Você está na página 1de 29

ANALISIS PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA

SISTEM RESPIRASI
SISTEM RESPIRASI 1

By : Ns.Indra Dewi, S.Kep

S1 Keperawatan 2013

ANALISA GAS DARAH ARTERI

Tes Darah yang dilakukan untuk membantu menentukan diagnosis


penyakit pernafasan meliputi analisis gas darah/arterial blood gas (ABG),
rasio oksigen-alveolus,hitung sel darah putih,dan jenis sel darah putih.
Analisis ABG merupakan salah satu tes yang pertama kali dilakukan untuk
menilai status respirasi karena pemeriksaan ini membantu mengevaluasi
pertukaran gas di paru-paru dengan mengukur :
Ph : Mengindikasikan konsentrasi ion hidrogen di dalam darah, yang
menunjukkan kadar asam atau basa darah.
Tekanan parsial karbon diaksida arteri(PaCO2)
:
Mencerminkan
kecukupan ventilasi paru dan eliminasi karbon dioksida : dikenal juga
sebagai parameter respirasi
Tekanan parsial oksigen arteri (PaO2)
: Mencerminkan kemampuan
tubuh untuk mengambil oksigen dari paru-paru.

Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting


dari darah dan cairan tubuh lainnya.
Satuan derajat keasaman adalah pH:
pH 7,0 adalah netral
pH diatas 7,0 adalah basa (alkali)
pH dibawah 7,0 adalah asam.
Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir
1,0); sedangkan suatu basa kuat memiliki pH yang sangat
tinggi (diatas 14,0). Darah memiliki ph antara 7,35-7,45.
Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama,
karena perubahan pH yang sangat kecil pun dapat
memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ.

Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan


asam-basa darah:
Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk
amonia.
Ginjal memiliki kemampuan untuk mengatur jumlah asam atau basa
yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.
Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai
pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH
darah. Suatu penyangga ph bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan
perubahan
pH
suatu
larutan.
Penyangga pH yang paling penting dalam darah adalah bikarbonat.
Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan
dengan karbondioksida (suatu komponen asam).
Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan
dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida.
Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan
dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.

Pembuangan karbondioksida.
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari
metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh
sel .
Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paruparu karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan).
pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida
yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan
kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar
karbon dioksida darah menurun dan darah menjadi lebih basa.
Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah
meningkat
dan
darah
menjadi
lebih
asam.
Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka
pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah
menit demi menit.

Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme


pengendalian ph tersebut, bisa menyebabkan salah satu
dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa,
yaitu asidosis atau alkalosis.
Asidosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu
banyak mengandung asam (atau terlalu sedikit
mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya
pH darah.
Alkalosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu
banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit
mengandung asam) dan kadang menyebabkan
meningkatnya pH darah.

Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan


oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan
pembuangan asam atau basa oleh ginjal.
Asidosis respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama
disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan
pernafasan.
Asidosis Respiratorik
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang
berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam
darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk
atau pernafasan yang lambat.

Asidosis Metabolik
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang
berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar
bikarbonat dalam darah.
Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan
menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh
untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan
cara menurunkan jumlah karbon dioksida.
Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi
keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih
banyak asam dalam air kemih.

Alkalosis Respiratorik
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana
darah menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan
dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida
dalam darah menjadi rendah.
Penyebab :
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi,
yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah
karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah.

Alkalosis Metabolik
Defenisi :Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan
dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya
kadar bikarbonat.

LANJUTAN..

Kadar bikarbonat (HCO3 )


: Mencerminkan kemampuan ginjal
untuk menahan dan mengekskresikan bikarbonat, dikenal dengan
parameter metabolik
Sistem respirasi dan metabolik bekerja sama untuk menjaga keseimbangan
asam-basa dalam batas normal.
Jika terjadi asidosis respiratorik, sebagai conto : ginjal berusaha
mengompenasasi dengan menghemat HCO3 . Sehingga pada asidosis
respiratorik diharapkan nilai HCO3 di atas normal. Begitu pula jika
terjadi asidosis metabolik, paru-paru akan mengompensasi dengan
meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan untuk membuang
karbon dioksida. Pada kasus ini diharapkan kadar PaCO2 turun dibawah
normal. Kompensasi tersebut merupakan usaha untuk mengembalikan
keseimbangan Ph dalam darah.

MEMAHAMI GANGGUAN ASAM-BASA


Gangguan dan hasil
pemeriksaan ABG

Kemungkinan Penyebab

Tanda dan Gejala

Asidosis respiratorik (kelebihan retensi CO2)


Ph < 7,35 (SI, <
7,35)
HCO3>26 mEq/L
((SI, > 26 mmol/L)
PaCO2, > 45 mm
Hg (SI, > 5,3 kPa)

Depresi sistem saraf pusat


karena obat, trauma, atau penyakit
Asfiksia
Hipoventilasi karena penyakit
paru,jantung
Obesitas
Nyeri pasca operasi
Distensi Abdomen

Diaforesis. Sakit
kepala
Gelisah,
rasa
kwatir, mengantuk,
tremor, hipoksia.

Gangguan dan hasil


pemeriksaan ABG

Kemungkinan
Penyebab

Tanda dan Gejala

Alkalosis respiratorik (kelebihan ekskresi CO2)

Ph > 7,45 (SI, >7,45)


HCO3 < 22 mEq/L
((SI, < 22 mmol/L)
PaCO2, < 35 mm Hg
(SI, < 4,7 kPa)

Bakteremia
gram
negatif.
Kompensasi
untuk
asidosis
metabolik
(gagal ginjal kronis)
Stimulasi
respirasi
karena obat, penyakit,
hipoksia, demam

Pernafasan cepat dan


dalam
Kepala serasa
melayang
Kedutan, rasa cemas,
takut, bingung, kram.

Gangguan dan hasil


pemeriksaan ABG

Kemungkinan
Penyebab

Tanda dan Gejala

Asidosis metabolik (kehilangan HCO3 , retensi asam)

Ph < 7,35 (SI, < 7,35)


HCO3 < 22 mEq/L
((SI, < 22 mmol/L)
PaCO2, < 35 mm Hg
(SI, < 4,7 kPa)

Deplesi HCO3 karena


penyakit ginjal
Kelainan
endokrin
termasuk
diabetes
melitus, hipoksia, syok.
Ekskresi asam yang
tidak memadai karena
penyakit ginjal

Pernafasan cepat dan


dalam, nafas berbau
buah, lesu, sakit kepala,
mengantuk,
mual,
muntah, koma (jika
berat)

Gangguan dan hasil


pemeriksaan ABG

Kemungkinan
Penyebab

Tanda dan Gejala

Alkalosis respiratorik (Retensi HCO3, Kehilangan asam)


Ph > 7,35 (SI, >
7,35)
HCO3> 26 mEq/L
((SI, > 26 mmol/L)
PaCO2, > 45 mm
Hg (SI, > 5,3 kPa)

Kehilangan asam
hidroklorat karena
muntah yang
berkepanjangan atau
pengisapan lambung.
Asupan alkali yang
berlebihan.
Kompensasi asidosis
respiratorik kronis

Pernafasan lambat
dan dangkal, gelisah,
apatis, nyeri kepala.

HITUNG JUMLAH SEL DARAH PUTIH

Sel darah putih atau leukosit, menghitung jumlah sel darah putih dalam
mikroliter darah utuh.Hitung jumlah sel darah putih berguna dalam
mendignosis infeksi serta memonitor respons pasien terhadap kemoterapi
atau radioterapi.Hitung sel darah putih dapat membantu menentukan tes
selanjutnya yang dibutuhkan.peningkatan jumlah sel darah putih
(leukositosis) merupakan tanda umum infeksi.
Hitung jenis sel darah putih menyediakan informasi lebih spesifik
mengenai sistem imun pasien. Pada hitung jenis laboratorium
mengklasifikasikan 100 atau lebih sel darah putih pada pulasan darah yang
diwarnai berdasarkan lima jenis utama leukosit (4,8-10,8(103/l) anak-anak
(6,0-17,5 (103/l), yaitu
neutrofil : Berperan melindungi tubuh melawan infeksi (50-70%)
Oesinofil : berperan dalam reaksi alergi, reaksi obat dan infeksi parasit( 24%)
Basofil : berperan dalam proses alergi dan inflamasi (0-1,0%)
Lomfosit : berperan untuk memproduksi antibodi dalam melawan infeksi (
25-40%)
dan monosit : berperandalam sistem imun (2-8%)

TES SPUTUM DAN CAIRAN PLEURA

Tes sputum meliputi analisis sputum, kultur nasofaring, dan kultur


tenggorokan. Tes cairan pleura meliputi torasentesis.
Analisis sputum : analisis spesimen sputum (materi yang dikeluarkan
dari paru-paru dan bronkus pasien pada saat batuk dalam/dahak)
membantu mendiagnosis penyakit pernafasan., menentukan penyebab
infeksi pernafasan (termasuk virus dan bakteri)
Kultur Nasofaring : Inspeksi mikroskopi langsung dari pulasan gram
spesimen nasofaring berguna untuk identifikasi awal organisme, yang
dapat dijadikan petunjuk penatalaksanaan klinis dan menentukan tes
tambahan yang dibutuhkan.Flora yang biasanya ditemukan di
nasofaring streptokokus nonbemolitikus
Kultur tenggorokan : Kultur tenggorokan membutuhkan sikat
tenggorokan, mengoleskan ke lempeng kultur, dan memungkinkan
pertumbuhan organisme untuk isolasi dan identifikasi awal. Yang
menjadi petunjuk penatalaksanaan klinis dan menentukan tes
selanjutnya. (Streptococcus pyogenes) penyebab faringitis. Candida
albicans penyebab sariawan.

LANJUTAN

Torasentesis, dikenal dengan nama lain aspirasi cairan pleura,


digunakan untuk mendapatkan sampel cairan pleura untuk analisis,
meredakan kompresi paru melalui pembuangan cairan, serta serta
mendapatkan spesimen biopsi jaringan paru.
Cairan pleura mungkin mengandung darah, kilus, atau pus dan
jaringan nekrotik. Persentase neutrofil yang tinggi menunjukkan
inflamasi septik. Kadar glukosa cairan pleura sekitar 30-40 mg/dl
(SI, 1,5 -2 mmol/L).

KARAKTERISTIK TRASUDAT DAN EKSUDAT


Karakteristik

Transudat

Eksudat

Tampilan

Bening

Keruh

Berat jenis

< 1,016

> 1, 016

Bekuan

Tidak ada

ada

Protein

< 3 g/dl (SI, < 30 g/l)

> 3 g/dl (SI, >30 g/l)

Sel darah putih

Sedikit limfosit

Banyak limfosit,
mungkin purulen

Sel darah merah

sedikit

bervariasi

Kadar glukosa

Sama dengan kadar


serum

Lebih rendah
dibandingkan kadar
dalam serum

Laktat dehidrogenase

Rendah

tinggi

MENGENAI KOMPLIKASI
TORASENTESIS

Pneumotoraks
: gaduh gelisa, sianosis, sesak nafas
mendadak, nyeri dada.
Emfisema subkutan
: pembengkakan jaringan lokal, krepitasi
pada lokasi palpasi
Infeksi
: demam, denyut cepat, nyeri
Perdarahan
:memar, nyeri, dispnea, hipotensi,
perubahan status mental

ENDOSKOPI DAN TES PENCITRAAN


(IMANGING TEST)

Endoskopi dan tes pencitraan meliputi bronkoskopi, foto toraks,


laringoskopi indirek maupun direk, magnetic resonance imaging
(MRI)/ Pencitraan resonansi magnetik, angiografi paru, computed
tomography (CT).
Bronkoskopi : inspeksi langsung laring, trakea, dan bronkus melalui
serat optik fleksibel atau bronkoskop logam yang kaku. Pendekatan
terbaru adalah menggunakan bronkoskopi virtual.
Foto toraks (Sinar X Dada ) : Jaringan paru normal bersifat
radiolusen, sehingga adanya benda asing, cairan, tumor, dan
kelainan lain akan memberikan densitas (area putih) pada foto
toraks.

Lokasi anatomik normal


dan penampilannya

Kemungkinan
kelainan

Dampaknya

Trakea
Garis tengah yang tampak
pada rongga mediastimun
anterior

Deviasi pada garis


tengah
Penyempitan berbentuk
jam pasir dan deviasi ke
satu sisi

Efusi pleura,
tension
pneumotoraks
Tiroid
substernal

Iga
Tampak mengurung toraks

Patah atau tdk segaris

Fraktur
sternum/iga

TES FUNGSI PARU

Tes fungsi paru-paru adalah tes yang mengevaluasi


seberapa baik kerja paru-paru. Tes itu menentukan
berapa banyak udara yang dapat ditahan paru-paru Anda
dan seberapa cepat Anda dapat memindahkan udara
masuk dan keluar dari paru-paru.

Pemeriksaan fungsi paru


Respirasi (Pernapasan / ventilasi) dalam praktek klinik
bermakna sebagai suatu siklus inspirasi dan ekspirasi.
Frekuensi pernapasan orang dewasa normal berkisar 12 16
kali permenit yang mengangkut kurang lebih 5 liter udara
masuk dan keluar paru. Volume yang lebih rendah dari kisaran
normal seringkali menunjukkan malfungsi sistem paru.
Volume dan kapasitas paru diukur dengan alat berupa
spirometer atau spirometri.
Udara yang keluar dan masuk saluran pernapasan saat
inspirasi dan ekspirasi sebanyak 500 ml disebut dengan
volume tidal, sedang volume tidal pada tiap orang sangat
bervariasi tergantung pada saat pengukurannya. Rata-rata
orang dewasa 70% (350 ml) dari volume tidal secara nyata
dapat masuk sampai ke bronkiolus, duktus alveolus, kantong
alveoli dan alveoli yang aktif dalam proses pertukaran gas.

Pemeriksaan diagnostik lain meliputi tes fungsi paru


(pulmonary function test/PFT), oksimetri denyut (pulse
oximetry), dan tes keringat (sweat testing)
Terdapat dua jenis pemeriksaan fungsi paru : volume
dan kapasitas :
Tujuan dilakukan tes fungsi paru ini untuk :
1. Mengevaluasi fungsi ventilasi melalui pengukuran
spirometrik
2. Menentukan penyebab dispnea
3. Menentukan apakah kelainan pernafasan berasal dari
proses penyakit obstruktif
4. Mengevaluasi derajat disfungsi

OKSIMETRI DENYUT

Oksimetri
denyut
merupakan
pemeriksaan
noninvasif berkesinambungan saturasi oksigen
darah arteri dengan menggunakan penjepit atau
alat yang dilekatkan ke area sensor. Hasil
ditampilkan dalam persentase rasio oksigen
terhadap hemoglobin.pembacaan biasanya akurat
untuk kisaran saturasi darah 70% - 100% hasil
dipengaruhi oleh penurunan perfusi, pergerakan
hemoglobin abnormal, dan cat warna kuku.

BIOPSI
Biopsi paru
Pada biopsi paru, spesimen jaringan paru dieksisi
untuk pemeriksaan, menggunakan teknik tertutup
atau terbuka. Teknik tertutup dilakukan dengan bius
lokal, memakai jarum.Teknik terbuka, dilakukan
dengan bius umum di ruang operasi, meliputi
toraktomi dan standar.
Biopsi Pleura
Biopsi pleura adalah mengambil jaringan pleura
dengan menggunakan biopsi jarum atau biopsi
terbuka, untuk pemeriksaan.

Biopsi pleura biasanya dilakukan bersamaan


dengan torasentesis _aspirasi cairan pleura_ yang
dilakukan jika penyebab efusi pleura tidak
diketahui. Meskipun demikian, biopsi pleura dapat
dilakukan secara terpisah.

TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA

Você também pode gostar