Você está na página 1de 23

Analisis Butir Soal

Oleh :
Kelompok IV
Deni Hafidz Kurniawan
Indira Wahyu Alfaterra
Neila Dwi Saidah
Zunia Romansyah Ahwan

Analisis Butir Soal

Tes

Upaya mengetahui sejauh mana pembelajaran telah tercapai

Harus mampu mengukur kemampuan siswa dalam memahami suatu


konsep

Empat cara menilai hasil tes yaitu


Menilai ketidakjelasan perintah, bahasa, tingkat kesukaran dan
lain-lain
Mengadakan analisis butir soal (item analysis)
Mengadakan cek validitas

Mengadakan cek realibilitas

Analisis Butir Soal


Suatu prosedur sistematis yang memberikan informasi sangat khusus
terhadap butir soal yang disusun
Tujuan : mengidentifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan jelek

Analisis umumnya dibagi menjadi

Analisis Kualitatif
(qualitatif control)

Analisis Kuantatif (quantitatif control)

Analisis Kualitatif

Validitas Logis

Analisis yang ditinjau dari segi teknis, isi, editorial, materi, konstruksi, dan bahasa

Analisis Kuantitatif Validitas Empiris


Menekankan pada analisis internal tes melalui data yang diperoleh secara impiris
Analisis meliputi taraf kesukaran, daya pembeda, pola jawab soal, validitas, dan reabilitas

Analisis Kualitatif (Validitas Logis)


1.

Taraf Kesukaran
Merupakan bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal yang
dinyatakan sebagai indeks kesukaran (difficulty indeks)
Berhubungan dengan banyaknya siswa yang dapat menjawab benar

Rumus yang digunakan :

P=

Keterangan :
P
= indeks kesukaran
B
= jumlah siswa yang menjawab dengan benar
JS
= jumlah siswa seluruhnya
Besarnya indeks kesukaran antara 0,1 1,0
0,0 menunjukkan soal terlalu sukar, 1,0 menujukkan soal terlalu mudah

Taraf Kesukaran
Daya taraf kesukaran soal uraian digunakan rumus :

P=
Dimana :
X
= skor total yang diperoleh siswa
Sm
= skor maksimum soal
N
= jumlah peserta tes

Klasifikasi tingkat kesukaran


0,40 1,00 soal diterima/baik
0,30 0,39 soal diterima tetapi perlu diperbaiki
0,20 0,29 soal diperbaiki
0,19 0,00 soal tidak dipakai/dibuang
(Sumber : Safari. 2004. Teknik Analisis Butir Soal Instrumen Tes dan Nontes dengan Manual, kalculator dan
Komputer. Jakarta : Depdiknas)

Taraf Kesukaran
Menurut Suharsimi Arikunto :

Soal dengan P = 0,00 0,30 adalah soal sukar


Soal dengan P = 0,31 0,70 adalah soal sedang
Soal dengan P = 0,71 1,00 adalah soal mudah
Contoh soal

Hitung indeks kesukaran suatu tes obyektif dimana siswa yang bisa menjawab benar hanya 17
siswa dari 45 siswa yang ada.
Jawab : P =
=

17
45

= 0,38

Analisis Kualitatif (Validitas Logis)


2. Daya Pembeda (Daya Beda)

Merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang pandai


dengan siswa yang kemampuannya kurang
Ditunjukkan oleh indeks diskriminasi (discriminatory indeks)
Rumus yang digunakan :

D=

Keterangan :
D
= indeks daya beda
J
= jumlah peserta tes
JA
= jumlah peserta tes kelompok atas
JB
= jumlah peserta tes kelompok bawah
BA
= jumlah peserta tes kelompok atas yang menjawab dengan benar
BB
= jumlah peserta tes kelompok bawah yang menjawab dengan benar
PA
= proporsi peserta tes kelompok atas yang menjawab dengan benar
PB
= proporsi peserta tes kelompok bawah yang menjawab dengan benar

Daya Pembeda (Daya Beda)


Indeks diskriminatif berentang nilai 0,00 1,00
Angka negatif (-) digunakan jika soal terbalik menunjukkan kualitas tes (anak pandai
disebut kurang dan anak kurang disebut pandai)
-1,00

0,00

1,00

Daya beda

Daya beda

daya beda

negatif

rendah

tinggi

Butir soal yang baik memiliki daya beda tinggi


Kriteria penentuan daya beda
Daya beda

Keterangan

0,00 < D 0,20


0,20 < D 0,40
0,40 < D 0,70
0,70 < D 1,00

Jelek
Cukup
Baik
Baik sekali

Daya Pembeda (Daya Beda)


Untuk menentukan Daya Beda, seluruh peserta tes dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok atas dan kelompok bawah

Kelompok atas
(upper group)

ditentukan
oleh peserta
yang
mendapatka
n skor tinggi

Kelompok
bawah (lower
group)

ditentukan
oleh peserta
yang
mendapatkan
skor rendah

Cari membagi kelompok atas dan kelompok bawah


1. Jika peserta tes sedikit (kelompok kecil)

Seluruh kelompok dibagi menjadi dua sama besar, 50 % kelompok atas dan 50 % kelompok
bawah
2. Jika peserta banyak (kelompok besar)

Seluruh peseta dibagi menjadi 27 % kelompok atas, 46 % kelompok tengah, dan 27


% kelompok bawah.
Penentuan difokuskan pada kelompk atas dan bawah saja
Kelompok peserta dibagi menjadi 33% kelompok atas dan 33% kelompok bawah

Menskor dan Menilai


Mengolah hasil evaluai pembelajaran merupakan tindak lanjut dari kegiatan merencakan dan
melaksanakan kegiatan evaluasi

Menskor
(Scoring)

Mengolah hasil
evaluasi

Menilai
(Grading)

Menskor (Scoring)
Proses mengubah jawaban siswa menjadi angka-angka
Skor merupakan harga kuantitatif jawaban butir tes
Beberapa cara/teknik yang digunakan untuk penyekoran hasil tes sesuai bentuk
tes yang digunakan, yaitu:

Pemberian skor untuk tes bentuk objektif


Pemberian
Pemberian
Pemberian
Pemberian

skor
skor
skor
skor

tes hasil
hasil tes
hasil tes
hasil tes

benar salah (true false)


pilihan ganda (multiple choice)
menjodohkan (matching)
jawaban singkat

Pemberian Skor untuk Tes Bentuk Essai


Cara penyekoran Analitik (analytical scoring method)
Cara penyekoran holistik (holistic scoring method)

Pemberian skor untuk tes bentuk objektif


a.

Pemberian skor tes hasil benar salah (true false)


1. Tanpa hukuman/denda
S = R -W
S = skor
R = right (jawaban benar)
W = wrong (jawaban salah)

2. Dengan hukuman/denda
S = T - 2W
S = skor

T = Jumlah total soal


W = wrong (jawaban salah)

Pemberian skor untuk tes bentuk objektif


b. Pemberian skor hasil tes pilihan ganda (multiple choice)
1. Tanpa hukuman/denda
Dilakukan dengan menjuumlahkan semua hasil angka dari jawaban yang benar
2. Dengan hukuman/denda
(memperhatikan adanya faktor tebakan)

S = R - ()
S = skor
R = right (jawaban benar)
W = wrong (jawaban salah)
N = jumlah pilihan jawaban

Pemberian skor untuk tes bentuk objektif


c. Pemberian skor hasil tes menjodohkan (matching)
1. Tanpa hukuman/denda
Dilakukan dengan menjuumlahkan semua jawaban benar

2. Dengan hukuman/denda

S=R-

( )

S = skor

R = right (jawaban benar)


W = wrong (jawaban salah)
n1 = jumlah butir pada jalur kiri (soal)
n2 = jumlah butir pada lajur kanan (jawaban)
d. Pemberian skor hasil tes jawaban singkat
Pemberian skor dapat dilakukan degan menjumlahkan jawaban benar. Tetapi jika jawaban bervariasi, skor
dapat diberikan sesuai dengan bentuk soal. Misalnya sangat lengkap, lengkap dan sangat lengkap.

Pemberian skor untuk tes bentuk objektif


Pemberian Skor untuk Tes Bentuk Essai
a. Cara penyekoran Analitik (analytical scoring method)
Mengacu pada jawaban ideal. Tinggi rendahnya skor ditentukan oleh lengkap tidaknya elemen yang
dituju.
b. Cara penyekoran holistik (holistic scoring method)
Mengacu pada keluasan respon jawaban. Tinggi rendahnya skot ditentukan oleh keseluruhan
jawaban.
untuk memberikan skor hasil tes essai perlu ditetapkan bobot masing-masing soal. Hal yang perlu
dilakukan dalam penyekoran tes essai, antara lain :

o
o
o
o
o

Membaca soal pertama dari seluruh siswa untuk mengetahui situasi jawaban
Menentukan angka untuk soal pertama
Memberikan angka pada soal pertama
Mengulang langkah tersebut untuk jawaban soal berikutnya
Menjumlahkan angka-angka yang diperoleh oleh masing-masing siswa dalam bentuk uraian

Pemberian Skor untuk Tes Bentuk Essai

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam hasil tes essai, yaitu:

o perlu diberikan pedoman penskoran yang berisi pokok-pokok jawaban yang ideal
o Pemberian skor dilakukan secara menyeluruh terhadap seluruh siswa pada setiap nomor butir
sebelum melaksanakan koreksi nomor berikutnya
o Pemberian skor tanpa melihat pemilik kertas jawaban

Menilai (Grading)
Proses menerjemahkan skor hasil tes yang telah dikonversikan ke dalam klasifikasi
evaluatif berdasarkan norma dan kriteria tertentu

Sistem penilaian ini mengacu pada :


Sistem Acuan Norma (PAN)
Penilaian didasarkan pada rata-rata kelompoknya. Denga ini akan diketahui
kemampuan siswea dalam kelompoknya

Sistem Acuan Patokan (PAP)


Penilaian diacukan pada tujuan instruksional yang harus dikuasai siswa

Mengolah Nilai
1.

Skala Penilaian

a. Skala Bebas

Skala penilaian tanpa ada ketentuan. Guru yang menentukan skala penilaian.
Guru perlu menjelaskan kepada siswa cara penilaian
Contoh :

b. Skala 1-10

suatu tes dengan soal subjektif


Skala penilaian dalam buku rapor
Jarang digunakan nilai pecahan (pembulatan)
Kelemahan : penilaian dirasa sedikit kasar

c. Skala 1-100

Penilaian yang lebih halus daripada skala 1-10


Contoh : 6,3 pada skala 1-10 menjadi 63

Mengolah Nilai
d. Skala Huruf

Umumnya hanya 5 huruf : A, B, C, D, E


Tidak menunjukkan kuantitas, tapi kualitas
Rata-rata nilai dicari dengan mentransferkan dahulu dalam bentuk angka

Skala Huruf

Skala 1-10

Skala 1-100

Kriteria

A
B
C
D
E

8,0 10,0
6,6 7,9
5,6 6,5
4,0 5,5
3,0 3,9

80 100
66 79
56 65
40 55
30 39

Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Gagal

Sumber : Petunjuk Kegiatan Akademik IKIP Yogjakarta

Mengolah Nilai
Nilai Huruf

Nilai Angka

Taraf Penguasaan Kemampuan (%)

A
AB+
B
BC+
C
D
E

91 100
84 90
77 83
71 76
66 70
61 65
55 60
41 54
0 40

4,00
3,70
3,30
3,00
2,70
2,30
2,00
1,00
0

Sumber : Pedoman Pendidikan Universitas Negeri Malang

Você também pode gostar