Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Parameter gas pencemaran udara berdasarkan Standar Indeks Pencemaran
Udara atau ISPU terdapat lima jenis gas berbahaya salah satunya adalah sulfur
dioksida (SO2). Sulfur dapat bergabung dengan oksigen bereaksi di udara menjadi
senyawa SOx dengan reaksi yang bersifat sangat eksotermik. Sulfur dioksida
merupakan gas tidak berwarna, tidak flammable, maupun tidak explosive.
Sebagai pencemar SO2 diperkirakan memiliki waktu tinggal di dalam udara
selama 2 - 4 hari dan dalam waktu tinggal tersebut SO2 dapat ditransportasikan
sejauh 1000 km sehingga keadaannya relatif stabil di atmosfer (Alifah, 2010).
Sulfur dioksida akan bereaksi dengan oksigen membentuk SO3. Sulfit (SO3)
kemudian bereaksi dengan titik-titik air sehingga menghasilkan presipitasi berupa
hujan asam. Gas SO3 mudah bereaksi dengan uap air yang ada di udara
membentuk asam sulfat atau H2SO4. Asam sulfat sangat reaktif, mudah bereaksi
dengan benda-benda lain yang mengakibatkan kerusakan, seperti proses
perkaratan (korosi) dan proses kimiawi lainnya (Pohan, 2002).
SO2 akan memberikan dampak negatif untuk berbagai aspek kehidupan. Bagi
kesehatan manusia menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan manusia,
bronkhitis, dan episema. Kerusakan yang akan terjadi pada tanaman adalah pada
struktur daun serta fungsinya yaitu penyakit nekrosis. Pemaparan sulfur dioksida
berlebihan pada daun menyebabkan kerusakan pada parenkim dalam mesopil
diikuti oleh bagian palisade. Efek sulfur dioksida juga dapat merusak material
pembuat dinding bangunan salah satunya menyebabkan korosi.
Pengukuran konsentrasi sulfur dioksida dilakukan di persimpangan jalan dekat
lapangan parkir Fakultas Pertanian IPB sehingga banyak kendaraan yang
melewatinya. Kendaraan tersebut menggunakan bahan bakar fosil yang akan
melepaskan sulfur dioksida (SO2) ke udara. Kandungan gas sulfur dioksida dalam
udara ambien memiliki dampak negatif bagi lingkungan dan manusia, sehingga
perlu dilakukan kontrol emisi SO2 dalam udara ambien. Pengontrolan tersebut
akan membantu upaya pengelolaan lingkungan serta pemulihan udara ambien.
Pengkuran kadar sulfur dioksida pada udara ambien dapat menggunakan metode
pararosanilin yang memanfaatkan absorbsi SO2. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan konsentrasi SO2 di udara ambien khususnya di lapangan parkir
Fakultas Pertanian IPB dengan metode pararosanilin.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi sulfur dioksida (SO2)
yang terdapat di dalam udara di daerah lapangan parkir Fakultas Pertanian IPB.
Konsentrasi sulfur dioksida yang terdapat di dalam udara digunakan sebagai
parameter pengukuran beban pencemaran udara sehingga dapat diketahui
bagaimana kualitas udara dari contoh uji tersebut. Pengamatan ini dilakukan
dengan menggunakan metode Pararosanilin. Gas SO2 diserap dalam larutan
penyerap tetrakloromerkurat (TCM) sehingga membentuk senyawa kompleks
diklorosulfonatomerkurat yang tahan oksidasi udara. Alat yang digunakan dalam
pengamatan ini, adalah: Midget Impinger, pompa vakum, flowmeter, gelas ukur
100 ml, pipet volumetrik, strirrer, pipet ukur 1 ml; 2ml; 5ml; 10ml, pipet mikro,
buret, ball pipet, ball pipet, tabung uji 25 ml, spektrofotometer dilengkapi kuvet,
labu erlenmeyer asah bertutup 250 ml, neraca analitik, termometer. Bahan yang
digunakan dalam pengamatan ini, adalah: larutan penyerap tetrakloromerkurat
(TCM), larutan induk Na2SO3, larutan standar natrium tiosulfat, indikator kanji,
air suling, larutan formaldehida, larutan pararosanilin, larutan asam sulfanat, dan
contoh uji udara.
Metode yang pertama dilakukan adalah pembuatan kurva kalibrasi SO2 dengan
menyiapkan enam tabung uji 25 ml. Kemudian, masing-masing tabung uji diisi
dengan 0,0; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5 ml larutan standar natrium sulfit dengan
menggunakan pipet volumetrik. Setelah itu, masing-masing tabung uji
ditambahkan larutan penyerap TCM sebanyak 10 ml. Larutan asam sulfamat 0,6%
sebanyak 1 ml ditambahkan ke dalam masing-masing tabung uji dan didiamkan
selama 5 menit. Kemudian, larutan formaldehida 0,2% sebanyak 2 ml dan larutan
kerja pararosanilin sebanyak 5 ml ditambahkan ke dalam tabung uji. Kemudian,
masing-masing tabung uji diatur volumenya menjadi 25 ml dengan menambahkan
air suling yaitu sampai tanda batas tera tabung uji. Setelah itu, larutan
dihomogenkan dengan baik dan didiamkan selama 15 menit agar terjadi
pembentukan warna yang sempurna. Setelah 15 menit, masing-masing larutan
dalam tabung uji diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 550 nm. Kemudian, hasil pembacaan dari spektrofotometer diplotkan
pada grafik konsentrasi sulfur dioksida versus absorbansi, sehingga diperoleh
kurva kalibrasi sulfur dioksida.
Metode kedua yang dilakukan adalah penentuan konsentrasi SO2 dalam larutan
induk Na2SO3 dengan memasukkan 10 ml larutan induk Na2SO3 menggunakan
pipet ke dalam labu erlenmeyer asah. Kemudian, larutan iod 0,01N sebanyak 5 ml
dan larutan HCl sebanyak 5 ml ditambahkan ke dalam larutan induk yang terdapat
pada labu asah dan didiamkan selama 5 menit. Setelah 5 menit, larutan dalam
erlenmeyer dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat 0,01 N hingga larutan
berwarna kuning muda. Kemudian, larutan tersebut ditambahkan beberapa tetes
indikator kanji dan dititrasi hingga titik akhir atau warna biru tepat hilang, dan
volum Na2SO3 akhir dicatat sebagai VC.
Metode ketiga yang dilakukan adalah pembuatan larutan blanko dengan
memasukkan 10 ml air suling ke dalam erlenmeyer asah dan langkah-langkah
pada metode kedua dilakukan kembali hingga selesai. Akan tetapi, volum akhir
larutan dicatat sebagai VB. Kemudian konsentrasi SO2 dalam larutan induk
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
(
.................................. persamaan 1
Keterangan:
C = konsentrasi SO2 dalam larutan natrium induk Na2SO3 (g/ml)
VB = volume larutan standar natrium tiosulfat hasil titrasi blanko (ml)
VC = volume larutan standar natrium tiosulfat hasil titrasi larutan induk Na2SO3
(ml)
N = normalitas larutan standar natrium tiosulfat (N)
VA = volume larutan induk Na2SO3 yang dipipet (ml)
1000 = konversi g ke g
32,03 = berat ekivalen SO2 (BM SO2/2)
Metode keempat yang dilakukan adalah pengambilan contoh uji di lapangan
parkir Fakultas Pertanian IPB. Pengambilan contoh uji dilakukan selama 30
menit. Langkah pertama, larutan penyerap TCM sebanyak 10 ml dimasukkan ke
dalam impinger. Impinger diatur agar terlindung dari hujan dan sinar matahari
langsung. Kemudian, impinger dihubungkan dengan erlenmeyer asah tertutup
yang berisi serat kaca (glass woll) dan flowmeter. Setelah itu, pompa penghisap
dihidupkan dan kecepatan aliran udara diatur sebesar 0,5 1 liter/menit.
Kecepatan aliran udara selalu dikontrol agar tetap konstan hingga akhir periode
pengambilan contoh uji. Kemudian, contoh uji dipindahkan ke dalam tabung uji
25 ml dan dibilas dengan 5 ml air suling (akuades) dan didiamkan selama 20
menit untuk menghilangkan pengganggu.
Metode kelima yang dilakukan penetapan SO2 dalam bahan uji. Langkah
pertama, larutan asam sulfamat 0,6% sebanyak 1 ml ditambahkan ke dalam
tabung uji yang berisi contoh uji dan didiamkan selama 10 menit untuk
menghancurkan nitrit dan oksida nitrogen. Setelah itu, masing-masing labu ukur
ditambahkan 2 ml larutan formaldehida 0,2% dan 5 ml larutan kerja
pararosanilin. Kemudian, masing-masing tabung uji diatur volumenya menjadi 25
ml dengan menambahkan air suling yaitu sampai tanda batas tera tabung uji.
Setelah itu, larutan dihomogenkan dengan baik dan didiamkan selama 15 menit
agar terjadi pembentukan warna yang sempurna. Setelah 15 menit, masing-masing
larutan dalam tabung uji diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 550 nm. Langkah yang sama dilakukan untuk pengujian
blanko dengan menggunakan larutan penyerap TCM sebanyak 10 ml. Setelah
absorbansi contoh uji diperoleh, maka data tersebut dianalisis dengan
menggunakan persamaan:
................................................................ persamaan 2
Keterangan :
Qc = koreksi laju aliran udara (liter/menit)
Qs = laju aliran sampling (liter/menit)
Tr = temperatur ruang saat pengukuran (K)
Ta = temperatur alat (K)
Setelah itu dilakukan penentuan volume sampel udara
t ................................................................. persamaan 3
Keterangan :
V = volume sampel udara (liter)
t = lama sampling (menit)
setelah itu dicari volume udara pada suhu 250C dan tekanan 760 mmHg
............................................. persamaan 4
Keterangan :
V = volume sampel udara (m3)
P = tekanan atmosfer (mmHg)
T = suhu (0C)
Lalau ditentukan konsntrasi NO2
........................................ persamaan 5
.................................................... persamaan 6
Keterangan :
a = jumlah SO2 pada sampel yang diperoleh dari kurva kalibrasi (g)
Absorbansi
2.000
y = 0.7482x + 0.0891
1.500
1.000
0.500
0.000
0.00
0.50
1.00
1.50
Cb (ppm)
2.00
2.50
3.00
Ta (oC)
32
32.5
32
31,8
32.07
Qs (liter/menit)
1
1
0.9
0.9
0.95
0.738
1.340
Setelah kurva kalibrasi dan absorbansi larutan blanko diukur, maka dilakukan
analisis data untuk mengetahui konsentrasi SO2 yang terkandung dalam contoh
uji. Data hasil analisis disajikan dalam tabel 4.
Tabel 4. Data Hasil Analisis Perhitungan Contoh Uji.
Data
Cb bahan uji (ppm)
Qc (liter/menit)
V (liter)
Vr (m3)
Konsentrasi SO2 (g/m3)
C2 Estimasi waktu (g/m3)
Nilai
3.344
0.953
28.59
27.83 x 10-3
120.12
105.60
KESIMPULAN
Sulfur dioksida (SO2) merupakan gas pencemar udara yang sangat berbahaya
jika terhirup oleh manusia. Konsentrasi baku mutu gas SO2 berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 41 tahun 1999 dalam Baku Mutu Udara Ambien (BMUA)
adalah sebesar 900 g/m3. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, kadar SO2
pada estimasi waktu pengambilan contoh uji yang digunakan adalah sebesar
105.60 g/m3. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa udara yang berada di
daerah persimpangan lapangan parkir Faperta IPB cukup bersih dari kontaminasi
SO2 karena kadarnya jauh di bawah baku mutu. Udara di lapangan parkir Faperta
IPB aman untuk dihirup dengan asumsi tidak terdapat bahan pencemar berbahaya
lainnya dengan konsentrasi yang melebihi baku mutu.
DAFTAR PUSTAKA
Alifah, Taty. 2010. Oksida-oksida Sulfur (SOx). [terhubung berkala]
http://tatyalfiah.files.wordpress.com/2009/09/oksida-sulfur-_sox_.pdf
(diakses 02 Oktober 2013)
Departemen Kesehatan. 2012. Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya
terhadap
Kesehatan.
[terhubung
berkala]
http://www.depkes.go.id/downloads/ Udara.PDF (diakses 3 Oktober 2013)
Nachtrieb, Oxtoby Gillis. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi Keempat.
Erlangga, Jakarta.
Pohan, Nurhasmawaty. 2002. Pencemaran Udara dan Hujan Asam. [terhubung
berkala] http:// repository.usu.ac.id/ bitstream/ 123456789/ 1371/1/ kimianurhasmawaty2. pdf (diakses 2 Oktober 2013)
Sopiah, Nida. 2005. Transformasi Kimia Senyawa Belerang, Dampak, dan
Penanganannya. Balai Teknologi Lingkungan BPPT, Serpong.
Sugiyono, Agus. 2000. Prospek Penggunaan Teknologi Bersih untuk Pembangkit
Listrik dengan Bahan Bakar Batubara di Indonesia. Jurnal Teknologi
Lingkungan Volume 1, Nomor 1: 90-95. Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT), Jakarta.
LAMPIRAN I.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN
PENCEMARAN UDARA
LAMPIRAN II.
DOKUMENTASI PENELITIAN