Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
MATERI
KESETIMBANGAN FASA
Disusun Oleh :
Kelompok
21030113130128
21030113130136
21030113130125
KESETIMBANGAN FASA
LEMBAR PENGESAHAN
Kelompok
Nama Anggota
Semarang,
Juni 2014
Disahkan oleh
Asisten Pembimbing
ii
KESETIMBANGAN FASA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Resmi
Praktikum Dasar Teknik Kimia II.
Penyusunan laporan ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk melengkapi
mata kuliah Praktikum Dasar Teknik Kimia II sekaligus mempelajari materi
Kesetimbangan Fasa yang telah diberikan.
Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada :
1. Ibu Ir. C. Sri Budiyati, MT selaku Koordinator Dosen Praktikum Dasar
Teknik Kimia II Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro.
2. Mas Guntur Takana Yasis sebagai asisten materi kesetimbangan fasa
yang telah membantu dan membimbing selama pelaksanaan praktikum.
3. Semua pihak yang telah membantu tersusunnya laporan ini.
Semarang,
Juni 2014
Penyusun
iii
KESETIMBANGAN FASA
INTISARI
Larutan adalah fase yang homogen yang mengandung lebih dari satu
komponen. Bila sistem hanya terdiri dari dua fase zat maka disebut larutan biner.
Tujuan dari praktikum ini adalah memahami kesetimbangan antara dua fase (uapcair) dari larutan etanol-air serta membuat diagram komposisi versus suhu untuk
larutan etanol-air. Pada percobaan kesetimbangan fasa dipelajari diagram
komposisi suhu pada tekanan tetap. Komposisi etanol dan air di fase uap (yi) dan
cair (xi) pada berbagai suhu. Komposisi ini kemudian dipakai untuk membuat
diagran komposisi vs suhu pada etanol-air.
Bahan yang digunakan dalam percobaan adalah etanol 150 ml serta aquadest
150 ml, sedangkan alat yang digunakan adalah labu destilasi , termometer,
pengambil sampel, pendingin liebig, erlenmeyer, serta pipet. Cara kerja yang
pertama yaitu membuat kurva standar dengan cara mengukur indeks bias destilat
dan residu dari hasil destilasi. Caranya dengan memasukkan etanol 150 ml ke dalam
labu destilasi kemudian lakukan destilasi sambil tambahkan 25 ml aquadest,
penambahan aquadest dilakukan sebanyak 6 kali, ketika suhu konstan, ukur indeks
bias residu dan destilat kemudian hasilnya di plotkan ke kurva standar sehingga
terdapat kurva hubungan %W etanol Vs suhu pada destilat dan residu.
Dari hasil percobaan, didapatkan data bahwa induksi bias naik seiring
bertambahnya %W etanol, semakin besar %W etanol titik didih destilat maupun
residu semakin besar, semakin banyak aquadest ditambahkan dalam destilasi, maka
titik didih sistem semakin naik. Sebagai saran teliti dalam mengamati titik didih
konstan, pembacaan skala dalam kurva hasil percobaan harus benar serta teliti
mengukur suhu aquadest agar diperoleh destilat yang akurat.
iv
KESETIMBANGAN FASA
SUMMARY
A solution is a homogeneous phase that contains more than one component.
When the system consists of only two phases of a substance, it is called a binary
solution. The purpose of this practicum is to understand the equilibrium between the
two phases ( vapor-liquid ) from ethanol-water solution and make the temperature
versus composition diagram for ethanol-water solution. In phase equilibrium
practicum, we learn abou thow to make a composition temperature diagram at
constant pressure. The composition of ethanol and water in the vapor phase ( yi ) and
liquid phase ( xi ) at various temperatures. This composition is then used to create
diagrams of temperature versus composition in ethanol-water.
Materials used in the experiment was 150 ml ethanol and 150 ml of distilled
water , while the tool used is distillation flask, thermometer, sampling, Liebig cooler,
erlenmeyer , and pipettes. The step is first, make a standard curve by measuring the
refractive index of the distillate and residue from the distillation by put the ethanol
into a 150 ml distillation flask and then distillate it with adding 25 ml of distilled
water, add the aquadest for six times. when the temperature is constant, measuring
the refractive index of residue and distillate then result it to make the standard curve
so that there is a relationship between % W ethanol vs temperature on distillate and
residue.
From the experimental results, the data obtained that the refraction induction
rise with the increasing of %W ethanol , when the % W ethanol increases then the
boiling point of distillate and residue will also increas. The more aquadest was added
in the distillation, the boiling point of the system goes up too. As a suggestion is
observing a constant boiling point carefully, the scale readings in the yield curve
should be true and be careful while taking the aquadest temperature so we can get
the distillate accurately.
KESETIMBANGAN FASA
DAFTAR ISI
ii
iii
INTISARI .............................................................................................................
iv
SUMMARY .........................................................................................................
vi
viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN ...............................................................................
I.1
I.2
I.3
MANFAAT PERCOBAAN....................................................................
BAB II
BAB V
PENUTUP ...........................................................................................
12
12
12
13
LAMPIRAN
A.
KESETIMBANGAN FASA
B.
LEMBAR PERHITUNGAN
C.
D.
REFERENSI
LEMBAR ASISTENSI
vii
KESETIMBANGAN FASA
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data komposisi etanol (%W) dan indeks bias .....................................
Tabel 4.2 Data titik didih, indeks bias residu dan destilat ...................................
viii
KESETIMBANGAN FASA
DAFTAR GAMBAR
10
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Penambahan Aquadest dengan Titik Didih .........
11
ix
KESETIMBANGAN FASA
BAB I
PENDAHULUAN
KESETIMBANGAN FASA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Larutan adalah fase yang homogen yang mengandung lebih dari satu
komponen. Bila sistem hanya terdiri dari dua zat maka disebut larutan biner, misalnya
alkohol dalam air. Menurut sifatnya dikenal larutan ideal dan non ideal. Larutan ideal
adalah larutan yang gaya tarik menarik antara molekul yang sejenis dan tidak sejenis
sama. Sedangkan larutan non ideal gaya tarik menarik antara molekul yang sejenis
maupun yang tidak sejenis berbeda.
Jika larutan diuapkan sebagian, maka mol fraksi dari masing-masing
penyusun larutan tidak sama karena volatilitas (mudahnya menguap) dari masingmasing penyusunnya berbeda. Uap relatif mengandung lebih banyak zat yang lebih
volatil dari pada cairannya. Hal ini dapat dilihat dari diagram kesetimbangan uap dan
cairan pada tekanan tetap dan suhu tetap.
Pada percobaan kesetimbangan fase dipelajari diagram komposisi suhu pada
tekanan tetap. Komposisi etanol dan air di fase uap (yi) dan cair (xi) pada berbagai
suhu. Komposisi ini kemudian dipakai untuk membuat diagram Komposisi versus
Suhu pada sistem larutan biner.
Distilasi digunakan untuk membuat diagram kesetimbangan fase antara uap
dengan cairan untuk sistem larutan biner ini.
Tekanan uap komponen air dan etanol dari larutan ideal mengikuti Hukum Raoult :
PA = P0A XA ....................(1)
PB = P0B XB ....................(2)
Dengan :
PA = tekanan parsial Air
PB = tekanan parsial Etanol
P0A = tekanan uap murni Air pada suhu tertentu
P0B = tekanan uap murni Etanol pada suhu tertentu
KESETIMBANGAN FASA
XA = mol fraksi Air di dalam larutan
XB = mol fraksi Etanol di dalam larutan
Jika persamaan (1) dan (2) dimasukan ke persamaan Dalton, P = PA0 XA + PB0 XB,
maka diperoleh persamaan :
P = PA0 XA + PB0 XB ....................(3)
Dengan P adalah tekanan uap total dari sistem. Dalam larutan berlaku :
XA + XB = 1 ....................(4)
Jika persamaan (4) dimasukan ke persamaan (3) diperoleh :
P = PB0 - ( PA0 PB0 ) XA ....................(5)
Hukum Raoult hanya dapat digunakan untuk larutan ideal atau larutan yang
sangat encer, karena pada larutan encer, hubungan antara jumlah zat terlarut dengan
tekanan uapnya merupakan fungsi linier (semakin banyak solute, maka tekanan uap
akan semakin kecil), sedangkan pada larutan yang tidak encer, hubungannya tidak
linier (pengaruh jumlah solute terhadap tekanan uap tidak tetap).
Dalam larutan yang mempunyai tekanan uap sistem yang lebih besar jika
dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dengan menggunakan hukum Raoult
dikatakan sistem mempunyai deviasi positif (larutan non ideal), seperti ditunjukkan
pada gambar 1. Dikatakan deviasi negatif, jika tekanan uap larutan lebih rendah jika
dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dengan menggunakan Hukum Raoult
seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.
KESETIMBANGAN FASA
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
150
ml
2. Aquadest
6 x 25 ml
3.1.2 Alat :
1. Labu destilasi
8. Refraktometer
2. Termometer
9. Adaptor
3. Pengambil sampel
4. Pendingin Leibig
11. Waterbath
5. Thermostat
6. Erlenmeyer
13. Heater
1. Pendingin Leibig
2. Thermostat
3. Erlenmeyer
4. Pipet
Keterangan :
1. Statif
2. Klem
3. Labu Destilasi
4. Thermostat
5. Termometer
6. Pendingin Leibig
7. Erlenmeyer
8. Adaptor
9. Waterbath
10. Kaki Tiga
11. Heater danThermocouple
KESETIMBANGAN FASA
3.3 Variabel Operasi
% W etanol basis 15 ml
: 150 ml
indeks
biasnya
masing-masing
dengan
menggunakan
refraktometer.
b. Densitas etanol dan aquadest masing-masing diukur dengan piknometer.
c. Dibuat larutan etanol-air/aquadest pada berbagai komposisi dengan
menghitung komposisi etanol-air/aquadest sesuai dengan % komposisi
yang ditentukan.
d. Masing- masing larutan pada langkah c dilihat indeks biasnya dengan
refraktometer.
e. Dibuat kurva hubungan antara komposisi versus indeks bias
2. 100ml aquadest dimasukkan ke dalam beaker glass pirex 250 ml, dipanaskan
sampai suhu konstan dan dicatat titik didihnya.
3. Dimasukkan 150ml etanol ke dalam labu destilasi kosong, dipanaskan sampai
suhu konstan dan dicatat titik didihnya.
4. Labu destilasi tersebut didinginkan, lalu ditambahkan 30.ml aquadest/air
demin ke dalam labu destilasi berisi 150 ml etanol, kemudian dipanaskan
sampai mencapai suhu konstan dan catat titik didihnya, ambil cuplikan residu
dan destilat untuk diperiksa indeks biasnya masing-masing.
5. Labu didinginkan kemudian di tambah lagi 30 ml aquadest ke dalam labu
destilasi dan dipanaskan
didihnya lalu diambil cuplikan contoh residu dan destilat untuk dilihat indeks
biasnya. Prosedur yang sama dilakukan untuk penambahan 150 ml berikutnya
sampai seluruh aquadest habis digunakan.
6. Dibuat kurva hubungan suhu dengan komposisi etanol-aquadest.
5
KESETIMBANGAN FASA
Catatan : Komposisi etanol-air dapat dinyatakan dalam fraksi berat atau fraksi
mol.
KESETIMBANGAN FASA
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
= 0,8651
aquadest
= 0,995341
= 80oC
= 95oC
%W
V etanol (ml)
V aquadest (ml)
Indeks bias
1.
10
1,328
2.
10
0,96
9,04
1,329
3.
25
1,90
6,40
1,331
4.
35
2,80
7,20
1,332
5.
45
3,60
6,40
1,333
6.
55
4,50
5,50
1,335
7.
65
5,30
4,70
1,340
8.
75
6,00
4,00
1,341
9.
85
6,90
3,10
1,3415
10.
95
7,60
2,40
1,342
KESETIMBANGAN FASA
Tabel 4.2 Data Indeks Bias Residu dan Destilat
No.
V etanol (ml)
V aquadest (ml)
n destilat
n residu
1.
150
1,3290
1,3350
2.
150
25
1,3370
1,3360
3.
150
50
1,3398
1,3365
4.
150
75
1,3399
1,3370
5.
150
100
1,3415
1,3375
6.
150
125
1,3420
1,3377
150
150
1,3430
1,3379
IV. 2 Pembahasan
IV.2.1 Hubungan Komposisi Etanol-Aquadest (%W) dengan Indeks Bias
Indeks Bias
1.345
1.34
1.335
1.33
1.325
1.32
0
20
40
60
80
100
%W Etanol
KESETIMBANGAN FASA
vp = cepat rambat cahaya pada medium
Untuk etanol :
=
Untuk aquadest :
=
Dari persamaan dapat diketahui bahwa hubungan
90
88
86
84
residu
82
destilat
80
78
0
10
20
30
40
50
60
70
80
%W
KESETIMBANGAN FASA
Dari persamaan, bila %W semakin besar, maka mol etanol akan besar
sedangkan fraksi mol air akan semakin kecil. Sehingga seharusnya titik didih
larutan semakin rendah karena titik didih etanol lebih kecil daripada air.
Pada residu sendiri terjadi fenomena semakin besar %W semakin tinggi
pula titik didih. Namun berdasarkan teori, seharusnya pada residu semakin kecil
dan titik didih semakin tinggi. Karena etanol yang titik didihnya lebih rendah
sudah mengecil sehingga fraksi mol etanol semakin kecil. Pada destilat terjadi
fenomena semakin besar %W semakin tinggi titik didih. Hal ini tidak sesuai
dengan teori, seharusnya semakin besar %W titik didih semakin rendah karena
destilat merupakan hasil destilasi yang merupakan etanol. Sehingga fraksi mol
etanol akan semakin besar dan titik didih semakin kecil. (Anonim, 2011)
praktis
teoritis
25
50
75
100
125
150
Penambahan Aquades
KESETIMBANGAN FASA
TD campuran = TD etanol. X etanol + TD aquadest . X Aquadest
Akan tetapi, berdasarkan hasil percobaan, terdapat perbedaan antara TD
teoritis dengan TD praktis. Hal ini disebabkan karena pada saat percobaan,
ketinggian Tembalang adalah 210 mdpl sehingga tekanan dapat dihitung
sebagai berikut :
P = (76 -
) cmHg
= 73,5 cmHg
Berdasarkan rumus gas ideal diperoleh hubungan tekanan dan suhu sebagai
berikut :
Pada aquadest =
Pada etanol =
(Anonim,2013)
11
KESETIMBANGAN FASA
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Hubungan antara %W dengan indeks bias adalah berbanding lurus, semakin
besar komposisi etanol semakin besar indeks biasnya.
2. Hubungan antara %W titik didih destilat maupun residu adalah berbanding
lurus, semakin besar %W semakin tinggi titik didih. Dimana seharusnya
semakin besar %W semakin turun titik didih.
3. Semakin banyak aquadest ditambahkan pada destilasi, semakin tinggi titik
didih larutan-air.
V.2 Saran
1. Menentukan titik didih harus sampai benar-benar konstan.
2. Teliti pada pembacaan angka di refraktometer.
3. Mengukur perbandingan etanol dengan air harus pas agar tidak terjadi
kesalahan pada komposisi etanol.
4. Mengukur skala pada milimeter blok harus prorporsional agar tidak
menimbulkan kesalahan pada saat membuat grafik.
5. Mengukur suhu aquadest harus pas agar tidak salah saat menentukan densitas
air.
12
KESETIMBANGAN FASA
DAFTAR PUSTAKA
Alberty, R.A. and Daniels, F., 1983, Kimia Fisika, Edisi limea, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Anna, 2011, Percobaan Kenaikan Titik Didih, http://choalialmu89.blogspot.com/
2011/01/percobaan-3-kenaikan-titik-didih.html.3m=1
Anonim, 2010, Prinsip Kerja Refraktometer dan Indeks Bias, http://www.scribd.
com/doc/110294855/http
Anonim, 2011, Hukum Pembiasan Cahaya, http://holik62.webs.com/pembiasancahaya.htm
Anonim, 2103, Persamaan Gas Ideal, http://www.wikipedia.com
Castelan, G.,W., 1981, Physical Chemistry 2nd edition, Tokyo.
Pengganti, E., 2009, Kenaikan Titik Didih dan Penurunan Titik Beku
http://cisdikimia.wordprint.com/2009/10/sifat-koligatif/
13
: KESETIMBANGAN FASA
VARIABEL
-
Basis 15 ml
%W etanol = (0,10,25,35,45,55,65,75,85,96) %
II.
Etanol 150 ml
Bahan :
Alat :
1. Etanol
1. Labu destilasi
2. Aquades
2. Pengambil sampel
3. Thermometer raksa
4. Pendingin Leibig
5. Thermostat
6. Erlenmeyer
7. Pipet
III.
CARA KERJA
1. Membuat kurva standart hubungan komposisi dan indeks bias
a. Diambil sedikit contoh aquadest/air demin dan sedikit contoh
etanol kemudian dilihat indeks biasnya masing-masing dengan
menggunakan refraktometer.
b. Densitas etanol dan aquadest/air demin masing-masing diukur
dengan piknometer.
A-1
A-2
HASIL PERCOBAAN
W picnometer kosong
W picnometer + aquadest
= 41,98 gram
V picnometer
= 28,13 ml
= 0,995431 g/ml
W picnometer + etanol
= 38,319 gram
= 0,8651 g/ml
= 95oC
= 80oC
%W
Vet (ml)
Vaq (ml)
15
1,3285
10
1,8
13,2
1,3312
25
4,3
10,7
1,3330
35
5,9
9,1
1,3360
45
7,4
7,6
1,3384
55
8,9
6,1
1,3390
65
10,3
4,7
1,3415
75
11,7
3,3
1,3430
85
13
1,3446
95
14,5
0,5
1,3452
A-3
Vaq (ml)
n destilat
n residu
T (oC)
150
1,3290
1,3350
80
150
25
1,3370
1,3360
83
150
50
1,3398
1,3365
84
150
75
1,3399
1,3370
85
150
100
1,3415
1,3375
86
150
125
1,3420
1,3377
87
150
150
1,3430
1,3379
88
PRAKTIKAN
MENGETAHUI
ASISTEN
A-4
KESETIMBANGAN FASA
LEMBAR PERHITUNGAN
1. Perhitungan titik didih teoritis
Titik didih teoritis = T. didih etanol Xetanol + T. didih Aquades Xaquadest
a. Penambahan 0 ml aquadest
Xaquadest = 1 1 = 0
= 80oC
b. Penambahan 25 ml aquadest
KESETIMBANGAN FASA
c. Penambahan 50 ml aquadest
B-2
KESETIMBANGAN FASA
%W = 0 %
B-3
KESETIMBANGAN FASA
%W = 10%
%W = 25%
%W = 35%
%W = 45%
%W = 55%
%W = 65%
%W = 75%
B-4
KESETIMBANGAN FASA
%W = 85%
%W = 95%
B-5
KESETIMBANGAN FASA
T aquadest = 31 oC
V picnometer =
b. Perhitungan
etanol
C-1
:5
MATERI
: Kesetimbangan Fasa
HARI/TANGGAL
KELOMPOK
: 3/ Selasa siang
NAMA
ASISTEN
KUANTITAS REAGEN
NO
JENIS REAGEN
KUANTITAS
Kurva standar
Basis 15 ml
Etanol
%W
(0,10,25,35,45,55,65,
Distilasi
75,85,96)
Etanol
Aquadest (6X)
150 ml
@ 25 ml
TUGAS TAMBAHAN :
-
CATATAN :
D-1
Pengertian Pembiasan
Pembiasan cahaya berarti pembelokan arah rambat cahaya saat melewati bidang
batas dua medium bening yang berbeda indeks biasnya. Misalnya Cahaya merambat dari
medium Udara ke medium Air. Pembiasan cahaya mempengaruhi penglihatan kita.
Sebatang tongkat yang sebagiannya tercelup di dalam kolam berisi air dan bening akan
terlihat patah. Sinar yang berasal dari udara dibiaskan mendekati garis normal saat masuk
ke dalam air.
http://holik62.webs.com/pembiasancahaya.htm
Titik didih suatu larutan akan dipengaruhi oleh fraksi mol zat peartut itu sendiri,
semakin banyak semakin tinggi kenaikkan titik didih larutan tsb dibanding
pelarutnya(contohnya air).
ntar kenaikkan titik didih bakal an sebesar To.Xc
Jadi, pengaruh zat terlarut nonelektrolit yang tidak mudah menguap adalah
menurunkan tekanan uap, menaikkan titik didih, dan menurunkan titik beku.
http://esdikimia.wordpress.com/2009/10/10/sifat-koligatif/
1. bedanya bulk density dengan density bulk density = total massa dari bubuk,
butiran-butiran, atau pecahan benda padat dibagi dengan totalvolume, yang
berbeda-beda untuk setiap pengukuran meskipun materi yang diukur tetap
sama.density = massa dibagi dengan volume yang merupakan ciri intrinsik suatu
materi yang membedakandengan materi lainnya.
2.Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan
terjadi dengan lajuyang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam
sistem pada kesetimbangan.
Residu : Sisa bahan yang tidak terpakai...Hasil Residu ada yang berupa bahan-bahan
tidak terpakai yang akan dibuang lagi, namun ada juga yangbisa di Recycle juga...
Pengertian Refraktometer Dan Indeks bias
- Refraktometer adalah alat yang digunakanuntuk mengukur kadar/ konsentrasi
bahan terlarut. Misalnya gula, garam, protein, dsb. Prinsipkerja dari refraktometer
sesuai dengan namanya adalah memanfaatkan refraksi cahaya.Refraktometer
ditemukan oleh Dr. Ernest Abbe seorang ilmuan dari German pada permulaan
abad20 (Anonim, 2010).Indeks bias adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam
udara dengan kecepatan cahayadalam zat tersebut. Indeks bias berfungsi untuk
identifikasi zat kemurnian, suhu pengukurandilakukan pada suhu 20
C dan suhu tersebut harus benar-benar diatur dan dipertahankan karenasangat
mempengaruhi indeks bias.
http://www.scribd.com/doc/110294866/Hetp
DIPERIKSA
NO
TANGGAL
1.
6 Juni 2014
KETERANGAN
- Perbaiki sesuai dengan format
- Satuan disertai
- Nama anggota kelompok
disertai
2.
10 Juni 2014
3.
11 Juni 2014
ACC.
TANDA TANGAN