Você está na página 1de 2

Analisis percobaan

Percobaan 1 : Sifat Asam-Basa


Dari enam larutan asam dan basa yang ada, awalnya diidentifikasi dari warnanya. Selanjutnya, untuk
menentukan larutan mana yang bersifat asam dan larutan mana yang bersifat basa maka digunakan
kertas indikator pH universal yang akan berubah warnanya setelah dicelupkan ke dalam larutan
asam atau basa. Perubahan warnanya akan berbeda-beda bagi setiap pH. Untuk menentukan pH
dari larutan yang diperiksa, kertas indikator pH yang telah berubah warna ini dicocokkan dengan
panduan skala pH indikator universal. Maka akan didapatkan pH dari masing-masing larutan. Larutan
yang memiliki pH lebih kecil daripada 7 adalah asam sedangkan yang pH lebih besar daripada 7
adalah basa. Salah satu larutan asam dan larutan basa ini selanjutnya akan diencerkan. Proses
pengenceran dilakukan dengan penambahan akuadest ke dalam larutan dengan volume tertentu.
Pengenceran ini akan menyebabkan konsentrasi larutan asam dan basa berubah karena
penambahan akuadest akan mempengaruhi volume keseluruhan larutan yang berbanding tebalik
nilainya dengan konsentrasi, sesuai dengan rumus molaritas yaitu:
M= n/v
Pengenceran ini dilakukan untuk melihat pengaruh perubahan konsentrasi terhadap nilai pH larutan.
Pada percobaan ini pengenceran dilakukan dengan tiga variasi rasio larutan asam/basa dan akuadest
berturut-turut yaitu rasio 1:1, 1:10 dan 1:100. Tiap larutan yang telah diencerkan dimasukkan ke
tabung reaksi atau beker glass (untuk pengenceran rasio 1:100) yang berbeda. Setelah dilakukan
pengenceran pH larutan akan berubah karena pH suatu larutan bergantung kepada konsentrasi
larutannya. Untuk memastikan hal ini, dilakukan pengecekan pH dari larutan yang telah diencerkan.
Dari hasil pengamatan ini, praktikan membuat tabel perbandingan konsentrasi larutan dan pH dan
kemudian membuat grafiknya.
Percobaan 2: Reaksi Asam-Basa
Reaksi asam dan basa secara umum disebut dengan reaksi penetralan. Dalam percobaan ini akan
diamati rekasi asam dengan basa dalam titrasi asam kuat dan asam lemah oleh basa kuat. Percobaan
ini dilakukan dengan NaOH 0,1 Molar yang diisikan ke dalam buret. Namun sebelum itu buret
terlebih dahulu dibersihkan menggunakan akuadest agar memperkecil kemungkinan kontaminasi zat
lain yang tersisa dalam buret dari penggunaan sebelumnya. Titrasi pertama dilakukan terhadapa HCl
sebanyak 5 mL yang dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. Ke dalam larutan HCl ini ditambahkan
sebanyak 3 tetes indikator phenolphtalein (PP). Phenolphtalein digunakan karena ia merupakan
senyawa yang bersifat asam lemah sehingga ketika dicampurkan dengan larutan yang juga bersifat
asam, PP tidak akan mengalami reaksi dan tidak menimbulkan perubahan warna. Namun ketika
phenolphtalein berada dalam bentuk ion, ia memiliki warna merah muda terang sehingga ketika
basa (NaOH) dicampurkan ke dalam larutan asam, akan muncul warna merah muda/ungu akibat
terjadinya reaksi antara ion indikator PP dengan ion basa. Titrasi HCl dengan NaOH adalah titrasi
asam kuat oleh basa kuat dan diketahui titik ekuivalennya adalah ketika mol HCl dalam larutan sama
dengan mol NaOH yang ditambahkan dimana keduanya akan saling menetralkan satu sama lain.
Va . Ma = Vb . Mb

Diketahui bahwa titik ekuivalen telah tercapai adalah ketika warna larutan tepat berubah menjadi
merah muda akibat reaksi ion PP dengan ion NaOH.
Untuk percobaan titrasi CH3COOH dengan NaOH kurang lebih memiliki konsep yang sama dengan
titrasi HCl. Hanya saja pada kasus ini CH3COOH merupakan asam lemah. Sehingga untuk
mendapatkan nilai mol dari CH3COOH digunakan [H+] yang didapatkan dari rumus:
[H+] = ( Ka . Ma)

Analisis Kesalahan
Dalam pengerjaan percobaan ini ada beberapa hal yang mendapatkan hasil yang kurang akurat.
Pertama, nilai pH dari pengecekan pH menggunakan kertas indikator universal tidaklah sama dengan
nilai pH hasil perhitungan dari molaritas yang diketahui. Ada beberapa kemungkinan faktor yang
menyebabkan terjadinya kesalahan ini. Pertama, Larutan yang digunakan tidaklah benar-benar
memiliki konsentrasi seperti yang tertulis/diketahui. Mungkin pada penggunaan sebelumnya larutan
sudah terkontaminasi zat lain yang mengakibatkan perubahan konsentrasi larutannya. Kemungkinan
lainnya adalah kesalahan praktikan dalam menentukan nilai pH yang tepat saat mencocokkan
dengan kertas skala indikator pH.
Kesalahan berikutnya adalah dalam hasil perhitungan titrasi. Pada titrasi HCl dengan NaOH, hasil
pengamatan menunjukkan bahwa volume NaOH yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekuivalen
dengan HCl adalah sebanyak 4,8 mL. Sedangkan menurut perhitungan teoritis seharusnya volume
basa yang diperlukan adalah sebanyak 5 mL. Kesalahan ini mungkin disebabkan oleh kesalahan
penghitungan jumlah volume yang dibutuhkan dalam titrasi, yakni kesalahan pembacaan skala
volume NaOH pada buret.
Kesalahan pada perhitungan titrasi ini sebenarnya terlihat pada saat percobaan. Volume NaOH yang
tercatat dibutuhkan untuk mencapai titik ekuivalen adalah volume NaOH yang menyebabkan larutan
tepat HCl berubah warna menjadi merah muda. Namun pada saat pengamatan percobaan, baik
pada titrasi HCl maupun titrasi CH3COOH, larutan asam yang dititrasi telah berubah warna menjadi
warna ungu yang cukup pekat. Warna indikator PP yang semakin ungu ini menunjukkan bahwa
larutan sudah berada dalam keadaan yang semakin jauh dari titik ekuivalen.

Você também pode gostar