Você está na página 1de 5

IDENTIFIKASI AKULTURASI AGAMA DAN BUDAYA DI SUNAN AMPEL

SURABAYA
A. Sejarah Sunan Ampel
Makam Sunan Ampel, sebagai salah satu destinasi wisata religi selalu banyak dikunjungi
peziarah yang ingin memberikan doa. Sunan Ampel adalah seorang wali yang mengajarkan
tentang ajaran Islam di pulau Jawa. Sunan Ampel merupakan salah satu dari sembilan wali
yang melakukan syiar Islam di abad XVI. Pada Jaman itu santri pemilik nama asli Raden
Rachmad ini, tersebar ke Kalimantan, Maluku, Malaka, Dompu, Mataram hingga Brunei
Darussalam.
Dikenal juga sebagai Sunan Ampel, salah satu keturunan Nabi Muhammad SAW, lahir
di Champa (bagian selatan Cambodia, CMIIW). Datang di pulau Jawa pada awal abad ke-15.
Waktu itu misi beliau adalah memperbaiki moral bangsawan dan rakyat Majapahit yg rusak
berantakan setelah ditinggal mati Prabu Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada.
Sunan Ampel menganut Fiqh Mahzab Hanafi. Tapi pada santri2nya Sunan Ampel hanya
memberikan pengajaran sederhana: Moh limo.
1. Moh main (tidak mau main judi)
2. Moh minum (tidak mau minum yg memabukkan)
3. Moh maling (tidak mau mencuri, dan korupsi)
4. Moh madat (tidak mau menghisap candu)
5. Moh madon (tidak mau berzina)
Para santri yang belajar pada Sunan Ampel bukan hanya dari kalangan pembesar
Majapahit saja. Banyak juga dari rakyat biasa, baik dari lingkungan Majapahit maupun dari
wilayah lain. Bahkan pada 1470, datang pemuda Persia (Iran) yang bernama Ali Saksar untuk
ikut belajar pada Sunan Ampel. Pemuda itu kemudian dikenal sebagai Syeikh Siti Jenar.
Makam Raden Muhammad Ali Rahmatullah atau lebih dikenal dengan sebutan Sunan
Ampel, terletak di belakang mesjid. Untuk mencapai makam harus melewati sembilan
gapura, sesuai arah mata angin, yang melambangkan wali songo atau sembilan wali. Tiga
gapura merupakan bangunan asli peninggalan Sunan Ampel.
Makam Sunan Ampel bersebelahan dengan makam istri pertamanya, Nyai Condrowati,
yang merupakan keturunan Raja Brawijaya Lima. Di komplek makam ini terdapat juga
makam para pengawal dan pengikut Sunan Ampel. Diantaranya makam Mbah Sholeh yang
berjumlah Sembilan.
-------------oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo--------------Sunan Ampel adalah salah satu wali songo yang berjasa menyebarkan agama Islam di tanah
Jawa. Nama aslinya adalah Raden Mohammad Ali Rahmatullah merupakan seorang figur

yang alim, bijak, berwibawa dan banyak mendapat simpati dari masyarakat. Sunan Ampel
diperkirakan lahir tahun 1401 di Champa, Kamboja. Sejarah mencatat, Sunan Ampel adalah
keturunan dari Ibrahim Asmarakandi. Salah satu Raja Champa yang yang kemudian menetap
di Tuban, Jawa Timur. Saat berusia 20 tahun, Raden Rachmat memutuskan untuk pindah ke
Tanah Jawa, tepatnya di Surabaya yang ketika itu merupakan daerah kekuasaan Majapahit di
bawah Raja Brawijaya yang dipercaya sudah beragama Islam ketika berusia lanjut itu. Di
usianya 20 tahun, Sunan Ampel sudah dikenal pandai dalam ilmu agama, bahkan dipercaya
Raja Brawijaya untuk berdakwah dan menyebarkan agama Islam di Surabaya. Tugas
khususnya adalah untuk mendidik moral para bangsawan dan kawula Majapahit. Untuk itu
Raden Rachmat dipinjami oleh Raja Majapahit berupa tanah seluas 12 hektar di daerah
Ampel Denta atau Surabaya untuk syiar agama Islam. Karena tempatnya itulah, Raden
Rachmat kemudian akrab dipanggil Sunan Ampel. Sunan Ampel memimpin dakwah di
Surabaya
dan
bersama
masyarakat
sekitar
membangun
masjid

untuk media dakwahnya yang kini dikenal sebagai


Masjid Ampel. Di tempat inilah Sunan Ampel menghabiskan masa hidupnya hingga wafat
tahun 1481 dan makamnya terletak di sebelah kanan depan masjid Ampel.

B. Tradisi/ Budaya di Sunan Ampel


Terdapat banyak budaya atau tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat di sekitar
makam Sunan Ampel, tradisi atau kebiasaaan yang dilakukan tersebut di antaranya:
a. Tradisi Haul
Tradisi haul merupakan salah satu tradisi yang biasa dilakukan menjelang bulan
Ramadhan, sekitar sepuluh hari sebelum Ramadhan biasanya tradisi ini
dilakukan. Tradisi Haul berlangsung selama tiga hari yaitu hari Jumat, Sabtu, dan
Minggu. Hal- hal yang dilakukan dalam tradisi ini adalah membaca Tahlil,
Tahmid, dan membaca shalawat nabi. Selama tiga hari tersebut kegiatan yang
diadakan antara lain:
Pada jumat malam ada kegiatan membaca tahlil dan tahmid secara bersamasama.
Pada sabtu pagi diadakan khataman Al- Quran dan mengundang beberapa
kyai yang hafal Al- Quran. Sedangkan pada sabtu malamnya ada kegiatan
membaca shalawat hadrah.
Pada hari minggu diadakan khitanan massal, dimana dalam kegiatan ini
terdapat tradisi janpe.
Dalam tradisi Haul juga terdapat satu kegiatan yang tidak kalah pentingnya
dengan kegiatan- kegiatan di atas yaitu Pawai Taaruf. Pada kegiatan ini terdapat
sebuah payung yang cukup besar, dimana payung tersebut digunakan untuk
memayungi sepuluh kyai atau pejabat yang akan dikawal sampai ke makam
Sunan Ampel. Dalam pawai tersebut sambil membaca bacaan (tahlil dan tahmid)
dan diiringi dengan alunan alat musik rebana. Pawai Taaruf ini mempunyai
tujuan untuk menghormati Sunan Ampel dan sebagai rasa terimakasih yang juga
ditujukan kepada Sunan Ampel.
diadakannya haul atau peringatan hari wafat Sunan Ampel

C. Peninggalan Sunan Ampel


Tepat berada dilatar masjid Pengunjung juga dapat melihat langsung bedug masjid yang
berusia ratusan tahun.
Pengelola Makam juga menyediakan air keramat diambil dari sumur tua (peninggalan Sunan
Ampel) yang dialirkan kedalam kendi untuk diminum, sebagian orang meyakini bisa
menyembuhkan segala macam penyakit dan dapat membuat orang awet muda.

Dibangun pada tahun 1421, lokasinya di kelurahan Ampel, kecamatan Pabean Cantikan,
daerah Surabaya utara (71345.42 S, 1124430.84 E).
Didesain dg arsitektur Jawa kuno, menggunakan atap tumpang tiga, tidak memiliki kubah
seperti bangunan Rusia/timur tengah. Memiliki 16 tiang penyangga dari kayu jati, masing2
berukuran 17m, dg diameter 60cm. Yang menarik dari tiang2 penyangga itu adalah tanpa
sambungan, sehingga menimbulkan misteri yg sampai sekarang masih belum terjawab:
Bagaimana mendatangkan kayu2 sebesar itu dari asalnya ke Ampel? Waktu itu kan semuanya
masih sangat sederhana, belum ada alat transportasi atau konstruksi modern.
Di sebelah barat masjid, ada makam Sunan Ampel, beserta para sahabatnya, dan para
syuhada haji. Di dekat pintu masuk makam ada sejumlah gentong berisi air minum, dari
sumur yg konon tidak pernah kering, di bawah masjid.
Di kampung ampel, sekitar kompleks Masjid Agung Sunan Ampel, terdapat 5 gapura (sbg
simbol Rukun Islam):
1. Gapura Peneksen (Syahadat, bersaksi tiada tuhan selain Allah SWT)
2. Gapura Madep (Sholat, melaksanakan sholat menghadap kiblat)
3. Gapura Ngamal (Zakat, menunaikan zakat/shodaqoh bagi yg mampu)
4. Gapura Poso (Puasa, puasa seperti di bulan suci ramadhan)
5. Gapura Munggah (Haji, menunaikan haji bagi yg mampu)
Mbah Bolong dan kiblat
Shonhaji adalah murid Sunan Ampel. Pada waktu pembangunan masjid,
Shonhaji yang menunjukkan arah kiblat. Arah kiblat itu kemudian dijadikan
referensi konstruksi masjid.
Setelah masjid jadi, para sahabat masih meragukan akurasi kiblat Masjid
Agung Sunan Ampel. Maka Shonhaji kemudian melubangi dinding di sebelah
kanan tempat imam, lalu berkata Lihat lubang ini, kabah dapat terlihat.
Dan ternyata benar para sahabat dapat melihat kabah melalui lubang itu. Sejak itu Shonhaji
dikenal sebagai Mbah Bolong.
Mbah Sholeh dan sembilan makam

Mbah Sholeh adalah tukang sapu Masjid Agung Sunan Ampel di masa hidupnya Sunan
Ampel. Bila menyapu sangatlah bersih, sehingga orang yg bersujud di masjid tidak merasa
ada debu di dahinya.
Ketika Mbah Sholeh wafat, beliau dimakamkan di sebelah timur masjid. Kemudian ketika
masjid menjadi kotor, Sunan Ampel sempat bilang Bila Mbah Sholeh masih hidup,
bersihlah masjid ini. Mendadak Mbah Sholeh ada di tempat imam, sedang menyapu.
Beberapa bulan kemudian Mbah Sholeh wafat dan dimakamkan persis di sebelah makamnya
yg dulu. Kejadian berulang, dan ucapan Sunan Ampel pun keluar lagi. Sehingga Mbah
Sholeh muncul lagi.
Setelah makam Mbah Sholeh ada delapan, Sunan Ampel wafat. Beberapa bulan kemudian
Mbah Sholeh wafat. Dan tidak muncul lagi. Sehingga total makam Mbah Sholeh ada
sembilan.
------oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo---------------Masjid Sunan Ampel yang dibangun dengan gaya arsitektur Jawa kuno dan nuansa Arab
Islami. Masjid ini masih dipengaruhi dengan alkuturisasi dari budaya lokal dan Hindu-Budha
lewat arsitektur bangunannya. Di masjid inilah saat itu sebagai tempat berkumpulnya para
ulama dan wali dari berbagai daerah di Jawa untuk membicarakan ajaran Islam sekaligus
membahas metode penyebarannya di Pulau Jawa.
Masjid Ampel berbahan kayu jati yang didatangkan dari beberapa wilayah di Jawa Timur dan
diyakini memiiki 'karomah'. Seperti disebut dalam cerita masyarakat, saat pasukan asing
menyerang Surabaya dengan senjata berat dari berbagai arah dan menghancurkan kota
Surabaya namun tidak menimbulkan kerusakan sedikitpun pada Masjid Ampel bahkan seolah
tidak terusik.
Oooooooooooooooooooooooooooooooooo
Di tiang penyangga terdapat ukiran-ukiran kuno peninggalan zaman Majapahit yang
bermakna Keesaan Tuhan.

D. Lampiran

Você também pode gostar