Você está na página 1de 2

Nama

: Gita Puspitasari

NPM

: 220110130104

RESUME JURNAL
The Spread of Drug-Resistant Tuberculosis in Children
an Italian Case Series
F. Mignone, L.R. Codecasa, C. Scolfaro, I. Raffaldi
L. Lancella, M. Ferrarese, S. Garazzino, C. Marabotto
S. Esposito, C. Gabiano, R. Lipreri and P.A. Tovo
Epidemiol. Infect. (2014), 142, 2049-2056. Cambridge University Press 2013

Resistensi obat TB pada anak anak merupakan masalah global yang diabaikan.
Penelitian ini bertujuan untuk melaporkan jumlah kasus TB yang penderitanya resisten
terhadap obat obatan pada anak dan remaja di Italia. Dua puluh dua anak yang terdaftar
sebagai sample 10 diantaranya resisten terhadap salah satu obat dan 12 diantaranya
mengalami MDR-TB (Multi drug resistant Tuberculosis) resisten terhadap 2 atau lebih jenis
obat TB.
Survei dilakukan untuk mengidentifikasi anak anak dan remaja (0-18th) dengan TB
yang resisten terhadap obat, didiagnosis dari 1 Juni 2006 sampai dengan 31 Juli 2010 secara
demografi, mikrobiologi, karakteristik klinis dan durasi pengobatan, serta kemungkinan efek
samping yang terjadi pada pasien.
Diagnosis TB yang resisten terhadap obat didasarkan pada metode fenotip DST
menggunakan BACTEC MGIT sistem TB960 dan metode DST genotip, untuk mendeteksi
mutasi yang resisten terhadap isoniazid dan rimfapisin.
Setelah penelitian dilakukan hasil yang didapat 12 anak mengalami MDR-TB
sehingga menggunakan obat obatan. Dalam setiap kasus diberikan fluorokuinolon untuk
durasi kurang lebih selama 7 bulan. Pasien dengan MDR-TB menerima berbagai kombinas
obat anti-TB lini pertama dan lini kedua dengan aturan pakai yang berbeda setiap individu.
Efek samping obat dipantau secara teratur selama terapi, seperti melakukan test darah dan test
fungsi hati.

Resistensi terhadap obat TB pada dasarnya terjadi karena kesalahan pemberian obat.
Langkah pertama untuk mencegahnya adalah mengawasi pengobatan dengan benar agar bisa
sembuh dalam satu lini pengobatan saja. Resisten terhadap obat obatan bisa lebih parah jika
obat pada lini kedua disalahgunakan atau salah dalam proses pengobatan. Anak yang resisten
terhadap obat TB harus dipertimbangkan dengan tanda tanda dan gejala yang kompatibel
dengan penyakit dideritanya.
Resisten terhadap obat obatan terus terjadi pada anak anak dan remaja. Dokter
harus lebih berhati hati dalam memulai terapi TB atau ketika akan merubah resep obat.
Kasus resistensi terhadap obat ini masih sedikit diteliti, terutama karena kesulitan dalam
memperoleh diagnosis mikrobiologi pada kasus anak-anak. Penelitian lebih lanjut, terutama
mereka dengan tujuan pengawasan diperlukan untuk memahami resistensi terhadap obat pada
anak guna memperjelas manajemen klini dan tindak lanjut.

Intervensi keperawatan : Dari penelitian jurnal diatas didapatkan kasus resistensi obat TB
terhadap anak anak, perawat bisa berperan sebagai PMO (Pendamping Minum Obat) agar
tidak terjadi kesalahan dalam terapi pada obat lini pertama dan tidak menimbulkan resistensi.
Karena obat obatan lini kedua lebih bersifat toksik dan menimbulkan efek yang tidak baik
bagi anak tersebut.

Você também pode gostar