Você está na página 1de 6

OBAT ANTI FUNGI

Penyakit infeksi yang disebabkan jamur disebut mikosis. Obat-obat anti jamur
juga disebut dengan obat anti mikotik, dipakai untuk mengobati dua jenis infeksi
jamur : Infeksi Jamur Superfisialis pada kulit atau selaput lendir dan Infeksi Jamur
Sistemik (pada paru-paru atau sistem saraf pusat) dan Subkutaneus (menembus
kulit).
Jamur memiliki sel yang eukariotik, mempunyai dinding sel kaku yang
mengandung kitin dan juga polisakarida, dan membran selnya terdiri dari ergosterol.
Insiden penyakit infeksi jamur meningkat pada sejumlah individu dengan penekanan
imun, misalnya pada pasien kanker, transplantasi, serta pada penderita AIDS.
Dari Segi terapeutik infeksi jamur dapat dibedakan atas infeksi sistemik,
dermatofit, dan mukokutan.Infeksi sistemik dapat lagi dibagi atas infeksi dalam dan
infeksi subkutan. Dasar farmakologis dari pengobatan infeksi jamur belum
sepenuhnya dimengerti. Secara umum infeksi jamur dibedakan atas infeksi sistemik
dan infeksi jamur topical. Dalam pengobatan beberapa anti jamur dapat digunakan
untuk kedua bentuk infeksi tersebut. Ada infeksi jamur topical yang dapat diobati
secara sistemik ataupun topical.
Obat-obat antijamur diklasifikasikan menjadi beberapa golongan yaitu:
(Tripathi M.D 2001)
1.

Antibiotik
- Polyenes :amfotericin B, Nystatin, Hamycin, Nalamycin
- Heterocyclicbenzofuran : griseofulvin

2.

Antimetabolite: Flucytosine (5 Fe)

3.

Azoles
- Imidazole (topical): clotrimazol, Econazol, miconazol (sistemik) : ketokonazole
- Triazoles (sistemik) : Flukonazole, Itrakonazole

4.

Allylamine Terbinafine

5.

Antijamur lainnya : tolnaftate, benzoic acid, sodiumtiosulfat.

Obat- obat anti jamur sistemik sebagai berikut :


AMFOTERISIN B
Amfoterisin

dan

merupakan

hasil

fermentasi

streptomyces

nodosus.Sembilan puluh delapan persen campuran ini terdiri dari amfoterisin B yang
mempunyai aktivitas antijamur.Kristal seperti jarum atau prisma bewarna kuning
jingga, tidak berbau dan tidak berasa ini merupakan antibiotik polien yang bersifat
basa amfoter lemah, tidak larut dalam air,tidak stabil,tidak tahan suhu diatas 37o C
tetapi dapat stabil sampai berminggu-minggu pada suhu 4o C.
Aktivitas Obat
Amfoterisin B menyerang sel yang sedang tumbuh dansel matang. Aktivitas
anti jamur nyata pada pH 6,0-7,5: berkurang pada pH yang lebihrendah. Antibiotik
ini bersifat fungistatik atau fungisidal tergantung pada dosis dansensitivitas jamur
yang dipengaruhi. Dengan kadar 0,3-1,0 g/mL antibiotik ini dapatmenchambat
aktivitas

Histoplasma

capsulaium,

Cryptococcus

neoformans,Coccidioides

immitis, dan beberapa spesies Candida, Tondopsis glabrata, Rhodotorula,


Blastomyces dermatitidis, Paracoccidioides braziliensis, Beberapa spesies
Aspergillus,

Sporotrichum

schenckii,

Microsporum

audiouini

dan

spesiesTrichophyton. Secara in vitrobila rifampisin atau minosiklin diberikan


bersamaamfoterisin B terjadi sinergisme terhadap beberapa jamur tertentu.
Mekanisme kerja
Amfoterisin B berikatan kuat dengan sterol yang terdapat pada membran sel
jamur sehingga membran sel bocor dan kehilangan beberapa bahan intrasel dan
menyebabkan kerusakan yang tetap pada sel. Salah satu penyebab efek toksik yang
ditimbulkan disebabkan oleh pengikatan kolesterol pada membran sel hewan dan
manusia. Resistensi terhadap amfoterisin B mungkin disebabkan oleh terjadinya
perubahan reseptor sterol pada membran sel.

FLUSITOSIN
Flusitosin (5-fluorositosin; 5FC) merupakan antijamur sintetik yang berasal
dari fluorinasi pirimidin, dan mempunyai persamaan struktur denganfluorourasil dan
floksuridin. Obat ini berbentuk kristal putih tidak berbau, sedikit larutdalam air tapi
mudah larut dalam alkohol.
Aktivitas Obat
Spektrum antijamur flusitosin agak sempit. Obat iniefektif untuk pengobatan
kriptokokosis,
Cryptococcus

kandidiasis,
dan

Candida

kromomikosis,
dapat

menjadi

torulopsis
resisten

danaspergilosis.

selama

pengobatan

denganflusitosin. Empat puluh sampai 50% Candida sudah resisten sejak semula
pada kadar 100 g/mL flusitosin. Infeksi saluran kemih bagian bawah oleh
Candida yang sensitif dapat diobati dengan flusitosin saja karena kadar obat ini
dalam urin sangat tinggi. Invitro pemberian flusitosin bersama amfoterisin B akan
menghasilkan efek supraaditif terhadap C. neoformans, C. tropicalis dan C.
albicans yang sensitif.
Mekanisme kerja
Flusitosin masuk ke dalam sel jamur dengan bantuan sitosin deaminase dan
dalam sitoplasma akan bergabung dengan RNA setelah mengalami deaminasi
menjadi 5-Fluorourasil. Sintesis protein sel jamur terganggu akibat penghambatan
langsung sintesis DNA oleh metabolit fluorourasil.
Ketokonazol
Ketokonazol merupakan turunan imidazol sintetik denganstruktur mirip
mikonazol dan klotrimazol. Obat ini bersifat liofilik dan larut dalam air pada pH
asam.
Aktivitas Obat
Ketokonazol aktif sebagai antijamur baik sistemik maupun nonsistemik
efektif terhadap Candida, Coccidioides immitis, Cryptococcusneoformans, H.
capsulatum, B. dermatitidis, Aspergillus dan Sporot hrix spp.

Mekanisme kerja
Seperti azole jenis yang lain, ketoconazole berinterferensi dengan biosintesis
ergosterol, sehingga menyebabkan perubahan sejumlah fungsi sel yang
berhubungan dengan membran.
ITRAKONAZOL
Antijamur

sistemik

turunan

triazol

ini

erat

hubungannya

dengan

ketokonazol.Obat ini dapat diberikan per oral dan IV. Aktivitas antijamurnya lebih
lebar sedangkan efek samping yang ditimbulkan lebih kecil dibandingkan dengan
ketokonazol.Itrakonazol diserap lebih sempuma melalui saluran cerna bila diberikan
bersamamakanan. Itrakonazol, seperti golongan azol lainnya, juga berinteraksi
dengan enzimmikrosom hati, tetapi tidak sebanyak ketokonazol. Rifampisin akan
mengurarangi kadar plasmaitrakonazol.Itrakonazol memberikan hasil mernuaskan
untuk indikasi yang sama denganketokonazol antara lain terhadap blastomikosis,
histoplasmosis, koksidioidomikosis,sariawan pada mulut dan tenggorokan serta tinea
versikolor. Berbeda dariketokonazol, itrakonazol juga memberikan efek terapi
terhadap aspergilosis di luar SSP.Itrakonazol suspensi diberkan dalam keadaan
lambung kosong dengan dosis duakali 100 mg sehari, dan sebaiknya dikumur dahulu
sebelum ditelan untuk meng-optimalken efek topikalnya. Lamanya pengobatan
biasanya 2-4 mirggu. Itrakonazol IV diberikan untuk infeksi berat melalui infus
dengan dosis muat dua kali 200 mgsehari, diikuti satu kali 200 mg sehari selama 12
hari. Infus diberikan dalam waktu satu jam.
Mekanisme kerja
Seperti halnya azole yang lain, itraconazole berinterferensi dengan enzim
yang dipengaruhi oleh cytochrome P-450, 14(-demethylase. Interferensi ini
menyebabkan akumulasi 14-methylsterol dan menguraikan ergosterol di dalam
sel-sel jamur dan kemudian mengganti sejumlah fungsi sel yang berhubungan
dengan membran

FLUKONAZOL
Ini adalah suatu fluorinated bis-triazol dengan khasiat farmakologis yang
baru.Obat ini diserap sempuma melalul saluran cema tanpa dipengaruhi adanya
makananataupun keasaman lambung. Kadar plasma setelah pemberian per oral sama
dengankadar plasma setelah pemberian IV. Flukonazol tersebar rata ke dalam cairan
tubuh juga dalam sputum dan Gangguan saluran cerna merupakan efek samping yang
paling banyak ditemukan. Pada pasien AIDS ditemukan urtikaria, eosinofilia,
sindrome

Stevens-Johnson,

gangguan

fungsi

hati

yang

terspmbunyi

dan

trombositopenia. Flukonazol berguna untuk mencegah relaps meningitis yang


disebabkan oleh Cryptococcus pada pasien AIDS setelah pengobatan dengan
amfoterisin B. Jugaefektif untuk pengobatan kandidiasis mulut dan tenggorokan pada
pasienAIDS.
VORIKONAZOL
Obat ini adalah antijamur baru golongan triazol yang diindikasika,
untuk aspergiiosis

sistemik

danInfeksi

jamur

berat

yang

disebabkan

oleh

Scedosporium apiosperrnun dan Fusarium sp. Obat ini juga mempunyai efektivitas
yang baik terhadap Candida sp,Cryptococcus sp dan Dermatoph yte sp ,termasuk
untuk infeksi kandida yang resistenterhadap flukonazol.
Farmakokinetik

obat

ini

tidak

linier

akibat

terjadinya

saturasi

metabolisme.Vorikonazol dimetabolisme oleh sitokrom P450 di hati dan metabolit


utamanya adalah N-oksida yang tidak aktif.
Sekitar 80% vorikonazol diekskresikan dalam urine. Pengurangan dosis
diperlukan pada pasien dengan gangguan fungsi hati. Pengobatan yang dimulai
dengan pemberian IV ini, secepatnya harus dialihkanke pemberian oral. Dosis muat
oral untuk pasien dengan berat badan >40 kg ialah 400mg dan untuk pasien yang berate
nya < 40 kg diberikan 200 mg. Dosis must oral irat juga diberikan hanya 2 kali
dengan interval 12 jam. Pengobatan lalu dilanjutkandengan pemberian oral 200 mg
tiap 12 jam bagi pasien dengan berat badan > 40 kg.Untuk pasien dengan berat badan
kurang dari 40 kg diberikan dosis pemeliharaan 2kali 100 mg sehari.

DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Sulistia Gan. 2009. Farmakologi dan Terapi edisi 5. FK-UI. Jakarta
Evelyn

R, Hayes. 1996. Alih


Perawatan,Jakarta: EGC

Bahasa:

Farmakologi

Pendekatan

Proses

Maschmeyer G. New antifungal agents-treatment standards are beginning to grow


old Journal of Antimicrobial Chemotherapy 2002;49:239-41.
Pappas PG, Rex JH, Sobel JD, et al. Gudelines for the treatment of candidiasis. Clin
Infect Dis 2004;38:161-89.

Você também pode gostar