivitis bakteri subakut adalah H influenza dan
Escherichia coli, sedangkan bentuk kronik paling sering terjadi pada konjungtivitis
sekunder atau pada pasien dengan obstruksi duktus nasolakrimalis (Jatla, 2009).
Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata kemudian mengenai
mata yang sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke orang lain. Penyakit ini
biasanya terjadi pada orang yang terlalu sering kontak dengan penderita, sinusitis dan
keadaan imunodefisiensi (Marlin, 2009).
3) Patofisiologi
Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora normal seperti
streptococci, staphylococci dan jenis Corynebacterium. Perubahan pada mekanisme
pertahanan tubuh ataupun pada jumlah koloni flora normal tersebut dapat
menyebabkan infeksi klinis. Perubahan pada flora normal dapat terjadi karena
adanya kontaminasi eksternal, penyebaran dari organ sekitar ataupun melalui aliran
darah (Rapuano, 2008).
Penggunaan antibiotik topikal jangka panjang merupakan salah satu penyebab
perubahan flora normal pada jaringan mata, serta resistensi terhadap antibiotik
(Visscher, 2009).
Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang
meliputi konjungtiva sedangkan mekanisme pertahanan sekundernya adalah sistem
imun yang berasal dari perdarahan konjungtiva, lisozim dan imunoglobulin yang
terdapat pada lapisan air mata, mekanisme pembersihan oleh lakrimasi dan berkedip.
Adanya gangguan atau kerusakan pada mekanisme pertahanan ini dapat
menyebabkan infeksi pada konjungtiva (Amadi, 2009).
4) Gejala Klinis
Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya dijumpai
injeksi konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada
kongjungtivitis bakteri biasanya lebih purulen daripada konjungtivitis jenis lain, dan
pada kasus yang ringan sering dijumpai edema pada kelopak mata (AOA, 2010).
Ketajaman
penglihatan
biasanya
tidak
mengalami
gangguan
pada
konjungtivitis bakteri namun mungkin sedikit kabur karena adanya sekret dan debris
pada lapisan air mata, sedangkan reaksi pupil masih normal. Gejala yang paling khas
adalah kelopak mata yang saling melekat pada pagi hari sewaktu bangun tidur.
(James, 2005).
5) Diagnosis
Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia, karena mungkin saja
penyakit berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh pada pasien yang lebih
tua. Pada pasien yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan penyakit menular
seksual dan riwayat penyakit pada pasangan seksual. Perlu juga ditanyakan durasi
lamanya penyakit, riwayat penyakit yang sama sebelumnya, riwayat penyakit
3) Patologi
Mekanisme terjadinya konjungtivitis virus ini berbeda-beda pada setiap jenis
konjungtivitis
ataupun
mikroorganisme
penyebabnya
(Hurwitz,
2009).
Konjungtivitis
virus
bisa
berkembang
menjadi
kronis,
seperti
mengeluhkan mata sangat gatal dengan kotoran mata yang berserat, konjungtiva
tampak putih susu dan banyak papila halus di konjungtiva tarsalis inferior.
Sensasi terbakar, pengeluaran sekret mukoid, merah, dan fotofobia merupakan
keluhan yang paling sering pada keratokonjungtivitis atopik. Ditemukan jupa tepian
palpebra yang eritematosa dan konjungtiva tampak putih susu. Pada kasus yang berat
ketajaman penglihatan menurun, sedangkan pada konjungtiviitis papilar raksasa
dijumpai tanda dan gejala yang mirip konjungtivitis vernal (Vaughan, 2010).
4) Diagnosis
Diperlukan riwayat alergi baik pada pasien maupun keluarga pasien serta
observasi pada gejala klinis untuk menegakkan diagnosis konjungtivitis alergi.
Gejala yang paling penting untuk mendiagnosis penyakit ini adalah rasa gatal pada
mata, yang mungkin saja disertai mata berair, kemerahan dan fotofobia (Weissman,
2010).
5) Komplikasi
Komplikasi pada penyakit ini yang paling sering adalah ulkus pada kornea dan
infeksi sekunder (Jatla, 2009).
6) Penatalaksanaan
Penyakit ini dapat diterapi dengan tetesan vasokonstriktor-antihistamin topikal
dan kompres dingin untuk mengatasi gatal-gatal dan steroid topikal jangka pendek
untuk meredakan gejala lainnya (Vaughan, 2010).
d. Konjungtivitis Jamur
Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicans dan
merupakan infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak
putih dan dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun
yang terganggu. Selain Candida sp, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh Sporothrix
schenckii, Rhinosporidium serberi, dan Coccidioides immitis walaupun jarang
(Vaughan, 2010).
e. Konjungtivitis Parasit
Konjungtivitis parasit dapat disebabkan oleh infeksi Thelazia californiensis, Loa
loa, Ascaris lumbricoides, Trichinella spiralis, Schistosoma haematobium, Taenia
solium dan Pthirus pubis walaupun jarang (Vaughan, 2010).
f. Konjungtivitis kimia atau iritatif
Konjungtivitis kimia-iritatif adalah konjungtivitis yang terjadi oleh pemajanan
substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis. Substansi-substansi iritan yang
CrustyKemerahan
Meradang
Gatal
Dengan membakar
Pasien mungkin merasa seolah-olah pasir atau debu di mata saat berkedip. Kadang-kadang,
bulu mata bisa jatuh.
Pengobatan
Pembersihan harian cermat margin kelopak mata membantu menghilangkan minyak kulit
yang menyebabkan pertumbuhan berlebih dari bakteri. Dokter dapat merekomendasikan
menggunakan sampo bayi atau pembersih khusus. Salep antibiotik juga dapat membantu.
Xeroftalmia adalah kelainan mata akibat kekurangan vitamin A, terutama pada anak Balita
dan
sering
ditemukan
pada
penderita
gizi
buruk
dan
gizi
kurang.
Penyebab:
Faktor yang menjadi penyebab tingginya kasus Xeroftalmia di Indonesia adalah:
Konsumsi makanan yang kurang / tidak mengandung cukup Vitamin A atau pro vitamin A
untuk jangka waktu lama
Bayi tidak mendapatkan ASI Eksklusif
Gangguan penyerapan vitamin A
Tingginya angka infeksi pada anak (gastroenteritis / diare)
Gambaran Klinis
1.
Gejala Reversible :
buta senja (Hemeralopia)
xerosis konjungtiva : yaitu konjungtiva yang kering, menebal, berkeriput, dan keruh
karena banyak bercak pigmen
xerosis kornea : konjungtiva kornea yang kering, menebal, berkeriput dan keruh karena
banyak bercak pigmen
bercak Bitot : benjolan berupa endapan kering dan berbusa yang berwarna abu-keperakan
berisi sisa-sisa epitel konjungtiva yang rusak.
2.
ditegakkan
berdasarkan
gejala
dan
hasil
pemeriksaan
Penatalaksanaan
-
Pemeriksaan Mata
I. ANAMNESIS
1. Menanyakan IDENTITAS PASIEN : nama, umur, pekerjaan, alamat
2. Menanyakan KELUHAN UTAMA :
mata.
b.
Uji pinhole
Dengan mata yang sudah dikoreksi, penderita diperintahkan untuk melihat lagi huruf snellen
melalui sebuah lempengan dengan lubang kecil untuk mencegah sebagian besar berkas yang
tidak terfokus memasuki mata. Bila ketajaman penglihatan bertambah berarti pada penderita
terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi baik. Bila ketajaman penglihatan berkurang
berubah berarti pada penderita tersebut terdapat kelainan pada occulusnya.
c.
1.
Tes konfrontasi
Tes konfrontasi digunakan untuk menilai lapang pandang penderita. Penderita disuruh untuk
melihat gerak dan jumlah tangan pemeriksa di arah:
a.
Lateral : 900
b.
Caudal : 700
c.
Cranial :550
d.
Medial 600
2.
d.
Meletakkan lensa S+ atau S- tergantung bertambah terang atau tidak pada mata yang
diperiksa. Tambah kekuatan lensa sampai penderita puas dengan penglihatannya (Trial
e.
and Error)
Bila miopi : dipilih untuk kacamata lensa S- terkecil yang memberi penglihatan terbaik
Bila hipermetropi: dipilih lensa S+ terbesar
Setelah penderita dikoreksi untuk hipermetropia atau myopia yang ada, maka tajam
penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan berkurang
2 baris pada kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa sferis positif 3. penderita
semua juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder yang ditambahkan.
Kemudian penderita diminta melihat kartu Snellen dan perlahan-lahan ditaruh lensa
negatif sampai penderita melihat jelas pada kartu Snellen. (Vaughan, 1995)
Pemeriksaan tambahan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis penyakit pada
Ilmu Penyakit Mata antara lain:
1.
Pemeriksaan Tonometri
Pemeriksaan tonometri adalah pemeriksaan tekanan intraokular drngan alat yang
disebut tonometer. Tindakan ini dapat dilakukan oleh dokter umum atau dokter spesialis
lainnya. Pengukuran tekanan bola mata sebaiknya dilakukan pada setiap orang berusia di atas
20 tahun pada saat pemeriksaan fisik medik secara rutin maupun umum.
2.
Oftalmoskopi
Oftalmoskop merupakan alat untuk melihat bagian dalam mata atau fundus okuli.
Pemeriksaan dengan oftalmoskop dinamakan oftalmoskopi. Pemeriksaan ini dilakukan di
kamar gelap. Oftalmoskopi dibedakan menjadi oflamoskopi langsung dan tidak langsung.
Pemeriksaan dengan kedua jenis oftalmoskop ini adalah bertujuan menyinari bagian fundus
okuli kemudian bagian yang terang di dalam fundus okuli dilihat dengan satu mata melalui
celah alat pada oftalmoskopi langsung dan dengan kedua mata pada oftalmoskopi tidak
langsung. Pada oftalmoskopi langsung, daerah yang dilihat adalah dari daerah paling perifer
sampai daerah ekuator, tidak stereoskopis, berdiri tegak atau tidak terbalik, dan pembesaran
15 kali. Dengan oftalmoskopi tidak langsung, akan terlihat daerah fundus okuli 8 kali
diameter papil, dapat dilihat sampai daerah ora serata, karena dilihat dengan 2 mata maka
terdapat efek streoskopik, dan dengan pembesaran 2-4 kali.
3. Tes Fluoresein
Fluoresein adalah bahan yang berwarna jingga merah yang bila disinari gelombang biru
akan memberikan gelombang hijau. Bahan larutan ini dipakai untuk melihat adanya defek
epitel kornea, fistel kornea, atau untuk foto pembuluh darah retina bila disuntikkan intravena.
4.
5.
Uji Placido
Papan placido merupakan papan yang mempunyai gambaran garis hitam melingkar
konsentris dengan lobang kecil pada bagian sentralnya. Bila pada kornea pasien yang
membelakangi sumber sinar atau jendela, diproyeksikan sinar gambaran lingkaran placido
yang berasal dari papan lempeng placido, maka akan terlihat keadaan permukaan kornea.
6.
Uji Anel
Pemeriksaan ini dilakukan untuk megetahui fungsi ekskresi lakrimal.
7.
Gonioskopi
Dengan lensa gonioskopi dapat dilihat keadaan sudut bilik mata yang dapat
menimbulkan glaukoma. Penentuan gambaran sudut bilik mata dilakukan pada setiap kasus
yang dicurigai adanya glaukoma.