Você está na página 1de 12

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK

II. ANALISIS KUANTITATIF


(KIU 448 PRA)
PERCOBAAN 2
METODE : ALKALIMETRI
2.1

STANDARISASI LARUTAN NATRIUM HIDROKSIDA DENGAN LARUTAN


STANDARD PRIMER ASAM OKSALAT SECARA ALKALIMETRIS

2.2

MENETAPKAN KADAR ASAM ASETAT GLASIAL DENGAN LARUTAN


STANDARD NATRIUM HIDROKSIDA SECARA ALKALIMETRIS

OLEH:
KELOMPOK 8/OFF B
1.
2.
3.
4.

ANINDA INDRIANI
AHMAD GILANG INDRA SALAM
AYU RAHMANIA
ARIYANI DWI NOVITASARI

(110331406401)
(110331406405)
(110331406408)
(110331406416)

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
MARET 2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan dalam percobaan ini adalah:
1. Pembuatan larutan standard NaOH secara teoritis.
2. Standarisasi larutan NaOH dengan larutan standard primer asam oksalat
(H2C2O4.2H2Opa/AR).
3. Menggunakan larutan standard NaOH untuk penetapan kadar asam asetat glasial
(CH3COOH gl) secara alkalimetris.
1.2 Dasar Teori
Analisis kuantitatif adalah analisa kimia yang digunakan untuk menentukan
berapa kadar kandungan zat kimia yang ada pada sampel. Banyak metode yang dapat
digunakan dalam menentukan kandungan zat kimia pada sampel melalui analisis kuantitatif.
Secara garis besar, analisis kuantitatif terbagi menjadi:
1.Analisis berdasarkan Gravimetri.
2.Analisis berdasarkan Volumetri. (Underwood, 1999)
Salah satu metode yang digunakan adalah analisis volumetri yang didasarkan pada
penggunaan besaran volume dalam perhitungannya. Salah satu caranya adalah cara titrasi
yang dikenal dengan istilah metode titrimetri. Setiap metode titrimetri selalu terjadi reaksi
kimia antara komponen analit dengan zat pendeteksi yang disebut titran. Analit adalah
komponen dari larutan sampel yang hendak ditetapkan kuantitasnya. Titran adalah larutan
standard yang telah diketahui dengan tepat konsentrasinya. Titran ditambahkan ke dalam
larutan analit menggunakan peralatan khusus yang disebut buret sampai mencapai jumlah
tertentu hingga tercapai titik ekivalen. (Bassett, 1994)

Pencapaian titik ekivalen umumnya ditandai oleh perubahan zat tertentu yang
sengaja dimasukkan ke dalam larutan analit yang dikenal sebagai indikator. Perubahan
indikator terjadi bila semua analit telah bereaksi dengan titran. Kelebihan sedikit titran
bereaksi dengan indikator, sehingga terjadi perubahan pada indikator, yang biasanya
ditunjukkan oleh perubahan warna. Kelebihan titran harus diupayakan sekecil mungkin
melalui penambahan titran tetes demi tetes agar tercapai kesalahan sekecil mungkin.
(Bassett, 1994)
Istilah titrasi untuk penambahan titran ke dalam analit didasarkan pada proses
pengukuran volume titran untuk mencapai titik ekivalen. Istilah metode titrimetri lebih
cocok diterapkan untuk analisis kuantitatif dibandingkan metode volumetri, sebab
pengukuran volume tidak selalu berkaitan dengan titrasi. Jenis metodee titrimetri didasarkan
pada jenis reaksinya, maka metode titrimetri dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu : asidialkalimetri, oksidimetri, kompleksometri, dan titrasi pengendapan. Pada percobaan ini
digunakan metode titrimetri yaitu alkalimetri suatu cara penentuan kandungan zat kimia
pada sampel yang didasarkan pada penggunaan larutan standard basa. (Underwood, 1999)
Alkalimetri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku
asam. Proses untuk menentukan banyaknya ekivalen asam yang dibutuhkan untuk
menetralkan sevolume larutan basa atau sebaliknya disebut titrasi. Dalam percobaan ini
diperlukan larutan standard primer, dimana larutan standard primer adalah larutan baku yang
dibuat dengan menimbang zatnya lalu melarutkan sampai volume tertentu. Dalam percobaan
ini akan ditentukan konsentrasi NaOH dan asam asetat dengan menggunakan asam oksalat
(H2C2O4) sebagai larutan standard primernya. (Anonim, 2005)
Proses penambahan larutan standard kedalam larutan yang akan ditentukan
normalitasnya sampai terjadi reaksi yang sempurna disebut titrasi. Sedangkan larutan yang
akan ditentukan normalitasnya disebut larutan yang dititrasi. Saat dimana reaksi sempurna
tercapai disebut saat titik ekivalen atau titik stokiometri biasanya titik akhir titrasi disebut
juga titik akhir teoritis. Titik akhir titrasi ini dapat dilihat dengan adanya perubahan warna
yang terdapat dalam larutan yang dititrasi. Perubahan warna dalam larutan ini akan jelas bila
dalam proses titrasi ditmbahkan sedikmit indikator. (Underwood, 1999)

Dalam analisis secara volumetrik, reaksi yang terjadi antara zat yang ditentukan
dengan larutan standard harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Reaksi harus sederhana sehingga mudah dituliskan dengan persamaan reaksi kimianya.
Zat yang akan ditentukan harus bereaksi secara kuantitatif dengan larutan standard atau
larutan pereaksi dalam perbandingan yang setara atau secara stokiometri.
2. Reaksi harus terjadi dengan cepat, apabila perlu untuk mempercepat reaksi dapat
ditambahkan suatu katalisator.
3. Pada saat tercapainya titik setara atau ekivalen, di dalam larutan harus terjadi perubahan
yang jelas, baik dalam sifat fisik maupun sifat kimianya.
4. Indikator yang digunakan harus memberikan ketentuan yang jelas saat terjadinya titik
akhir titrasi, misalnya perubahan warna atau terjadinya pembentukan endapan. Apabila
ternyata tidak ada indikator yang mampu menunjukkan saat tercapainya titik ekivalen,
maka proses ini dapat dikerjakan dengan cara:
a. Titrasi secara potensiometri.
b. Titrasi secara konduktometri.
c. Titrasi secara amperometri. (Day dan Underwood, 1999)
Reaksi dalam analisis volumetric terbagi menjadi:
1. Reaksi-reaksi yang tidak mengakibatkan terjadinya perubahan valensi, sehingga hanya
terjadi penggabungan ion-ion saja.
2. Reaksi-reaksi yang mengakibatkan terjadinya perubahan valensi atau perpindahan
elektron yaitu reaksi-reaksi oksidasi-reduksi. (Day dan Underwood, 1999)
Sehingga berdasarkan reaksi-reaksi diatas, proses titrasi terbagi menjadi:
1. Titrasi netralisasi.

2. Titrasi pengendapan dan pembentukan kompleks.


3. Titrasi oksidasi-reduksi. (Day dan Underwood, 1999)
Dalam perhitungan selanjutnya, digunakan persamaan antara volume dan konsentrasi
masing-masing zat yang dititrasi dengan penetrasinya dan berlaku rumus sebagai berikut:
V1 X N1 = V2 X N2
V1 : Volume zat penetrasi/standard (mL).
N1 : Normalitas zat penetrasi/standard (gr ekivalen/L).
V2 : Volume zat yang dititrasi (mL).
N2 : Normalitas zat yang diititrasi (gr ekivalen/L) (Syukri, 1999).

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hasil Pengamatan
II. ANALISIS KUANTITATIF
(KIU 448 PRA)
PERCOBAAN 2
METODE : ALKALIMETRI
SUB METODE : -

A. STANDARISASI
JUDUL PERCOBAAN: STANDARISASI LARUTAN NATRIUM HIDROKSIDA
DENGAN LARUTAN STANDARD PRIMER ASAM OKSALAT
SECARA ALKALIMETRIS
Berat zat standard primer (H2C2O4.2H2O) ditimbang dengan teliti = gram,
dilarutkan dengan H2O dalam volumetricflask = 100 ml; sehingga diperoleh konsentrasi
sebesar:
(

M=

M=

M = Molar
atau
N = M x Valensi H2C2O4.2H2O
N = Molar x 2
N = Normal
Sehingga konsentrasi larutan standard primer asam oksalat (H2C2O4.2H2O) adalah sebesar
Molar atau Normal. Selanjutnya larutan standard primer ini digunakan
untuk titrasi terhadap larutan NaOH yang akan distandarisasi.
Pengamatan: (Data Hasil Titrasi)

No.

Volume Titran

Normalitas Titran

Skala Buret

Volume Rerata

(H2C2O4)

(H2C2O4)

Awal - Akhir

Titrat (NaOH)

10,0 ml

10,0 ml

10,0 ml

Normal

ml

Penambahan zat atau larutan ke tiga: sebanyak ml/cc.


Indikator yang digunakan (indikator Phenolpthalein (PP)) dengan rentang pH 8,3 10,0
untuk setiap perlakuan titrasi sebanyak: 2 tetes sehingga saat tercapainya titik
ekivalen (TE)/EP mengalami perubahan warna dari tidak berwarna menjadi violet
muda yang menandakan bahwa titik ekivalen (TE)/EP tercapai pada pH sekitar 8,3
10,0.
Reaksi Dasar:
H2C2O4.2H2O H2C2O4 + 2H2O
H2C2O4 standard primer + 2NaOH Na2C2O4 + 2H2O
Perhitungan:
Menghitung Normalitas Natrium Hidroksida (NaOH) Hasil Standarisasi Dengan Larutan
Standard Primer Asam Oksalat (H2C2O4.2H2O) Secara Alkalimetris:
Vtitrat x Ntitrat

= Vtitran x Ntitran

V NaOH x N NaOH = V H2C2O4 standard primer x N H2C2O4 standard primer


ml x N NaOH = 10,0 ml x N
N NaOH =

N NaOH = Normal
Sehingga konsentrasi NaOH hasil standarisasi dengan larutan standard primer asam
oksalat (H2C2O4.2H2O) secara alkalimetris adalah sebesar Normal.

Menghitung Kesalahan Relatif:


Kesalahan Relatif =

Kesalahan Relatif =

Kesalahan Relatif = %
Sehingga kesalahan relatif adalah sebesar %
Kesimpulan:
Normalitas larutan NaOH yang sesungguhnya adalah sebesar N.
B. PENETAPAN/PENYELIDIKAN
JUDUL PERCOBAAN: MENETAPKAN KADAR ASAM ASETAT GLASIAL DENGAN
LARUTAN STANDARD NATRIUM HIDROKSIDA SECARA
ALKALIMETRIS
Berat sampel atau titrat (CH3COOH gl) yang ditimbang teliti = gram,
dilarutkan dalam volumetricflask/labu ukur dengan H2O = 100 ml; selanjutnya ditetapkan atau
diteliti tingkat kemurnian atau kandungannya dengan menggunakan larutan standard
(NaOHstandard) dengan normalitas yang sesungguhnya = N.
Pengamatan: (Data Titrasi Untuk Penetapan Atau Penelitian)
No.

Volume Titrat

Normalitas Titran

Skala Buret

Volume Rerata

(CH3COOH gl)

(NaOHstandard)

Awal - Akhir

Titran (NaOHstandard)

10,0 ml

10,0 ml

10,0 ml

Normal

ml

Penambahan zat atau larutan ke tiga: sebanyak ml/cc.


Indikator yang digunakan (indikator Phenolpthalein (PP)) dengan rentang pH 8,3 10,0
untuk setiap perlakuan titrasi sebanyak: 2 tetes sehingga saat tercapainya titik

ekivalen (TE)/EP mengalami perubahan warna dari tidak berwarna menjadi violet
muda yang menandakan bahwa titik ekivalen (TE)/EP tercapai pada pH sekitar 8,3
10,0.
Reaksi Dasar:
NaOHstandard + CH3COOH CH3COONa + H2O
Perhitungan:
Menghitung Normalitas Asam Asetat Glasial (CH3COOH gl) Hasil Standarisasi Dengan
Larutan Standard Natrium Hidroksida (NaOH) Secara Alkalimetris:
Vtitrat x Ntitrat = Vtitran x Ntitran
V CH3COOH gl x N CH3COOH gl = V NaOH standard x N NaOH standard
10 ml x N CH3COOH gl

= ml x N

N CH3COOH gl

N CH3COOH gl

= Normal

Sehingga konsentrasi asam asetat glasial (CH3COOH gl) hasil standarisasi dengan larutan
standard NaOH secara alkalimetris adalah sebesar Normal.
Menghitung tingkat kemurnian CH3COOH
Berat CH3COOH gl = gram = mg. Dalam 10 ml asam asetat glasial
(CH3COOH gl) memerlukan NaOHstandard N sebanyak ml, sehingga
dalam 100 ml asam asetat glasial (CH3COOH gl) memerlukan NaOHstandard N
sebanyak 10 x ml = ml.
Rumus Kemurnian CH3COOH:
(

Kemurnian CH3COOH =

Kemurnian CH3COOH = %.
Kesimpulan:
Tingkat kemurnian CH3COOH adalah sebesar %.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konsentrasi NaOH hasil standarisasi dengan larutan standard primer asam oksalat
(H2C2O4.2H2O) secara alkalimetris adalah sebesar Normal.
Dari hasil perhitungan, diperoleh hasil bahwa normalitas larutan asam asetat glasial
(CH3COOH gl)

hasil titrasi dengan larutan standard natrium hidroksida (NaOH)

N secara alkalimetris adalah sebesar Normal. Sedangkan tingkat


kemurnian asam asetat glasial (CH3COOH gl) adalah sebesar %.

DAFTAR PUSTAKA
De Levie, Robert. 1999. A General Simulator for Acid-Base Titrations Vol 76 No 7. Georgetown
University. Washington DC.
Endang Budiarsih, Dra. M. S. 2000. Petunjuk Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik. Malang:
JICA.
Harjadi. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.Hayuni
Hayuni RW, Dra. M. Si. & Neena Z, S.Si.-M.Si. 2008. Petunjuk Praktikum Dasar-Dasar Kimia
Analitik. Malang: Jurusan Kimia FMIPA UM.
Harvey, David. 2000. Modern Analytical Chemistry. McGraw-Hill. United States.
Hemond, Harold F. 1990. Acid Neutralizing Capacity, Alkalinity, and Acid-Base Status of
Natural Waters Containing Organic Acid Vol 24 No 10. Massachusetts.
Keenan, C. W, dkk. 1998. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Rachmad Nugroho, Drs. 1995. Petunjuk Praktikum Kimia Analitik Dasar. Malang: Jurusan
Kimia FMIPA UM.

Você também pode gostar