Você está na página 1de 10

Percobaan 5

Penetapan Kadar Sulfat dalam Larutan K2SO4 Secara


Turbidimeter dengan Alat Spektronik 20

Kelompok ; 1
Ahmad Fadlul Munim

(110332406438)

Ali Wafa

(110332421005)

Andi Hidayatullah

(110332421006)

Anggie Puspita

(110332406434)

Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang
3 Oktober 2014

1. Latar Belakang
Sulfat merupakan senyawa yang stabil secara kimia karena merupakan bentuk oksida paling
tinggi dari unsur belerang.Sulfat dapat dihasilkan dari oksida senyawa sulfida oleh bakteri.
Sulfida tersebut adalah antara lain sulfida metalik dan senyawa organosulfur. Sebalikya oleh
bakteri golongan heterotrofik anaerob, sulfat dapat direduksi menjadi asam sulfida.Secara kimia
sulfat merupakan bentuk anorganik daripada sulfida didalam lingkungan aerob. Sulfat didalam
lingkungan (air) dapat berada secara ilmiah dan atau dari aktivitas manusia, misalnya dari limbah
industry dan limbah laboratorium. Secara ilmiah sulfat biasanya berasal dari pelarutan mineral
yang mengandung S, misalnya gips (CaSO4.2H2O) dan kalsium sufat anhidrat ( CaSO4). Selain
itu dapat juga berasal dari oksidasi senyawa organik yang mengandung sulfat adalah antara lain
industri kertas, tekstil dan industri logam. Metode yang digunakan untuk untuk menentukan
kadar sulfat adalah metode turbidimetri dengan alat spektrofotometri. Metode tersebut
berdasarkan kenyataan bahwa BaSO4 cenderung membentuk endapan koloid yang dibentuk
dengan penambahan BaCl2.2H2O.
Turbidimetri adalah metoda pengukuran konsentrasi partikulat dalam suatu suspensi yang
didasarkan pada hamburan elastis cahaya oleh partikel. Turbidimetri atau analisa turbidimetri,
sedikit berbeda prinsipnya dengan absorbansi (spektrofotometri). Turbidimeter mengukur sinar
yang dibelokkan sedangkan spektrofotometri mengukur sinar yang diteruskan. Syarat utama
penerapan turbidimetri adalah terjadinya reaksi sempurna antara zat yang akan dianalisa,
pereaksinya dan kelarutan zat yang terbentuk sangat kecil. Analisa turbidimetri yang terkenal
antara lain penentuan SO4 terlarut dalam air dengan penambahan BaCl2 dengan pembentukan
BaSO4. Turbidimeter merupakan sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan sebagai
perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba. Intensitas cahaya yang
dipantulkan oleh suatu suspensi adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya
konstan. Analisis secara turbidimetri merupakan analisis berdasarkan pengukuran turbiditas (S)
atau kekeruhan dari suatu suspensi. Kekeruhan dapat disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi
yang bervarisasi dari ukuran koloidal sampai dispersi kasar, tergantung dari derajat
turbulensinya. Pengukuran intensitas cahaya yang ditransmisi sebagai fungsi dari konsentrasi
fase terdispersi adalah dasar dari analisis turbidimetri. Dalam membuat kurva kalibrasi
dianjurkan dalam penerapan turbidimetri karena hubungan antara sifat-sifat optis suspensi dan

konsentrasi fase terdispersinya paling jauh adalah semi empiris. Agar kekeruhan (turbidity) itu
dapat diulang penyiapannya haruslah seseksama mungkin, endapan harus sangat halus. Intensitas
cahaya bergantung pada banyaknya dan ukuran partikel dalam suspensi sehingga aplikasi
analitik dapat dimungkinkan). Dalam turbidimetri digunakan larutan yang berupa koloid atau
tersuspensi. Larutan jernih dapat diukur dengan metoda ini dengan jalan memberikan emulgator
untuk mengemulsi larutan. Larutan tersuspensi atau koloid mengandung partikel yang berukuran
10-10 cm. Ukuran partikel ini biasanya dapat dilihat dengan mata. Hamburan yang terukur pada
alat turbidimetri adalah hamburan yang diteruskan atau yang membentuk sudut 1800. Sedangkan
hamburan yang membentuk sudut 900, hamburannya terdeteksi oleh alat Nefelometer. Sinar
yang dihamburkan oleh partikel terlarut dalam suatu larutan ada berbagai macam yaitu :
1. Hamburan Reylegh
Hamburan sinar oleh molekul-molekul yang diameternya jauh lebih kecil dari sinar yang
dihamburkan. Intensitas sinar yang terpancar sebanding dengan satu per panjang gelombang
berpangkat empat.
2.

Hamburan Tyndall

Hamburan sinar yang diameter molekul-molekulnya lebih besar dari sinar yang dihamburkan.
Pada hamburan Reylegh dan hamburan Tyndal tidak terjadi perubahan frekuensi sinar dating
dengan sinar yang dihamburkan.
3.

Hamburan Raman

Hamburan yang dapat mengubah frekuensi antara sinar yang datang dengan sinar yang
dihamburkan.
Proses hamburan cahaya yang mengenai partikel dalam larutan dipengaruhi oleh banyak faktor
yaitu :
1.

Konsentrasi cuplikan

Jika konsentrasi terlalu kecil maka partikel yang terbentuk juga akan kecil. Partikel yang kecil
akan sedikit menghamburkan sinar sehingga akan susah terbaca.

2.

Konsentrasi emulgator

Konsentrasi emulgator yang Konsentrasi emulgator yang dimaksud disini adalah perbandingan
antara konsentrasi larutan dan emulgator. Jika perbandingannya terlalu kecil akan susah dibaca
oleh alat. Namun jika perbandingan terlalu besar, emulgator sisa akan terbuang sia-sia.
3.

Lamanya pendiaman.

Pengaruh ini bergantung pada kecepatan reaksinya. Sebaiknya reaksi berjalan selama waktu
optimumnya.
4.

Kecepatan dan urutan pencampuran reagen.

5.

Suhu.

Suhu tergantung pada kondisi optimum reaksi.


6.

pH atau derajat keasaman.

pH berhubungan dengan emulgator.


7.

Kekuatan ion.

8.

Intensitas sinar.

2. Langkah Kerja
1. Pembuatan Kurva Kalibrasi
Diambil sejumlah larutan induk dan ditambahkan larutan HCl 2M hingga pH larutan mencapai
pH = 1. Hal tersebut dilakukan untuk mengontrol spesies supaya dapat menghasilkan endapan
yang maksimum. Selanjtnya diambil dengan mikroburet beberapa mL dalam labu ukur 50 mL
untuk diperoleh larutan dengan konsentrasi 5-80 ppm. Kemudian kedalam masing-masing labu
ukur ditambahkan 200 mg BaCl2.2H2O padat. Diencerkan larutan sampai tanda batas dengan
menggunakan akuades. Setelah itu dikocok larutan kurang lebih 1 menit atau sampai
BaCl2.2H2O nya larut dan terbentuk endapan BaSO4. Selanjutnya larutan dipindahkan kedalam
kuvet dan dibiarkan selama 5 menit. Diukur turbidansnya dengan panjang gelombang 480 nm
dan dibuat kurva standar antara turbidans terhadap konsentrasi.

2. Pengukuran Larutan Cuplikan


Dengan menggunakan pipet, diambil sebanyak 10 mL larutan cuplikan ke dalam labu ukur 50
mL setelah larutan tersebut diasamkan dengan HCl hingga pH = 1.Kemudian ditambahkan 200
mg BaCl2.2H2O padat dan diencerkan sampai tanda batas dengan menggunakan akuades.
Selanjutnya dikocok sampai BaCl2.2H2O larut dan terbentuk endapan BaSO4. Diukur turbidans
pada panjang gelombang 480 nm dan dihitung konsentrasinya.

3. Data Pengamatan
No. Konsentrasi (ppm)

Turbidans (S)

1.

10

0,133

2.

20

0,405

3.

40

0,784

4.

60

1,182

5.

80

1,464

6.

Sampel

1,060

4. Analisis dan Pembahasan


Kurva Kalibrasi

Kurva Kalibrasi Larutan Standar Sulfat pada


= 480 nm
1.6
y = 0.019x - 0.0025
R = 0.9922

1.4
Absorban

1.2
1
0.8

Absorban (y)

0.6

Linear (Absorban (y))

0.4
0.2
0
0

20

40

60

80

100

Konsentrasi (ppm)

Perhitungan penentuan kadar Sulfat pada sampel


y = ax + b
Dimana y = turbidan sanpel
x = konsentrasi sampel
y

= 0,019x 0,0025

1,060 = 0,019x 0,0025


1,0625 = 0,019x
x

= 55,92 ppm

Jadi konsentrasi sampel = 55,92 ppm

Pada praktikum ini dilakukan penentuan konsentrasi sulfat menggunakan spektronic 20


berdasarkan prinsip turbiditas/kekeruhan. Dimana sulfat akan bereaksi dengan kristal BaCl2
yang akan membentuk koloid tersuspensi (kekeruhan). Semakin tinggi konsentrasi sulfat, maka
semakin keruh

cairan

yang bersangkutan.

Kekeruhan

yang terjadi

diukur dengan

spektrofotometer pada panjang gelombang 480 nm. Dari prinsip yang digunakan larutan yang
dihasilkan akan membentuk koloid tersuspensi, dimana semakin tinggi konsentrasi larutan maka
semakin pekat warna kekeruhan putih pada larutan.
Pertama, dibuat terlebih dahulu larutan dengan berbagai konsentrasi 10, 20, 40, 60, dan 80 dari
larutan induk yang telah diasamkan hingga pH =1. Diasamkan larutan ini dilakukan supaya
endapan yang dihasilkan maksimum. Kemudian dilakukan penambahan BaCl2 dan akan bereaksi
dengan sulfat sehingga menghasilkan BaSO4.
K2SO4 + 2 HCl

2KCl + H2SO4

H2SO4 + BaCl

BaSO4

+ 2HCl

Putih

BaSO4 ini berupa endapan putih. Dalam larutan ini, BaSO4 menjadi koloid tersuspensi dimana
larutan menjadi keruh dan kekeruhan inilah yang diukur oleh spektrofotometer. Setelah larutan
dibuat, kemudian diukur absorbansinya. Panjang gelombang yang digunakan adalah sebesar 480
nm, karena sulfat akan optimal terbaca pada panjang gelombang 480 nm. Pada awalnya yang
diukur adalah larutan blanko akuades. Fungsi dari larutan blanko adalah sebagai faktor koreksi
terhadap pelarut yang digunakan. Sehingga pada pengukuran blanko ini adalah pengukuran
serapan untuk pelarutnya. Kemudian pengukuran dilakukan pada larutan standar 10, 20, 40, 60,
80 ppm. Sebelum pengukuran masing-masing larutan deret standar, larutan dikocok terlebih
dahulu agar suspensi koloid merata saat diukur. Setelah didapat panjang gelombang, setiap deret
standar di ukur absorbansinya. Setelah pengukuran dilakukan didapat semakin besar
konsentrasinya, absorbansinya juga semakin besar. Sehingga bila dilihat dari grafik garis yang
terbentuk adalah garis linear. Garis linear yang dihasilkan ini menunjukan bahwa absorbansi
adalah fungsi dari konsentrasi. Dengan mendapatkan persamaan garis linear pada grafik, maka
konsentrasi sampel dapat dihitung. Selain dengan cara menghitung dari persamaan garis
konsentrasi sampel dapat juga ditentukan dengan menginterpolasikan langsung kedalam grafik.
Dari grafik yang telah dibuat didapat regeresi linear adalah sebesar 0,019x 0,0025. Nilai ini
menunjukan koefisien korelasi antara absorbansi dengan konsentrasi besar sehingga linearitas
dari kurva adalah baik, dimana grafik memenuhi syarat sebagai garis linear untuk penentuan

konsentrasi sampel. Dari hasil pengukuran konsentrasi sampel melalui kurva, didapat konsentrasi
sampel adalah sebesar 55,92 ppm.

5. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada penentuan konsentrasi sulfat pada sampel secara
turbidimetri menggunakan spektronik 20 diperoleh hasil konsentrasi sampel = 55,92 ppm.

6. Daftar Pustaka
Tim Dosen. 2014. Buku Petunjuk Praktikum Analisis Instrumen. Universitas Negeri Malang.
http://en.wikipedia.org/wiki/Turbidimetry (diakses pada 8 Otober 2014)
Khopkar, S.M. 2003. Konsep-Konsep Dasar Analitik. UI-Press : Jakarta.
Underwodd. 1994. Dasar Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga: Jakarta.
http://alamkun1.blogspot.com/ (diakses pada 8 Otober 2014)
https://www.academia.edu/5546001/86266942-Frisca-Penentuan-Kandungan-Ion-SulfatDengan-Metode-Turbidimetri-Pratukm-Jurnal dan
http://lehaw.blogspot.com/2012/02/turbidimetri.html (diakses pada 8 Otober 2014)

Tugas
JAWABAN PERTANYAAN
a. Dasar dari analisis turbidimetri adalah pengukuran intensitas cahaya yang ditransmisikan
sebagai fungsi dari konsentrasi fase terdispersi, bilamana cahaya dilewatkan melalui
suspensi maka sebagian dari energi radiasi yang jatuh dihamburkan dengan penyerapan,
pemantulan, dan sisanya akan ditranmisikan. (sumber http://alamkun1.blogspot.com/ )
b. Karena absorpsi akibat partikel yang tersuspensi diukur. Oleh karena itu, Setiap
instrumen spektroskopi absorbsi dapat digunakan untuk mengukur turbiditas suatu
sampel. (sumber https://www.academia.edu/5546001/86266942-Frisca-PenentuanKandungan-Ion-Sulfat-Dengan-Metode-Turbidimetri-Pratukm-Jurnal dan
http://lehaw.blogspot.com/2012/02/turbidimetri.html )
c. Kurva kalibrasi analisis SO4- dalam air
1.6
1.4

Absorban

1.2
1
0.8

Absorban (y)

0.6

Linear (Absorban (y))

0.4
0.2
0
0

20

40

60

Konsentrasi (ppm)

80

100

Lampiran

1. Perhitungan
Pembuatan Larutan Standar Sulfat
Untuk konsentrasi sulfat 10 ppm

Untuk konsentrasi sulfat 20 mL

N1 . V1 = N2 . V2

N1 . V1

500 . V1 = 10 . 50

500 . V1 = 20 . 50

V1 = 1 mL
Untuk konsentrasi sulfta 40 mL

= N2 . V2

V1 = 2 mL
Untuk konsentrasi sulfat 60 mL

N1 . V1 = N2 . V2

N1 . V1

500 . V1 = 40 . 50

500 . V1 = 60 . 50

V1 = 4 mL

= N2 . V2

V1 = 6 mL

Untuk konsentrasi sulfat 80 mL


N1 . V1 = N2 . V2
500 . V1 = 80 . 50
V1 = 8 ppm

2. Dokumentasi

Larutan induk
Spektronik 20

Larutan standar sulfat dan sampel

Você também pode gostar