Você está na página 1de 12

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MORBILI

PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEMILING BANDAR


LAMPUNG TAHUN 2013

Disusun Oleh : CANDRA BIMA ARGANDI


Npm
: 10310081
Pembimbing I : dr. Agung Mudapati, Sp.A
Pembimbing II: Asri Mutiara Putri, M.Psi
ABSTRAK
Morbili atau campak merupakan
salah satu penyakit akibat infeksi virus
morbili famili paraxoviridae yang sangat
menular, ditandai dengan demam, lemas,
batuk, konjungtivis (peradangan selaput
ikat mata/ konjungtiva) dan bintik merah
dikulit (ruam kulit). Berdasarkan data
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP) Kemiling prevalensi
kasus campak tahun 2010 sebesar 27
kasus, menurun ditahun 2011 menjadi 21
kasus, meningkat pada tahun 2012 menjadi
27 kasus dan kembali meningkat di tahun
2013 menjadi 30 kasus. Tujuan penelitian
untuk mengetahui faktor faktor yang
berhubungan dengan kejadian morbili pada
balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Kemiling Bandar Lampung tahun 2013.

Hasil uji statistik dalam penelitin


ini didapatkan ada hubungan pengetahuan
dengan kejadian morbili pada balita (p
value < yaitu 0,001, hubungan
kelengkapan imunisasi dengan kejadian
morbili pada balita (p value < yaitu
0,004, ada hubungan pendidikan dengan
kejadian morbili pada balita (p value <
yaitu 0,030, hubungan status pekerjaan
dengan kejadian morbili pada balita (p
value < yaitu 0,014
Kesimpulan didapat ada hubungan
pengetahuan, kelengkapan imunisasi,
pendidikan dan status pekerjaan dengan
kejadian morbili pada balita.
Kata kunci

Jenis penelitian kuantitatif, desain


penelitian menggunakan Case Control.
Populasi dalam penelitian ini dibagi
menjadi dua kelompok yaitu kelompok
kasus dan kelompok kontrol dengan
perbandingan 1:1 Kelompok kasus adalah
seluruh ibu yang mengalami balita
mengalami morbili diwilayah kerja
Puskesmas Kemiling Bandar Lampung
sebesar 30 orang dan kelompok kontrol
yaitu ibu yang memiliki balita tidak
mengalami morbili sebesar 30 orang
sehingga populasi sebesar 60 orang dan
sampel menggunakan total populasi.
Analisis data menggunakan univariat dan
bivariat.

: Pengetahuan ibu,
pendidikan, status
pekerjaan, kejadian
morbili

Kepustakaan : 20 (2002 - 2013)

ABSTRACT
Morbili, the technical term for
measles, is caused by infection of morbili
virus from paraxoviridae and contagious.
The symptoms are fever, malaise, cough,
conjunctivitis and rash. Based on
Integrated Health Report and Record of
Kemiling Health Center, the prevalence of
measles was fluctuating from 2010 to
2013; 27, 21, 30 respectively. The
objective of the study is to identify the
factors concerning morbili incidents on
1

babies at Kemiling Health Center of


Bandar Lampung in 2013.

dan berbagai bibit penyakit. yang bersifat


membahayakan yang pada akhirnya
mengganggu fungsi normal tubuh dan
dapat berakibat pada luka kronik, gangren,
kehilangan organ tubuh, dan bahkan
kematian.1

This is a quantitative study with


case control design. The population was
divided into case group and control group
with 1:1 proportion. The case group
belonged to 30 women having baby
suffering morbili and vice versa, the
control group was 30 women without
morbili babies. The sampling technique
was total population amounting to 60
babies. The data analysis was through
univariate and bivariate.

Morbili atau campak merupakan salah


satu penyakit akibat infeksi virus morbili
famili paraxoviridae yang sangat menular,
ditandai dengan demam, lemas, batuk,
konjungtivis (peradangan selaput ikat
mata/ konjungtiva) dan bintik merah
dikulit (ruam kulit). Komplikasi penyakit
campak pada balita diantaranya adalah
pneumonia dan infeksi telinga tengah,
trombositopenia
(penurunan
jumlah
trombosit) sehingga penderita mudah
memar dan mudah mengalami perdarahan
serta ensefalitis (infeksi otak).2

The result revealed that there were


correlations among women knowledge,
immunization
completeness,
women
education background and women
occupational status towards morbili on
babies. The statistic were (p value < =
0.001), (p value < = 0.004), (p value <
= 0.030), and (p value < = 0.014),
respectively.

Penyakit campak merupakan salah satu


penyebab kematian pada anak-anak di
seluruh dunia yang meningkat sepanjang
tahun, lebih dari 95% kematian campak
pada balita terjadi di negara-negara
berkembang. Berdasarkan data World
Health Organization (WHO) tahun 2009
terdapat 145.000 kematian di dunia akibat
penyakit campak dan sekitar 121.000
kematian terjadi pada anak-anak usia
dibawah lima tahun. Pada tahun 2010
kematian akibat campak meningkat
menjadi sebesar 297.000 dan sebesar
228.000 kematian terjadi pada balita.
Kematian campak kembali meningkat pada
tahun 2011 menjadi sebesar 342.000
dimana 277.000 kematian terjadi pada
anak-anak usia dibawah lima tahun.
Prevalensi angka kesakitan akibat penyakit
campak pada balita tahun 2011 mencapai
5-10 kasus per 10.000 dengan jumlah
kematian 1-3 kasus per 1000 orang.3

It can be concluded that there were


correlations among women knowledge,
immunization
completeness,
women
education background and women
occupational status towards morbili on
babies.
Keywords

:
women
knowledge,
education
background,
occupational
status,
morbili incidents

References

: 20 (2002 - 2013)

PENGANTAR
Kesehatan merupakan masalah yang
penting dalam sebuah keluarga, terutama
yang berhubungan dengan balita, oleh
karena itu balita merupakan prioritas
pertama yang harus dijaga kesehatannya.
Dengan imunitas yang masih rendah balita
rentan mengalami infeksi virus, bakteri,

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar


(Riskesdas) Indonesia tahun 2010 campak
termasuk penyakit menular dengan
frekuensi Kejadian Luar Biasa (KLB)
terjadi di 12 provinsi Indonesia. Kasus
tertinggi selalu pada golongan umur 1-5

tahun dengan jumlah kasus dengan Case


Fatality Rate (CFR) sebesar 9,4%.4
Berdasarkan data Kemenkes RI Subdit
Surveilans Epidemiologi insiden kasus
campak di Indonesia golongan umur 1-5
tahun tahun 2011 sebesar 36,6 per 100.000
orang. Setiap tahun 30.000 balita
meninggal akibat komplikasi campak,
artinya tiap 20 menit sebesar 1 anak
meninggal akibat penyakit campak.5

mengetahui tetang manfaat dan tujuan


imunisasi campak, 6 orang (60%)
mengatakan hanya berpendidikan smp, 5
orang (50%) tidak teratur memberikan
imunisasi kepada balita dan 4 orang (40%)
mengatakan sibuk bekerja sehingga tidak
dapat mengatarkan balita untuk imunisasi.
Faktor faktor yang mempengaruhi
terjadinya kasus morbili diantaranya
adalah sanitasi lingkungan tempat tinggal
mayoritas kumuh, faktor sosial ekonomi
masyarakat yang sangat rendah sehingga
memengaruhi daya tahan tubuh anak
karena asupan makanan yang kurang
bergizi. Faktor lain yang juga sangat
berpengaruh terhadap penyakit campak
adalah pengetahuan para ibu yang rendah
terhadap penyakit campak, mereka
menganggap bahwa penyakit campak sama
dengan penyakit cacar air sehingga tidak
segera membawa anak untuk mendapatkan
pengobatan sebagai upaya mencegah
komplikasi lebih lanjut yang dapat
mengakibatkan kematian. Pendidikan ibu
yang rendah dan sibuknya pekerjaan ibu
juga sangat memengaruhi perilaku ibu
dalam memberikan imunisasi campak,
padahal imunisasi campak bertujuan untuk
menimbulkan kekebalan aktif secara
stimulan terhadap penyakit campak.9

Berdasarkan Data Dinas Kesehatan


Propinsi Lampung jumlah kasus campak
menempati urutan ketiga di antara kasus
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisi (PD3I), jumlah prevalensi kasus
campak tahun 2010 sebesar 2,88% per
100.000 balita tahun 2011 dan meningkat
tahun 2012 menjadi 4,21% per 100.000
balita.6
Berdasarkan data Dinas Kesehatan
Kota Bandar Lampung, kasus campak
pada balita tahun 2009 sebesar 129 kasus,
menurun ditahun 2011 menjadi sebesar
107 kasus dan kembali meningkat tahun
2012 menjadi sebesar 131 kasus.7
Puskesmas Kemiling merupakan salah
satu puskesmas penyumbang kasus
campak terbesar di Bandar Lampung.
Berdasarkan data Sistem Pencatatan dan
Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
Kemiling prevalensi kasus campak tahun
2010 sebesar 27 kasus, menurun ditahun
2011 menjadi 21 kasus, meningkat pada
tahun 2012 menjadi 27 kasus dan kembali
meningkat di tahun 2013 menjadi 30
kasus. Cakupan imunisasi campak di
wilayah kerja Puskesmas Kemiling tahun
2010 sebesar 67,8%, meningkat ditahun
2011 menjadi sebesar 82,5% dan kembali
menurun pada ditahun 2012 menjadi
sebesar 53,8%, dan kembali meningkat
lagi pada tahun 2013 menjadi sebesar
86,3%.8

Berdasarkan faktor faktor penyebab


morbili diatas maka peneliti mengambil
penelitian tentang pengetahuan ibu tentang
imunisasi,
kelengkapan
imunisasi,
pendidikan, status pekerjaan karena
keempat faktor tersebut yang paling
berpengarug terhadap kejadian morbili.
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analitik. Desain
penelitian menggunakan analitik dengan
pendekatan Case Control, Desain Case
Control dalam penelitian ini digunakan
untuk mengetahui faktor faktor yang
berhubungan dengan kejadian morbili pada
balita
diwilayah
kerja
Puskesmas
Kemiling Bandar Lampung tahun 2013.
Populasi dalam penelitian ini dibagi
menjadi dua kelompok yaitu kelompok

Hasil prasurvei yang peneliti lakukan


pada tanggal 11 November 2013 di
Puskesmas Kemiling terhadap 10 orang
ibu yang memiliki balita diperoleh data
sebagai berikut 8 orang (80%) kurang
3

kasus dan kelompok kontrol dengan


perbandingan 1:1.

orang sehingga total populasi sebesar 60


orang. Karena populasi dalam penelitian
ini kurang dari 100 maka menggunakan
total populasi yang berarti seluruh
kelompok kasus dan kelompok kontrol
sebesar 60 orang diambil sebagai subjek
penelitian. Uji statistik yang dilakukan
dalam penelitian adalah chi square

Kelompok kasus adalah seluruh ibu yang


mengalami balita mengalami morbili
diwilayah kerja Puskesmas Kemiling
Bandar Lampung sebesar 30 orang dan
kelompok kontrol yaitu ibu yang memiliki
balita tidak mengalami morbili sebesar 30
Definisi Operasional

Tabel 3.1
Definisi operasional

Variabel

Dependen :
Kejadian
morbili pada
balita

Definisi Operasional

Alat
ukur

cara ukur

Hasil ukur

Penyakit akibat
Lembar Dokumentasi 0. Morbili
infeksi virus yang
observasi
sangat menular, yang
dan
1. Tidak morbili
ditandai dengan
catatan
demam, lemas, batuk,
medik
konjungtivis
(peradangan selaput
ikat mata/
konjungtiva) dan
bintik merah dikulit
(ruam kulit)

Skala
ukur

Nominal

Independen
. Pengetahuan Hasil tahu ibu setelah
melakukan
ibu
pengindraan terhadap
informasi campak

Kuesione Wawancara
0. Kurang baik
r
jika skore
jawaban < 56

Nominal

1. Baik jika
skore jawaban
56%
Kelengkapan Terpenuhinya
imunisasi dasar pemberian imunisasi
dasar meliputi:
- BCG
- DPT

Lembar Dokumentasi 0. Tidak


observasi
lengkap jika
dan KMS
ada 1 atau
lebih
imunisasi
dasar tidak
diberikan

Nominal

1. Lengkap jika
seluruh
imunisasi
dasar
diberikan

- Polio
- Campak
- Hepatitis

Pendidikan

Status
pekerjaan

Tingkat pendidikan
formal yang yeng
pernah di lalui atau
pernah tempuh oleh
ibu

Kegiatan yang
dilakukan oleh
Wanita usia subur
pada umumnya 6-8
jam setiap hari baik
dirumah ataupun
diluar rumah untuk
menghasilkan uang

Kuesione Wawancara
r

0. Rendah jika
tidak sekolah
SMP

Nominal

1. Tinggi jika
SMA
Perguruan
tinggi
Nominal
Kuesione Wawancara 0. Bekerja
r
1. Tidak bekerja

Puskesmas
Kemiling
Bandar
Lampung dalam penelitian ini
meliputi umur dan jenis kelamin.
Deskriptif karakteristik responden
ditampilkan dalam tabel sebagai
berikut:

HASIL PENELITIAN DAN


PEMBAHASAN
Karakteristik responden

Karakteristik responden ibu yang


memiliki balita di Wilayah Kerja
Umur
Tabel 4.1
Distribusi deskriprif umur ibu di Wilayah Kerja Puskesmas
Kemiling Bandar Lampung
tahun 2013
Umur

Jumlah

< 30

20

33,3

30 - 40

25

41,7

> 40

15

25

Total

60

100

responden dengan umur 30 40 tahun


sebesar 25 orang (41,7%) dan responden >
40 tahun sebesar 15 orang (25%).

Berdasarkan tabel 4.1 diatas sebagian


besar umur ibu yang memiliki balita umur
< 30 tahun yaitu sebesar 20 orang (33,3%),
Jenis kelamin

Tabel 4.2
Distribusi deskriprif jenis kelamin balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Kemiling Bandar Lampung
tahun 2013
Jenis kelamin

Jumlah

Laki-laki

26

43,3

Perempuan

34

56,7

Total

60

100,0

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat


diketahui jenis kelamin balita sebesar 34
orang (56,7%) jenis kelamin perempuan

dan sebesar 26 orang (43,3%) jenis


kelamin laki laki.

Analisa univariat
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi pengetahuan ibu, pendidikan, status pekerjaan, kelengkapan
imunisasi, dan kejadian morbili pada balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Kemiling Bandar Lampung
tahun 2013

Pengetahuan

Jumlah

Kurang Baik

34

56,7

Baik

26

43,3

Pendidikan

Jumlah

Tidak sekolah SMP

39

65,0

SMA PT

21

35,0

Status pekerjaan

Jumlah

Bekerja

37

61,6

Tidak bekerja

23

38,4

Kelengkapan imunisasi

Jumlah

Tidak lengkap

32

53,3

Lengkap

28

46,7

Kejadian morbili pada balita

Jumlah

Morbili

30

50,0

Tidak morbili

30

50,0

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat


diketahui pengetahuan ibu tentang morbili
kurang baik sebesar ( 56,70% ),
pendidikan ibu yang anaknya menderita
morbili SMA kebawah ( berpendidikan
rendah) sebesar (65,0%), status pekerjaan
orang tua yang bekerja memiliki risiko
morbili sebesar (61,6%), kelengkapan
imunisasi lebih tinggi pada kategori tidak
lengkap sebesar (53,3%) dan kejadian
morbili pada balita sebesar 30 orang

(50,0%) dan 30 orang (50,0%) tidak


morbili.
Analisa bivariat

Analisa Bivariat dalam penelitian ini


bertujuan untuk mengetahui faktor faktor
yang berhubungan dengan kejadian
morbili pada balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Kemiling Bandar Lampung
tahun 2013, hasil penelitian terhadap 60
responden didapat:
Tabel 4.4

hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian morbili pada balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Kemiling Bandar Lampung tahun 2013
Kejadian morbilili pada balita
Variabel

Morbili
n
%

Tidak morbili
n
%

P
value

OR C1 95%

0,001

8.000

0,030

4,000

Pengetahuan
Kurang baik

24

70,6

10

29,4

34

100

Baik
Pendidikan

23,1

20

76,9

26

100

Tidak sekolah
SMP

24

61,5

15

38,5

39

100

SMA - PT

28,6

15

71,4

21

100

Bekerja

25

62,5

15

37,5

40

100

Tidak bekerja

25,0

15

75,0

20

100

Status
pekerjaan

0,014

5,000

Kelengkapan
imunisasi
dasar
Tidak lengkap

22

68,8

10

31,3

32

100

Lengkap

28,6

20

71,4

28

100

a. Hubungan pengetahuan ibu dengan


kejadian morbili pada balita

0,004

5,500

Pembahasan
Hubungan pengetahuan ibu dengan
kejadian morbili pada balita

Berdasarkan tabel 4.4 hasil penelitian ada


hubungan pengetahuan ibu dengan
kejadian morbili pada balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Kemiling Bandar
Lampung tahun 2013 di dapat p value
0,001.

Hasil uji statistik chi square didapat


nilai p value < dari (0,001 < 0,05).
Artinya Ho ditolak dapat disimpulkan ada
hubungan pengetahuan ibu dengan
kejadian morbili pada balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Kemiling Bandar
Lampung tahun 2013. OR didapat 8,000
yang berarti respoden dengan pengetahuan
kurang baik berpeluang memiliki balita
menggalami kejadian morbili sebesar
8,000 kali dibandingkan responden dengan
pengetahuan baik.

b. Hubungan pendidikan ibu dengan


kejadian morbili pada balita
Berdasarkan tabel 4.4 hasil penelitian ada
hubungan pendidikan ibu dengan kejadian
morbili pada balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Kemiling Bandar Lampung
tahun 2013 di dapat nilai p value 0,030.

Hasil ini sejalan dengan penelitian


Wipayani tahun 2008 tentang hubungan
pengetahuan dengan kejadian morbili
pada balita di Desa Langensari Kecamatan
Ungaran Kabupaten Semarang, hasil
penelitian
didapat
ada
hubungan
pengetahuan dengan kejadian morbili
pada balita (p value = 0,021).20

c. Hubungan status pekerjaan dengan


kejadian morbili pada balita
Berdasarkan tabel 4.4 hasil penelitian ada
hubungan status pekerjaan dengan
kejadian morbili pada balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Kemiling Bandar
Lampung tahun 2013 di dapat nilai p value
0,014.

Menurut
Notoatmodjo
(2003)
pengetahuan kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (overt behafior).15

d. Hubungan kelengkapan imunisasi


dasar dengan kejadian morbili pada
balita

Dalam
penelitian
terdapat
ada
hubungan
yang
bermakna
antara
pengetahuan dengan kejadian morbili pada
balita dalam penelitian ini, disebabkan
karena
responden
yang
memiliki
pengetahuan baik tentang imunisasi akan
memiliki suatu pengetahuan yang baik
tentang manfaat dan jadwal pemberian
imunisasi sehingga secara kognitif
pengetahuan
tersebut
akan

Berdasarkan tabel 4.4 hasil penelitian ada


hubungan kelengkapan imunisasi dasar
dengan kejadian morbili pada balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Kemiling
Bandar Lampung tahun 2013 di dapat nilai
p value 0,004.

dimanifestasikan kedalam tindakan untuk


patuh
memberikan
imunisasi
morbili.Begitupun sebaliknya ibu yang
memiliki pengetahuan kurang baik tentang
manfaat dan jadwal pemberian imunisasi
akan bertindak sebaliknya untuk tidak
patuh memberikan imunisasi morbili . 15
Hubungan pendidikan ibu
kejadian morbili pada balita

Dalam
penelitian
terdapat
ada
hubungan pendidikan ibu dengan kejadian
morbili pada balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Kemiling Bandar Lampung
tahun 2013 kemungkinan disebabkan
faktor predisposisi yang pertama karena
ibu yang memiliki pendidikan tinggi
kategori SMU - PT akan mempunyai
pengetahuan yang lebih baik tentang
pentingnya
imunisasi
pada
balita
dibandingkan dengan ibu yang mempunyai
tingkat pendidikan formal yang rendah,
pengetahuan yang baik mempengaruhi
perilaku yang diwujudkan kedalam
tindakan untuk memberikan imunisasi
dengan lengkap kepada balita nya. Selain
itu ibu yang memiliki pendidikan tinggi
mudah untuk menerima konsep dan materi
baru tentang pentingnya imunisasi yang
diberikan oleh petugas kesehatan, selain
itu pendidikan tinggi juga membentuk pola
fikir ibu untuk berinisiatif mencari
informasi tentang pentingnya imunisasi
baik yang didapat melalui media
elektronik, media massa ataupun bertanya
kepetugas
kesehatan
yang
dapat
mempengaruhi perilaku untuk teratur
melakukan kunjungan posyandu untuk
mendapatkan imunisasi guna mencegah
terjadinya penyakit morbili. 22

dengan

Hasil uji statistik chi square


didapat nilai p value < dari (0,030 <
0,05). Artinya Ho ditolak dapat
disimpulkan ada hubungan pendidikan ibu
dengan kejadian morbili pada balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Kemiling
Bandar Lampung tahun 2013. OR didapat
4,000 yang berarti respoden dengan
pendidikan rendah berpeluang untuk
memiliki balita yang menggalami kejadian
morbili sebesar 4,000 kali dibandingkan
responden dengan pendidikan tinggi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Singarimbun (2006) ada
hubungan
yang
bermakna
antara
pendidikan ibu dengan kejadian morbili
pada balita di Puskesmas Pajiran
Kabupaten Grobongan. (p value = 0010).21
Menurut teori Muhaimin (2004) Orang
dengan pendidikan formal yang lebih
tinggi cenderung akan mempunyai
pengetahuan
yang
lebih
tinggi
dibandingkan
dengan
orang
yang
mempunyai tingkat pendidikan formal
yang lebih rendah, karena akan lebih
mampu dan mudah memahami arti dan
pentingnya kesehatan dan gangguangangguan kesehatan yang mungkin terjadi.
Pengetahuan akan mempengaruhi pola
fikir seseorang, selain itu kemampuan
kognitif membentuk cara fikir seseorang,
meliputi kemampuan untuk mengerti
faktor-faktor yang berpengaruh dalam
kondisi sakit dan untuk menerapkan
pengetahuan tentang sehat dan sakit dalam
praktek kesehatan personal, informasi baru
dan penerimaan konsep baru. 22

Hubungan status pekerjaan dengan


kejadian morbili pada balita.
Hasil uji statistik chi square didapat
nilai p value < dari (0,014 < 0,05).
Artinya Ho ditolak dapat disimpulkan ada
hubungan status pekerjaan dengan
kejadian morbili pada balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Kemiling Bandar
Lampung tahun 2013. OR didapat 5,000
yang berarti respoden yang bekerja
berpeluang untuk memiliki balita yang
mengalami kejadian morbili sebesar 5,000
kali dibandingkan responden yang tidak
bekerja.
Hasil ini sejalan dengan penelitian
Wahyuni tahun 2005 di Puskesmas
9

pembantu RW III Gendingan Kecamatan


Ngampilan Yogyakarta, hasil penelitian uji
chi square menunjukkan p value = 0,002
ada hubungan status pekerjaan dengan
kejadian morbili pada balita.23

dengan kejadian morbili pada balita di


Wilayah Kerja Puskesmas Kemiling
Bandar Lampung tahun 2013. OR didapat
5,500 yang berarti respoden dengan
kelengkapan imunisasi tidak lengkap
berpeluang untuk memiliki balita yang
mengalami morbili sebesar 5,500 kali
dibandingkan
responden
dengan
kelengkapan imunisasi yang lengkap.

Menurut
Pandji Anoraga (2005)
wanita sebagai pekerja mempunyai potensi
dan hal ini sudah dibuktikan dalam dunia
kerja yang tidak kalah dengan pria.
Sebagai pekerja, masalah yang dihadapi
wanita lebih berat dibandingkan pria
karena dalam diri wanita lebih dahulu
harus mengatasi urusan keluarga, suami,
anak dan hal-hal lain yang menyangkut
rumah tangganya. Pada kenyataannya
cukup banyak wanita yang tidak cukup
mengatasi
masalah
itu,
sekalipun
mempunyai kemampuan teknis cukup
tinggi. Kalau wanita tidak pandai
menyeimbangkan peran ganda tersebut
akhirnya balita akan terlantar.24

Hasil penelitian Novvida tahun 2007


ada hubungan kelengkapan
dengan
kejadian morbili pada balita di cirebon. Uji
analisis regresi berganda didapat hasil arah
hubungan positif, semakin lengkap
imunisasi yang diberikan maka akan
semakin tinggi pastisipasi ibu dalam
mencegah terjadinya penyakit morbili.25
Imunisasi sebagai upaya yang dilakukan
dengan sengaja memberikan kekebalan
(imunitas) pada bayi atau anak sehingga
terhindar dari penyakit.

Dalam peneliti terdapat ada hubungan


status pekerjaan dengan kejadian morbili
pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Kemiling Bandar Lampung tahun 2013
kemungkinan faktor pertama disebabkan
karena ibu yang bekerja diluar rumah tidak
memiliki banyak waktu luang untuk
memberikan imunisasi padahal imunisasi
penting bagi balita untuk mencegah
terjadinya penyakit morbili. Menurut
sebagian besar responden pelaksanaan
kegiatan
imunisasi
di
puskesmas
dilaksanakan di pagi hari yang bertepatan
dengan jam kerja menyebabkan ibu lebih
memilih bekerja diluar rumah untuk
mencukupi pendapatan keluarga dari pada
membawa balita ke Posyandu untuk
mendapatkan imunisasi. 24

Dalam
penelitian
terdapat
ada
hubungan kelengkapan imunisasi dasar
dengan kejadian morbili pada balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Kemiling
Bandar Lampung tahun 2013 disebabkan
karena ibu yang tidak memberikan
imunisasi secara lengkap kepada balitanya
tidak tahu akan bahaya yang di timbulkan
karena balita akan mudah terserang
penyakit polio, campak, dan diare karena
keadaan tubuh yang lemah akibat tidak
diberi imunisasi secara lengkap padahal
imunisasi penting diberikan kepada balita.
Begitupun
sebaliknya
ibu
dengan
kelengkapan imunisasi yang kengkap telah
mengetahui dampak jika tidak memberikan
imunisasi secara lengkap kepada balita
sehingga
dimanifestasikan
kedalam
tindakan untuk memberikan imunisasi
secara lengkap kepada balita. 25

Hubungan kelengkapan imunisasi dasar


dengan kejadian morbili pada balita

Keterbatasan penelitian
Setelah peneliti melakukan penelitian,
maka peneliti menemukan beberapa
keterbatasan dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut:

Hasil uji statistik chi square didapat


nilai p value < dari (0,004 < 0,05).
Artinya Ho ditolak dapat disimpulkan ada
hubungan kelengkapan imunisasi dasar
10

1.Penelitian ini menggunakan desain Case


Control yaitu suatu penelitian dimana
variabel
desain
penelitian
yang
bertujuan untuk mencari hubungan
dengan mengidentifikasi antar variabel
faktor efek saat ini dan melihat faktor
resiko kebelakang. Pengukuran dan
observasi yang dilakukan dengan
melihat faktoe resiko kebelakang tidak
dapat menjelaskan atau diketahuinya
mana faktor penyebab dan faktor akibat
dari suatu hubungan faktor risiko
(variabel independent) dan variabel
efek (variabel dependent) sehingga
hanya menggunakan OR (odds ratio)
untuk menjelaskan peluang responden
yang terpapar faktor resiko untuk
mengalami suatu efek dibandingkan
responden yang tidak terpapar.
2.Proses pengumpulan data dalam
penelitian dengan cara observasi secara
langsung yang bisa jadi hasil yang
didapat tersebut bukanlah hal yang
sering digunakan oleh responden
selama ini sehingga dapat menimbulkan
bias informasi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Hadinegoro, 2011 Pedoman imunisasi di
indonesi, Medika, Nomor 6 edisi 2,
Jakarta.
2. Darmawan, 2013 Respirologi anak,
Jakarta.Ikatan Dokter Indonesia.
3. WHO, 2008. Kematian campak Pada balita.
Dalam
www.scribd.com
diakses
tanggal 20 November 2013.
4. Departemen Kesehatan RI, 2007. Pedoman
Operasional Pelayanan Imunisasi,
Jakarta.
5. Departemen Kesehatan RI, 2011, Jadwal
imunisasi 2010 rekomendasi IDAI dalam
www.ayahbunda.co.id diakses tanggal
11November 2013
6. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2010.
Profil Dinas Kesehatan Provinsi
Lampung. Lampung.
7. Puskesmas Kemiling, 2012. Data Sistem
Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas
(SP2TP)
Kemiling.
Lampung.
8. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan
dan Perilaku Kesehatan. Jakarta.
Rineka Cipta.
9. Hadi, Sutrisno. 2008. Metodologi Riset,
Yogyakarta. Andi Offset.
10. Behrman, Kliegnan, Arvin. 2009. Ilmu
Kesehatan Anak Nelson. Vol.2. Edisi
15. Jakarta: EGC.
11. Rampengan, T. H dan Laurentz, i.r (2003),
Penyakit infeksi tropik pada anak,
Jakarta : EGC

Kesimpulan
1. Pengetahuan ibu tentang imunisasi
lebih tinggi pada kategori kurang
baik sebesar 34 orang (56,7%).
2. Pendidikan ibu lebih tinggi pada
kategori rendah sebesar 39 orang
(65,0%).
3. Status pekerjaan ibu lebih tinggi
pada kategori bekerja sebesar 40
orang (46,7%).
4. Kelengkapan imunisasi lebih tinggi
pada kategori tidak lengkap sebesar
32 orang (53,3%).
5. Kejadian morbili pada balita
sebesar 30 orang 50,0%).
6. Dalam penelitin ini didapatkan ada
hubungan
pengetahuan,
kelengkapan imunisasi, pendidikan
dan status pekerjaan dengan
kejadian morbili pada balita .

12. Soedarto, 2003. Penyakit-penyakit


infeksi di Indonesia, Penerbit
Widya Medika Jakarta.
13. Tumbelaka. 2002. Pendekatan Diagnostik
Penyakit Eksantema Akut dalam:
Sumarmo S. Poorwo Soedarmo.
Jakarta. Balai Penerbit FKUI.
14. Soegeng Soegijanto. 2002. Campak.
dalam:
Sumarmo S. Poorwo
Soedarmo, dkk. (ed.) Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit
Tropis. Edisi I. Jakarta. Balai
Penerbit FKUI.
15. SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair,
2006. Pedoman Diagnosis & Terapi.
Surabaya: Bag/SMF Ilmu Kesehatan
Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo.

11

16. Pida dan Maya, 2012. Pengantar ilmu


kesehatan
anak.
Jogjakarta
baguntapan.
17. Wipayani, 2008. Hubungan pengetahuan
dengan kejadian campak di Desa
Langensari Kecamatan Ungaran
Kabupaten
Semarang.
Dalam
www.mulia.com diakses tanggal 12
November 2012.
18. Notoatmojo, Soekidjo, 2005. Metodologi
Penelitian Kesehatan Rineka Cipta,
Jakarta.
19. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta.
Rineka Cipta
20. Hastono. 2007. Analisa data. FKMUI.
Jakarta.
21. Singarimbun, 2006. Hubungan yang
bermakna
antara
pendidikan
ibudengan kejadian morbili pada
pada balita di Puskesmas Pajiran
Kabupaten
Grobongan.
Dalam
www. Mulia. com diakses tanggal 12
Maret 2014.
22. Muhaimin, 2004. Pendidikan. Jakarta
EGC.
23. Wahyuni, 2005. Hubungan status
pekerjaan dengan kejadian morbili
pada balita di Puskesmas pembantu
RW III Gendingan Kecamatan
Ngampilan
Yogyakarta.
Dalam
www. Mulia. com diakses tanggal 12
Maret 2014.
24. Anoraga, Pandji, 2005. Psikologi Kerja.
Jakarta Rineka Cipta.
25. Novvida, 2007. Hubungan kelengkapan
dengan kejadian morbili pada balita
di Cirebon. Dalam www. scribd.
com diakses tanggal 12 Maret 2014

12

Você também pode gostar