Você está na página 1de 13

Keratoderma Palmoplantar

Peter H. Itin, MD, PhD (a,*), Susanna K. Fistarol, MD (b)


a Department of Dermatology, University of Basel, 4031 Basel, Switzerland
b Department of Dermatology, Kantonsspital Aarau, Switzerland 5001

Abstrak
Kulit palmoplantar adalah jaringan yang sangat khusus yang mampu melawan
trauma mekanik dan stres fisik lainnya. Dalam beberapa tahun terakhir klasifikasi
yang lebih deskriptif mengenai keratoderma telah beralih ke pandangan genetika
molekuler eksak di mana fungsi gen dipertimbangkan. Palmoplantar keratoderma
dapat dipisahkan dalam subkelompok fungsional berikut: fungsi-fungsi gen yang
terganggu pada protein struktural (keratin), selubung yang terkornifikasi (loricrin,
transglutaminase), kohesi (plakophilin, desmoplakin, desmoglein1), komunikasi sel
ke sel (connexin), dan transduksi sinyal transmembran (cathepsin C). Ulasan ini
bermaksud untuk menekankan aspek-aspek klinis tipikal dan kompleks-kompleks
gejala yang berhubungan dengan palmoplantar keratoderma yang memungkinkan
dokter spesialis kulit yang cerdik untuk membuat diagnosis klinis. Selain
pengetahuan genetika molekuler pada topik ini, diberikan apa yang diperlukan
untuk mengkonfirmasi diagnosis klinis.

Pengantar
Palmoplantar keratodermas (PPK) adalah kelompok penyakit heterogen yang
ditandai dengan penebalan dari epidermis di telapak tangan dan telapak kaki. Ada
tiga pola klinis: difus, fokal dengan hiperkeratosis luas pada titik gesekan dan

punctata. Telapak tangan dan telapak kaki mengalami tingkat stres fisik yang tinggi
dalam kehidupan sehari-hari. Dopping-Hepenstal et al (1) baru-baru ini
menunjukkan bahwa desmosom menunjukkan ciri-ciri yang spesifik-tempat pada
kulit telapak tangan manusia. Genodermatosis yang dihasilkan dari mutasi gen
desmosom mungkin ciri-cirinya didominasi keratoderma. Dalam rangka untuk
melawan trauma mekanik, regio palmoplantar yang dilengkapi dengan protein yang
sangat khusus seperti keratin. (2,3) Keratin adalah kelompok protein yang
membentuk sitoskeleton filamen dari sel epitel yang penting untuk integritas
struktural. Pada keratoderma ditemukan produksi berlebihan dari keratin yang
normal atau berubah pada telapak tangan dan telapak kaki. Keratin 9 hanya
ditemukan pada kulit palmoplantar dan analisis keratin pada keratoderma
palmoplantar herediter epidermolitik menunjukkan mutasi pada keratin 9. (4)
Banyak penyelidikan tambahan yang mengonfirmasi mutasi pada keratin 9 dari
pasien dengan PPK epidermolitik. (5) Telah dibahas apakah keratin 9 yang
merupakan tipe asam (tipe I keratin) berpasangan dengan tipe dasar (tipe II
keratin) meskipun saat ini masih belum jelas. Ichthyosis bulosa epidermolitik
generalisata dengan mutasi keratin 1 ditandai dengan keratoderma palmoplantar
yang bermakna sedangkan ichthyosis epidermolitik dengan mutasi pada keratin 10
tidak mengalami PPK. Mutasi Keratin 1 telah didokumentasikan pada pasien dengan
keratoderma epidermolitik dan non-epidermolitik. (6,7) Korelasi Genotipe/fenotipe
menunjukkan bahwa keratoderma yang disebabkan oleh mutasi pada keratin 1
lebih ringan daripada keratoderma dengan mutasi pada keratin 9. Keratin dibangun
oleh domain batang alpha-heliks sentral sekitar 310 asam amino. Disamping itu,
keratin memiliki kepala, penghubung yang terdiri dari empat segmen heliks dan
daerah ekor. Mutasi Keratin 1 pada pasien dengan keratoderma yang terisolasi
terlokalisasi pada bagian sentral dari helix sedangkan pasien dengan ichthyosis
epidermolitik mengalami mutasi pada boundary motifs. (7) Atas dasar riwayat,
entitas individu PPK didasarkan pada deskripsi klinis dan morfologi lesi, cara
penurunan, usia onset, adanya lesi di daerah selain telapak tangan dan telapak kaki

dan penyakit yang berhubungan dan malformasi. (8) Dalam pekerjaan sehari-hari
dermatologis, pendekatan semacam ini masih sangat efektif, karena sebuah
diagnosis yang tepat sering dimungkinkan dengan pemeriksaan klinis oleh ahli. (9)
Setelah menetapkan diagnosis klinis PPK, konfirmasi kadang-kadang diperlukan
dengan cara temuan histologis, dokumentasi dari defek-defek biokimia atau mutasi
gen. Seringkali tumpang tindih klinis yang bermakna terjadi dan genetika molekuler
modern telah memungkinkan diagnosis yang lebih akurat untuk peningkatan
jumlah dari keratoderma. (10) Defek gen yang dijelaskan menyebabkan berbagai
jenis PPK mengkode berbagai protein yang terlibat dalam struktur sel internal
seperti keratin, produksi selubung yang terkornifikasi (loricrin, transglutaminase),
molekul untuk kohesi misalnya desmosom, untuk komunikasi interseluler
khususnya connexin, dan untuk transduksi sinyal transmembran (cathepsin-C). (11)
Selain itu, mutasi pada genom mitokondria dapat menyebabkan PPK dengan
ketulian. (12) Kuster et al (13) melaporkan bahwa dibandingkan dengan kontrol,
sedikit perbedaan pola lipid ditemukan pada semua keratoderma dari penelitian
mereka. Penelitian mereka menunjukkan bahwa komposisi abnormal dari lipid
stratum korneum pada PPK mungkin tidak disebabkan oleh defek genetik dari
metabolisme lipid epidermal, tapi epiphenomenon dari sebuah kornifikasi yang
terganggu. Pemetaan dan identifikasi dari gen yang penting untuk PPK mengungkap
wawasan baru ke dalam interaksi-interaksi biologis dari komponen struktural pada
epidermis palmoplantar. Di masa depan, klasifikasi genetika molekuler dari
keratoderma berdasar fungsi gen akan terus menggantikan skema-skema klasifikasi
yang lebih tradisional. (14)

Epidemiologi
Pada beberapa negara, keratoderma yang diwariskan adalah gangguan kulit yang
relatif umum. PPK Non-epidermolitik di daerah paling utara Swedia (Norrbotten)
telah ditemukan pada 3-5,5:1000 orang. (15) Insiden dari PPK epidermolitik pada

populasi Irlandia Utara diperkirakan 1: 23.000. (16) Di India Selatan tingkat


prevalensi adalah 5,2 per 10.000. Sindrom Unna-Thost adalah paling umum dengan
38,7% kasus dan prevalensinya adalah 1: 6000, diikuti oleh penyakit Greither
(22,9%) dan lain-lain seperti penyakit Vohwinkel, keratoderma punctata idiopatik,
dan PPK yang berkaitan dengan ichthyosis vulgaris. (17) Tidak jarang keratoderma
merupakan bagian dari sindrom genetik yang kompleks.
Keratoderma genetik dari telapak tangan dan telapak kaki menunjukkan sebuah
spektrum besar dari manifestasi klinis.

PPK Terlokalisasi
Varian-varian yang terlokalisasi mungkin linear, punctata atau mengikuti lipatanlipatan (Tabel 1). Beberapa mutasi pada gen desmoglein 1 telah diidentifikasi
sebagai sebuah dasar genetik keratoderma palmoplantar striata. (18,19) Mutasi
pada gen yang mengkode desmoplakin, sebuah protein plak desmosomal, juga telah
dijelaskan dalam patogenesis keratoderma palmoplantar striata. (20) Whittock et al.
(21) mempelajari sebuah keluarga empat generasi keturunan Inggris dengan
keratoderma palmoplantar striata. Sequencing langsung dari gen keratin 1
menunjukkan mutasi frameshift pada ekson 9 yang menyebabkan hilangnya
sebagian motif loop glisin pada domain V2 dan munculnya sebuah peptida asam
amino 70 yang baru. Delesi N-terminal pada cadherin desmosomal adalah penyebab
lain untuk beberapa keratoderma palmoplantar striata autosomal dominan. (22)
Keratin 16 dan mutasi 6a ditemukan pada pasien dengan pachyonychia congenita
tipe 1 dan keratoderma palmoplantar fokal. (23) Mutasi pada keratin 17 dan keratin
K6b bertanggung jawab untuk tipe 2. (24,25) Norgett et al (26) menjelaskan mutasi
manusia resesif pertama, 7901delG, pada gen desmoplakin yang menyebabkan
sebuah keratoderma palmoplantar striata generalisata, rambut yang seperti wol dan
cardiomyopathy ventrikel kiri yang berdilatasi (sindrom Carvajal-Huerta).

Keratoderma punctata Tipe I baru-baru ini terlokalisasi ke kromosom 15q22-23.


(27)

Acrokeratoelastoidosis adalah sebuah varian fokal yang diwariskan secara


autosomal dominan dari PPK, mungkin terkait dengan kromosom 2. (28)
Kelainannya bermanifestasi dengan lesi papular pada tangan, perbatasan jari dan
bagian bawah kaki. Histologi menunjukkan fragmentasi yang tipikal dan rarefication
dari serat-serat elastis. Entitas yang terkait sangat erat termasuk hiperkeratosis
akral fokal, plak kolagen degeneratif dari tangan dan marginalis keratoelastoidosis
pada tangan. Varian-varian PPK dan PPK punctata dianggap entitas yang berbeda
dalam kelompok keratoderma palmoplantar herediter. Namun baru-baru ini,
terjadinya kedua jenis PPK yang bersamaan dilaporkan. Dengan pengamatan ini
muncul pertanyaan apakah palmoplantaris keratosis dari varian-varian tersebut
dan tipe punctata mewakili entitas yang benar-benar berbeda atau hanya sebuah
manifestasi yang bervariasi dari defek gen yang sama. (29) Pada beberapa PPK
dengan distribusi fokal, defek gen yang mendasari belum jelas benar. (30)

PPK Difus
Kelompok PPK dengan pola difus juga agak heterogen. Dalam tahun pertama
kehidupan keratoderma difus mungkin mulai dengan sebuah pola fokal tetapi
kemudian sebuah hiperkeratosis konfluen muncul. Jenis Vorner adalah sebuah
gangguan autosomal dominan yang menunjukkan sebuah PPK kuning difus dengan
margin eritematosa. Tidak ada transgresi terhadap aspek dorsal dari tangan dan
kaki. Riwayat tipe Vorner dikenal memiliki hiperkeratosis epidermolitik. Namun,
tidak ada blistering yang terjadi seperti yang diketahui untuk ichthyosis bulosa
epidermolitik. Telah disimpulkan dari sebuah penelitian retrospektif, bahwa PPK
epidermolitik dari Vorner merupakan bentuk yang paling sering. Para penulis

penelitian ini meragukan keberadaan PPK tipe Unna-Thost. (31,32) Reinvestigasi


dari keluarga asli dengan PPK Unna-Thost menunjukkan bahwa bentuk-bentuk
epidermolitik ada pada keluarga. Hal ini dapat menunjukkan bahwa keturunan dari
keluarga asli yang dijelaskan oleh Thost memiliki mutasi pada keratin 9, seperti
yang ada pada anggota keluarga lainnya. (5,33) Namun, mutasi pada keratin 1 dapat
menyebabkan fenotipe yang sama. (34) PPK tipe Unna-Thost memiliki
hiperkeratosis difus yang terbatas pada telapak tangan dan telapak kaki.
Hiperkeratosis adalah berbatas tajam dengan eritema pada sekitarnya. Gangguan ini
dimulai pada masa bayi dan hanya kadangkala hiperkeratosis dari lutut dan siku
terjadi. Keratoderma terus menetap sepanjang hidup. Mutasi pada keratin 9
menyebabkan manifestasi yang lebih berat daripada mutasi pada keratin 1. PPK
yang diturunkan secara autosomal dominan difus dengan ichthyosis
didokumentasikan oleh Gamborg Nielsen pada 1983. (35) Gangguan ini juga sangat
dekat dengan tipe Unna-Thost. Gamborg Nielsen et al (36) mengkaji ulang silsilah
dari keluarga asli dengan PPK difus dari daerah paling utara Swedia (Norrbotten)
dan mereka tidak menemukan kasus PPK epidermolitik pada 91 spesimen biopsi.
Sebuah mutasi pada end domain V1 dari keratin 1 pada keratoderma palmoplantar
non-epidermolitik difus telah dilaporkan. (6) Telah ditemukan bahwa gen untuk
PPK difus dari tipe yang ditemukan di utara Swedia terlokalisir pada kromosom
12q11-q13. (15) Pemetaan genetik yang baik dari keratoderma palmoplantar nonepidermolitik difus untuk kromosom 12q11-q13 mengeksklusi tipe II keratin yang
dipetakan dan menempatkan PPK non-epidermolitik difus lokus proksimal ke
kluster gen tipe II. (37) Scaling dan eritema yang bermakna mungkin menunjukkan
superinfeksi dari mikotik. (38)

Meskipun PPK difus epidermolitik diwariskan secara autosomal dominan, pola


pewarisan resesif telah dilaporkan pula. (39) PPK striata epidermolitik yang terkait
dengan rambut seperti wol dan kardiomiopati telah ditemukan (40) dan mutasi

yang bertanggung jawab ditemukan pada gen desmoplakin. (26) Penyakit Naxos
adalah cardiomyopathy ventrikel kanan aritmogenik yang diwariskan secara resesif
yang disebabkan oleh mutasi pada gen yang mengkode plakoglobin (protein adhesi
sel) di mana fenotipe kardiak dikaitkan dengan keratoderma palmoplantar difus
dan rambut yang seperti wol. (41) Hiperkeratosis epidermolitik dengan plak
psoriasiform polisiklik yang dihasilkan dari mutasi pada gen keratin 1 muncul. (42)
Ketika dokter telah membiopsi pasien dengan keratoderma dan menemukan pola
epidermolitik, dia tahu bahwa mutasi pada keratin 9 atau 1 akan ada pada kasus
pasien menderita keratoderma yang terisolasi. Pada kasus fenotip yang lebih parah,
kemungkinan dari mutasi keratin 9 adalah besar. Dalam kombinasi dengan rambut
yang seperti wol dan kardiomiopati, mutasi pada desmoplakin mungkin terjadi.

Ada kompleks gejala tambahan pada PPK epidermolitik dimana gen yang
bertanggung jawab belum pernah disebutkan. (43-45) Penyakit Greither adalah
sebuah PPK autosomal dominan difus dengan transgresi dan keterlibatan tendon
Achilles dan hiperkeratosis pada lutut dan siku. Penyakit Greithers muncul selama
tahun-tahun pertama kehidupan dan memburuk selama masa kanak-kanak. Pada
usia pertengahan perbaikan terjadi. (46) Meskipun Gedde-Dahl et al (47)
menyarankan bahwa Penyakit Greither dan erythrokeratodermia variabilis (EKV)
disebabkan oleh mutasi yang sama pada kromosom 1, temuan ini tidak bisa
dikonfirmasi oleh Richard et al. (48) Keratolitik winter eritema (penyakit kulit
Oudtshoorn) adalah sebuah kelainan yang diturunkan secara autosomal dominan
dengan PPK yang bermakna dengan margin eritematosa. Penyakit ini
bermanifestasi pada masa kanak-kanak dan tidak ada pada saat lahir. Hennies et al
(49) memetakan gen yang bertanggung jawab untuk kromosom 8p22-p23. Biasanya
keratosis menyebar diantara jari-jari, jari kaki dan bagian dorsal dari tangan.
Peeling superfisial dari kulit yang terkena mengungkap kulit yang eritematosa. Pada

sebuah penelitian baru-baru ini, banyak gen kandidat telah diteliti tetapi tidak ada
yang ditemukan bertanggung jawab untuk penyakit tersebut. (50)

Keratoderma hereditaria mutilans (sindrom Vohwinkel) adalah varian autosomal


dominan dari PPK yang terkait dengan gangguan pendengaran sensorineural.
Gangguan ini disebabkan oleh mutasi pada gen connexin GJB2 yang mengkode gap
junction protein connexin-26 dan dijelaskan secara rinci pada bagian Kelainan
Connexin pada Kulit. Selain itu ada varian yang terkait erat dengan PPK dengan
gambaran klinis yang sama, lebih banyak keterlibatan dari kulit, dan tanpa
gangguan pendengaran. Gangguan yang dijelaskan oleh Camisa ini (51) ditandai
dengan hiperkeratosis palmoplantar, yang menunjukkan permukaan sarang lebah.
Keratosis Starfish adalah khas. Band fibrosa yang berkonstriksi di sekitar jari-jari
dapat menyebabkan auto amputasi dan gambaran seperti ainhum. Kuku umumnya
tidak terlibat. Sebuah defek molekuler pada loricrin, komponen utama dari selubung
sel yang terkornifikasi, telah ditemukan menyebabkan varian sindrom Vohwinkel
dengan ichthyosis (tipe Camisa) ini. (51) Untuk membedakan gangguan ini dari
sindrom Vohwinkel yang sebenarnya, nama keratoderma loricrin telah diusulkan.
(52) Protein selubung yang terkornifikasi menggantikan membran plasma selama
diferensiasi terminal dari keratinosit. Telah didokumentasikan baru-baru ini, bahwa
pemulihan barrier abnormal pada keratoderma loricrin adalah karena sebuah
selubung yang terkornifikasi yang cacat yang mengakibatkan peningkatan
permeabilitas ekstraseluler. (53) Mutasi loricrin telah juga ditemukan pada
penyakit lain seperti varian erythrokeratoderma simetris progresif dan eritroderma
ichthyosiform kongenital dengan presentasi membran collodium, yang berbagi
temuan klinis umum dari keratoderma palmoplantar dengan band-band yang
berkonstriksi dan mungkin varian-varian dari keratoderma loricrin. (54) Seorang
dokter yang berpengalaman dapat memprediksi mutasi pada gen connexin 26 dari
pasien dengan keratoderma mutilating klasik yang berkaitan dengan ketulian,

dimana dia menghubungkan keratoderma mutilating dan ichthyosis dengan mutasi


loricrin.

Sejumlah besar varian dominan autosomal dari PPK dengan penyakit yang terkait
terjadi (Tabel 2). Mereka mungkin hadir dengan keratoderma difus atau punctata.
Pasien-pasien dengan Pachyonychia congenita menunjukkan keratoderma
palmoplantar dan distrofi kuku hyperconvex. Pada mutasi tipe pachyonychia
congenita Jadassohn-Lewandowsky dan Jackson-Lawler pada gen keratin tipe II
(K6a, 6b), dan keratin 16 dan 17 telah ditemukan. (25,55,56) Mutasi yang baru dan
berulang pada gen yang mengkode keratin K6a, K16 dan K17 pada 13 kasus
pachyonychia congenita telah didokumentasikan oleh Terrinoni et al. (23) McLean
et al (56) menemukan sebuah mutasi pada K16 dan K6a pada tipe JadassohnLewandowsky yang ditandai oleh perubahan kuku, keratoderma, hiperkeratosis
folikuler dan leukokeratosis oral dan sebuah mutasi K17 dan K6b pada pasien
dengan tipe Jackson-Lawler yang tidak memiliki keterlibatan oral tetapi
menunjukkan gigi natal dan kista kutaneus.

Epidermolisis bulosa dengan PPK berat disebabkan oleh mutasi pada keratin 5. (57)
Para penulis menyimpulkan bahwa keratin 5 domain ekor mungkin memiliki fungsi
yang belum diketahui yang mungkin penting untuk fungsi normal dalam jaringan
palmoplantar.

Sindrom Keratitis-ichthyosis deafness (KID) adalah displasia ektodermal yang terkait


dengan PPK. Selain keratitis, ichthyosis dan ketulian, PPK, alopecia dan tidak adanya
dermatoglyphics sering terjadi. Mutasi missense germline dalam gen GJB2 yang

mengkode connexin-26 (Cx-26) baru-baru ini telah ditemukan menjadi penyebab


gangguan ini, yang diringkas pada bagian Kelainan Connexin dari Kulit. (58)

Keratoderma palmoplantar yang diturunkan secara maternal yang berkaitan


dengan tuli sensorineural telah dikaitkan pada setidaknya 3 keluarga dengan mutasi
titik A7445G pada genom mitokondrial. (12)

Keratoderma non-epidermolitik difus dengan karsinoma esofagus juga diturunkan


dengan pola autosomal dominan. Sindrom ini pertama kali dijelaskan oleh HowelEvans dan hanya pada beberapa keluarga telah dilaporkan. Anggota keluarga yang
menderita sindrom ini memiliki setidaknya risiko 90% terkena kanker esophageal
pada usia 65, (59) Gen yang bertanggung jawab telah dipetakan ke 17q25 distal dari
kluster gen keratin. Blanchet-Bardon et al (60) menjelaskan PPK yang terkait
dengan kanker payudara dan ovarium dalam sebuah silsilah besar. Namun, ada
banyak pasien dengan tipe fokal dari PPK dan berkaitan dengan karsinoma. (61)
Pengamatan berulang dari hilangnya alel pada band kromosomal 17q25.1 pada
berbagai kanker pada manusia telah menunjukkan bahwa satu atau lebih gen
supresor tumor biasanya hadir pada wilayah ini yang juga bertanggung jawab untuk
keratoderma palmoplantar non epidermolitik fokal herediter dengan kanker
esofagus. (62,63)

PPK dengan sclerodactyly pertama kali dijelaskan oleh Huriez pada tahun 1969.
Ciri-ciri tambahan dari kelainan yang diwariskan secara autosomal ini termasuk
karsinoma skuamosa pada kulit yang scleroatrophic. (64) Sebuah gen untuk sebuah
sindrom scleroatrophic autosomal dominan yang berpredisposisi menjadi kanker
kulit (sindrom Huriez) telah dipetakan ke kromosom 4q23. (64)

Perbedaan antara keratoderma difus atau lokal sering sangat berguna, meskipun
spektrum klinis PPK mungkin bervariasi antarindividu. Sindrom NaegeliFranceschetti-Jadassohn adalah sindrom yang diturunkan secara autosomal
dominan, ditandai dengan pigmentasi retikular, keratoderma, adermatoglyphia,
kerusakan enamel dan hipohidrosis. Analisis longitudinal dari silsilah
mengungkapkan bahwa pigmentasi retikular memudar setelah pubertas dan
mungkin hilang sepenuhnya seiring dengan usia. Hipohidrosis, masalah utama bagi
pasien, tetap konstan. Pada sindrom Naegeli-Franceschetti-Jadassohn, keratoderma
dijelaskan sebagai varian difus. Namun, beberapa pasien datang dengan
keratoderma difus, beberapa dengan lokal, beberapa dengan keratosis punctata dari
lipatan palmar dan yang lain dengan pola linear. (65) Morfologi tampaknya tidak
dapat diandalkan seperti pola genetik. Pemetaan refined dari sindrom NaegeliFranceschetti-Jadassohn ke interval 6 cM pada kromosom 17q11.2-q21 dan
investigasi dari gen kandidat dilaporkan pada 2002. (66)

Sindrom Papillon-Lefevre merupakan sebuah tipe yang jarang dari PPK autosomal
resesif dengan periodontopathy berat. Berbagai macam agen mikrobiologi oral telah
diidentifikasi pada pasien. (67) Selain kalsifikasi dari dura dan arachnodactyly atau
vitiligo dapat terjadi bersamaan. Lesi palmoplantar mungkin difus atau fokal dan
menunjukkan tipe transgredient tipikal dari PPK. (68) Lesi eritematosa dan
hiperkeratosis dapat menyebar ke dorsum tangan dan kaki dan sepanjang tendon
Achilles. Hyperhidrosis dan bau tak sedap sering terjadi. Lesi psoriasiform terjadi
terutama pada lutut dan siku. Periodontopathy berat sering menyebabkan
hilangnya secara dini gigi decidua dan gigi permanen. Pengobatan dengan etretinate
dapat mengakibatkan preservasi jangka panjang dari gigi permanen pada pasien
dengan sindrom Papillon-Lefevre. Mutasi pada gen cathepsin C bertanggung jawab
untuk sindrom ini. (69) Haim-Munk syndrome (HMS) juga bisa disebabkan oleh

mutasi pada gen yang mengkode cathepsin C. (70) Meskipun, baik sindrom papillonLefevre dan sindrom Haim-Munk, berbagi ciri-ciri utama dari PPK dan periodontitis
yang bermakna, sejumlah ciri-ciri tambahan milik sindrom Haim-Munk termasuk
arachnodactyly, acro-osteolisis, perubahan atrofik dari kuku, dan sebuah deformitas
radiografik dari jari.

Mal de Meleda adalah sebuah PPK autosomal resesif lanjut dan transgresif (Tabel 3).
Keratoderma tersebut muncul saat lahir atau pada awal masa bayi dan terjadi
secara progresif lambat. Seringkali maserasi, bau tak sedap dan abnormalitas kuku
terjadi bersamaan. Bantalan Knuckle dan pseudoainhum telah didokumentasikan
baru-baru ini pada pasien-pasien tersebut. Pada keratosis palmoplantar herediter
dari tipe Gamborg Nielsen, yang juga diturunkan secara autosomal resesif,
hiperkeratosis adalah lebih tidak berat daripada pada penyakit Meleda dan
keratosis jauh adalah tidak biasa. Histologi pada tipe Gamborg Nielsen
menunjukkan deviasi kualitatif dari granul keratohyaline. Hal ini berbeda dengan
pola histologis Mal de Meleda. (71) Pengobatan dengan retinoid sistemik telah
terbukti efektif pada Mal de Meleda. Mutasi pada gen yang mengkode limfosit
monosit antigen-6/urokinase-type plasminogen activator reseptor yang terkait
protein 1 (SLURP-1) yang disekresikan telah ditemukan pada pasien dengan Mal de
Meleda. (72) Chimienti et al (73) menunjukkan bahwa SLURP1 memodulasi
kandungan kalsium intraseluler pada keratinosit, sehingga bertindak sebagai
sebuah sinyal pada pertumbuhan normal dan perkembangan dari keratinosit
palmoplantar.

Keratoderma palmoplantar diseminata dengan distrofi kornea (sindrom RichnerHanhart) adalah akibat dari kesalahan metabolisme bawaan. Gambaran klinis
muncul antara usia 12 dan 15 tahun. Lesi punctata kecil, kadang-kadang striata,

merupakan ciri khas untuk defisiensi tirosin aminotransferase hepatik yang


diturunkan secara autosomal resesif ini. Mutasi titik pada gen tirosin
aminotransferase mengakibatkan sindrom Richner-Hanhart. (74) Jenis keratoderma
ini adalah satu-satunya varian PPK yang dapat disembuhkan dengan cara diet
seperti kandungan rendah tirosin dan phenylalanine. (75)

Kelainan kompleks seperti penyakit Darier, (76) dyskeratosis congenita, (77)


ichthyosis hystrix Curth-Macklin, (78) ectodermal displasia, dan
erythrokeratodermia (79) mungkin merupakan ciri-ciri PPK. Pada semua entitas ini
gen yang bermutasi diketahui (Tabel 4).

PPK adalah sebuah kelompok yang heterogen dari gangguan kornifikasi. Pada
beberapa tahun terakhir pengetahuan penting telah berkembang dari penelitian
genetik. Pada klasifikasi masa depan akan berubah sesuai dengan fungsi gen yang
bermutasi yang terlibat dalam keratoderma. Sampai terapi gen tersedia, pengobatan
yang tidak spesifik diperlukan.

Você também pode gostar